Anda di halaman 1dari 21

Abstrak

Audit kinerja adalah audit yang dilaksanakan secara objektif dan sistematis

terhadap berbagai macam bukti informasi yang didapat untuk menilai kinerja

organisasi sector publik yang akan diaudit. Audit kinerja merupakan salah satu

jenis dari audit yang menjadi wewenang Badan Pemeriksa Keuangan yang sesuai

dengan Undang-Undang yang berlaku. Audit kinerja tentunya memiliki tujuan

yang ditetapkan agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai, tidak bisa di

pungkiri bahwasannya tujuan terbesar dari audit kinerja ialah melakukan dan

menganalisis dengan independent atas berbagai hal yang akan di audit.

Objek didalam audit kinerja seperti Organisasi pemerintah atau entitas pemerintah

yang terdiri dari Pemerintah Pusat/Daerah, Badan Usaha Milik Negara/Daerah,

dan Badan Layanan Umum, Program dan kegiatan inilah yang akan di audit oleh

audit kinerja agar tujuan yang sudah ditetapkan diawal dapat tercapai. Audit

kinerja merupakan salah satu dari jenis audit yang ada, didalam audit kinerja juga

memiliki berbagai jenis yang terdiri dari audit ekonomis, audit efisiensi, dan audit

efektivitas dimana audit ekonomis dan audit efisiensi merupakan bagian dari audit

manajemen sedangkan audit efektivitas sendiri merupakan bagian dari audit

program. Dalam menunjang hasil audit kinerja yang baik tentunya pelaksanaan

audit perlu dilaksanakan berdasarkan standar audit, di Indonesia standar audit

pada sektor publik adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dengan

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2017. Audit kinerja tidak

dapat berjalan dengan sempurna tanpa memperhatikan tahapan dan indikator yang

telah ditetapkan didalam audit kinerja sektor publik yang menjadi acuan agar
seorang auditor tetap memperhatikan alur dalam mengambil keputusan mengaudit

suatu organisasi sektor publik.

Kata Kunci: Audit Kinerja, Audit Ekonomis, Audit Efisiensi, Audit Efektivitas,

Standar Audit Kinerja, Tahapan Audit Kinerja, dan Indikator Audit Kinerja
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi


mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban,
maka dalam era otonomi daerah sekarang ini daerah diberikan kewenangan
mengurus dan mengatur semua urusan pemerintah pusat, pemberian otonomi
daerah ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas
sektor publik di Indonesia. Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam
masyarakat. Untuk itu, otonomi daerah diharapkan dapat menciptakan efisiensi
dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, meningkatkan kualitas pelayanan
umum dan kesejahteraan masyarakaat, membudayakan dan menciptakan ruang
bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan.
(Mardiasmo, 2002)

Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor


publik mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta
value for money dalam menjalankan aktivitasnya serta untuk menjamin
dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh organisasi sektor publik, maka
diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik tersebut. Audit yang dilakukan
tidak hanya audit yang terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan, namun perlu
diperluas dengan melakukan audit terhadap kinerja organisasi sektor publik.

Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara


yang diatur dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Audit pada laporan keuangan diperlukan
untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi dengan kriteria yang
telah ditentukan serta penyampaian hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
Hal ini pada akhirnya akan berpengaruh pada pemberian opini audit.

Dalam pelaksanaan audit, seorang auditor harus terlebuh dahulu


melakukan pertimbangan awal tingkat tingkat materialitas. Hal seperti ini yang
diungkapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001, SA Seksi
312:paragraph 10), bahwa pertimbangan auditor dalam menentukan materialitas
merupakan pertimbangan professional auditor dan dipengaruhi oleh presepsi atas
kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan
kepercayaan terhadap laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Gambaran Audit Kinerja Sektor Publik?


2. Apa Tujuan Audit Kinerja Sektor Publik?
3. Apa saja Objek dari Audit Kinerja Sektor Publik?
4. Apa saja Jenis-Jenis Audit Kinerja?
5. Bagaimana Karakteristik Kinerja Audit Sektor Publik?
6. Bagaimana Tahapan Audit Kinerja?
7. Apa saja Indikator Audit Kinerja Sektor Publik?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk menjelaskan bagaimana gambaran audit kinerja sektor publik!


