Anda di halaman 1dari 29

Tutor : Umi Kalsum, S.E., MSi .,Ak,, CA.

AUDITING 2
EKSI 4310
( 3 SKS )
Penulis : Sumiyana dkk.
MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 1
PROSEDUR AUDIT TERHADAP RISIKO TERTAKSIR :
PENGUJIAN SUBSTANTIF
PENARIKAN RISIKO
SALAH SAJI MATERIAL
1. Langkah-langkah Menaksir Risiko Salah Saji Material
a. Mengevaluasi jenis potensi salah saji yang mungkin terjadi
b. Mengevaluasi Besarnya potensi salah saji
c. Mengevaluasi kemungkinan potensi salah saji

2. Menetapkan Risiko Deteksi


Auditor menggunakan model risiko audit untuk menghubungkan bukti yang didapat dari
prosedur penaksiran risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko kecurangan untuk memutuskan
risiko deteksi. Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material
yang ada pada sebuah asersi. Rencana level risiko deteksi yang dapat diterima dibuat untuk setiap
asersi laporan keuangan. Selanjutnya, tanpa memandang apakah level risiko diekspresikan secara
kuantitatif atau nonkuantitatif
MERANCANG UJI
SUBSTANTIF
1. Melakukan Prosedur Audit Lanjutan
Prosedur ini meliputi pelaksanaan prosedur penaksiran risiko, uji pengendalian, dan uji
substantif lanjutan. Auditor melakukan prosedur penaksiran risiko lanjutan jika bukti yang
didapatkan selama audit tidak mengonfirmasi penaksiran risiko sebelumnya. Uji pengendalian
biasanya dilakukan jika klien menerapkan pengendalian yang efektif pada operasinya.
Perbandingan uji pengendalian dan uji substantif Dua aspek penting pelaksanaan prosedur audit
lanjutan dalam pengumpulan bukti audit meliputi pembuatan keputusan tentang campuran uji
pengendalian dan uji substantif. Tabel berikut menyajikan perbandingan perbedaan antara uji
pengendalian dan uji substantif.
2. Menggunakan Teknologi Informasi untuk Mendukung Uji Substantif
Ketika klien menggunakan teknologi informasi yang signifikan untuk aplikasi akuntansi, auditor
memiliki kesempatan untuk menggunakan paket perangkat lunak audit agar audit lebih efektif dan
efisien. Di samping penggunaan teknik audit berbantuan komputer untuk uji pengendalian,
perangkat lunak audit telah berkembang menjadi aplikasi uji substantif yang sangat beragam.
Perbedaan Uji Pengendalian dan Uji Substantif
• Tujuan : • Tujuan :
Menilai efektivitas rancangan dan penerapan Menilai kewajaran asersi laporan keuangan yang
pengendalian internal signifikan
• Tipe : • Tipe :
Prosedur awal, prosedur analisis, uji detail transaksi, uji
Uji lingkungan pengendalian, Uji sistem penaksiran risiko detail saldo, uji detail estimasi akuntansi, uji substantif
klien, Uji sistem informasi dan komunikasi, Uji aktivitas yang diharuskan oleh standar audit, uji detail
pengendalian, Uji sistem pemantauan, Uji program dan pengungkapan
pengendalian anti kecurangan
• Karakteristik Pengukuran :
• Karakteristik Pengukuran : Kesalahan moneter pada transaksi dan saldo
Frekuensi penyimpangan dari pengendalian yang • Pengujian Prosedur Audit yang berlaku :
dirancang Sama seperti uji pengendalian ditambah prosedur
• Pengujian Prosedur Audit yang berlaku : analitis, penghitungan, konfirmasi, pelacakan, dan
penjaminan
Penyelidikan, pengamatan, inspeksi, pengulangan
• Pemilihan Waktu
prosedur, dan teknik audit dengan komputer
Per tanggal neraca atau satu atau dua bulan sebelum
• Pemilihan Waktu : akhir tahun
Terutama pekerjaan interim
• Komponen Risiko Audit : • Komponen Risiko Audit :
Risiko Pengendalian Risiko deteksi
• Standar Kerja Lapangan Utama • Standar Kerja Lapangan Utama
diharuskan oleh Standar Audit: diharuskan oleh Standar Audit :
Kedua Ketiga
Jika risiko audit tidak dapat dikurangi Ya
sampai cukup rendah oleh uji substantif
sendiri
3. Pilihan Audit dalam Rancangan Uji Substantif
Uji substantif menjadi bagian penting dari proses mendapatkan bukti yang memadai dan kuat
sebagaimana diharuskan oleh standar kerja lapangan ketiga. Uji substantif menyediakan bukti
tentang kewajaran dari tiap asersi laporan keuangan yang signifikan serta mengungkap kesalahan
moneter atau salah saji dalam pencatatan atau pelaporan transaksi dan saldo. Auditor harus
membuat keputusan tentang karakteristik, pemilihan waktu, luasan, dan pemilihan staf uji
substantif agar mempunyai dasar yang rasional untuk opini pada laporan keuangan klien.
