Anda di halaman 1dari 23

RANGKUMAN MATERI KULIAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, S.E., Ak., M.Si.

Oleh Kelompok 2:
Ni Kadek Cytra Prada Suary (2207531112 / 19)
Ni Made Dewi Risnawati (2207531117 / 21)
Karina Callista Harefa (2207531118 / 22)
Ida Ayu Karina Maheswari (2207531122 / 24)

Program Studi Sarjana Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2023
13.1 Audit Pertanggungjawaban Pemerintah dan Auditor Sektor Publik
Audit pada organisasi sektor publik telah menjadi isu yang penting dalam rangka
mewujudkan good governance. Audit merupakan suatu investigasi independen terhadap
beberapa aktivitas khusus. Mekanisme audit merupakan sebuah mekanisme yang dapat
menggerakkan makna akuntabilitas di dalam pengelolaan sektor pemerintahan, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), atau instansi pengelola aset negara lainnya. Auditing didefinisikan
sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti, tentang informasi yang dapat
diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan
independen, untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud
dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan (Arens & Loebbecke, 1991). Meskipun auditing
hanya memiliki pengertian yang tepat ketika digunakan dalam modifikasi yang terbatas,
namun untuk auditing pajak ataupun auditing keuangan, satu definisi umum dapat
dikemukakan sebagai berikut:
“Suatu proses sistematik secara objektif penyediaan dan evaluasi buktibukti yang
berkenaan dengan asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, guna memastikan derajat
atau tingkat hubungan antara asersi tersebut dengan kriteria yang ada, serta
mengomunikasikan hasil yang diperoleh tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
(Auditing Concepts Committee, “Report of the Committee on Basic Auditing Concepts,” The
Accounting Review. Vol. 47, Supp. 1972, hal 18).
Sedangkan audit pada organisasi sektor publik didefinisikan sebagai suatu proses
sistematik secara objektif, untuk melakukan pengujian keakuratan dan kelengkapan informasi
yang disajikan dalam suatu laporan keuangan organisasi sektor publik. Proses pengujian ini
memungkinkan akuntan publik independen yang bersertifikasi mengeluarkan suatu pendapat
atau opini mengenai seberapa baik laporan keuangan organisasi mewakili posisi keuangan
organisasi sektor publik dan apakah laporan keuangan tersebut memenuhi prinsip-prinsip
akuntansi yang berterima umum atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Di
Indonesia, PABU yang digunakan dalam audit untuk organisasi sektor publik adalah Standar
Audit Sektor Publik. GAAP ditetapkan oleh The American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA). Anggota dewan pengurus, staf dan sanak familinya tidak dapat
melakukan audit, karena hubungan kekeluargaan dengan yayasan mempengaruhi
independensi auditor.
Dari definisi tersebut di atas, beberapa bagian perlu mendapat perhatian, yaitu:
1. Proses sistematik - Audit merupakan aktivitas terstruktur yang mengikuti suatu urutan yang
logis.
2. Objektivitas - Hal ini berkaitan dengan kualitas informasi yang disediakan dan juga kualitas
orang yang melakukan audit. Secara esensial, objektivitas berarti bebas dari prasangka
(freedom from bias).
3. Penyediaan dan evaluasi bukti-bukti - Hal ini berkaitan dengan pengujian yang mendasari
dukungan terhadap asersi ataupun representasi.
4. Asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi - Hal ini merupakan suatu deskripsi luas
tentang subyek permasalahan yang diaudit. Asersi merupakan suatu proporsi yang secara
esensial dapat dibuktikan atau tidak dapat dibuktikan.
5. Derajat hubungan kriteria yang ada - Hal ini artinya suatu audit memberikan kecocokan
antara asersi dengan kriteria yang ada.
6. Mengomunikasikan hasil - Secara sederhana, agar bermanfaat, hasil audit perlu
dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Komunikasi dapat dilakukan
secara lisan maupun tertulis.
13.2 Kerangka Konseptual Audit Sektor Publik

Proses auditing yang dilakukan pada organisasi sektor publik memiliki beberapa
konsep dasar. Konsepsi auditing merupakan hal yang harus dilakukan saat pelaksanaan proses
audit. Adapun konsepsi auditing yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Pembuktian (evidence) yang Cukup
Bukti yang digunakan dalam proses audit merupakan bukti yang valid yaitu yang
memenuhi syarat formil dan materiil.
2. Memeriksa dengan Hati-hati (Due Audit Care)
Pemeriksaan yang dilakukan selama proses audit harus menggunakan kecermatan secara
profesional sesuai dengan keahliannya.
3. Penyajian yang Wajar (Fair Presentation)
Konsep audit penyajian yang wajar berkaitan dengan ketepatan akuntansi (accounting
propriety), pengungkapan yang cukup (adequate disclosure), dan kewajiban pemeriksaan
(audit obligation).
4. Bebas, mampu bertindak jujur dan objektif (independence) terhadap fakta dan
penyajiannya.
5. Berbuat/bertindak sesuai dengan kode etik (ethical conduct) sesuai dengan etika profesi
akuntan.

Secara umum proses audit terdiri dari tiga langkah yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan
(executing), pelaporan (reporting). Langkah yang sama juga dilakukan dalam proses audit
sektor publik. Berikut ini disajikan langkah-langkah audit pada saat proses audit dilakukan
pada organisasi.