2. Untuk menjelaskan tujuan dari audit kinerja sektor publik!
3. Untuk menjelaskan apa saja objek audit kinerja sektor publik!
4. Untuk menguraikan apa saja jenis audit kinerja!
5. Untuk menjelaskan karakteristik dari kinerja audit sektor publik!
6. Untuk menjelaskan tahapan dalam audit kinerja!
7. Untuk menjelaskan indikator audit kinerja sektor publik!
Audit Kinerja Pada Sektor Publik

Audit Kinerja Sektor Publik Pemerintah

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa telah menjadi tuntutan

masyarakat dan telah menjadi perhatian dari publik terhadap kinerja dari sektor

publik dalam bidang-bidang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat umum

seperti halnya pelayanan publik yang semakin besar. Menanggapi hal yang terjadi

ini, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang sebagai satu-satunya Lembaga

pemeriksa yang independent di pemerintah perlu mengembangkan metodologi

dari audit kinerja dan menyamakan pemahaman dari para auditornya, sehingga

dapat menjadikan hasil dari audit Badan Pemeriksa Keuangan sebagai bahan

pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja dari pemerintah saat ini.

Audit kinerja merupakan salah satu jenis dari audit yang menjadi

wewenang Badan Pemeriksa Keuangan yang sesuai dengan Undang-Undang.

Audit kinerja dari suatu organisasi dapat dikatakan atau dinilai baik jika organisasi

tersebut mampu dan sanggup melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai

tujuan yang sudah ditetapkan pada standar yang tinggi dengan biaya yang rendah.

Audit kinerja yang baik dari suatu organissi dapat dicapai ketika penyediaan jasa

dan administrasi oleh organisasi tersebut dilakukan pada tingkat yang ekonomis,

efisien dan efektif. Audit kinerja adalah audit yang dilakukan atas pengelolaan

dan tanggungjawab keuangan negara yang terjadi atas audit dari bebagai aspek,

yaitu aspek ekonomi, aspek efisiensi serta aspek efektivitas. Pengujian perlu

dilaksanakan dan dilakukan oleh auditor dalam pelaksanaan audit kinerja terhadap

pengendalian internal serta terhadap ketentuan perundang-undangan.


Audit ekonomi, audit efisiensi, dan audit efektivitas merupakan

pemeriksaan yang dilakukan dalam audit kinerja. Dimana untuk audit ekonomi

dan audit efisiensi disebut sebagai manajemen audit atau operasional audit

sedangkan untuk audit efektivitas disebut sebagai program audit. Performance

audit memiliki istilah lain yaitu Value for Money Audit yang disingkat dengan 3E

audit.

Tujuan Audit Kinerja Sektor Publik

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa definisi dari audit

kinerja adalah penilaian terhadap aspek ekonomi, aspek efisiensi, dan aspek

efektivitas atas suatu kegiatan/program/organisasi pemerintah dengan harapan

besar dapat memperbaiki dan memberikan peningkatan terhadap kinerja

pemerintah melalui rekomendasi yang telah diberikan. Sehingga tujuan dari audit

kinerja adalah sebagai berikut.

1. Melakukan audit kinerja yang independen atas aspek ekonomi, aspek

efisiensi, dan aspek efektivitas terhadap pelaksanaan program atau

kebijakan pemerintah. Audit kinerja dapat ditujukan untuk memeriksa

salah satu dari ketiga spek tersebut.

2. Audit kinerja tentunya bertujuan melakukan analisis yang independent atas

validitas dan reliabilitas sistem dari pengukuran atau laporan kinerja yang

telah dibuat oleh pemerintah.

3. Audit kinerja tentunya bertujuan melakukan analisis yang independen

untuk mengetahui dari permasalahan yang sedang terkait dengan aspek

ekonomi, aspek efisiensi, dan aspek efektivitas atas pelaksanaan dari


kegiatan/program/organisasi pemerintah dengan maksud tujuan untuk

memperbaiki kinerja pemerintah.

4. Audit kinerja harus melakukan penilaian yang independen terhadap

keberhasilan dari program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah serta

mengidentifikasi atas penyebab jika program yang telah dilaksanakan

tersebut tidak dapat mencapai tujuan yang sudah diharapkan atau

ditentukan.

