Anda di halaman 1dari 4

BAB 7

KATEGORI PENGUKURAN KINERJA

A. Kesenjangan Harapan Pengukuran Kinerja


Banyaknya komentar masyarakat tentang keberhasilan dan ketidakberhasilan instansi
pemerintah dalam menjalankan amanah yang diberi kan kepadanya menunjukkan harapan dan
kepedulian publik yang harus direspons. Namun, antara harapan masyarakat terhadap kinerja
instansi pemerintah dengan apa yang dilakukan oleh para pengelola dan pejabat pemerintahan
sering berbeda. Artinya, terjadi kesenjangan harapan (expectation gap) yang bisa menimbulkan
ketidakharmonisan antara instansi pemerintah dengan para direct users dari masyarakat.
Expectation gap merupakan kesenjangan yang terjadi karena adanya perbedaan antara
harapan masyarakat dengan apa yang sebenarnya men jadi pedoman mutu manajemen suatu
organisasi yang menyediakan layanan publik. Hal ini sebagai akibat dari belum adanya sistem
peng ukuran kinerja formal yang dapat menginformasikan tingkat keberhasilan suatu instansi
pemerintah. Para pengelola pemerintahan sering mempu nyai anggapan bahwa ukuran
keberhasilan suatu instansi pemerintah ditekankan pada kemampuan instansi tersebut dalam
menyerap anggaran.
Pada era reformasi saat ini, fenomena pengukuran keberhasilan yang hanya
menekankan pada input seperti di atas banyak mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dipertimbangkan untuk mem perbaiki indikator keberhasilan suatu instansi
pemerintah agar lebih mencerminkan kinerja sesungguhnya. Dalam modul Sosialisasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dijelaskan bahwa tingkat keberhasilan suatu instansi
pemerintah harus memperhatikan seluruh aktivitas. Tingkat keberhasilan harus diukur tidak
semata-mata kepada input dari program instansi tetapi lebih ditekankan kepada output, proses,
manfaat, dan dampak dari program instansi tersebut bagi kesejahteraan masyarakat.
Melalui suatu pengukuran kinerja, keberhasilan suatu instansi pemerintah akan lebih
dilihat dari kemampuan instansi tersebut berdasarkan sumber daya yang dikelolanya untuk
mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam perencanaan strategis.

B. Peran Indikator Kinerja


Dalam rangka mengukur tingkat keberhasilan suatu instansi peme rintah sangat
dibutuhkan adanya indikator yang jelas oleh stakeholders. Indikator kinerja adalah ukuran
kuantitaif dan/atau kualitatif yang meng gambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang
akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat
kinerja, baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan
selesai dan berfungsi.
Dengan demikian, tanpa adanya indikator kinerja, sulit bagi kita untuk menilai tingkat
keberhasilan dan ketidakberhasilan kebijaksanaan mau pun program suatu instansi pemerintah.
Dengan indikator kinerja, suatu organisasi mempunyai wahana yang jelas bagaimana dia akan
dikatakan berhasil atau tidak berhasil di masa yang akan datang.
Jadi dengan adanya indikator yang jelas diharapkan akan menciptakan konsensus
berbagai pihak baik internal maupun eksternal untuk menghindari kesalahan interpretasi selama
pelaksanaan program dan dalam menilai keberhasilan suatu instansi pemerintah.

C. Berbagai Kategori Pengukuran Kinerja


Kategori ini dapat diterapkan pada setiap jenis organisasi sektor publik dengan
modifikasi sesuai dengan karakteristik dan keunikan organisasi yang bersangkutan.

1. Ukuran-ukuran Finansial
a. Ukuran Biaya
b. Ukuran Pendapatan
c. Ukuran Tingkat Pengembalian dan Surplus
2. Ukuran Produktivitas
3. Ukuran Kualitas
4. Ukuran Pelayanan
5. Ukuran Inovasi
6. Ukuran Personalia

D. Pendekatan Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik


1. Analisis Anggaran
Adalah pengukuran kinerja yang dilakukan dengan cara membandingkan anggaran
dengan realisasinya. Hasil yang di peroleh berupa selisih lebih (favourable variance) atau selisih
kurang (unfavourable variance). Teknik ini berfokus pada kinerja.
input yang bersifat finansial. Data yang digunakan untuk dasar analisis adalah anggaran dan
laporan realisasi anggaran.