4. Pertimbangan Khusus dalam Perancangan Uji Substantif
Ketika membuat keputusan audit tentang rancangan uji substantif, auditor harus menentukan
apakah beberapa pertimbangan khusus relevan dengan perancangan uji substantif untuk jenis
rekening terpilih. Bahasan berikut berfokus pada dua pertimbangan khusus:
a. hubungan antara audit rekening neraca dan laporan laba rugi, dan
b. implikasi transaksi pihak istimewa.
MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 2
MENGEMBANGKAN PROGRAM AUDIT UNTUK UJI SUBSTANTIF
KERANGKA KERJA UMUM
UNTUK MENGEMBANGKAN
PROGRAM AUDIT UNTUK UJI
SUBSTANTIF
• Keputusan audit rancangan uji substantif harus didokumentasikan pada
kertas kerja dalam bentuk program audit tertulis (AU 311.09; PSA No. 05
paragraf 09). Program audit adalah daftar prosedur audit yang akan dilakukan
dalam proses audit. Kerangka kerja umum pengembangan program audit
harus menyelesaikan dua tugas berikut :
1. Harus menjelaskan karakteristik prosedur yang akan dilakukan.
2. Harus memastikan bahwa bukti audit diperoleh untuk semua asersi laporan
keuangan (tujuan audit).
Langkah-langkah kunci yang harus
dilakukan dalam proses penaksiran risiko
salah saji material pada laporan keuangan
• Audit fase dua meliputi penggunaan pengetahuan yang didapatkan ketika
melakukan prosedur penaksiran risiko untuk menaksir risiko salah saji
material. Pencapaian kesimpulan tentang risiko salah saji material meliputi tiga
langkah penting yang diperlihatkan pada gambar berikut. Diskusi selanjutnya
menjelaskan tiap langkah tersebut.
• Langkah-langkah Menaksir Risiko Salah Saji Material :
1. Mengevaluasi Jenis Potensi Salah Saji yang Mungkin terjadi
2. Mengevaluasi Besarnya Potensi Salah Saji
3. Mengevaluasi Kemungkinan Potensi Salah Saji
Berbagai faktor risiko yang
berkaitan dengan jenis potensi salah
saji
• Aspek kritis proses audit meliputi pengenalan faktor-faktor risiko dan kemudian menghubungkan
faktor-faktor risiko tersebut dengan asersi yang berpotensi mengalami salah saji. Faktor-faktor risiko
memengaruhi potensi salah saji dalam laporan keuangan dalam dua cara. Beberapa risiko memiliki
efek yang luas pada laporan keuangan serta memengaruhi banyak saldo rekening dan asersi (misalnya
level penaksiran risiko laporan keuangan). Faktor-faktor risiko yang lain bersifat asersi spesifik
(misalnya penaksiran level risiko).
• Adapun prosedur penaksiran risiko untuk mengevaluasi potensi salah saji dalam laporan keuangan
dapat dicontohkan sebagai berikut :
1. Prosedur penalaran risiko Memahami entitas dan lingkungannya
Contoh faktor risiko : Perusahaan termasuk dalam industri yang sedang mengalami kesulitan keuangan
dan persaingan harga yang ketat
Jenis potensi salah saji : Kondisi industri yang lemah cenderung membuat sentimen pasar modal ke
arah kabar buruk. Hal tersebut menaikkan tekanan kepada manajemen untuk memenuhi indikator
kinerja jangka pendek (misalnya pertumbuhan laba atau pendapatan). Hal tersebut dapat mempunyai
dampak yang luas pada banyak asersi laporan keuangan.