13.3 Standar Audit Sektor Publik dan Audit Kinerja Sektor Publik
A. Standar Audit Sektor Publik
Standar Audit Sektor Publik (Pemerintahan) harus meliputi hal-hal sebagai berikut,
yaitu:
• Kualitas sumber daya manusia pada auditor pemerintah
Auditor di sektor pemerintah status kepegawaiannya adalah pegawai negeri. Dalam
perekrutannya sepenuhnya dipengaruhi oleh campur tangan pemerintah Selain
pengaruhnya yang begitu kuat, maka dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor
pemerintah (BPKP) sangat dipengaruhi oleh dominannya kekuasan pemerintah.
Kecenderungan ini membuat profesionalitas seorang auditor pemerintah sangat
diragukan.
• Landasan hukum
Langkah awal untuk melaksanakan audit atau pemeriksaan di sektor pemerintah
(publik) harus mengacu pada suatu pijakan hukum yang benar. Selama ini yang kita
lihat auditor yang menjalankan tugas bertolak pada Kepres dan Inpres. Di sini tampak
jelas bahwa auditor sektor publik diciptakan oleh pihak eksekutif dan bekerja untuk
mengawasi pihak eksekutif pula. Dengan demikian, tanggung jawab yang dipikul
auditor sektor publik bukan kepada publik atau masyarakat melainkan kepada pihak
pemerintah
• Keahlian
Untuk menunjang proses pemeriksaan yang memadahi setidak-tidaknya harus
dilakukan oleh seorang atau kelompok yang mempunyai suatu keahlian khusus di
bidangnya.
• Lingkup audit

