BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Mahsun (2009) bahwa sektor publik dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang dan jasa kepada publik yang
dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lainnya yang diatur dengan hukum.
Dalam kerangka pemahaman sektor publik maka barang publik yang dimaksud tidak hanya
berupa dalam bentuk barang secara fisik namun juga mengandung makna non fisik yaitu pelayanan
publik(untuk selanjutnya dalam bab ini barang publik juga diartikan sebagai pelayananpublik).
Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam
menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan
menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan
bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien dan efektif.
Pusat pertanggungjawaban berperan untuk menciptakan indicator kinerja sebagai dasar
untuk menilai kinerja. Dipergunakannya system pengukuran kinerja yang handal (reliable)
merupakan salah satu factor kunci suksesnya organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa tujuan dari Sistem Pengukuran Kinerja?
2. Apa Manfaat dari Pengukuran Kinerja?
3. Informasi apa aja yang digunakan untukpeengukurran kinerja ?
4. Bagaimana peranan indikator kinerja dalam pengukuran kinerja ?
1.3 Tujuan
1) Memahami konsep Pengukuran Kinerja Organisasi sektor Publik.
2) Memahami dan menjelaskan Informasi sebagai Pengukuran Kinerja.
3) Dapat memahami dan menjelaskan Indikator Kinerja dan Pengukuran Value For Money.
4) Dapat memahami dan menjelaskan Langkah-langkah Pengukuran Value For Money.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja adalah alat untuk menilai kesuksesan organisasi. Dalam konteks
organisasi sektor publik, kesuksesan organisasi itu akan digunakan untuk mendapatkan legitimasi
dan dukungan publik. Masyarakat akan menilai kesuksesan organisasi sektor publik melalui
kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan publik yang relatif murah dan berkualitas.
Pelayanan publik tersebut menjadi bottom line dalam organisasi sektor publik.
Pengukuran kinerja sektor publik digunakan untuk menilai prestasi manajer dan unit
organisasi yang dipimpinnya. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas
organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Akuntabilitas
bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik dibelanjakan tetapi meliputi
kemampuan menunjukkan bahwa uang publik tersebut telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien
dan efektif.
Pusat pertanggungjawaban berperan untuk menciptakan indicator kinerja sebagai dasar
untuk menilai kinerja. Dipergunakannya system pengukuran kinerja yang handal (reliable)
merupakan salah satu factor kunci suksesnya organisasi.
2.2. DEFINISI KINERJA DAN PENGUKURAN KINERJA
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang
tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.
Sedangkan pengukuran kinerja (performance measurement) menurut Robertson
(2002) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam
menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan
kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan
dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.
Sementara menurut Lohman (2003) pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian
pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Whittaker (dalam
BPKP, 2000) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Simons (dalam
BPKP, 2000) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu manajer dalam memonitor
implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan
tujuan strategis.
Jadi pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan
menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat
diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas.
2.3 PENGERTIAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR
PUBLIK
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non-
finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena
pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan kompensasi dan sanksi (reward and punishment
system).
Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik:
Membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Agar pemerintah dapat berfokus pada tujuan dan
sasaran proggram sehingga diharapkkan akan dapat meningkatkan efesiensi dan efektivitas
organisasi sektor publik dalam memberikan pelayanan publik.
Pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan yang objektif.
Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
Oleh pihak legislatif, ukuran kinerja digunakan untuk menentukan kelayakan biaya
pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa publik. Masyarakat
tentu tidak mau terus menerus ditarik pungutan sementara pelayanan yang mereka terima tidak ada
peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik. Masyarakat menghendaki pemerintah
dapat memberikan banyak pelayanan dengan biaya yang murah (do more with less).
Kinerja sector public bersifat multi dimensional, sehingga tidak ada indicator tunggal yang
dapat digunakkan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sector swasta,
karena sifat output yang dihasilkan sector publik lebih banyak bersifat intangible output, maka
ukuran financial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sector public. Oleh karena itu perlu
dikembangkan ukuran kinerja non financial.
Secara umum, pengukuran kinerja menunjukkan hasil dari implementasi dari sebuah
kegiatan atau kebijakan, tetapi ukuran kinerja tidak menganalisis alasan hal ini dapat terjadi atau
mengidentifikasi perubahan yang perlu dilakukan terhadap tujuan dari kegiatan atau kebijakan.
Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik digunakan untuk mengetahui ketercapaian
tujuan organisasi. Penilaina organisasi bertujuan sebagai tonggak (milestone) yang menunjukkan
tingkat ketercapaian tujuan ndan juga menunjukkan apakah organisasi berjalan sesuai arah
menyimpang dari tujuan yang ditetapkan. Jika terjadi penyimpangan dari arah yang semestinya,
pimpinan dapat melakakukan tindakan koreksi dan perbaikan dengan cepat.
Pengukuran kinerja merupakan pendekatan sistematik dan terintegrasi untuk memperbaiki kinerja
organisasi dalam rangka mencapai tujuan strategik organisasi serta mewujudkan visi dan misinya.
Sistem pengukuran kinerja bertujuan memperbaiki hasil dari usaha yang dilakukan oleh pegawai
dengan mengaitkannya terhadap tujuan organisasi. Pengukuran kinerja merupakan saran untuk
pembelajaran pegawai tentang cara meereka seharusnya bertindak, serta memberikan dasar dalam
perubahan perilaku, sikap, skill, atau pengetahuan kerja yang harus dimiliki pegawai untuk
mencapai hasil kerja terbaik.
Pengukuran kinerja dilakukan sebagai sarana pembelajaran untuk perbaikan kinerja di masa
mendatang. Penerapan sistem pengukuran kinerja dalam jangka panjang bertujuan membentuk
budaya berprestasi (achivement culture) di dalam organisasi. Budaya kinerja atau budaya
berprestasi dapat diciptakan apabila sistem pengukuran kinerja mampu menciptakan atmosfir
organisasi sehinggasetiap orang dalam organisasi dituntut untuk berprestasi. Untuk menciptakan
atmosfir itu, diperlukan perbaikan kinerja secara terus-menerus. Saat ini, kinerja harus lebih baik
dari kinerja sebelumnya, dan kinerja mendatang harus lebih baik dari pada sekarang.
Sistem manajemen kinerja modern diperlukan untuk mendukung sistem gaji berdasarkan kinerja
(permormance based pay) atau disebut juga pembayaran yang berorientasi hasil. Untuk
mengimplementasikan sistem penggajian berbasis kinerja/hasil, organisasi sektor publik harus
memiliki sistem manajemen kinerja yang modern, efektif, dan valid. Organisasi yang berkinerja
tinggi berusaha menciptakan sistem reward, insentif, dan gaji yang memiliki hubungan yang jelas
dengan pengetahuan, kemampuan, dan kontribusi individu terhadap kinerja organisasi.
5. Memotivasi pegawai
Pengukuran kinerja bertujuan meningkatkan motivasi pegawai. Dengan pengukuran kinerja yang
dihubungkan dengan manajemen kompensasi, pegawai yang berkinerja tinggi akan memperoleh
reward. Reward tersebut memberikan motivasi pegawai untuk berkinerja lebih tinggi dengan
harapan kinerja yang tinggi akan memperoleh kompensasi yang tinggi. Hal itu hanya akan berjalan
dengan baik apabila organisasi menggunakan manajemen kompensasi berbasis kinerja.
Pengukuran kinerja juga mendorong manajer untuk memahami proses memotivasi, cara individu
membuat pilihan tindakan berdasarkan pada preferensi, reward, dan prestasi kerjanya.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas publik.
Pengukuran kinerja menunjukan seberapa besar kinerja manajerial dicapai, seberapa bagus kinerja
financial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Kinerja
tersebut harus diukur dan dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja. Pelaporan informasi kinerja
tersebut sangat penting, baik bagi pihak internal maupun eksternal. Bagi pihak internal, manajer
membutuhkan laporan kinerja dari stafnya untuk meningkatkan akuntabilitas manajerial dan
akuntabilitas kinerja. Bagi pihak eksternal, informasi kinerja tersebut digunakan untuk
mengevaluasi kinerja organisasi, menilai tempat transparansi dan akuntabilitas publik.
a. Feedback
Hasil pengukuran terhadap capaian kinerja dijadikan dasar bagi manajemen atau pegelola
organisasi untuk perbaikan kinerja pada periode berikutnya. Selain itu, hasil ini pun bisa dijadikan
landasan pemberian reward and punishment terhadap manajer dan anggota organisasi.
Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai
kemajuan yang telah dicapai organisasi. Kriteria yang digunakan untuk menilai kemajuan
organisasi ini adalah tujuan yang telah ditetapkan. Dengan membandingkan hasil aktual yang
tercapai dengan tujuan organisasi yang dilakukan secara berkala (triwulan, semester, tahunan)
maka kemajuan organisasi bisa dinilai. Semestinya ada perbaikan kinerja secara berkelanjutan dari
periode ke periode berikutnya. Jika pada suatu periode, kinerja yang dicapai ternyata lebih rendah
daripada periode sebelumnya, maka harus diidentifikasi dan ditemukan sumber penyebabnya dan
alternatif solusinya.
Penggunaan analisis varians saja belum cukup untuk mengukur kinerja, karena dalam
analisis varians masih mengandung keterbatasan (constrain). Keterbatasan analisis varians
diantaranya terkait dengan kesulitan menetapkan signifikansi besarnya varians.
b. Ukuran Pendapatan
Dapat Dicapai
Relevan:
Menggambarkan keberhasilan sesuatu yg diukur
Sebagai contoh, kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung; akan tetapi dapat dibuat
ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan, demonstrasi dapat dijadikan variable kunci.
Rumah sakit dan hotel Tingkat hunian kamar yang dipakai (kamar yang
dipakai: jumlah total kamar yang tersedia)
Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indicator yang dapat dianggap sebagai ukuran
kinerja kunci baik yang bersifat Finansial maupun non Finansial untuk melaksanakan operasi dan
kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor
capaian kinerja.
Perencanaan Tahunan
Evaluasi Kinerja
Penggunaan indicator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktifitas atau
program telah dilakukan secara efisien dan efektif. Indikator untuk tiap – tiap unit organisasi
berbeda – beda tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Penentuan indicator kinerja perlu
mempertimbangkan komponen berikut:
b. Penggunaan (utilization)
e. Kepuasan (satisfaction)
Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per
unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang terangkut, biaya persiswa).
Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentuksn biaya unitnya, karena output yang dihasilkan
tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk
kondisi tersebut dapat dibuat indicator kinerja proksi misalnya belanja per kapita (misalnya
belanja per 1000 penduduk).
Data Kinerja Primer, Data kinerja yang diperoleh langsung dari responden
Data Kinerja Sekunder, Data kinerja yang diperoleh secara tidak langsung dari responden
tetapi dari instansi/pihak lain
Tingkat Kementerian/Lembaga
Untuk memahami aspek ekonomi dengan lebih baik, diperlukan pemahaman tentang input
itu sendiri. Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam suatu proses
tertentu untuk menghasilkan output. Input tersebut dapat berupa tenaga kerja (tenaga, keahlian,
dan keterampilan), serta aset-aset seperti gedung, peralatan, dan sebagainya. Input dibagi menjadi
dua, yaitu input primer dan input sekunder. Input primer adalah kas, sedangkan input sekunder
adlah bvahan baku, orang, infrastruktur, dan masukan lainnya yang digunakan untuk proses
menghasilkan output. Kalau sebuah organisasi hanya memiliki input primer, maka input primer
tersebut harus diubah menjadi input sekunder. Sebagai contoh, untuk bisa melakukan proses
belajar mengajar, suatu universitas membutuhkan input berupa dosen, infrastruktur, seperti ruang
kuliah, papan tulis, mesin pendingin ruangan, baku, dan sebagainya, bukan uang kas secara
langsung. Kas tersebut diperlukan untuk membeli sumber daya input sekunder untuk diolah
menjadi output tertentu.
Indikator ekonomi merupakan indikator tentang penggunaan input. Dalam konteks dua jenis
input tersebut, keekonomian dapat dianalisis dengan membandingkan input sekunder dengan
membandingkan input sekunder pada input jumlah input primer yang dibutuhkan. Misalnya untuk
melaksankan sebuah kegiatan penyuluhan, dibutuhkan input 3 ruang kelas (input sekunder). Untuk
dapat menyewanya, dibutuhkan dana Rp 30 juta (input primer). Perbandingan input sekunder pada
kualitas tertentu dengan input primer yang dikeluarkan akan menghasilkan kesimpulan tentang
keekonomiannya.
