Kemunculan manajemen berbasis kinerja merupakan bagian dari reformasi New
Publik Management. Fokus manajemen berbasis kinerja adalah pengukuran kinerja organisasi sertor publik yang berorientasi pada pengukuran outcome (hasil), bukan hanya pengukuran input dan output saja. Perubahan menuju era manajemen berbasis kinerja sebenarnya merupakan bagian dari gerakan welfare reform di negara-negara Eropa. Gerakan welfare reform menghendaki organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan, memberikan pelayanan yang efisien dan efektif kepada masyarakat.
Welfare reform membawa konsekuensi peningkatan tekanan terhadap organisasi
sektor publik, khususnya organisasi pemerintah baik pusat dan daerah, untuk memperbaiki kinerjanya serta mendorong dibangunnya sistem manajemen organisasi sektor publik berbasis kinerja (performance-based management). Organisasi sektor publik dituntut untuk membuat sistem akuntabilitas berbasis kinerja (results-based accountability system) sebagai saranan untuk memberikan informasi kinerja kepada masyarakat.
Manfaat manajemen berbasis kinerja dalam rangka melaksanakan
pembangunan
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang
dialokasikan ke sektor publik terhadap outcomes/hasil dan output
.Meningkatkan akuntabilitas kementerian, SKPD, serta semua organisasi
yang memiliki kewenangan dalam penggunaan dana publik
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, karena
masyarakat akan memiliki peran kontrol yang lebih besar untuk mendesak pencapaian hasil (masyarakat lebih tertarik pada hasil bukan proses) PENGERTIAN MANAJEMEN BERBASIS KINERJA
manajemen berbasis kinerja merupakan suatu metode untuk mengukur kemajuan
program atau aktivitas yang dilakukan organsisasi sektor publik dalam mencapai hasil atau outcome yang diharapkan oleh klien
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan
terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, pembagian hasil kegiatan dengan target, dan efektifitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, 2002). Tiga variable dalam pengukuran kinerja yaitu perilaku (proses), output (produk langsung suatu aktifitas/program), dan outcome (value added atau dampat aktifitas/program)