Audit sektor publik (pemerintahan) harus mencakup audit keuangan dan audit
operasional. Tugas auditor selain mengaudit sektor keuangan perlu juga
memperhatikan audit pada sektor operasional. Perhatian auditor akan berkembang
pada audit manjemen, audit kinerja, audit terpadu, audit efisiensi dan efektivitas serta
berkembang menjadi audit value for money (value for money auditing) atau secara
komprehensif
• Independensi
Masalah independensi auditor, terutama pada auditor sektor publik merupakan hal
yang menjadi sorotan pertama bagi auditor. Praktik di Indonesia, auditor dari BPKP
sering kali terlihat tidak mempunyai kekuatan dalam mengungkapkan hasil
temuannya. Penyebab utama masalah ini adalah karena independensi sebagai auditor
tidak berada pada posisi yang netral.
• Standar Pelaporan
Untuk menindaklanjuti hasil pekerjaannya auditor tentunya menyusun pekerjaannya
dalam suatu laporan audit. Laporan audit pemerintahan menjadi layak dan andal
apabila sebelumnya ada suatu Standar Akuntansi Pemerintahan (Sektor Publik) yang
mempu menjabarkan aset, kewajiban, dan ekuitas yang dipunyai oleh negara beserta
penjabaran income negara dengan selayaknya.
• Distribusi Pelaporan
Agar ada tindak lanjut dari laporan audit sektor publik, seharusnya laporan audit
tersebut didistribusikan kepada publik untuk bisa mengevaluasi hasil kinerja
pemerintah.
B. Standar Audit Kinerja Sektor Publik
Dalam melaksanakan suatu audit, diperlukan standar yang akan digunakan untuk
menilai mutu pekerjaan audit yang dilakukan. Standar tersebut memuat persyaratan
minimum yang harus dipenuhi oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Di
Indonesia standar audit pada sektor publik adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Standar-standar yang
menjadi pedoman dalam audit kinerja menurut SPKN adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
a Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai
untuk melaksanakan tugas pemeriksaannya.
b Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi
pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari
gangguan pribadi, ekstern, organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
c Dalam melaksanakan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
saksama.
d Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai dan sistem
pengendalian mutu tersebut harus di review oleh pihak lain yang kompeten
(pengendalian mutu eksternal).
e di review oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu eksternal).
2. Standar Pelaksanaan Audit Kinerja
a. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.
b. Staf harus disupervisi dengan baik.
c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang
memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam
bentuk kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang
cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak
mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut, dapat memastikan bahwa
dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan,
simpulan, dan rekomendasi pemeriksa.
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja
a. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk mengkomunikasikan
setiap hasil pemeriksaan.
b. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup: 1) penyataan bahwa pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan; 2) tujuan, lingkup, dan metodologi
pemeriksaan; 3) hasil pemeriksaan berupa temuan audit, simpulan, dan rekomendasi;
4) tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan; 5) pelaporan
informasi rahasia apabila ada.
c. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan,
serta jelas dan seringkas mungkin.
Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang
diaudit, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diaudit,
pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan,
dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil
pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
13.4 Laporan Audit Kinerja Sektor Publik
Laporan hasil audit merupakan bentuk komunikasi tertulis yang berisi pesan agar
pembaca laporan dapat mengerti dan menindaklanjuti temuan. Alasan perlu dibuatnya
laporan audit karena adanya permintaan yang tinggi atas transparansi pengelolaan sumber
daya publik. Masyarakat memiliki tuntutan yang tinggi untuk mengetahui penggunaan
sumber daya publik oleh pejabat pejabat yang mengelola kekayaan publik. Penyampaian
hasil hasil pekerjaan audit dapat dilakukan secara formal dalam bentuk laporan tertulis
kepada Lembaga legislatif maupun secara informal melalui diskusi dengan pihak
manajemen. Laporan tertulis penting untuk akuntabilitas publik. Laporan tertulis sebagai
ukuran yang nyata atas nilai sebuah pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Laporan
hasil audit disusun oleh ketua tim audit (atau oleh staf auditor yang kemudian diperiksa
oleh ketua tim audit), selanjutnya diserahkan kepada pengawas audit (supervisor) untuk
direview Laporan Audit tersebut harus mudah dimengerti dan bebas dari penafsiran ganda
serta memenuhi standar pelaporan. Laporan Audit berisi hal-hal sebagai berikut:
• Pernyataan atas tugas audit, laporan Audit harus menjelaskan tugas audit yang
berhubungan termasuk dasar pelaksanaan audit, nama auditan, ruang lingkup audit,
pekerjaan yang akan dilakukan, pendekatan audit dan waktu pelaksanaan audit
termasuk juga informasi mengenai pelacakan kembali dan hal-hal yang penting serta
kerjasama dan bantuan yang diberikan oleh auditan
• Informasi dasar mengenai auditan, informasi dasar mengenai auditan mencakup
karakteristik usaha auditan terakhir, sistem manajemen, luas usaha dan skala operasi,
afiliasi keuangan atau perjanjian manajemen (management arrangement), dan
pengawasan terhadap aktiva negara serta posisi belanja dan pendapatan.
• Informasi dasar tentang audit dan evaluasi secara keseluruhan, informasi dasar tentang
audit dan evaluasi keseluruhan mencakup item belanja dan pendapatan yang telah
diaudit, standar audit yang digunakan, prosedur audit, pendekatan audit yang utama,
evaluasi atas sistem pengendalian intern serta evaluasi atas kewajaran, ketaatan dan
kinerja dari auditan termasuk hal-hal lain yang membutuhkan penjelasan.
• Temuan audit, Terdapat 2 jenis temuan audit. Pertama adalah temuan yang mengacu
pada undang-undang yang harus ditaati oleh organisasi audit yaitu pelanggaran
terhadap peraturan keuangan dan ekonomi serta peraturan audit. Kedua adalah temuan
atas tidak dilaksanakannya praktik-praktik yang sesuai dengan peraturan.
• Opini audit dan Rekomendasi, laporan audit harus menyajikan opini dan rekomendasi
atas temuan audit. Opini harus diberikan tentang sanksi atas pelanggaran peraturan
keuangan dan ekonomi serta peraturan audit sedangkan rekomendasi harus dibuat