2. Prosedur penalaran risiko memahami entitas dan lingkungannya
Contoh faktor risiko : Perusahaan baru saja mengubah karakteristik produknya dan menggabungkan
software dengan jasa lain untuk menyesuaikan dan mengimplementasikan software dan pengendalian
terkait.
Jenis potensi salah saji : Perubahan produk bisnis dan penggabungan produk dapat menimbulkan
masalah baru terkait dengan pengakuan pendapatan (eksistensi dan kejadian). Sangat mungkin terjadi
kas sudah diterima sebelum pengakuan pendapatan dan perusahaan mencatat pendapatan yang belum
diperoleh (kelengkapan).
3. Prosedur penalaran risiko, prosedur analitis
Contoh faktor risiko : Prosedur analitis pada perusahaan ritel menunjukkan penurunan yang signifikan
pada profit margin dan turnover sediaan
Jenis potensi salah saji :
Terdapat kemungkinan saji lebih persediaan lebih sediaan. Auditor harus waspada terhadap masalah
eksistensi dan kejadian atau penilaian dan alokasi sediaan.
4. Prosedur penalaran risiko, prosedur analitis
Contoh faktor risiko : Prosedur analitis pada perusahaan ritel menunjukkan penurunan yang signifikan
pada profit margin dan turnover sediaan
Jenis potensi salah saji : Terdapat kemungkinan perusahaan ritel mengalami penyusutan sediaan. Hal
tersebut dapat menaikkan risiko kecurangan (misalnya aset diambil dari sediaan tanpa mencatat
penjualan).
5. Prosedur penalaran risiko mempertimbangkan risiko kecurangan
Contoh faktor risiko : Manajemen senior memberikan pesan penting dan menawarkan kenaikan bonus
kepada manajemen level menengah yang dapat memenuhi target keuangan.
Jenis potensi salah saji : Manajemen dapat mempunyai insentif untuk melakukan pelaporan keuangan
yang curang. Manajer mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan diskresi dengan berbagai cara dan
merasionalisasi laporan keuangan yang curang untuk mendapatkan bonus karena memenuhi target.
Lebih jauh, lingkungan pengendalian bisa lemah yang berefek luas pada banyak asersi.
6. Prosedur penalaran risiko, mempertimbangkan risiko kecurangan
Contoh faktor risiko : Karyawan di perusahaan kecil dan menengah tidak memperoleh promosi dan
kenaikan gaji yang diharapkan.
Potensi salah saji : Terdapat peningkatan risiko kecurangan. Karyawan yang mempunyai motif (tidak
memperoleh promosi dan kenaikan gaji) serta kesempatan melakukan kecurangan karena berwenang
mengeluarkan kas. Auditor harus mewaspadai masalah eksistensi dan kejadian pengeluaran kas.
7. Prosedur penalaran risiko. Mempertimbangkan risiko inheren
Contoh faktor risiko : Perusahaan konstruksi menggunakan metode persentase penyelesaian untuk
mengakui pendapatan dan biaya proyek.
Potensi salah saji : biaya, aset, dan utang yang signifikan terjadi karena pemakaian metode persentase
penyelesaian yang amat bergantung pada estimasi akuntansi. Auditor harus mewaspadai masalah
asersi.
8. Prosedur Penakaran risiko, mempertimbangkan risiko inheren
Contoh faktor risiko : Perusahaan mengalami masalah modal kerja dan keberlangsungan usaha.
Potensi salah saji : Masalah keberlangsungan usaha mempunyai dampak yang luas pada laporan
keuangan.
9. Prosedur penalaran risiko, memahami sistem pengendalian internal entitas
Contoh faktor risiko : Klien mempunyai lingkungan pengendalian dan pengendalian sediaan yang baik
Potensi salah saji : Risiko salah saji pada asersi eksistensi dapat diminimalisasi oleh pengendalian
internal yang kuat
10. Prosedur Penalaran risiko, memahami pengendalian internal entitas
Contoh faktor risiko : Klien mempunyai pengendalian umum komputer yang lemah, termasuk
pengendalian persetujuan perubahan sistem.
Potensi salah saji : Risiko perubahan sistem yang tidak disetujui pada program komputer atau pengujian
program yang kurang memadai meningkatkan risiko pengendalian aplikasi terprogram tidak berfungsi
sebagaimana dirancang.
