AUDITING 2
EKSI 4310
( 3 SKS )
Penulis : Sumiyana dkk.
MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 1
PROSEDUR AUDIT TERHADAP RISIKO TERTAKSIR :
PENGUJIAN SUBSTANTIF
PENARIKAN RISIKO
SALAH SAJI MATERIAL
1. Langkah-langkah Menaksir Risiko Salah Saji Material
a. Mengevaluasi jenis potensi salah saji yang mungkin terjadi
b. Mengevaluasi Besarnya potensi salah saji
c. Mengevaluasi kemungkinan potensi salah saji
e. Menguji keseluruhan populasi Perangkat lunak audit umum memungkinkan auditor untuk memotret keseluruhan
populasi ketimbang mengandalkan prosedur sampling. Auditor dapat menguji cadangan kerugian piutang dengan
menggunakan perangkat lunak audit umum untuk membuat riwayat pembayaran setiap pelanggan. Perangkat lunak audit
umum memungkinkan auditor dengan cepat membuat catatan waktu sejak pengiriman hingga penerimaan pembayaran
untuk tiap transaksi penjualan. Dalam cara yang sama, auditor dapat memindai file sediaan perpetual untuk mencari
sediaan yang bergerak lambat. Jenis informasi tersebut amat bermanfaat untuk menguji estimasi akuntansi.
f. Meringkas data dan melakukan analisis Auditor sering kali ingin mengatur ulang data klien sedemikian rupa sehingga
cocok dengan tujuan tertentu. Misalnya, auditor menginginkan bagian sediaan yang bergerak lambat, saldo debit pada
utang usaha, atau piutang yang telah lewat jatuh tempo. Demikian juga, dalam melakukan prosedur analisis, auditor bisa
memanfaatkan komputer untuk menghitung rasio yang diinginkan, mengambil data nonfinansial dari database klien untuk
perbandingan dengan data finansial, atau melakukan analisis regresi dan prosedur analitis.
Karakteristik, pemilihan waktu, luasan, dan
pemilihan staf uji substantif untuk mencapai level
risiko deteksi yang dapat diterima
• Uji substantif menjadi bagian penting dari proses mendapatkan bukti yang memadai
dan kuat sebagaimana diharuskan oleh standar kerja lapangan ketiga. Uji substantif
menyediakan bukti tentang kewajaran dari tiap asersi laporan keuangan yang signifikan
serta mengungkap kesalahan moneter atau salah saji dalam pencatatan atau pelaporan
transaksi dan saldo. Auditor harus membuat keputusan tentang karakteristik,
pemilihan waktu, luasan, dan pemilihan staf uji substantif agar mempunyai dasar yang
rasional untuk opini pada laporan keuangan klien.
a. Karakteristik uji substantif
Karakteristik uji substantif merujuk pada jenis dan efektivitas prosedur audit yang
dilakukan. Jika risiko deteksi yang dapat diterima berlevel rendah, auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif. Jika risiko deteksi yang dapat diterima berlevel
tinggi, dapat digunakan prosedur yang kurang efektif dan murah. Gambar berikut
mengidentifikasi enam jenis uji substantif yang dibahas pada sesi selanjutnya.
b. Pemilihan waktu uji substantif
Level risiko deteksi yang dapat diterima memengaruhi pemilihan waktu uji
substantif. Pemilihan waktu uji substantif mengenai dilakukan atau tidaknya
uji saldo pada tanggal neraca atau pada tanggal sebelum tanggal neraca. Jika
risiko pengendalian rendah dan risiko deteksi tinggi, pengujian dilakukan
beberapa bulan sebelum akhir tahun. Sebaliknya, jika risiko deteksi rendah,
uji substantif dilakukan pada tanggal atau di sekitar tanggal neraca.
Uji substantif sebelum tanggal neraca Auditor dapat melakukan uji substantif
terhadap detail rekening pada tanggal interim. Keputusan untuk melakukan
pengujian sebelum tanggal neraca harus didasarkan pada apakah auditor
dapat mengendalikan penambahan risiko audit bahwa salah saji material
yang terjadi pada rekening per tanggal neraca tidak terdeteksi. Risiko
tersebut menjadi semakin besar sesuai dengan rentang waktu antara tanggal
interim saat pengujian sampai tanggal neraca.
