Anda di halaman 1dari 6

Pengukuran kinerja organisasi pemerintah

PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA


Dalam konteks akuntansi sektor publik, kinerja mengacu pada penilaian hasil-hasil yang
dicapai oleh suatu organisasi atau entitas pemerintah. Definisi kinerja dalam akuntansi sektor publik
melibatkan evaluasi pencapaian tujuan-tujuan organisasi, program, atau proyek yang dijalankan oleh
entitas publik. Penilaian kinerja ini penting untuk mengukur efisiensi, efektivitas, dan dampak dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah atau organisasi sektor publik lainnya.

Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas
dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan
sebagai umpan balik dalam bentuk tindakan yang efektif dan efisien dan akan memberikan informasi
tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-
penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.

Dalam konteks akuntansi sektor publik, pengukuran kinerja melibatkan pemantauan dan
evaluasi pencapaian hasil-hasil, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Proses pengukuran
kinerja ini melibatkan penggunaan indikator-indikator kinerja atau Key Performance Indicators (KPIs)
yang telah ditetapkan sebelumnya. KPIs adalah variabel-variabel tertentu yang diukur dan dievaluasi
secara teratur untuk mengidentifikasi sejauh mana suatu organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

Pengukuran kinerja dalam akuntansi sektor publik di Indonesia berasal dari perkembangan
global tentang prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance) dan manajemen kinerja yang
efisien dan efektif. Prinsip-prinsip ini telah menjadi fokus utama bagi banyak negara, termasuk
Indonesia, untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan responsivitas pemerintah terhadap
kebutuhan masyarakat.

Salah satu tonggak penting dalam pengembangan pengukuran kinerja sektor publik di
Indonesia adalah Reformasi Birokrasi yang dimulai pada akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000-
an. Reformasi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, akuntabilitas, dan kinerja lembaga-
lembaga pemerintah di Indonesia. Seiring dengan reformasi ini, pemerintah Indonesia mulai
memperkenalkan berbagai metode dan alat untuk mengukur kinerja sektor publik.

Pada tahun 2001, pemerintah Indonesia meluncurkan program Reformasi Tata Kelola
Keuangan Negara (RTKKN) yang mencakup berbagai aspek, termasuk pengukuran kinerja. Program
ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan integritas pengelolaan keuangan
negara. Selanjutnya, pada tahun 2003, pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang
mengatur tentang tata cara pengukuran kinerja badan layanan umum di Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga mengadopsi prinsip-prinsip manajemen kinerja berbasis hasil
(performance-based management) yang telah menjadi praktik umum dalam pengukuran kinerja
sektor publik di berbagai negara. Penerapan metode-metode ini melibatkan penetapan indikator-
indikator kinerja, pengukuran pencapaian hasil, dan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan
bahwa entitas pemerintah mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Mahmudi (2005), tujuan pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi. Penilaian kinerja berfungsi sebagai
tonggak yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan dan menunjukkan apakah organisasi
berjalan sesuai arah atau menyimpang dari tujuan yang ditetapkan.
2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai. Penilaian kinerja merupakan sarana untuk
pembelajaran pegawai tentang bagaimana seharusnya mereka bertindak dan memberikan
dasar dalam perubahan perilaku, sikap, ketrampilan atau pengetahuan kerja yang harus
dimiliki pegawai untuk mencapai hasil kerja terbaik.
3. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya. Penerapan penilaian kinerja dalam jangka
panjang bertujuan untuk membentuk budaya berprestasi di dalam organisasi dengan
menciptakan keadaan dimana setiap orang dalam organisasi dituntut untuk berprestasi.
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan, pemberian
penghargaan dan hukuman. Organisasi yang berkinerja tinggi berusaha menciptakan sistem
penghargaan seperti kenaikan gaji/tunjangan, promosi atau hukuman seperti penundaan
promosi atau teguran, yang memiliki hubungan yang jelas dengan pengetahuan, ketrampilan
dan kontribusi terhadap kinerja organisasi.
5. Memotivasi pegawai. Dengan adanya penilaian kinerja yang dihubungkan dengan
manajemen kompensasi, maka pegawai yang berkinerja tinggi atau baik akan memperoleh
penghargaan.
6. Menciptakan akuntabilitas publik. Penilaian kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja
manajerial dicapai yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Kinerja tersebut harus diukur
dan dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja
organisasi dan berguna bagi pihak internal maupun eksternal organisasi.