2. Analisis Rasio Laporan Keuangan


Pengukuran kinerja yang didasarkan atas penghitungan rasio rasio keuangan, misalnya
rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solva bilitas dan rasio pasar. Rasio likuiditas digunakan untuk
mengukur kemampuan organisasi dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio aktivitas
mengukur sejauhmana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset
tersebut. Rasio solvabilitas mengukur sejauh mana kemampuan organisasi memenuhi kewajiban
jangka panjang. Rasio pasar mengetahui perkembangan nilai orga nisasi (perusahaan) relatif
terhadap nilai buku organisasi (peru sahaan) tersebut. Data yang digunakan sebagai dasar untuk
analisis ini adalah neraca.

3. Balanced Scorecard Method


Pengukuran kinerja dengan berbasis pada aspek finansial dan non finansial. Dimensi
pengukuran mencakup 4 (empat) perspektif yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan
(users), perspektif proses bisnis internal dan perspektif inovasi-pembelajaran. Balanced Scorecard
Method banyak digunakan untuk membantu pengukuran kinerja sektor publik.

4. Performace Audit (Pengukuran Value for Money)


Pengukuran dan pemeriksaan kinerja dengan berdasarkan pada ukuran ekonomi,
efisiensi dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan pengukuran seberapa hemat pengeluaran
yang dilakukan. Efisiensi berhubungan dengan pengukuran seberapa benar cara yang digunakan
yaitu membandingkan input dengan output. Efektivitas berkaitan dengan pengukuran seberapa
tepat dalam pencapaian target yaitu dengan membandingkan hasil yang ditargetkan dengan
realisasinya.

E. Analisis Rasio Laporan Keuangan


Jenis laporan keuangan yang utama terdiri atas neraca, laba-rugi, laporan perubahan
modal, dan laporan arus kas. Penjelasan mengenai masing-masing jenis laporann
keuangan tersebut adalah neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus
kas.

1. Neraca
Adalah laporan keuangan yang sistematis tentang aktiva, utang serta modal dari suatu
perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi
keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu tutup buku dan
ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering
disebut dengan Balance Sheet.
Dengan demikian neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, utang, dan modal.
Aktiva adalah sumber-sumber ekonomik (economic resources) yang dikuasai oleh perusahaan
dan masih memberikan kemanfaatan dimasa yang akan datang. Utang merupakan pengorbanan
pengorbanan ekonomik (economic sacrifies) untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas
lain dimasa yang akan datang. Adapun yang dimaksud dengan modal pemilik adalah hak residu
atas aktiva setelah dikurangi dengan utang. Mudahnya modal adalah aktiva dikurangi total utang.

2. Laporan Laba-Rugi
Adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan
dalam rentang waktu tertentu. Laporan Laba-Rugi menyajikan pendapatan selama satu periode
dan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut pada perioda yang sama. Di laporan
Laba-Rugi dilaporkan juga untung (gain) dan rugi (loss).
Yang dimaksud dengan pendapatan (revenue) adalah kenaikan aktiva atau penurunan
kewajiban atau kombinasi keduanya sebagai akibat pe nyerahan produk perusahaan kepada
pelanggan. Adapun biaya (expense) merupakan penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban atau
kombinasi ke duanya sebagai akibat penyerahan produk perusahaan kepada pelanggan. Untung
adalah kenaikan aktiva neto yang berasal dari peristiwa insi dental dan bukan penyerahan jasa
kepada pelanggan. Sedangkan rugi adalah penurunan aktiva yang berasal dari peristiwa insidental
dan bukan dari penyerahan jasa kepada pelanggan.

3. Laporan Perubahan Modal


Adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyediakan informasi mengenai
perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan transaksi dengan pemilik pada satu
periode tertentu.

4. Laporan Arus Kas


Adalah laporan keuangan yang menyajikan secara systematic informasi tentang
penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Dalam laporan aliran kas,
penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan menurut kegiatan operasi, kegiatan
pembelanjaan, dan kegiatan investasi.

Ciri utama dari sistem pengukuran kinerja berbasis best value ini adalah dirumuskannya
indikator-indikator kinerja komprehensif (na. sional) yang berorientasi pada outcome sebagai
dasar untuk menetapkan indikator kinerja terbaik secara individual bagi daerah dan unit kerja.
Indikator nasional digunakan untuk menilai prestasi organisasi secara keseluruhan sebagai suatu
korporasi dan indikator individual setiap daerah dan unit kerja untuk menilai kinerja atas
pelayanan khusus atas fungsi masing-masing. Jadi indikator kinerja nasional ini berfokus pada
outcome daripada input (biaya pelayanan) serta sebagai pedoman bersama atas kinerja
individual. Setiap otoritas daerah dan unit kerja selanjutnya menetapkan target dengan prioritas
dan tujuan sebagaimana fungsinya masing masing.

Anda mungkin juga menyukai