Objek Audit Kinerja Sektor Publik

Objek audit kinerja dapat berupa sebagai berikut.

1. Organisasi pemerintah atau entitas pemerintah yang terdiri dari Pemerintah

Pusat/Daerah, Badan Usaha Milik Negara/Daerah, dan Badan Layanan

Umum. Dalam praktik lapangan, mengingat betapa luas dan kompleksnya

suatu organisasi maka audit kinerja atas suatu organisasi sangat jarang

dilakukan, dengan begitu sebagai konsekuensinya audit kinerja terhadap

organisasi hanya dilakukan terhadap fungsi, program atau kegiatan yang

telah dilaksanakan oleh organisasi tersebut.

2. Program yang merupakan bentuk dari kebijakan yang berisi satu atau lebih

dari kegiatan yang telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau

lembaga masyarakat yang telah dikoordinasi oleh instansi pemerintah agar

mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Contohnya saja pada

audit kinerja atas program dari wajib belajar selama dua belas tahun, audit

kinerja atas pemekaran daerah dan audit kinerja atas program dari

distribusi pupuk bersubsidi.


3. Kegiatan yang merupakan bagian dari program yang telah dilaksanakan

oleh suatu atau dari beberapa satuan kerja sebagai bagian atas pencapaian

sasaran yang terukur dari suatu program dan terdiri dari sekumpulan

tindakan atas pengerahan sumber daya yang ada, baik yang berupa

personal (SDM), barang modal termasuk teknologi dan peralatan, dana

atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis dari sumber daya tersebut

yang dijadikan sebagai input untuk menghasilkan output dalam barang

atau jasa. Contohnya saja pada audit kinerja atas pelayanan pembuatan

KTP, audit kinerja atas kegiatan pembangunan jalan, dan audit kinerja atas

kegiatan pengadaan buku pelajaran.

Jenis-jenis Audit Kinerja

Audit kinerja itu sering dikenal dengan performance audit atau juga value

for money yang merupakan konsep dari organisasi sektor publik. Sehingga dari

konsep tersebut kita dapat melihat bahwa jenis-jenis audit kinerja yang akan

dilakukan pada sektor publik yaitu sebagai berikut:

a. Audit secara Ekonomis, merupakan bagaimana upaya yang dilakukan oleh

suatu organisasi dalam memperoleh input (tolok ukur kinerja berdasarkan

besaran sumber dana) dengan kualitas dan kuantitas tertentu dengan harga yang

rendah. Artinya kita sebagai auditor dapat mengetahui apakah suatu organisasi

melakukan pengelolaan dengan baik secara ekonomis atau tidak? Ekonomis itu

merupakan suatu upaya dalam membeli barang atau jasa dengan mengeluarkan

biaya yang minim, dan kita dapat mengetahuinya dengan cara membandingkan

antara input yang diperoleh seperti dana, sumber daya manusia, waktu,
teknologi, dan sebagainya yang digunakan untuk melaksanakan program atau

kegiatan dalam suatu organisasi dengan input rupiah.

b. Audit secara Efisiensi, merupakan bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh

suatu organisasi untuk mendapatkan output (hasil yang dicapai atas

pelaksanaan kebijakan, program dan aktivitas) yang optimal dengan input

tertentu. Hal ini berarti kita dapat menilai bahwa suatu organisasi berjalan

secara efisien atau tidak? Efisien itu merupakan cara suatu organisasi untuk

menggunakan input yang minim dan organisasi itu dapat memperoleh output

yang maksimal dengan cara kita membandingkan antara input yang digunakan

dengan output yang akan dilaksanakan.

c. Audit secara Efektivitas, yang merupakan apakah suatu organisasi tersebut

telah mencapai tingkat keberhasilan (outcome) sesuai dengan target yang telah

ditentukan atas input yang mereka dapatkan dengan output yang telah

dilaksanakan.

Karakteristik Audit Kinerja Sektor Publik

Penekanan yang terjadi pada kegiatan audit kinerja terhadap aspek

ekonomi, aspek efisiensi, dan aspek efektivitas dari suatu organisasi memberikan

ciri khusus terhadap audit kinerja yang membedakannya dengan audit jenis yang

lain. Berikut merupakan karakteristik dari audit kinerja yang merupakan gabungan

dari audit manajemen dan audit program.