Menurut Yuwono dkk (2007), manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:

1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih
dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam
upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan
dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan
terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).
4. Membuat suatu sasaran strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga
mempercepat proses pembelajaran organisasi.
5. Membangun konsensus untuk melakukan sesuatu perubahan dengan memberi reward atas
perilaku yang diharapkan tersebut. Uraian manfaat pengukuran kinerja tersebut sudah
cukup baik, hanya saja kekurangannya belum mengungkapkan manfaat pengukuran kinerja
terkait dengan aspek non-market yaitu lingkungan dan sosial

VALUE OF MONEY
Adalah suatu konsep penilaian kinerja suatu organisasi sektor publik berdasarkan tingkat
keberhasilan suatu program kerja mengacu kepada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi
dan efektivitas. Melalui konsep value for money memberikan informasi berupa indikator
apakah anggaran (dana) yang dibelanjakan menghasilkan nilai tertentu bagi masyarakatnya.
Value for Money merupakan sebuah rangkaian indikator yang unsur-unsurnya merupakan satu
kesatuan dari input, output, dan outcome. Value for money menghendaki organisasi bisa
memenuhi prinsip ekonomi, efisiensi dan efektivitas tersebut secara bersama-sama.
Manfaat value for money dalam pengukuran kinerja keuangan organisasi sektor publik sangat
membantu suatu instansi pemerintah agar dapat memberikan kesadaran akan uang publik
(public costs awareness) sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas publik. Selain itu
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan tepat dan sesuai sasaran sehingga
terciptanya mutu pelayanan yang baik dengan penggunaan sumber daya yang ekonomis dan
efisien.
Menurut Mardiasmo (2002), value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor
publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Terdapat tiga indikator utama dalam value for money, yaitu sebagai berikut:
1. Ekonomi, yaitu pemerolehan input dengan kualitas tertentu dengan harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan
dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik
dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan menghindari
pengeluaran yang boros dan tidak efektif.
2. Efisiensi, yaitu pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan
perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah
ditetapkan.
3. Efektivitas, yaitu tingkat pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan
secara sederhana, efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
Skema proses kerja dan pengukuran value for money digambarkan sebagai berikut:

PELAPORAN KINERJA
Menurut PERMENPAN No. 53 Tahun 2014, Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas
dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja
adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil
analisis terhadap pengukuran kinerja.
Tujuan pelaporan Kinerja
1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang
telah dan seharusnya dicapai,
2. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk
meningkatkan kinerjanya.
Format laporan kinerja
Pada dasarnya laporan kinerja disusun oleh setiap tingkatan organisasi yang menyusun
perjanjian kinerja dan menyajikan informasi tentang:
1. Uraian singkat organisasi;
2. Rencana dan target kinerja yang ditetapkan;
3. Pengukuran kinerja;
4. Evaluasi dan analisis kinerja untuk setiap sasaran strategis atau hasil program/kegiatan
dan kondisi terakhir yang seharusnya terwujud. Analisis ini juga mencakup atas
efisiensi penggunaan sumber daya.

Metode Pengukuran Kinerja Pada Organisasi Pemerintah


Balanced Scorecard (BSC) BSC berpandangan pada 4 perspektif, yaitu : (i) Perspektif
Keuangan, (ii) Perspektif Pelanggan, (iii) Perspektif
Internal, Dan (iv) Perspektif Pembelajaran Dan
Pertumbuhan.

Performance Pyramid PPS adalah sebuah sistem yang saling terkait dari variabel
System kinerja yang berbeda, yang dikontrol pada tingkat organisasi
(PPC) yang berbeda.

The Tableau De Bord (TdB) TB tidak dapat menjadi dokumen tunggal yang berlaku
sama baik untuk seluruh perusahaan karena setiap subunit
memiliki tanggung jawab dan objektif yang berbeda.
Berbagai TB yang digunakan dalam perusahaan tidak boleh
terbatas pada indikator-indikator keuangan.