• Contoh 1, 5, 8, dan 10 mewakili faktor-faktor risiko yang memiliki efek menyeluruh pada banyak atau
seluruh asersi laporan keuangan. Auditor harus lebih memperhatikan risiko salah saji material di
seluruh laporan keuangan. Pada contoh 10, pengendalian umum komputer yang lemah memengaruhi
banyak saldo rekening dan kelas transaksi serta auditor harus mewaspadai masalah transaksi yang
rutin dan nonrutin. Pada contoh 5, bonus yang ditawarkan oleh manajemen untuk meraih target
keuangan memengaruhi asersi yang berkaitan dengan transaksi nonrutin, transaksi akhir kuartal,
pemilihan prinsip akuntansi baru, atau estimasi akuntansi. Di samping itu, auditor harus waspada
terhadap masalah transaksi rutin, seperti pengakuan pendapatan.
• Contoh 2, 3, 4, 6, dan 7 merupakah contoh faktor risiko yang bersifat dengan asersi spesifik. Contoh
nomor 2 mewakili situasi yang perusahaan perangkat lunak beralih dari praktik penjualan lisensi
perangkat lunak menjadi bundling (menjual perangkat lunak dan komuter sebagai satu paket) lisensi
perangkat lunak dengan jasa lainnya untuk menyesuaikan dan mengimplementasikan program
komputer baru.
• Kemungkinan jenis salah saji adalah (1) masalah asersi keberadaan, kejadian, dan pengakuan
pendapatan yang terlalu dini serta (2) masalah asersi kelengkapan dan kegagalan pengakuan
pendapatan yang tak terbayar ketika kas diterima sebelum pengakuan pendapatan. Kemampuan
auditor untuk mengenali faktor-faktor risiko kemudian menghubungkan faktor-faktor risiko kepada
asersi spesifik yang mungkin menjadi salah saji keahlian audit yang penting.
• Contoh 9 menyajikan situasi yang klien memiliki pengendalian internal yang kuat dan hasilnya adalah
kemungkinan salah saji material menurun bukan meningkat. Pada kondisi tersebut, auditor perlu
melakukan uji pengendalian untuk mendapatkan bukti yang memadai dan kompeten bahwa
pengendalian operasi efektif sehingga memungkinkan auditor menerima level penaksiran risiko yang
lebih tinggi. Mahasiswa harus mempelajari masing-masing contoh tersebut dan hubungan mereka
dengan jenis salah saji yang mungkin terjadi.
Strategi Awal, Rencana Risiko Deteksi
dan Rencana Penekananan
Strategi Audit Awal Rencana Risiko Deteksi Rencana Kepastian yang
diperoleh dari
Risiko bawaan dan prosedur analitis Moderat atau tinggi Bukti berkenaan risiko bawaan dan
rendah prosedur analitis yang moderat atau
rendah menggunakan data yang andal
Taksiran level risiko pengendalian Moderat atau tinggi Uji pengendalian yang lebih ekstensif
rendah dan uji detail transaksi dan saldo yang
kurang ekstensif yang dilakukan
tanggal satu atau dua bulan sebelum
akhir tahun.
Pendekatan substantif utama Rendah atau sangat rendah Uji detail transaksi dan saldo yang
lebih ekstensif yang dilakukan pada
akhir tahun
Proses evaluasi rencana level uji
substantif yang ditetapkan pada strategi
audit awal
• Ketika klien menggunakan teknologi informasi yang signifikan untuk aplikasi akuntansi, auditor
memiliki kesempatan untuk menggunakan paket perangkat lunak audit agar audit lebih efektif
dan efisien. Di samping penggunaan teknik audit berbantuan komputer untuk uji pengendalian,
perangkat lunak audit telah berkembang menjadi aplikasi uji substantif yang sangat beragam.
a. Perangkat lunak audit umum
Perangkat lunak audit umum merupakan perangkat lunak auditor yang dapat digunakan untuk
menganalisis dan menguji file-file komputer klien. Jadi, perangkat lunak tersebut dapat
dipindahkan dari satu klien ke klien lain. Paket tersebut tersedia pada kos yang moderat dari
pemasok perangkat lunak . (contohnya Idea dan ACL), AICPA, dan kantor akuntan publik yang
menggunakan paket perangkat lunak internal yang dikembangkan sendiri. Perangkat lunak audit
umum memudahkan auditor mengolah data berkuantitas besar secara efektif. Perangkat lunak
audit juga memungkinkan auditor untuk tidak terlalu tergantung pada personel TI klien. Auditor
dapat memilahkan filefile besar, seperti file pembelian, dan memilih transaksi yang diinginkan
untuk pemeriksaan lebih jauh. Hanya ketersediaan file data klien dan kecerdikan auditor yang
membatasi penggunaan perangkat lunak audit umum untuk audit. Perangkat lunak tersebut
dirancang untuk melakukan prosedur audit yang biasanya dilakukan secara manual.