Bagaimana dengan konsep ekonomi untuk memperoleh staf atau tenaga kerja? Konsep
ekonomi dalam membeli staf atau tenaga kerja berarti organisasi hendaknya memperoleh staf yang
memiliki kompetensi, keahlian, keterampilan, dan motivasi tinggi sesuai dengan yang diharapkan
organisasi dengan tingkat biaya/harga yang paling murah. Konsep ekonomi untuk memperoleh
staf menimbulkan banyak argumentasi yang berbeda. Apakah ekonomi dalam memperoleh staf
tidak berarti pemerasan tenaga kerja karena kesan tenaga kerja dibayar terlalu murah? Di sisi lain,
tenaga kerja yang murah merupakan alat untuk memperoleh keunggulan bersaing. Pada dasarnya,
ekonomi dalam hal adalah bagaimana memperoleh, mempertahankan, dan mengamankan staf
denagn biaya lebih rendah yang mungkin bisa dilakukan, dan tidak sebatas permasalahan gaji.
Pengukuran Efisiensi
Efisiensi adalah hubungan antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan sebuah
kegiatan/aktivitas denagn sumber daya (input) yang digunakan. Suatu organisasi, program, atau
kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilakn output tertentu dengan input tertentu
mampu menghasilkan output sebesar-besarnya (spending well).
output
Efisiensi =
input
Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value for money. Efisiensi diukur
dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin
tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk relative. Unit A
adalah lebih efisien dibandingkan unit B, unit A lebih efisien tahun ini disbanding tahun lalu, dan
seterusnya. Karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan, maka
perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara:
Meningkatan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat
sasaran
Meningkatkan mutu pelayanan publik
Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya
penghematan dalam penggunan input
Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik
Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebagai akar
pelaksanaan akuntanbilitas publik
Estimasi indikator kinerja, meliputi :
1. Kinerja tahun lalu. Kinerja tahun lalu (merupakan benchmark (perbandingan) bagi unit tersebut
untuk melihat seberapa besar kinerja yang telah dilakukan).
2. Expert. Expert judgment (menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam mengestimasi
indikator kinerja.)
3. Trend. Trend (Trend digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya pengaruh
waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja).
4. Regresi.
Berikut contoh konsep dan praktik pengukuran kinerja di lingkungan Organisasi Sektor
Publik (pada Instansi Pemerintahan Daerah )
Pengukuran kinerja Pemerintah Daerah (Pemda) harus mencakup pengukuran kinerja
keuangan dan non keuangan. Indikator Kinerja Pemda, meliputi indikator input, indikator proses,
indikator output, indikator outcome, indikator benefit dan indikator impact.
1. Indikator Masukan (Inputs), misalnya:
a. Jumlah dana yang dibutuhkan;
b. Jumlah pegawai yang dibutuhkan;
c. Jumlah infra struktur yang ada;
d. Jumlah waktu yang digunakan.
2. Indikator Proses (Process), misalnya:
a. Ketaatan pada peraturan perundangan;
b. Rata-rata yang diperlukan untuk memproduksi atau menghasilkan layanan jasa.
3. Indikator keluaran (Output), misalnya:
a. Jumlah produk atau jasa yang dihasilkan;
b. Ketepatan dalam memproduksi barang atau jasa.
4. Indikator hasil (outcome), misalnya:
a. Tingkat kualitas produk dan jasa yang dihasilkan;
b. Produktivitas para karyawan atau pegawai.
5. Indikator manfaat (benefit), misalnya:
a. Tingkat kepuasan masyarakat;
b. Tingkat partisipasi masyarakat.
6. Indikator impact, misalnya:
a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
b. Peningkatan pendapatan masyarakat.
Karakteristik Pemda sebagai pure non profit organization menempatkan organisasi ini
mempunyai keunikan yang sangat berbeda dengan perusahaan bisnis. Pemda mempunyai
tanggung jawab besar di bidang ekonomi dan sosial secara bersama. Pengukuran kinerja Pemda
harus mempertimbangkan indikator-indikator ekonomi dan sosial secara komprehensif yang
mencakup:
1. Kondisi Ekonomi Nasional:
a. Tingkat pertumbuhan produk domestik bruto
b. Produk domestik bruto riil per kapita
c. Tingkat tabungan
d. Defisit/surplus keuangan daerah.
e. Utang dalam dan luar negeri.
f. Cadangan emas dan devisa.