1. Audit Ekonomi dan Audit Efisiensi

Dalam pengelolaan organisasi konsep yang pertama, sektor publik pada

aspek ekonomi yang merupakan perolehan atas input dengan kualitas dan
kuantitas tertentu yang didapatkan pada harga yang terendah. Dimana aspek

ekonomi membandingkan antara input dengan input value yang diakui dalam

satuan moneter, yang berarti aspek ekonomi ini meminimalkan biaya perolehan

input yang digunakan dalam proses dengan selalu menjaga kualitas yang

sejalan dengan prinsip serta praktik administrasi dan kebijakan manajemen

yang sehat. Setelah dilakukannya audit kinerja atas aspek ekonomi dapat

memberikan jawaban atas pertanyaan yang muncul sebagai berikut.

a. Apakah input yang dibutuhkan sudah diperoleh dengan menggunakan dana

dari publik dengan cara yang ekonomi?

b. Apakah penggunaan input telah digunakan secara ekonomi?

c. Apakah dari kegiatan manajemen yang sudah dilaksanakan sesuai dengan

prinsip administratif dan kebjakan manajemen yang baik?

Contohnya untuk dapat menilai penggunaan dana public untuk memperoleh

input yang diperlukan adalah barang A dapat dibeli di toko B dengan harga

Rp400.000.000,00. Dengan cara pembayaran, kualitas dan layanan purnajual yang

sama barang A dapat dibeli di toko C dengan harga Rp380.000.000,00. Jika suatu

entitas membeli di toko B maka dikatakan entitas tersebut telah melakukan

pemborosan atau ketidakekonomisan sebesar Rp20.000.000,00

Dalam pengelolaan organisasi konsep yang pertama, sektor publik pada aspek

efisiensi yang merupakan pencapaian antara output yang maksimum dengan input

tertentu atau juga dapat dikatakan penggunaan input yang terendah untuk

mencapai output tertentu. Dimana aspek efisiensi membandingan antara output

atau input yang dikaitkan dengan standar dari kinerja yang telah ditetapkan.

Dengan kata lain aspek efisiensi ini merupakan hubungan yang optimal antara
input dan output. Apabila suatu entitas mampu menghasilkan output maksimal

dengan jumlah input tertentu atau mampu menghasilkan output tertentu (kuantitas

maupun kualitas) dengan memanfaatkan input minimal entitas tersebut dapat

dikatakan efisien.

Pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dipertimbangkan dalam melakukan

pemeriksaan untuk menilai efisiensi,

a. Apakah input yang ada telah dipakai secara optimal?

b. Apakah output yang sama didapatkan dengan lebih sedikit input?

c. Apakah output yang terbaik dalam ukuran kuantitas dan kualitas didapatkan

dari input yang digunakan?

Aspek efisiensi dapat dirumuskan dengan menggunakan perbandingan antara

aktivitas/industri yang sejenis, periode lain, standar, dan best practices yang

secara tegas telah diperoleh oleh entitas.

Contohnya untuk memproduksi suatu jenis output tertentu dengan jumlah

tertentu yang sama terdapat tiga cara yang dilakukan didalam audit efisiensi:

a. Cara pertama, membutuhkan 6 unit material A dan 3 jam kerja sebagai

input.

b. Cara kedua, membutuhkan 7 unit material A dan 4 jam kerja sebagai input.

c. Cara ketigamembutuhkan 8 unit material A dan 5 jam kerja sebagai input.

Maka dapat dikatakan bahwa cara pertama lebih efisien dari cara kedua dan

cara ketiga. Karena rasio input dan output (i/o) pada cara pertama, lebih kecil

dibandingkan dengan rasio input dan output (i/o) pada cara kedua dan cara ketiga.

Tingkat efisiensi suatu entitas dapat diketahui melalui audit dan dapat juga
menggunakan konsep cost-effectiveness sebagai alat analisis dalam melakukan

pemeriksaan.

Audit atas efisiensi meliputi aspek, apakah:

1. Program, aktivitas, fungsi, dan kegiatan sudah dikelola, diatur,

diorganisasikan, dan dilaksanakan dengan cara yang efisien;

2. Jasa yang diberikan oleh pemerintah sudah ditetapkan waktunya dengan

memadai.