berkaitan dengan praktik yang tidak tepat atau tidak diterima umum
Laporan audit terdiri atas Pendahuluan, teks, dan referensi masalah. Tiga langkah utama
dalam mengembangkan laporan audit secara tertulis yaitu
• Persiapan: auditor mulai mengembangkan temuan temuan audit, menggabungkan
temuan temuan tersebut menjadi sebuah laporan yang koheren dan logis, dan
menyiapkan bukti bukti pendukung dan dokumentasi yang dibutuhkan
• Penelaahan: tahap analisis kritis terhadap laporan tertulis yang dilakukan oleh staf audit,
review dan komentar atas laporan yang diberikan oleh pihak manajemen atau auditee
• Pengiriman: persiapan tertulis sebuah laporan yang permanen agar dapat dikirim ke
Lembaga yang memberi tugas untuk mengaudit dan auditee
Keahlian yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh auditor agar mampu menghasilkan
laporan yang efektif
• Keahlian teknis: keahlian yang dibutuhkan untuk mengorganisasikan atau menyusun
informasi audit menjadi sebuah laporan yang koheren
• Keahlian manajerial: keahlian yang dibutuhkan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan masing masing tahap audit
untuk memastikan hasil akhir yang berkualitas tepat waktu
• Keahlian interpersonal: keahlian untuk menjaga hubungan baik dengan auditee,
kemampuan untuk menyampaikan temuan temuan negatif menjadi kesempatan
kesempatan positif sehingga mampu menyakinkan manajemen atas potensi potensi
yang ada
13.5 Pengertian Audit Investigasi
Audit Investigasi adalah proses pengumpulan dan pengujian bukti-bukti terkait
kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan Negara dan / atau
perekonomian Negara, untuk memperoleh kesimpulan yang mendukung tindakan litigasi
dan/atau tidakan korektif manajemen. Audit Investigasi dapat dilaksanakan atas
permintaan Kepala Daerah dan Aparat Penegak Hukum. Audit investigasi yaitu
pemeriksaan lebih lanjut dan lebih dalam untuk mengungkap fakta yang sebenarnya dari
kecurangan yang dilakukan dengan bukti audit yang mendukung.
Dalam melaksanakan audit investigatif, dibutuhkan beberapa keahlian yang
harus dimiliki auditor investigatif. Keahlian tersebut meliputi keahlian utama di bidang
akuntingdan auditing serta keahlian pendukung yaitu pengetahuan dalam bidang hukum,
investigasi, psikologi, kriminologi, dan komunikasi. Sasaran audit investigasi adalah
kegiatan-kegiatan yang di dalamnya diduga terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku.
13.6 Ruang Lingkup Audit Investigasi
Sasaran audit investigasi adalah kegiatan-kegiatan yang di dalamnya diduga
terjadi penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau
tindakan pelanggaran disiplin pegawai seperti:
1. Pengadaan barang/jasa di lingkungan KKP;
2. Perencanaan dan pemanfaatan anggaran di lingkungan KKP;
3. Permasalahan, hambatan pembangunan yang menjadi fokus perhatian KKP;
4. Dugaan adanya penyimpangan terhadap peraturan perundangundangan dan/atau
pelanggaran disiplin pegawai
Ruang lingkup audit investigatif adalah batasan tentang lokus, tempus, dan hal-hal lain
yang relevan dengan kegiatan yang menjadi sasaran audit investigatif. Namun, ruang
lingkup penugasan audit investigasi tidak terbatas terhadap kasus penyimpangan yang
berindikasi merugikan keuangan negara akan tetapi adanya hal-hal yang dilakukan audit
investigasi yaitu sebagai berikut:
• Pengembangan Hasil Audit: pengembangan hasil audit dapat ditindaklanjuti dengan
penugasan audit investigasi berdasarkan permintaan dari pimpinan unit kerja KKP atau
Inspektur Jenderal, jika dalam pelaksanaan audit kinerja ditemukan adanya dugaan
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara dan/atau perekonomian
negara.
• Laporan/Pengaduan: pengaduan yang dapat ditindaklanjuti dengan audit investigasi
adalah pengaduan yang berdasarkan hasil telaah atau Pulbaket disarankan untuk
ditindaklanjuti dengan Audit Investigasi.
13.7 Pelaksanaan Audit Investigasi
Dalam menjalankan audit investigasi, auditor diharapkan untuk mengembangkan
kegiatan, menerapkan prosedur, dan menggunakan teknik audit atau investigasi yang
sesuai dengan temuan yang berkembang. Kemungkinan besar, di lapangan dapat muncul
penyimpangan atau kecurangan di luar lingkup penegasannya. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian lebih lanjut terkait peraturan perundang-undangan dan aktivitas terkait temuan
baru tersebut, untuk menentukan apakah masih dapat ditangani dengan surat tugas awal
atau memerlukan surat tugas baru. Jika masih dapat ditangani dengan surat tugas lama,
auditor hanya perlu menyusun program kerja tambahan atau perbaikan. Pelaksanaan audit
investigasi dibagi menjadi empat tahap, yang melibatkan langkah-langkah berikut.
1. Bukti Audit Investigasi
Dalam audit investigasi, bukti audit berperan sebagai instrumen atau sarana untuk
menemukan tindakan penipuan, mengidentifikasi pelaku, menjelaskan metode yang
digunakan, dan mengukur dampak atau kerugian yang dihasilkan.
a. Jenis Bukti Audit Investigasi
Jenis bukti audit dilihat dari segi asal pembuktiannya mencakup bukti
kesaksian, bukti dokumen, bukti fisik, dan hasil pengamatan. Sementara itu, dari
segi sifatnya, bukti audit terdiri dari:
1) Bukti Utama
Bukti utama merupakan bukti asli yang secara langsung mendukung
transaksi atau kejadian.
2) Bukti Tambahan
Bukti tambahan merupakan salinan atau duplikat bukti utama, yang
memiliki mutu lebih rendah dari bukti utama.
3) Bukti Langsung
Fakta tanpa simpulan atau anggapan, seperti cek atau bukti transfer,
yang cenderung menunjukkan informasi faktual atau materi yang
dipersoalkan.
4) Bukti Tak Langsung
Bukti yang secara tidak langsung mengungkap tindakan atau fakta,
misalnya surat sanggahan dari peserta lelang, yang menunjukkan niat
melakukan pelanggaran.
5) Bukti Komparatif
Bukti yang mengidentifikasi perbedaan untuk menunjukkan adanya
kecurangan.
6) Bukti Statistik
Bukti statistik dapat digunakan untuk membantu membuktikan
kecurangan, merupakan bukti tidak langsung untuk menetapkan motif
lain dari kecurangan atau mendukung tuntutan terhadap seseorang.
b. Sumber Bukti
Sumber bukti melibatkan pemeriksaan saksi, wawancara dengan informan
masyarakat, rekan sejawat, dokumen resmi yang dapat diuji, hasil penyelidikan
atas pelaku dengan indikasi awal, serta prasarana dan sarana yang digunakan
untuk perbuatan kecurangan, dan hasil wawancara dengan pelaku. Perolehan
bukti audit berasal dari:
1) Saksi
Saksi merupakan sumber utama yang memungkinkan auditor
mengembangkan auditnya untuk mendapatkan dokumen atau bukti
tambahan. Namun, kerjasama saksi tidak selalu dapat dijamin.
2) Client Agency atau Unit yang Diaudit
Sebagai subjek audit atau instansi yang menjadi fokus pemeriksaan,
sumber ini umumnya mudah diidentifikasi dan dapat dianalisis.
3) Instansi Pemerintah Terkait