b. Merekonsiliasi detail data audit dengan buku besar
Langkah pertama yang penting meliputi perolehan catatan detail dari klien dan menguji data tersebut untuk
memastikan bahwa data pendukung cocok dengan buku besar. Auditor sering mendapatkan file-file, seperti file
piutang atau file sediaan untuk form elektronik. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memastikan
perincian yang mendasari cocok dengan catatan akuntansi. Auditor sering mendapatkan file pembantu piutang
klien yang digunakan auditor untuk mengirimkan konfirmasi. Jika file tersebut memiliki tanggal bukan akhir bulan,
yang tidak cocok dengan buku besar akhir bulan klien, hal itu menjadi alasan bagi auditor untuk mengirim
konfirmasi kesalahan jumlah tersebut. Hasilnya adalah konfirmasi pelanggan bahwa saldo tersebut mengandung
kesalahan jika terdapat ketidakcocokan. Karena itu, langkah pertama yang penting meliputi penggunaan perangkat
lunak audit umum untuk menjumlah keseluruhan informasi detail dan membandingkan total kontrol tersebut
dengan buku besar (pada tanggal interim) atau dengan jumlah pada laporan keuangan (pada akhir periode).

c. Memilih dan mencetak sampel audit


Komputer dapat diprogram untuk memilih sampel audit sesuai kriteria yang dibuat oleh auditor. Sampel tersebut
dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Piutang usaha tiap pelanggan dapat dipilih untuk konfirmasi atau auditor
mungkin tertarik untuk mendapatkan daftar seluruh bagian yang lebih besar dari jumlah tertentu. Pada kasus
permintaan konfirmasi, komputer dapat digunakan untuk mencetak surat konfirmasi beserta amplopnya. Auditor
dapat menggunakan perangkat lunak audit umum untuk mendapatkan sampel bagianbagian yang mungkin
mengandung kesalahan. Contohnya, ketika mengaudit kos produksi sediaan, auditor dapat mengambil sampel kos
yang berubah lebih dari 10% dari audit sebelumnya. Harga yang berubah secara signifikan memiliki risiko kesalahan
yang lebih tinggi daripada harga yang stabil.
d. Menguji perhitungan dan membuat penghitungan Penggunaan komputer lain yang lazim adalah menguji akurasi
penghitungan pada file data yang terbaca mesin. Kuantitas sediaan dapat diperluas hingga unit kos dan jumlah sediaan
dihitung ulang. Auditor dapat menggunakan data klien untuk menghitung ulang umur piutang. Karena kecepatan proses
komputer, jenis-jenis penghitungan ulang dapat dilakukan dengan mudah pada keseluruhan populasi audit.

e. Menguji keseluruhan populasi Perangkat lunak audit umum memungkinkan auditor untuk memotret keseluruhan
populasi ketimbang mengandalkan prosedur sampling. Auditor dapat menguji cadangan kerugian piutang dengan
menggunakan perangkat lunak audit umum untuk membuat riwayat pembayaran setiap pelanggan. Perangkat lunak audit
umum memungkinkan auditor dengan cepat membuat catatan waktu sejak pengiriman hingga penerimaan pembayaran
untuk tiap transaksi penjualan. Dalam cara yang sama, auditor dapat memindai file sediaan perpetual untuk mencari
sediaan yang bergerak lambat. Jenis informasi tersebut amat bermanfaat untuk menguji estimasi akuntansi.

f. Meringkas data dan melakukan analisis Auditor sering kali ingin mengatur ulang data klien sedemikian rupa sehingga
cocok dengan tujuan tertentu. Misalnya, auditor menginginkan bagian sediaan yang bergerak lambat, saldo debit pada
utang usaha, atau piutang yang telah lewat jatuh tempo. Demikian juga, dalam melakukan prosedur analisis, auditor bisa
memanfaatkan komputer untuk menghitung rasio yang diinginkan, mengambil data nonfinansial dari database klien untuk
perbandingan dengan data finansial, atau melakukan analisis regresi dan prosedur analitis.
