Langkah awal untuk memperoleh pengertian audit pada sektor publik adalah dengan mencermati teori keseimbangan yang dibahas oleh Leo Herbert dalam buku Auditing the Performance of Management. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa terdapat tiga pihak yang saling berkaitan dalam kegiatan audit, yaitu: (1) entitas pemeriksa (auditor), (2) entitas yang diaudit (auditee), dan (3) entitas yang meminta pertanggungjawaban. Hubungan antara ketiga pihak tersebut dapat dilihat pada Figur 2.1. Pihak pertama (auditor) adalah pihak yang mengaudit akuntabilitas pihak kedua terhadap pihak ketiga dan memberikan atestasi kepada pihak ketiga. Pihak kedua (auditee) adalah entitas yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga dan diperiksa akuntabilitasnya oleh pihak pertama. Pihak ketiga (penerima akuntabilitas dan hasil audit) adalah entitas yang meminta pertanggungjawaban dari pihak kedua dan menerima laporan hasil audit dari pihak pertama, dapat berupa tingkat yang
Figur 2.1 Hubungan Auditrl
Sumber: Leo Herbert, Auditing the Performance of Management, (Belmont, California: Wadsworth, Inc., 1979), him. 5. lebih tinggi dalam organisasi yang sama, dewan direksi, pemangku kepentingan (stakeholder), parlemen, masyarakat, pers, atau investor. Audit berkaitan erat dengan akuntabilitas dan atestasi. Akuntabilitas berkaitan dengan kewajiban pihak dalam organisasi untuk melaporkan pertanggungjawabannya kepada pihak eksternal atau pihak lain dengan kewenangan yang lebih tinggi. Untuk menjamin keandalan informasi dalam laporan akuntabilitas tersebut, dibutuhkan pihak yang independen untuk memberikan atestasi atas informasi tersebut dengan cara melakukan audit. Hubungan audit dalam Figur 2.1 juga berlaku di pemerintahan Indonesia. Sebagai gambaran, di tingkat Pemerintah Pusat, yang bertindak sebagai pihak pertama (auditor) adalah Badan Pemeriksa Keuangan yang merupakan auditor eksternal Pemerintah; pihak kedua (auditee) adalah Kementerian Negara/Lembaga; pihak ketiga adalah legislatif (DPR). Kementerian Negara/Lembaga memiliki hubungan akuntabilitas dengan DPR. Akuntabilitas ini diaudit oleh BPK, kemudian BPK memberikan atestasi kepada legislatif dalam bentuk laporan hasil audit. Secara sederhana, audit (auditing) adalah kegiatan membandingkan suatu kriteria (apa yang seharusnya) dengan kondisi (apa yang sebenarnya terjadi). Arens, et al. (2005) mendefinisikan audit sebagai kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara kondisi yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan. Audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan. Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini merupakan pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische Comptabiliteitswet (ICW) dan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR), yang mengatur prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan keuangan oleh pemerintah. KARAKTERISTIK AUDIT SEKTOR PUBLIK Ditinjau dari proses (metodologi) dan teknik audit, tidak ada perbedaan mendasar antara audit sektor publik dan sektor privat. Namun demikian, karena karakteristik B. Karakteristik Audit Sektor Publik Ditinjau dari proses (metodologi) dan teknik audit, tidak ada perbedaan mendasar antara audit sektor publik dan sektor privat. Namun demikian, karena karakteristik manajemen sektor publik yang berkaitan erat dengan kebijakan dan pertimbangan politik serta ketentuan peraturan perundang-undangan, auditor sektor publik harus memberikan perhatian yang memadai pada hal-hal tersebut. Dalam hal proses politik, auditor harus secara jelas dapat membedakan hal- hal yang berkaitan dengan kebijakan yang ditetapkan dan dapat dikendalikan oleh auditee (controllable factor) serta kebijakan yang ditetapkan di luar organisasi (uncontrollable factor). Dalam hal ketentuan yang harus ditaati, auditor sektor publik dalam melaksanakan pekerjaannya banyak terikat dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku mengingat hampir semua kegiatan pada sektor publik diatur dengan undang-undang dan ketentuan. Oleh karena itu, aspek kepatuhan terhadap peraturan sangat menonjol pada setiap pelaksanaan audit sektor publik. Untuk menambah pemahaman pembaca tentang audit sektor publik, perhatikan Tabel 2.1.yang menyebutkan beberapa perbedaan antara audit sektor-privat dan audit sektor publik. Tabel 2.1 Perbedaan antara Audit Sektor Privat dan Audit Sektor Publik di Indonesia
Uraian Audit Sektor Privat Audit Sektor Publik
Pelaksanaan audit Kantor Akuntan Publik (KAP). Lembaga audit pemerintah
dan juga KAP yang ditunjuk oleh lembaga audit pemerintah.
Objek audit Perusahaan/entitas swasta. Entitas, program, kegiatan
dan fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Standar audit yang digunakan Standar Profesional Akuntan Standar Pemeriksaan
Publik (SPAP) yang Keuangan Negara (SPKN) yang dikeluarkan oleh IAI. dikeluarkan oleh BPK.
Kepatuhan terhadap Tidak terlalu dominan dalam Merupakan faktor dominan
peraturan perundang- audit. karena kegiatan di sektor undangan publik sangat dipengaruhi oleh peraturan perundang- undangan.
C. Tujuan Audit Sektor Publik
Organisasi sektor publik mendapat amanah dan kepercayaan dari masyarakat untuk menggunakan sumber daya publik. Oleh karena itu, mereka dituntut untuk mengelola sumber daya tersebut secara akuntabel dan transparan. Untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan sumber daya tersebut, diperlukan audit pada sektor publik. Informasi yang diperoleh dari hasil audit sektor publik dapat digunakan oleh pihak internal (entitas yang diaudit) untuk melaksanakan perbaikan internal. Disamping itu, hasil audit juga diperlukan oleh pihak eksternal (di luar entitas yang diaudit) untuk mengevaluasi apakah: 1. sektor publik mengelola sumber daya publik dan menggunakan kewenangannya secara tepat dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan; 2. program yang dilaksanakan mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan; 3. pelayanan publik diselenggarakan secara efektif, efisien, ekonomis, etis, dan berkeadilan. Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang ini menyatakan bahwa pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya pengelolaan keuangan negara secara tertib dan taat pada peraturan perundang- undangan yang berlaku. D. Jenis Audit Sektor Publik Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit keuangan negara, yaitu audit keuangan, audit kinerja, dan audit dengan tujuan tertentu, yang akan dijelaskan sebagai berikut. Audit Keuangan Audit keuangan adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Audit Kinerja Audit kinerja adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas publik. Audit dengan Tujuan Tertentu Audit dengan tujuan tertentu adalah audit khusus, di luar audit keuangan dan audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit. Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures). Audit dengan tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan, audit investigatif, dan audit atas sistem pengendalian internal. Meskipun terdapat beberapa jenis audit pada sektor publik, lembaga audit pemerintah tidak harus melaksanakan audit tersebut sekaligus. Selain membutuhkan waktu yang cukup lama dan menyerap sumber daya yang cukup besar, pelaksanaan audit tersebut tidak akan memberikan nilai tambah yang besar sehingga hasil yang diperoleh tidak seimbang dengan sumber daya yang dikeluarkan. Dengan demikian, selain dilaksanakan oleh lembaga audit pemerintah, audit sektor publik juga dapat dilaksanakan oleh KAP untuk dan atas nama lembaga audit pemerintah tersebut. E. Standar Audit Standar audit adalah ukuran mutu berupa persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh seorang auditor. Pasal 5 UU No. 15 Tahun 2004 menyatakan bahwa standar audit keuangan negara disusun oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Saat ini, BPK telah menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sebagai standar audit di lingkungan keuangan negara. SPKN ini merupakan revisi dari Standar Audit Pemerintahan (SAP) 1995. SPKN secara resmi dikeluarkan oleh BPK pada tanggal 19 April 2007. Referensi dari penyusunan SPKN ini adalah: 1. Standar Audit Pemerintahan 1995-BPK; 2. Generally Accepted Government Auditing Standards (GAGAS) 2003-US GAO; 3. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI); 4. Auditing Standards 1995-INTOSAI; 5. Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) 1992-AICPA; 6. Internal Control Standards 2001-INTOSAI; 7. Standards for the Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA) 2003- ILA. SPKN merupakan patokan untuk melakukan audit atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. SPKN berlaku untuk semua audit yang dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan, serta fungsi yang berkaitan dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. SPKN berlaku bagi BPK dan akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan audit keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Sementara itu, Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal (Itjen), dan Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) dapat menggunakan SPKN sebagai acuan dalam menyusun standar pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya. SPKN memuat standar umum yang mengatur tentang persyaratan profesional auditor, standar pekerjaan lapangan yang memuat mutu pelaksanaan audit di lapangan, dan standar pelaporan yang memuat persyaratan laporan audit yang profesional. Standar umum berlaku baik untuk audit keuangan, audit kinerja, maupun audit dengan tujuan tertentu. Adapun standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan untuk setiap jenis audit berbeda- beda (lihat Tabel 4.1). SPKN digunakan bersama-sama dengan SPAP yang diterbitkan oleh LAI. SPKN memberlakukan standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan, dan Pernyataan Standar Audit (PSA) yang berkaitan dengan audit keuangan dan perikatan atestasi dalam SPAP, kecuali ditentukan läin. Penerapan SPAP perlu memerhatikan standar umum serta standar tambahan pada standar pelaksanaan dan standar pelaporan dalam SPKN. Buku ini tidak membahas konsep dan praktik audit laporan keuangan dan audit dengan tujuan tertentu. Pada bagian-bagian selanjutnya hanya akan dibahas mengenai konsep dan praktik audit kinerja pada sektor publik beserta studi kasusnya.
Pendekatan sederhana untuk investasi ekuitas: Panduan pengantar investasi ekuitas untuk memahami apa itu investasi ekuitas, bagaimana cara kerjanya, dan apa strategi utamanya