Instansi pemerintah terkait menyediakan informasi relevan untuk audit
investigasi, seperti hasil kecurangan atau pelacakan aset.
4) Badan Usaha Swasta
Sumber informasi terkait pelaksanaan audit, namun auditor perlu
berhati-hati karena keterbatasan hukum dapat menghambat pihak
swasta.
5) Informasi Elektronik
Auditor dapat mengakses data elektronik sebagai bukti audit, tetapi
validitas dan relevansinya perlu dipertimbangkan dan didukung oleh
bukti audit lainnya.
6) Buku Forensik
Hasil pengujian forensik memberikan informasi yang berguna,
terutama dalam audit investigasi yang berkaitan dengan hukum dan
non-litigasi.
7) Alat Komunikasi Elektronik
Alat komunikasi modern dapat membantu mengungkap kecurangan.
8) Tersangka
Informasi relevan yang dimiliki langsung oleh tersangka, dapat
ditemukan dengan dukungan bukti lainnya.
9) Kepolisian atau Penegak Hukum Lainnya
Menyediakan berbagai data dan informasi penting untuk mengungkap
kasus, termasuk data dari satuan intelijen, rekaman data kriminal, dan
modus operandi kejahatan.
c. Sumber Bukti yang Tersedia untuk Umum
Perolehan bukti dan sumber bukti bervariasi sesuai dengan kasus yang sedang
diaudit, terkait dengan pengungkapan kasus yang tengah diselidiki. Program kerja
audit telah dirancang secara hati-hati, mengikuti hipotesa atau pedoman rekayasa
indikasi kecurangan. Rencana ini mencakup perolehan bukti, sumber bukti, dan
langkah-langkah kerja yang telah dirinci dengan baik. Meskipun demikian, saat
pelaksanaan di lapangan, penyesuaian dan perbaikan dilakukan sesuai dengan
temuan yang berkembang. Auditor investigasi atau akuntan forensik memiliki
keterampilan khusus, menggabungkan pengalaman auditor dan keahlian penyidik
kriminal, memungkinkan mereka untuk mencari bukti dan sumber bukti dengan
pendekatan yang mirip dengan penyidik kriminal. Ini juga terkait dengan langkah
selanjutnya setelah hasil audit investigasi, di mana bukti audit dan sumbernya
akan diolah menjadi alat bukti sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam proses litigasi.
2. Pengumpulan Bukti
Pelaksanaan pengumpulan bukti difokuskan pada pengujian hipotesis untuk
mengungkap fakta-fakta dan hipotesa seputar penyimpangan, mencakup dampak serta
pihak-pihak yang diduga terlibat, beserta bukti-bukti pendukungnya. Proses
pengumpulan bukti ini dilakukan dengan menerapkan berbagai teknik audit dan
investigasi yang telah diuraikan dalam laporan program kerja audit. Saat
melaksanakan program kerja audit, pendekatan tidak dapat diprediksi secara pasti,
sangat bergantung pada situasi, kondisi, perkembangan indikasi temuan awal,
keahlian, dan sensitivitas auditor. Teknik investigasi mencakup analisis dokumen,
pemetaan, dan wawancara.
a. Pemetaan
Pemetaan adalah alat bantu yang digunakan untuk memahami tahapan
proses dari awal hingga akhir atau membantu dalam merekonstruksi
rangkaian kejadian melalui penggunaan diagram alur. Diagram alur adalah
representasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk mengilustrasikan
urutan kerja dan logika yang diterapkan dalam suatu proses. Ini
menggambarkan secara berurutan langkah-langkah proses dari awal hingga
selesai, disertai dengan penjelasan singkat. Jenis pemetaan melibatkan:
1) Flowchart
2) Transactional Flowchart
3) Process Interfunction Flowchart
b. Analisis Dokumen
Pada pengumpulan dokumen, tidak semua dokumen yang diperoleh
dapat berperan secara efektif dalam mendukung pengungkapan kasus.
Analisis dokumen dilakukan untuk memastikan bahwa semua dokumen yang
relevan telah disajikan dalam kegiatan audit, dengan tujuan menjelaskan
kasus yang sedang diungkap. Analisis dokumen ini melibatkan pemeriksaan
keaslian dokumen, pengecekan tanggal dokumen apakah sesuai dengan fakta
yang ada, dan pemeriksaan adanya dokumen cetakan palsu. Analisis
dokumen dibagi menjadi tiga aspek, yaitu:
1) Pemeriksaan Dokumen Palsu
2) Pemeriksaan Dokumen Bertanggal Palsu
3) Pemeriksaan Dokumen Cetakan Palsu
c. Wawancara
Wawancara merupakan interaksi tanya jawab yang memiliki format
tersendiri, terstruktur, dan tujuan tertentu. Dalam konteks audit investigasi,
wawancara harus merujuk pada berkas kasus untuk memperoleh informasi
yang belum terungkap pada tahap audit sebelumnya atau untuk memperkuat
informasi yang telah diperoleh.
1) Jenis Pertanyaan Wawancara
● Pertanyaan Pembuka
● Pertanyaan untuk Memperoleh Informasi
● Pertanyaan Uji
● Pertanyaan Tertutup atau Pendalaman
● Pertanyaan untuk Memperoleh Pengakuan
2) Teknik Wawancara Khusus
● Teknik Wawancara Kinesik
Teknik ini berfokus pada interpretasi reaksi responden tanpa
mencari pengakuan langsung, dengan menerapkan Teknik
Wawancara Genesis untuk membaca respons terhadap tekanan.
● Teknik Wawancara Kognitif
Teknik ini mengandalkan kesaksian para saksi untuk menyajikan
fakta kasus kecurangan. Kelemahan teknik ini adalah saksi dapat
lupa dan sulit untuk memusatkan perhatian.
3. Evaluasi Bukti
Evaluasi bukti merupakan langkah penilaian untuk menentukan apakah dugaan
kecurangan yang dijelaskan dalam hipotesis mencerminkan kondisi yang sebenarnya,
atau merupakan tindakan untuk membuktikan adanya atau tidaknya kecurangan.
Proses evaluasi bukti melibatkan penilaian terhadap kualitas dan jumlah bukti, di mana
hasilnya saling terkait, saling mendukung, dan dapat digunakan sebagai dasar untuk
membuat kesimpulan keseluruhan.
a. Penilaian Kualitas Bukti
Penilaian kualitas bukti melibatkan penilaian terhadap semua aspek
yang mempengaruhi kualitasnya, termasuk relevansi, materialitas, dan
kompetensi. Penilaian relevansi, materialitas, dan kompetensi bukti dalam
audit investigasi memiliki perbedaan sedikit dibandingkan dengan jenis audit
lainnya, terutama audit keuangan, karena dalam audit investigasi terkait
dengan aspek hukum.
b. Kuantitas Bukti
Dalam audit investigasi, kecukupan bukti yang diperoleh difokuskan
pada menjawab pertanyaan apa, siapa, di mana, kapan, dan bagaimana tindak
kecurangan atau penipuan terjadi. Kecukupan bukti ini mengindikasikan
bahwa semua elemen yang dipertanyakan dapat terbukti, termasuk dampak
kerugian yang dihasilkan. Bukti yang terkumpul dirancang untuk menutup
atau merespons kemungkinan bantahan dari pihak yang terlibat.
c. Teknik Evaluasi Bukti
Evaluasi bukti dilakukan dalam dua format, yaitu melalui diagram alur
atau flowchart modus operandi, dan dalam bentuk naratif atau uraian cerita
yang menggambarkan kronologis fakta kejadian. Penyusunan diagram alur
kejadian dan narasi kronologis berguna untuk memahami dengan baik situasi
sebenarnya dari kasus yang sedang diselidiki. Kedua format tersebut
menyajikan ringkasan yang terurut mengenai peristiwa-peristiwa, dan
bermanfaat untuk menyusun kasus, membuat materi presentasi atau
eksposisi, serta sebagai dasar untuk menyusun laporan hasil audit investigasi.