Karakteristik, pemilihan waktu, luasan, dan
pemilihan staf uji substantif untuk mencapai level
risiko deteksi yang dapat diterima
• Uji substantif menjadi bagian penting dari proses mendapatkan bukti yang memadai
dan kuat sebagaimana diharuskan oleh standar kerja lapangan ketiga. Uji substantif
menyediakan bukti tentang kewajaran dari tiap asersi laporan keuangan yang signifikan
serta mengungkap kesalahan moneter atau salah saji dalam pencatatan atau pelaporan
transaksi dan saldo. Auditor harus membuat keputusan tentang karakteristik,
pemilihan waktu, luasan, dan pemilihan staf uji substantif agar mempunyai dasar yang
rasional untuk opini pada laporan keuangan klien.
a. Karakteristik uji substantif
Karakteristik uji substantif merujuk pada jenis dan efektivitas prosedur audit yang
dilakukan. Jika risiko deteksi yang dapat diterima berlevel rendah, auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif. Jika risiko deteksi yang dapat diterima berlevel
tinggi, dapat digunakan prosedur yang kurang efektif dan murah. Gambar berikut
mengidentifikasi enam jenis uji substantif yang dibahas pada sesi selanjutnya.
b. Pemilihan waktu uji substantif
Level risiko deteksi yang dapat diterima memengaruhi pemilihan waktu uji
substantif. Pemilihan waktu uji substantif mengenai dilakukan atau tidaknya
uji saldo pada tanggal neraca atau pada tanggal sebelum tanggal neraca. Jika
risiko pengendalian rendah dan risiko deteksi tinggi, pengujian dilakukan
beberapa bulan sebelum akhir tahun. Sebaliknya, jika risiko deteksi rendah,
uji substantif dilakukan pada tanggal atau di sekitar tanggal neraca.

Uji substantif sebelum tanggal neraca Auditor dapat melakukan uji substantif
terhadap detail rekening pada tanggal interim. Keputusan untuk melakukan
pengujian sebelum tanggal neraca harus didasarkan pada apakah auditor
dapat mengendalikan penambahan risiko audit bahwa salah saji material
yang terjadi pada rekening per tanggal neraca tidak terdeteksi. Risiko
tersebut menjadi semakin besar sesuai dengan rentang waktu antara tanggal
interim saat pengujian sampai tanggal neraca.
c. Luasan uji substantif
Level risiko deteksi yang dapat diterima juga memengaruhi luasan uji substantif. Jika risiko
deteksi tinggi, dapat dilakukan pengujian yang kurang ekstensif. Sebaliknya, jika risiko
deteksi rendah, sebaiknya menggunakan uji substantif yang lebih ekstensif. Luasan
digunakan dalam praktik untuk menunjukkan jumlah bagian atau ukuran sampel yang
digunakan untuk uji tertentu. Jadi, auditor melakukan uji substantif yang lebih ekstensif
ketika mengonfirmasi 200 piutang ketimbang 100 piutang atau menjamin 100 jurnal
penjualan ketimbang 50 jurnal. Ukuran sampel yang tepat untuk uji tertentu merupakan
masalah penilaian profesional. Tabel berikut meringkas faktor-faktor yang memengaruhi
keputusan auditor tentang ukuran sampel dan mendeskripsikan pengaruh tiap faktor
terhadap ukuran sampel. Pengambilan sampel statistik untuk uji substantif dapat
membantu auditor dalam menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan agar mencapai
level risiko deteksi yang ditetapkan. Namun demikian, auditor harus memperhatikan
bahwa luasan uji substantif hanya bermanfaat jika uji tersebut relevan dengan asersinya.
Di samping itu, auditor dapat meningkatkan luasan uji dengan menggunakan perangkat
lunak audit umum. Alat tersebut memungkinkan auditor untuk memindai 100 persen
populasi transaksi atau rekening dengan karakteristik tertentu.
d. Pemilihan staf uji substantif
AU 230 Due Professional Care in the Performance of Work (SAS No. 1;
PSA No. 04) menyatakan bahwa auditor harus dibebankan tugas dan
pengawasan yang sesuai dengan level pengetahuan, keahlian, dan
kemampuannya sehingga dapat mengevaluasi bukti yang diperiksa. SAS
No. 99 Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit (AU 316.50;
PSA No. 70 paragraf 27) menyatakan bahwa auditor boleh merespons risiko
salah saji material yang disebabkan kecurangan dengan penugasan personel.