Sebenarnya Audit ekonomi dan audit efisiensi ini memiliki bertujuan yang

sama yaitu bertujuan untuk menentukan bahwa suatu entitas sudah

mendapatakan, melindungi, dan menggunakan sumber dayanya (karyawan,

gedung, ruang dan peralatan kantor) secara ekonomis dan efisien. Selain itu

terdapat tujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi penyebab terjadinya

praktik-praktik yang tidak ekonomis atau tidak efisien, termasuk

ketidakmampuan suatu organisasi dalam mengelola sebuah sistem informasi,

prosedur administrasi dan struktur dari organisasi.

Hal- hal yang perlu dijadikan pertimbangkan dalam melakukan audit ekonomi

dan audit efisiensi, yaitu dengan mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit :

a. Telah mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang baik;

b. Telah melakukan pengadaan sumber daya sesuai dengan

kebutuhan pada biaya yang rendah;

c. Telah melindungi dan memelihara semua sumber daya yang

ada dengan maksimal;

d. Telah menghindari duplikasi pekerjaan yang kurang jelas

tujuannya;
e. Telah menghindari terjadinya pengangguran sumber daya

(jumlah pegawai) yang berlebihan;

f. Telah menggunakan prosedur kerja dengan efisien;

g. Telah menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas)

yang minimum dalam menghasilkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas

yang tepat;

h. Telah mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya

Negara;

i. Telah melaporkan ukuran yang real dan dapat

dipertanggungjawabkan mengenai efisiensinya.

Kita dapat mengetahui apakah suatu organisasi telah menghasilkan output yang

optimal dengan sumber daya yang dimilikinya atau tidak, untuk mengetahuinya

auditor dapat membandingkan antara output yang telah dicapai pada periode yang

bersangkutan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, kinerja pada

tahun-tahun sebelumnya dan unit lain pada organisasi yang sama atau pada

organisasi yang berbeda.

2. Audit Efektivitas

Audit efektivitas memiliki tujuan untuk menentukan tingkat pencapaian

atas hasil yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan

sebelumnya dan menentukan apakah entitas yang diaudit telah

mempertimbangkan alternatif lain yang dapat memberikan hasil yang sama

dengan biaya terendah. Tujuan dari pelaksanaan audit efektivitas adalah:


a. Dalam rangka menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah

berjalan, apakah sudah memadai dan tepat

b. Dalam rangka menentukan tingkat pencapaian atas hasil suatu program

yang diinginkan

c. Dalam rangka menilai efektivitas program dan unsur-unsur dari program

secara terpisah

d. Dalam rangka mengidentifikasi faktor yang dapat menghambat

pelaksanaan kinerja yang baik

e. Dalam rangka menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan

alternatif untuk melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil

yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah

f. Dalam rangka menentukan apakah program tersebut sudah saling

melengkapi, tidak tumpang-tindih atau bertentangan dengan program lain yang

terkait

g. Dalam rangka mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program

tersebut dengan lebih baik lagi

h. Dalam rangka menilai kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku untuk program tersebut

i. Dalam rangka menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah

cukup memadai untuk mengukur, melaporkan dan memantau tingkat

efektivitas program

j. Dalam rangka menentukan apakah manajemen sudah melaporkan ukuran

yang real dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.


Efektivitas adalah tingkat pencapaian atas hasil program dengan target yang

telah ditetapkan. Efektivitas ini berkaitan dengan hubungan antara output yang

dihasilkan dengan tujuan yang dicapai (outcome). Efektivitas berarti output yang

dihasilkan telah memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.

Contohnya Pemerintah Daerah A memiliki program pelayanan bus yang

bertujuan untuk mengurangi tingkat penggunaan kendaraan pribadi di dalam kota.

Outputnya pelayanan bus yang diukur dengan jumlah kilometer pelayanan bus.