4. Pemberkasan Kertas Kerja Audit Investigasi


Pemberkasan merupakan kumpulan Kertas Kerja Audit (KKA), yang
merupakan catatan atau dokumen yang disusun oleh auditor untuk mencatat bukti-
bukti yang dikumpulkan, berbagai teknik dan prosedur audit yang diterapkan, serta
simpulan-simpulan yang dihasilkan selama melakukan audit. Pemberkasan audit
investigasi mencakup Kertas Kerja Audit Investigasi yang melibatkan:
1. Penyimpangan dan penyebabnya.
2. hasil pengujian, termasuk pengujian pengendalian intern, pengujian peraturan
perundangan-undangan, dan pengujian lainnya yang dilakukan untuk
pembuktian.
3. Bukti dan informasi yang diperoleh.
4. Hasil wawancara, berupa Berita Acara Permintaan Keterangan (BAPK), Berita
Acara Klarifikasi (BAK), dan surat pernyataan lainnya.
5. Gambaran tentang modus operandi, termasuk bagan alur proses kejadian.
6. Simpulan dan saran.
13.8 Kesimpulan Audit Investigasi
Adapun hasil audit investigasi pada umumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Apa yang dilaporkan masyarakat tidak terbukti.
2. Apa yang diadukan terbukti, misalnya terjadi penyimpangan dari suatu aliran
ketentuan yang berlaku, namun tidak merugikan negara atau perusahaan.
3. Terjadi kerugian bagi perusahaan akibat perbuatan melanggar hukum yang
dilakukan oleh karyawan.
4. Terjadi kekurangan kas atau persediaan.
5. Terjadi kerugian negara akibat terjadinya kerugian dari perikatan yang lahir dari
undang-undang.
6. Terjadi kerugian negara akibat perbuatan melawan hukum dan tindak pidana
lainnya.

13.9 Laporan Audit Investigasi


Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI) adalah suatu dokumen yang merinci
dampak kerugian keuangan negara, variasi bentuk penyimpangan, dan identifikasi potensi
keterlibatan pihak-pihak terkait dalam perbuatan yang melanggar. Proses identifikasi
keterlibatan ini pertama dilakukan oleh penyidik dengan maksud untuk mengubah isi
laporan tersebut ke dalam konteks bahasa hukum sehingga dapat dijadikan sebagai alat
bukti yang sah. Penyusunan laporan ini merupakan tahap akhir dari serangkaian kegiatan
audit investigatif, di mana temuan-temuan signifikan dan informasi penting lainnya
disajikan secara terinci.
Dalam laporan hasil audit investigatif, dipaparkan temuan dan informasi penting
lainnya. Laporan ini harus diserahkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mendukung kerjasama antara unit pengawasan internal dan lembaga
penegakan hukum dalam menindaklanjuti dugaan tindak pidana korupsi. Oleh
karena itu, laporan hasil audit investigatif harus dirumuskan secara jelas agar
dapat dimengerti dengan mudah oleh pengguna, terutama oleh staf lembaga
penegakan hukum yang terkait.
2. Untuk memudahkan pejabat yang berwenang atau pejabat objek pemeriksaan
dalam mengambil tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Laporan audit investigasi bersifat rahasia, dan penulisan laporan tetap mematuhi
asas praduga tak bersalah. Penyampaian laporan disesuaikan dengan materi hasil audit.
Jika terdapat penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana korupsi atau perdata,
laporan diserahkan kepada instansi penyidik (kejaksaan/kepolisian) untuk digunakan
sebagai informasi atau bahan penanganan lebih lanjut. Laporan juga dapat diberikan
kepada atasan langsung dari pejabat organisasi/entitas yang diaudit atau pejabat yang
berwenang untuk menindaklanjuti rekomendasi yang tercantum dalam laporan.
Jika hasil audit menunjukkan adanya penyimpangan yang memerlukan tindak
lanjut, namun tidak memenuhi unsur tindak pidana korupsi atau kasus perdata, maka
Laporan Hasil Fraud Audit tidak perlu disampaikan kepada Kejaksaan/Kepolisian atau
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