2. Lingkungan Bisnis:
a. Indeks kebebasan ekonomi.
b. Perlindungan hak milik
c. Indek persepsi korupsi.
d. Kebebasan bank.
3. Stabilitas dan Pengembangan
a. Sebaran pendapatan.
b. Paritas upah tenaga kerja pria/wanita.
c. Tingkat pengangguran.
d. Partisipasi politik.
e. Jumlah pengungsi.
f. Kepastian hukum.
g. Jumlah kendaraan pribadi dan umum.
h. Kondisi keamanan daerah.
4. Kesehatan
a. tingkat akelahiran.
b. Harapan hidup.
c. Tingkat kematian.
d. Program pemeliharaan kesehatan.
e. Pengeluaran untuk keshatan.
f. Perbandingan penduduk dengan dokter/tenaga medis.
5. Pendidikan
a. Tingkat partisipasi pendidikan.
b. Anggaran pendidikan.
c. Kualitas tenaga pengajar.
d. Kecukupan sarana dan prasarana pendidikan.
e. Rata-rata tingkat pendidikan masyarakat.
f. Pemerataan pendidikan.
2.7 PELAPORAN KINERJA
Informasi tentang kinerja menjadi informasi penting yang dibutuhkan disetiap fase
perjalanan organisasi sektor publik dalam mencapai visi dan misinya. Dalm aspek perencanaan,
informasi tentang kinerja memberiakn gambaran penting dan fundamental tentang kondisi saat ini
yang menjadi basis perencanaan. Sebauh program pemberantasan buta huruf misalnya,
membutuhkan data pencapaian tingkat buta huruf yang ada. Tanpa informasi itu, pemerintah akan
menagalami keracunan dalam menetapkan target keberhasilan dan menghitung jumlah sumber
daya yang dibutuhkan.
Informasi tentang kinerja juga dibutuhkan pada saat pelaksanaan kegiatan. Seperti layaknya
indikator dan rambu saat berkendara, informasi kinerja berguna bagi organisasi untuk mengetahui
posisi dan keberadaannya sehingga dapat mengatur strategi dan terobosan yang diperlukan.
Informasi tentang kinerja dalam bentuk laporan pertanggungjawaban menjadi informasi
yang paling krusial untuk kepentingan evaluasi. Tanpa laporan kinerja dalam proses
pertanggungjawaban, siklus penganggaran berbasis kinerja menjadi tidak lengkap. Anggaran
kinerja merencanakan uang dan kinerja. Karena itu, penggunaan uang dan pencapaian kinerja yang
bersangkutan harus dipertanggungjawabkan pada akhir periode penganggaran. Proses audit pun
seharusnya menjadi satu kesatuan antara audit laporan keuangan dan audit kinerja.
Sistem pengukuran kinerja sector publik adalah suatu system yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur financial dan non
financial. Sistem pengukuran kinerja merupakan salah satu alat pengendalian organisasi karena
diperkuat dengan adanya mekanisme reward and punishment. Pengukuran kinerja sector publik
dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah, memperbaiki pengalokasian
sumber daya dan pembuatan keputusan, serta untuk memfasilitasi terwujudanya akuntabilitas
publik.
Inti pengukuran kinerja pemerintah adalah pengukuran value for money. Kinerja pemerintah
harus diukur dari sisi input,outpur dan outcome. Tujuan pengukuran value for money yaitu
mengukur tingkat keekonomisan dalam alokasi sumber daya, efisiensi dalam penggunaan sumber
daya dan hasil yang maksimal, serta efektifitas dalam penggunaan sumber daya.
DAFTAR PUSTAKA
Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: salemba 4.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengukuran_kinerja
http://magussudrajat.blogspot.com/2011/06/pengukuran-kinerja-sektor-publik.html
http://rajapresentasi.com/2010/09/indikator-kinerja-utama-contoh-indikator-kinerja-utama-2/
http://perencanaan.ipdn.ac.id/kajian-perencanaan/kajian-perencanaan/indikatorkinerjautama
http://mohmahsun.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-pengukuran-kinerja.html