c. Luasan uji substantif
Level risiko deteksi yang dapat diterima juga memengaruhi luasan uji substantif. Jika risiko
deteksi tinggi, dapat dilakukan pengujian yang kurang ekstensif. Sebaliknya, jika risiko
deteksi rendah, sebaiknya menggunakan uji substantif yang lebih ekstensif. Luasan
digunakan dalam praktik untuk menunjukkan jumlah bagian atau ukuran sampel yang
digunakan untuk uji tertentu. Jadi, auditor melakukan uji substantif yang lebih ekstensif
ketika mengonfirmasi 200 piutang ketimbang 100 piutang atau menjamin 100 jurnal
penjualan ketimbang 50 jurnal. Ukuran sampel yang tepat untuk uji tertentu merupakan
masalah penilaian profesional. Tabel berikut meringkas faktor-faktor yang memengaruhi
keputusan auditor tentang ukuran sampel dan mendeskripsikan pengaruh tiap faktor
terhadap ukuran sampel. Pengambilan sampel statistik untuk uji substantif dapat
membantu auditor dalam menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan agar mencapai
level risiko deteksi yang ditetapkan. Namun demikian, auditor harus memperhatikan
bahwa luasan uji substantif hanya bermanfaat jika uji tersebut relevan dengan asersinya.
Di samping itu, auditor dapat meningkatkan luasan uji dengan menggunakan perangkat
lunak audit umum. Alat tersebut memungkinkan auditor untuk memindai 100 persen
populasi transaksi atau rekening dengan karakteristik tertentu.
d. Pemilihan staf uji substantif
AU 230 Due Professional Care in the Performance of Work (SAS No. 1;
PSA No. 04) menyatakan bahwa auditor harus dibebankan tugas dan
pengawasan yang sesuai dengan level pengetahuan, keahlian, dan
kemampuannya sehingga dapat mengevaluasi bukti yang diperiksa. SAS
No. 99 Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit (AU 316.50;
PSA No. 70 paragraf 27) menyatakan bahwa auditor boleh merespons risiko
salah saji material yang disebabkan kecurangan dengan penugasan personel.
Tugas seperti mengevaluasi batas kedaluwarsa sediaan memerlukan
keahlian dan pengalaman di bidang industri dengan level yang lebih tinggi
ketimbang mengamati keberadaan sediaan. Uji substantif harus dibebankan
kepada personel dengan keahlian, kemampuan, dan pengalaman yang
memadai.
Pertimbangan khusus pada perancangan uji
substantif untuk jenis rekening tertentu
• Ketika membuat keputusan audit tentang rancangan uji substantif, auditor harus
menentukan apakah beberapa pertimbangan khusus relevan dengan perancangan uji
substantif untuk jenis rekening terpilih. Bahasan berikut berfokus pada dua
pertimbangan khusus:
a. Hubungan antara audit rekening neraca dan laporan laba rugi, dan
b. Implikasi transaksi pihak istimewa.
• Tujuan audit transaksi pihak istimewa adalah memperoleh bukti tentang tujuan,
karakteristik, dan luasan transaksi tersebut dan dampaknya terhadap laporan keuangan.
Bukti yang diperoleh harus mencakup penyelidikan manajemen. AU 334.09 Related
Parties (PSA No. 34 paragraf 9) menunjukkan bahwa uji substantif harus:
1) memperoleh pemahaman tujuan bisnis dari transaksi tersebut;
2) memeriksa tagihan, salinan perjanjian yang berlaku, kontrak, dan dokumen penting
lain, seperti laporan penerimaan dan dokumen pengiriman;
3) menentukan apakah transaksi tersebut disetujui direksi atau pejabat lain yang
tepat;
4) menguji rasionalitas jumlah kompilasi yang diungkapkan dan yang
dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan;
5) mengatur audit saldo rekening antarperusahaan agar dilakukan serentak
meskipun terdapat perbedaan tahun fiskal dan agar dilakukan pemeriksaan
perwakilan pihak istimewa oleh auditor kepada semua pihak dengan pertukaran
informasi yang relevan;
6) menginspeksi atau mengonfirmasi dan mendapatkan kepastian tentang
pemindahan dan nilai jaminan.
• Dalam mengaudit transaksi pihak istimewa, auditor tidak diharuskan untuk
menentukan apakah pihak-pihak yang terkait pihak istimewa atau seperti apakah
harga dan persyaratan dalam transaksi. Auditor hanya diharuskan untuk
menentukan hakikat ekonomis dari transaksi pihak istimewa dan pengaruhnya
terhadap laporan keuangan.
TERIMA KASIH