A. Format Laporan Audit Investigasi a. Pedoman Penyusunan Laporan Hasil Audit


Investigasi
Tata cara penyusunan laporan bervariasi, terutama pada organisasi pengawasan
yang memiliki unit investigasi, terutama di sektor pemerintahan. Beberapa organisasi
tersebut memiliki panduan baku dalam menyusun laporan hasil audit investigatif agar
informasi kasus dapat disampaikan secara konsisten. Meskipun format pelaporan dapat
beragam, umumnya laporan terdiri dari memorandum, dokumen-dokumen, lampiran,
indeks, halaman judul, dan surat pengantar. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
diperlukan pengaturan yang jelas dalam penyusunan laporan hasil audit investigasi.
Jika selama audit investigasi terdeteksi adanya penyimpangan yang memerlukan
tindak lanjut, laporan disusun dalam bentuk bab. Namun, jika tidak terdapat unsur-unsur
tersebut, cukup disusun surat yang menjelaskan bahwa tidak ditemukan tindak pidana
korupsi dalam kasus yang sedang diaudit.

b. Outline Laporan Hasil Audit Investigasi


BAB I : Kesimpulan dan Saran
BAB II : Umum, yang terdiri dari:
1. Dasar audit
2. Tujuan audit
3. Sasaran dan Ruang Lingkup Audit
4. Data Umum
BAB III : Uraian Hasil Audit Investigasi yang terdiri dari:
1. Dasar Hukum Audit
2. Temuan Hasil Audit
1) Sistem Pengendalian Intern
2) Materi temuan
- Penyimpangan
- Modus operasi penyimpangan
- Dampak penyimpangan
- Unsur kerja sama
- Pihak yang diduga terlibat
3. Rekomendasi
4. Lampiran

c. Penjelasan Outline
BAB I : Simpulan dan Rekomendasi
Bab ini berisi ringkasan yang jelas mengenai
penyimpangan yang teridentifikasi, rekomendasi dalam bentuk langkah-
langkah perbaikan, dan/atau tindak lanjut yang seharusnya dilakukan oleh pejabat
yang berwenang atau atasan objek yang sedang diaudit. Isi dari bab ini harus
konsisten dengan materi yang telah diuraikan dalam Bab II.

BAB II : Umum
1. Dasar Audit
Menerangkan landasan atau motivasi di balik pelaksanaan audit, seperti
adanya laporan pengaduan dari masyarakat atau bukti awal yang diperoleh dari
hasil audit sebelumnya, seperti audit operasional atau audit keuangan. Oleh
karena itu, dibutuhkan pendalaman melalui audit investigasi.
2. Sasaran dan Ruang lingkup audit investigasi
Menjelaskan secara terperinci isu utama yang menjadi fokus dan cakupan
audit, seperti masalah kompensasi tanah, akuisisi barang, kontrak pekerjaan,
penyalahgunaan fasilitas pemerintah, dan sebagainya, mencakup penentuan
periode pemeriksaan, durasi audit, dan jangka waktu pelaksanaan audit.
3. Data umum yang memuat informasi mengenai:
a. Nama objek yang diperiksa
b. Dasar Hukum Objek yang Diperiksa
c. Kementerian atau Lembaga Non Departemen, BUMN/D
d. Alamat objek yang diperiksa
e. Organisasi objek yang diperiksa