Productivity Measurement ProMES dikembangkan oleh pritchard yang didasarkan pada


And teori perilaku kerja. Motivasi dipandang sebagai suatu
Enhancement System proses alokasi sumber daya ke seluruh tindakan dan tugas,
(PrOMES) dimana sumber daya tersebut adalah waktu dan tenaga
seseorang. Motivasi seseorang adalah hasil dari tindakan,
produk, evaluasi, hasil dan terpenuhinya kebutuhan orang
tersebut.

Activity-Based Costing Teknik dasar ABC adalah untuk menganalisis biaya tidak
(ABC) langsung dalam perusahaan dan untuk menemukan kegiatan
yang menyebabkan biaya-biaya tersebut.

Sink And Tuttle Pendekatan klasik yang menyatakan bahwa kinerja suatu
organisasi memiliki keterkaitan yang rumit antar tujuh
kriteria kinerja. (1) Efektivitas, (2) Efisiensi, (3) Kualitas,
(4) Produktivitas, (5) Kualitas Kehidupan Kerja, (6) Inovasi,
(7) Profitabilitas / Budget Ability

Theory Of Constraints Mengidentifikasi kendala sistem - Memutuskan bagaimana


memanfaatkan sistem kendala -> Tidak memprioritaskan
segala sesuatu yang lain di atas keputusan -> Meningkatkan
sistem kendala. Ketika sebuah kendala rusak, kembali ke
langkah (1)

LAKIP
LAKIP digunakan oleh pemerintah indonesia untuk mendorong proses pengukuran kinerja dan
pelaporan kinerja secara lebih sistematis. Pelaporan kinerja ini dimaksudkan untuk
mengkomunikasikan capaian kinerja instansi pemerintah dalam suatu tahun anggaran yang
dikatikan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran pemerintah.
LAKIP harus dibuat secara tertulis dan disampaikan secara periodik. LAKIP juga harus
disampaikan selambat lambatnya 3 bulan setelah tahun anggaran berakhir.
LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang melibatkan pihak yang berwenang
membuat dan merima LAKIP.
Instansi yang berwenang dalam membuat LAKIP adalah kementrian, departemen, lembaga
pemerintah non departemen, kesekretariatan lembaga tinggi negara, markas besar TNI,
kepolisian RI, kantor perwakialn kabupaten/kota, dan lembaga lainnya yang dibiayai dari
anggaran negara.

3 Prinsip LAKIP :
1. prinsip lingkup pertanggung jawaban : hal yang dilaporkan harus proposional dengan
lingkup kewenangan dan tanggung jawab masing masing, serta memuat kegagalan dan
keberhasilan.
2. Prinsip prioritas : hal yang dilaporkan adalah hal penting dan relevan bagi
penegmbalian keputusan dan pertanggungjawaban instansi yang diperlakukan untuk
upaya upaya tindak lanjutnya
3. Prinsip manfaat : manfaat laporan harus lebih besar daripada biaya penyusunan, dan
laporan harus bermanfaat bagi peningkatan pencapaian kinerja
Format laporan LAKIP
indikator konsep
Ikhtisar eksekutif Menyajikan tujuan dan sasarn yang telah
ditetapka dalam rencana strategi, sejauh
mana instansi pemerintah mencapai tujuan
dan sasarn utama tersebut, serta kendala
yang dihadapi dalam pencapiaanya.
pendahuluan Menjalskan hal hal umum tentang instansi
uraian singkat dibebankan kepada instansi
Rencana strategis Menyajikan gambaran singkat tentang
sasaran yang ingin dicapai oleh instansi
pada tahun bersangkutan, serta bagaiaman
kaitanya dengan capaian misi instansi.
Akuntabilitas kinerja Menyajika uraian hasil pengukuran kinerja,
evaluasi, dan analisis akuntabilitas
pemerintah RI diluar negri, kejaksaan
agung, perangkat pemerintah provinsi,
perangkat kinerja.
penutup Mengemukakan tinjauan secara umum
tentang keberhasilan dan kegagalan
lampiran Berisi setiap bentuk penjelasan lebih lanjut,
perhitungan-perhitungan, gambar, dan asepk
pendukung.

Anda mungkin juga menyukai