Tugas seperti mengevaluasi batas kedaluwarsa sediaan memerlukan
keahlian dan pengalaman di bidang industri dengan level yang lebih tinggi
ketimbang mengamati keberadaan sediaan. Uji substantif harus dibebankan
kepada personel dengan keahlian, kemampuan, dan pengalaman yang
memadai.
Pertimbangan khusus pada perancangan uji
substantif untuk jenis rekening tertentu
• Ketika membuat keputusan audit tentang rancangan uji substantif, auditor harus
menentukan apakah beberapa pertimbangan khusus relevan dengan perancangan uji
substantif untuk jenis rekening terpilih. Bahasan berikut berfokus pada dua
pertimbangan khusus:
a. Hubungan antara audit rekening neraca dan laporan laba rugi, dan
b. Implikasi transaksi pihak istimewa.

Add.a. Audit Rekening Neraca dan Laporan Laba Rugi


Secara tradisional, asersi saldo rekening berfokus pada neraca dan asersi transaksi
berfokus pada laporan laba rugi dan laporan arus kas. Namun demikian, ketika
melakukan uji asersi saldo neraca, auditor dapat mempelajari kewajaran penyajian
transaksi. Auditor dapat mempelajari kejadian penjualan ketika menguji keberadaan
piutang usaha. Berikut adalah contoh rekeningrekening yang saling berkoneksi. Ketika
mengaudit asersi saldo rekening, auditor dapat memperoleh informasi tentang asersi
kelas transaksi untuk rekening tersebut.
Add.b. Rekening yang melibatkan transaksi pihak istimewa
Standar audit (AU 334; PSA No. 34 paragraf 03) menyatakan bahwa auditor harus
mengidentifikasi transaksi pihak istimewa dalam perencanaan audit. Contoh transaksi
pihak istimewa meliputi transaksi dengan perusahaan afiliasi, entitas yang mem-posting
investasi dengan metode ekuitas, pemilik, dan manajemen. Jenis transaksi tersebut
menjadi perhatian auditor karena dapat dilakukan secara tidak terbuka. Misalnya,
beberapa salah saji yang material pada laporan keuangan Enron terkait perlakuan
akuntansi transaksi yang melibatkan Andrew Fastow, direktur keuangan, yang
bernegosiasi untuk kedua belah pihak yang terlibat dalam transaksi.

• Tujuan audit transaksi pihak istimewa adalah memperoleh bukti tentang tujuan,
karakteristik, dan luasan transaksi tersebut dan dampaknya terhadap laporan keuangan.
Bukti yang diperoleh harus mencakup penyelidikan manajemen. AU 334.09 Related
Parties (PSA No. 34 paragraf 9) menunjukkan bahwa uji substantif harus:
1) memperoleh pemahaman tujuan bisnis dari transaksi tersebut;
2) memeriksa tagihan, salinan perjanjian yang berlaku, kontrak, dan dokumen penting
lain, seperti laporan penerimaan dan dokumen pengiriman;
3) menentukan apakah transaksi tersebut disetujui direksi atau pejabat lain yang
tepat;
4) menguji rasionalitas jumlah kompilasi yang diungkapkan dan yang
dipertimbangkan untuk diungkapkan dalam laporan keuangan;
5) mengatur audit saldo rekening antarperusahaan agar dilakukan serentak
meskipun terdapat perbedaan tahun fiskal dan agar dilakukan pemeriksaan
perwakilan pihak istimewa oleh auditor kepada semua pihak dengan pertukaran
informasi yang relevan;
6) menginspeksi atau mengonfirmasi dan mendapatkan kepastian tentang
pemindahan dan nilai jaminan.
• Dalam mengaudit transaksi pihak istimewa, auditor tidak diharuskan untuk
menentukan apakah pihak-pihak yang terkait pihak istimewa atau seperti apakah
harga dan persyaratan dalam transaksi. Auditor hanya diharuskan untuk
menentukan hakikat ekonomis dari transaksi pihak istimewa dan pengaruhnya
terhadap laporan keuangan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai