Anda di halaman 1dari 6

Identifikasi Area Kunci

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi, auditor akan


menetapkan area-area potensial di dalam RSUD sebagai berikut:

Masalah Area potensial


 Jumlah pegawai yang memadai  Politeknik gawat darurat (24 jam)
 Kompetensi pegawai tidak sesuai standar pendidikan  Politeknik rawat inap
 Antreab tunggu yang lama  Unit farmasi
 Dokter yang datang tidak tepat waktu  Politeknik rawat jalan

Masalah Area potensial


 Jumlah sarana dan prasarana tidak sesuai dengan  Politeknik gawar darurat (24 jam)
kebutuhan  Politeknik rawat inap
 Banyak politeknik tidak memiliki fasilitas tiak standar  Unit farmasi
 Kondisi gedung RSUD yang tidak memadai untuk  Politeknik rawat jalan
memberikan pelayanan

Area-area potensial yang telah ditetapkan di atas kemudian akan ditetapkan sebagai
area kunci dalam audit kinerja dengan menggunakan teknik pembobotan yang
mempertimbangkan empat faktor. Empat faktor tersebut adalah:

a. Risiko Terhadap Manajemen


Pendekatan pemeriksaan berbasis risiko dalam pemeriksaan laporan keuangan diartikan
sebagai suatu pendekatan dengan menggunakan analisis risiko untuk menentukan area
penting yang seharusnya menjadi fokus pemeriksaan. Pada pemeriksaan laporan
keuangan berfokus pada risiko terjadinya salah saji material dalam penyajian laporan
keuangan. Pendekatan pemeriksaan berbasis risiko dalam pemeriksaan kinerja, lebih
ditekankan pada risiko yang ditanggung manajemen terkait dengan aspek ekonomi,
efisiensi, dan efektivitas.Beberapa hal yang dapat digunakan untuk menilai kemungkinan
terjadinya risiko manajemen dari sisi ekonomi, efisiensi, dan efektivitas antara lain :
a. Pengeluaran di bawah/di atas anggaran dalam jumlah yang signifikan;
b. Tidak tercapainya tujuan yang telah ditetapkan;
c. Tingginya mutasi pegawai;
d. Manajemen tidak bereaksi atas kelemahan yang ditemukan;
e. Ekspansi program secara mendadak;
f. Hubungan tanggung jawab yang tumpang tindih, tidak jelas atau membingungkan;
g. Aktivitas yang bersifat kompleks dalam suatu lingkungan yang penuh dengan
ketidakpastian. Beberapa indikator yang mengakibatkan ketidakpastian tersebut antara
lain:
 Kegiatan yang amat terdesentralisasi dengan banyak pihak yang berkepentingan;
 Penggunaan teknologi yang berkembang amat pesat dan canggih;
 Lingkungan yang dinamis dan kompetitif;
 Melibatkan berbagai macam instansi/lintas sektoral, dan;
 Proyek atau aktivitas yang baru.
 Penentuan risiko manajemen sangat dipengaruhi oleh penilaian pemeriksa atas
pengendalian internal. Pengendalian yang lemah atas suatu program/kegiatan
mengandung risiko yang tinggi. Pengendalian yang lemah atas suatu
 program/kegiatan mengakibatkan tujuan program/kegiatan (meliputi efektifitas,
efisiensi, atau ekonomi) semakin sulit tercapai. Pemahaman mengenai Sistem
Pengendalian Internal (SPI) dari entitas dapat diperoleh dari hasil pengujian SPI pada
pemeriksaan keuangan. Apabila belum terdapat data mengenai hasil pengujian SPI
dari pemeriksaan keuangan maka pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan SPI
khusus atas area-area potensial yang akan menjadi area kunci.
Format penilaian untuk menentukan risiko terhadap manajemen bagi area-area potensial
yang telah ditetapkan di atas adalah:

Risiko terhadap Politeknik Politeknik Politeknik Unit farmasi


manajemen gawat darurat rawat inap rawat jalan
Efektivitas 2 3 2 3
pengendalian
JUMLAH 2 3 2 3
Rata-rata 2 3 2 3

Dari contoh tersebut, nilai untuk Poliklinik Rawat Inap dan Unit Farmasi paling tinggi.

b. Signifikansi
Konsep signifikansi dalam pemeriksaan kinerja hampir sama dengan materialitas dalam
pemeriksaan keuangan. Signifikansi suatu area pemeriksaan berkaitan dengan dampak
yang dihasilkan area tersebut terhadap objek pemeriksaan secara keseluruhan.
Signifikansi bergantung pada apakah suatu kegiatan dalam suatu area pemeriksaan secara
komparatif memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan lainnya dalam objek
pemeriksaan secara keseluruhan. Penentuan signifikansi merupakan penilaian profesional
dimana seorang pemeriksa harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti materialitas
keuangan, batas kritis keberhasilan, dan visibilitas.
a. Aspek materialitas keuangan
Materialitas keuangan adalah salah satu aspek dari signifikansi. Faktor ini didasarkan atas
penilaian terhadap aset yang dikuasai, jumlah penerimaan dan pengeluaran yang dikelola
oleh entitas yang diperiksa. Makin material nilaiaset/uang yang dikelola suatu
kegiatan/program, makin tinggi kemungkinan menjadi area kunci yang akan dipilih
sebagai objek pemeriksaan. Materialitas dalam audit keuangan dan audit kinerja dapat
berbeda. Objek yang sama bisa dipandang secara berbeda sehingga ada kemungkinan
material menurut audit kinerja tapi menurut audit keuangan tidak material.
b. Aspek batas kritis keberhasilan
Aspek batas kritis keberhasilan menunjukkan pentingnya suatu area dalam
menentukan keberhasilan suatu entitas. Apabila perbaikan yang ditimbulkan akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap operasi entitas maka signifikansinya akan
tinggi. Sebaliknya terhadap suatu pekerjaan yang bersifat rutin dan perbaikan kinerja
suatu objek tidak berdampak luas terhadap kinerja entitas secara keseluruhan maka
tingkat signifikansinya relatif rendah.
c. Visibilitas
Visibilitas atau kejelasan suatu area, berhubungan erat dengan dampak eksternal
dari kegiatan/program tersebut. Hal ini berkaitan dengan faktor sosial, ekonomi dan
lingkungan, serta pentingnya kegiatan tersebut terhadap program pemerintah atau
masyarakat.

Keterangan: Selain ketiga faktor di atas, auditor dapat mengembangkan faktor-faktor lain yang
dianggap relevan.

Format penilaian (scoring) untuk memilih area kunci atas beberapa area potensial
dapat menggunakan format sebagai berikut:
Signifikan Area potensial
Politeknik Politeknik Politeknik Unit
Gawat darurat Rawat inap Rawat jalam farmasi
Materialitas 3 3 2 2
keuangan
Batas kritis 3 3 2 2
keberhasilan
Visibilitas 3 3 3 2
JUMLAH 9 9 7 6
Rata-rata 3 3 2,3 2

Dari contoh di atas, nilai Poliklinik Gawat Darurat dan Poliklinik Rawat Inap paling tinggi.

c. Dampak
Di dalam menentukan aspek dampak audit, auditor harus mempertimbangkan beberapa
hal berikut:
a. Nilai tambah perbaikan kinerja entitas (3E). Misalnya saja, apabila kinerja dalam
area potensial telah baik, maka audit kinerja pada area tersebut tidak akan
memberikan nilai tambah yang signifikan.
b. Auditor juga dapat mengembangkan analisis pada faktor pemilihan ini dengan
mengidentifikasi aspek-aspek perbaikan kinerja entitas yang mungkin terjadi
sebagai dampak dari hasil audit kinerja.

Format penilaian untuk memilih area kunci atas beberapa area potensial dapat
menggunakan format sebagai berikut:

Dampak audit Area potensial


Politeknik Politeknik Politeknik Unit
Gawat darurat Rawat inap Rawat jalam farmasi
Pemenuhan 2 3 2 2
target program
Peningkatan 3 3 3 2
pengendalian
Efisiensi proses 3 3 3 2
Kepuasan 3 3 3 2
masyarakat
JUMLAH 11 12 11 8
Rata-rata 2,75 3 2,75 2

Dari contoh di atas, skor rata-rata untuk Poliklinik Rawat Inap adalah paling tinggi.

d. Auditabilitas
Pada faktor pemilihan "Auditabilitas", auditor perlu mempertimbangkan beberapa hal
berikut:

1) Sumber daya auditor, yang meliputi:


a) jumlah dan kompetensi auditor, dan
b) alokasi waktu yang ada.
2) Tingkat kesulitan akses ke lokasi

Format penilaian (scoring) untuk memilih area kunci atas beberapa area potensial
adalah sebagai berikut:

Auditabilitas Area potensial


Politeknik Politeknik Politeknik Unit
Gawat darurat Rawat inap Rawat jalam farmasi
Jumlah auditor 2 2 1 1
Kompetensi 3 3 3 3
auditor
Alokasi waktu 3 3 2 2
Akses terhadap 2 2 2 2
alokasi audit
JUMLAH 10 10 8 8
Rata-rata 2,5 2,5 2 2

Dari contoh di atas, skor rata-rata untuk Area Potensial Poliklinik Gawat Darurat dan
Poliklinik Rawat Inap adalah yang paling tinggi.

Apabila hasil perhitungan di atas ditabulasi maka akan diperoleh kondsi sebagai berikut:

Faktor-faktor Politeknik Politeknik Politeknik Unit


yang menjadi Gawat darurat Rawat inap Rawat jalam farmasi
pertimbangan
Risiko terhadap 2 3 2 3
manajemen
Signifikansi 3 3 2,3 2
Dampak audit 2,75 3 2,75 2
Auditabilitas 2,5 2,5 2 2
JUMLAH 10,25 11,5 9,05 9
Rata-rata 2,5625 2,875 2,2625 2,25
Peringkat 2 1 3 4

Matrik Pembobotan Area Kunci

Untuk melakukan penilaian terhadap faktor-faktor pemilihan yaitu faktor risiko manajemen, signifikansi,
dampak pemeriksaan, dan auditabilitas, pemeriksa dapat melakukan pembobotan berdasarkan
pertimbangan profesionalnya (professional judgment). Pertimbangan pembobotan yang dilakukan oleh
pemeriksa harus dituangkan dalam matrik penentuan area kunci. Dalam rangka pelaksanaan quality
control (QC) dan informasi yang lengkap bagi pemeriksa berikutnya maka pertimbangan pembobotan
per selection factor dilakukan dalam bentuk deskripsi.

Pembobotan dilakukan dengan menggunakan matriks pembobotan dengan skor terhadap faktor-faktor
pemilihan sebagai berikut:

Tinggi = skor 3

Sedang = skor 2

Rendah = skor 1

Anda mungkin juga menyukai