BAB III : Uraian Hasil Audit Investigasi


1. Dasar Hukum audit
Memuat ketentuan atau peraturan yang melandasi kegiatan yang diaudit.
2. Temuan hasil Audit Investigasi yang memuat uraian sebagai berikut:
a) Sistem pengendalian intern kegiatan yang diaudit
Berisi identifikasi kelemahan dalam prosedur dan sistem yang dapat
memungkinkan terjadinya penyimpangan oleh pejabat yang sedang diperiksa,
termasuk kelemahan dalam ketentuan internal dari objek pemeriksaan.
b) Materi temuan yang memuat uraian sebagai berikut:
1) Jenis penyimpangan
Berisi uraian tentang penyimpangan-penyimpangan yang terjadi yang
merupakan ketidaktaatan kepada prosedur, peraturan, ataupun
perundang-undangan yang terkait atas suatu tindakan.
2) Modus Operasi Penyimpangan
Berisi uraian kronologis kejadian penyimpangan yang mengarah pada
tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara. Dalam uraian
ini diungkap secara bersamaan dengan kenyataan yang sebenarnya
terjadi dengan ketentuan yang seharusnya ditaati.
3) Dampak penyimpangan
Berisi tentang uraian-uraian mengenai kerugian keuangan negara yang
ditimbulkan oleh adanya penyimpangan yang diungkapkan dalam nilai
uang dirinci per tahun kejadian. Apabila kerugian keuangan negara
belum dapat ditetapkan besarnya secara pasti, pengungkapannya
menggunakan kata-kata “sekurang-kurangnya”. Dalam hal ini harus
juga diungkapkan dampak lainnya seperti tidak tercapainya program
pemerintah dan kerugian perekonomian negara.
4) Sebab Penyimpangan
Sebab penyimpangan merupakan uraian mengenai fakta yang
mendorong timbulnya tindak pidana korupsi yang merupakan upaya
yang disengaja atau berupa kelalaian dari pihak pelaksana dan tidak
adanya pengendalian dari manajemen.
5) Unsur kerja sama
Berisi tentang tindakan-tindakan pihak yang diduga terlibat sehingga
memberikan gambaran adanya kerja sama pihak-pihak yang
bersangkutan. Kerja sama tersebut dapat berupa pemberian fasilitas,
informasi data, ataupun bentuk kemudahan lainnya yang berakibat
adanya kerugian negara.
6) Pihak-pihak yang diduga terlibat yang memuat uraian tentang:
- Nama, NIP/NIK/NPP/NRP, pangkat, Jabatan bagi
pejabat/pegawai yang diduga terlibat dalam kasus yang
bersangkutan.
- Nama dan kedudukan pihak ketiga lainnya yang diduga terlibat.
- Apabila mungkin nilai kerugian negara yang menjadi tanggung
jawab masing-masing yang diduga terlibat.
- Peranan atau porsi kesalahan masing-masing yang diduga
terlibat.
- Pengungkapan yang terlalu panjang dapat dimuat dalam suatu
daftar yang merupakan lampiran LHP dengan mencantumkan
nomor lampirannya.
- Tindak lanjut memuat uraian tentang langkah-langkah perbaikan
atau pengamanan yang telah dilaksanakan oleh objek yang
bersangkutan atau instansi yang berwenang.
7) Rekomendasi
Berisi mengenai sara dan tindakan yang perlu dilakukan sehubungan
dengan kelemahan-kelemahan yang menyebabkan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan.
8) Lampiran-lampiran yang diperlukan terutama:
- Berita Acara Permintaan Keterangan
- Surat Pernyataan Kesanggupan
- Flowchart Modus Operandi
- Risalah Rapat dan atau Surat Kesepakatan
B. Penyampaian Laporan Audit Investigasi
Langkah terakhir dalam proses audit investigatif adalah menyampaikan hasil
audit kepada instansi yang relevan. Tahap ini memiliki tingkat kepentingan yang sama
dengan langkah-langkah audit lainnya, di mana fokus, metode, dan pelaksanaan audit
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan. Penanganan kasus yang
menunjukkan indikasi tindak pidana korupsi tidak berhenti di unit pengawasan,
melainkan harus dilanjutkan dengan proses penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
yang dilakukan oleh lembaga penegakan hukum.
Umumnya, lembaga pengawasan internal telah menjalin kerja sama dengan
Kejaksaan Agung, Kepolisian, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk
menindaklanjuti kasus-kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Kerja sama ini
menjadi informasi penting bagi auditor investigatif dalam lembaga pengawasan
internal. Menyampaikan hasil audit investigatif merupakan bagian integral dari
serangkaian kegiatan audit. Selain itu, seorang auditor investigatif mungkin juga
diminta memberikan kesaksian di pengadilan sebagai ahli.
KESIMPULAN
Audit Sektor Publik merupakan suatu proses sistematik secara obyektif untuk
melakukan pengujian keakuratan dan kelengkapan informasi yang disajikan dalam suatu
laporan keuangan organisasi sektor publik. Adapun dalam audit sektor publik terdiri dari audit
keuangan, audit kinerja, audit ekonomis dan efisiensi, audit efektivitas serta audit investigasi.
Dalam audit sektor publik terdapat kerangka konseptual audit sektor publik yang memberikan
gambaran secara umum mengenai audit sektor publik. Standar audit sektor publik mencakup
kualitas sumber daya manusia pada auditor pemerintah, landasan hokum, keahlian, lingkup
audit, independensi, standar pelaporan serta distribusi pelaporan. Hal tersebut menjadi acuan
dalam audit sektor publik.
Setelah melakukan audit, tentunya diperlukan sebuah laporan yang berfungsi sebagai
alat komunikasi yang digunakan untuk mengetahui trasparasi pengelolaan sumber daya publik.
Laporan tersebut disebut dengan laporan audit sektor publik. Dalam sebuah laporanaudit sektor
harus mencakup pernyataan tugas audit, informasi dasar mengenai auditan, informasi dasar
tentang audit dan evakuasi secara keseluruhan, temuan audit serta opini audit dan rekomendasi.
Salah satu audit yang dibahas secara khusus dalam materi ini yakni audit investigasi. Audit
investigatif adalah proses mencari, menemukan, mengumpulkan, dan menganalisis serta
mengevaluasi bukti-bukti secara sistematis oleh pihak yang kompeten dan independen untuk
mengungkapkan fakta atau kejadian yang sebenarnya tentang tindak pidana korupsi dan/atau
tujuan spesifik lainnya sesuai peraturan yang berlaku dalam rangka mencapai keadilan. Adapun
tahapan dalam pelaksanaan audit investigasi terdiri dari tiga tahap yakni pra perencanaan,
perencanaan audit investigasi, dan pelaksanaan audit investigasi. Setelah melakukan audit,
dilakukan pembuatan kesimpulan mengenai pelaksanaan audit. Setelah itu, dilakukan
pembuatan laporan audit investigasi yang akan disampaikan pada Instansi penyidik
(kejaksaan/kepolisian) dan Atasan langsung dari pejabat organisasi/ entitas yang diaudit atau
pejabat yang berwenang yang akan menindak-lanjuti rekomendasi yang tercantum
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, A. (2020). Retrieved from Audit, Pertanggungjawaban, dan Auditor:
http://sisdam.univpancasila.ac.id/uploads/repository/lampiran/DokumenLampiran070
92021184346.pdf

Lestari, R. A. (2015, December 5). Retrieved from Auditing Sektor


Publik:
https://www.academia.edu/19513638/Auditing_Sektor_Publik

Prof. Dr. Mardiasmo, M. A. (2018). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI .

Unknown. (n.d.). Retrieved from Audit Investigasi:


https://www.scribd.com/embeds/261567338/content?start_page=1&view_mode=sc
roll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Anda mungkin juga menyukai