Dalam rangka pelaksanaan program tersebut, Pemerintah Daerah A melakukan

pembelian bus baru. Misalnya, biaya dari pengoperasian bus merek X selama

setahun sebesar Rp2.000.000.000, sedangkan biaya pengoperasian bus merek Y

juga seharga Rp2.000.000.000. Kilometer yang dilayani bus X 350.000 km

setahun, sedangkan bus Y 325.000 km setahun. Tetapi, dengan bus X penggunaan

kendaraan pribadi turun sebesar 10%. Sedangkan dengan bus Y, penggunaan

kendaraan pribadi turun sebesar 30%. Kesimpulannya dari sisi efektivitas

(hubungan antara output dan outcome) penggunaan bus Y lebih efektif (tetapi

tidak lebih efisien). Pertanyaan-pertanyaan berikut perlu dipertimbangkan untuk

melakukan pemeriksaan atas efektivitas suatu entitas.

a. Apakah output yang dihasilkan telah dimanfaatkan sebagaimana diharapkan?

b. Apakah output yang dihasilkan konsisten dengan tujuan?

c. Apakah dampak yang dinyatakan berasal dari output yang dihasilkan dan

bukan dari pengaruh lingkungan luar?

Standar Audit Kinerja


Dalam rangka menjamin mutu dari hasil pemeriksaan keuangan negara maka

pelaksanaan audit perlu dilaksanakan berdasarkan suatu standar audit. Di

Indonesia standar audit pada sektor publik adalah Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara (SPKN) dengan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun

2017. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara adalah standar untuk melakukan

audit atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dengan kata lain,

pemeriksa, baik pemerika Badan Pemeriksa Keuangan, akuntan publik atau pihak

lain yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

negara untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan, akuntan publik yang

melakukan pemeriksaan keuangan negara berdasarkan ketentuan undang-undang,

serta Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang melakukan Audit kinerja

dengan tujuan tertentu, wajib mengikuti standar audit yang telah ditetapkan dalam

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara terdiri dari Kerangka Konseptual

Pemeriksaan dan Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP). Pernyataan Standar

Pemeriksaan mencakup :

a. Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 100 tentang Standar Umum, untuk

melaksanakan audit keuangan, audit kinerja dan PDTT (Pemeriksaan Dengan

Tujuan Tertentu). Standar umum sangat berkaitan dengan etika, , integritas dan

profesionalisme, pengendalian mutu, independensi, pertimbangan

ketidakpatuhan, kompetensi, kecurangan dan ketidakpatutan, komunikasi

pemeriksaan, dokumentasi pemeriksaan dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil

pemeriksaan, hubungan dengan standar profesi yang digunakan oleh akuntan


publik, serta kewajiban Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan akuntan

publik dalam pemeriksaan keuangan negara.

b. Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 200 tentang Standar Pelaksanaan

Pemeriksaan, untuk mengatur tanggung jawab audit dalam melaksanakan

pemeriksaan yang mencakup perencanaan, pengumpulan bukti pemeriksaan,

serta pengembangan temuan pemeriksaan dan supervisi.

c. Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 300 tentang Standar Pelaporan

Pemeriksaan, untuk mengatur kewajiban audit dalam menyusun LHP (Laporan

Hasil Pemeriksaan) untuk audit keuangan, audit kinerja dan PDTT.


Tahapan Audit Kinerja

Sebelum auditor melaksanakan audit (pemeriksaan) terhadap kinerja suatu sektor

publik, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sebagai berikut.

1. Tahap Pengenalan dan Perencanaan

Dalam tahap ini auditor akan melakukan suatu survei mengenai lingkungan

organisasi yang terkait dengan struktur organisasi, lingkungan manajemennya,

operasional organisasi, kebijakan yang digunakan serta standar dan prosedur

kerja yang ditetapkan dan juga audirtor akan mereview atau mengevaluasi

seperti apa sistem pengendalian manajemen yang digunakan oleh suatu

organisasi tersebut, ini ditujukan untuk mengetahui kelemahan pengendalian

yang digunakan secara signifikan agar menjadi perhatian manajemen. Pada

tahap ini auditor diharapkan mampu menghasilkan dua buah dokumen, yaitu

dokumen analisis yang berisi identifikasi dari kelemahan yang ditemukan

dalam sistem pengendalian manajemen secara material serta membuat

rekomendasi perbaikan atas kelemahan tersebut, dan dokumen perencanaan

yang dihasilkan dari review yang telah dilaksanakan guna menentukan waktu

pekerjaan pemeriksaan selanjutnya.

2. Tahap Pengauditan

Dalam tahap ini auditor akan mengkaji hasil program-program yang telah

dilaksanakan oleh organisasi apakah sudah benar atau belum, lalu mengkaji

value for money organisasi tersebut apakah organisasi telah melaksanakan

program/kegiatan secara ekonomis, efisien dan efektif atau belum, serta auditor

juga akan mengkaji mengenai bagaimana kepatuhan organisasi terhadap

peraturan dan hukum yang berlaku bagi organisasi tersebut. Tahap ini
digunakan untuk membantu auditor dalam mencapai tujuan pengauditan

kinerja.

3. Tahap Pelaporan

Dalam tahap ini auditor akan membuat laporan secara tertulis terkait temuan-

temuan yang didapat dari hasil review dan survei yang telah dilaksanakan

sebelumnya. Laporan tertulis ini digunakan sebagai bukti yang nyata atas nilai

pemeriksaan yang dilakukan dan juga merupakan ukuran penting bagi

kesuksesan ataupun kegagalan dalam suatu pekerjaan.

4. Tahap Penindaklanjutan

Ditahap ini auditor akan memastikan apakah rekomendasi yang telah diberikan

sebelumnya sudah diimplementasikan atau belum, lalu proses ini dilakukan

dengan menemui pihak manajemen untuk mengetahui apakah terdapat masalah

dalam pengimplementasian rekomendasi tersebut. Jika terdapat masalah maka

pihak auditor akan mengumpulkan data-data yang diberikan oleh pihak

manajemen untuk kemudian dianalisis dan disusun dalam sebuah laporan.

Indikator Audit Kinerja Sektor Publik

auditor dalam meangaudit oraganisasi sektor publik harus menggunakan

indikator audit, indicator audit tersebut sebagai berikut.

a. Penentuan Tujuan, ditetapkan dengan konsisten sesuai kebutuhan dan

diurutkan berdasarkan skala prioritas.

b. Penetapan Strategi, program kerja yang disusun berdasarkan strategi yang telah

ditetapkan untuk mencapai tujuan.


c. Kelengkapan dan Keseimbangan Pengendalian, dengan kesibukkan yang

banyak dan kompleks, rentang pengendalian organisasi tetap harus lengkap dan

seimbang

d. Kualifikasi Manajemen, disini seorang manajemen hendaknya memiliki

kualifikasi yang kompeten dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

e. Job Descrition, dalam job description ini memudahkan komunikasi dan

koordiniasi serta memastikan tanggung jawab dari masing-masing posisi dalam

organisasi.

f. Perencanaan, terdiri dari hasil yang akan dicapai, kapan dilaksanakan,

anggaran yang diperlukan, dan standar pelaksanaan.

g. Evaluasi Kinerja pada Karyawan, yang didasarkan pada atribut yang paling

efektif dalam mendukung pencapaian tujuan evaluasi, dilakukan secara

periodik.

h. Sistem Pengendalian Manajemen untuk Produktivitas, organisasi menerapkan

standar produktivitas masing-masing departemen meliputi tingkat jasa yang

diharapkan untuk disediakan oleh departemen, kualitas jasa yang dicapai,

jumlah output yang dicapai, dan biaya yang dibutuhkan. Perbandingan antara

kinerja yang telah dicapai dengan standar yang ditetapkan dilaporkan secara

periodik. Penyebab penyimpangan diidentifikasi dan dianalisa untuk dikoreksi

dengan tepat. Prosedur penyampaian informasi mengenai produktivitas

ditetapkan untuk memastikan informasi yang lengkap, akurat, dan tepat waktu.

i. Garis wewenang dan tanggung jawab, ditetapkan secara jelas, logis, dan

konsisten.
j.  Pelaksanaan dan pengendalian kegiatan, dilakukan sesuai dengan rencana

yang ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi.

Kesimpulan

Hendaknya seorang auditor yang sudah memiliki kualifikasi di bidangnya

terlebih dahulu memahami standar audit kinerja, tahapan audit kinerja, dan

indikator audit kinerja yang digunakan dalam proses audit. Sehingga mendapatkan

hasil audit yang dapat terjamin kevalid-tannya dan dapat dipertanggungjawabkan

kepada organisasi sektor publik yang manaruh kepercayaan penuh kepada auditor

tersebut.

Anda mungkin juga menyukai