Anda di halaman 1dari 3

LAB 2 – Material

Overview Audit: Analytical Procedure, Risk Assessment, Set Materiality

I. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui dan memahami analytical procedure dalam audit
2. Mengetahui dan memahami risk assessment dalam audit
3. Mengetahui dan memahami materialitas, tipe-tipe materialitas, dan cara menentukan
materialitas dalam audit
II. Tinjauan Teori
1. Analytical Procedure
Analytical procedure merupakan evaluasi atas informasi finansial melalui analisis
terhadap hubungan yang masuk akal di antara data finansial maupun non-finansial.
Tujuan dilakukannya analytical procedure tergantung pada saat kapan mereka
digunakan dalam proses tahapan audit. Analytical procedures sendiri dapat dilakukan
pada 3 tahap audit:
a. Planning phase
Pada tahap audit planning, analytical procedure disebut juga dengan preliminary
analytical procedures. Preliminary analytical procedures dilakukan auditor untuk
memahami lebih dalam mengenai bisnis klien serta menilai risiko dari bisnis klien
tersebut. Preliminary analytical procedures membantu auditor untuk
mengidentifikasi perubahan signifikan yang nantinya memerlukan perhatian secara
khusus selama berjalannya proses audit.
b. Testing phase
Pada fase ini, analytical procedure dikenal juga dengan substantive analytical
procedures, dimana auditor melakukan analytical procedure untuk memberikan
assurance pada suatu saldo akun.
c. Completion phase
Pada fase ini, analytical procedure dilakukan sebagai bentuk final review untuk
material misstatemenets serta memberikan final objective look pada laporan
keuangan yang sudah diaudit.

Auditor biasanya membandingkan akun dan rasio keuangan melalui berbagai jenis
analytical procedure, seperti:
• Data industri
• Data periode sebelumnya yang serupa
• Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien
• Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor

2. Risk Assessment Process


Standar audit mengharuskan auditor untuk melakukan proses penilaian risiko. Dalam
melakukan proses penilaian risiko, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa terdapat 2
jenis istilah risiko dalam audit:
a. Risiko Bisnis
Risiko bisnis, atau client business risk merupakan risiko bahwa klien akan gagal
dalam mencapai tujuan bisnisnya. Risiko bisnis ini dapat timbul dari banyak faktor
yang mempengaruhi klien dan lingkungannya, di antaranya:
• Industri dan lingkungan eksternal
• Operasi dan proses bisnis
• Manajemen dan tata kelola
• Tujuan dan strategi perusahaan
• Pengukuran dan kinerja perusahaan
Fokus utama dari auditor adalah menilai risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan yang disebabkan oleh risiko bisnis klien. Auditor menggunakan
pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman strategi atau bisnis dan industri
klien untuk menilai risiko bisnis klien.

b. Risiko Audit
Merupakan kemungkinan auditor memberikan pendapat yang keliru (inappropriate
audit opinion) atas laporan keuangan yang mengandung salah saji yang material
merupakan risiko audit.
Komponen model risiko audit (Audit Risk Model) adalah sebagai berikut:

- Planned Detection Risk


Risiko bahwa bukti audit akan gagal untuk mendeteksi salah saji yang material.
Planned detection risk tidak pernah diturunkan sampai ke angka nol, karena adanya
kendala bawaan dalam prosedur audit dan masih diperlukannya professional
judgement.
- Inherent Risk
Mengukur penilaian auditor dari kemungkinan bahwa memang ada salah saji
material karena kesalahan atau fraud sebelum mempertimbangkan efektivitas
pengendalian internal.
- Control Risk
Mengukur penilaian auditor apakah salah saji yang melebihi jumlah yang ditoleransi
dapat dicegah atau dideteksi oleh pengendalian internal klien.
- Acceptable Audit Risk
Ukuran dari seberapa bersedianya auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan
masih mengandung salah saji material setelah audit selesai dan pendapat telah
diterbitkan.

3. Set Materiality
Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan/penghapusan, dianggap material bila
kesalahan penyajian tersebut, secara individual atau agregat, diperkirakan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan informasi keuangan dari
laporan keuangan tersebut.
Faktor-faktor pertimbangan dalam menentukan materialitas:
• Size of item
• Nature of item
• Circumstances of occurrence
• Cost and benefit of auditing item

Tahapan dalam menentukan materialitas menjadi lima, antara lain:


1) Menetapkan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
2) Menentukan performance materiality
3) Melakukan estimasi terhadap kesalahan secara keseluruhan per segmen
4) Melakukan estimasi terhadap combined misstatement
5) Membandingkan hasil estimasi materialitas dengan judgement awal mengenai
materialitas

Oleh karena itu, dalam perencanaan audit, auditor harus menetapkan materialitas pada
tiga tingkat berikut:
• Overall Materiality, tingkat materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan
• Performance Materiality, tingkat materialitas untuk setiap kelas transaksi.
Performance materiality digunakan untuk menilai risiko salah saji yang material
dan menentukan sifat, waktu, dan luas prosedur audit yang akan dilakukan
selama proses perumusan opini audit.
• Specific Materiality, tingkat materialitas untuk saldo akun secara khusus

Selama proses audit, auditor dapat merubah preliminary judgement mengenai


materiality. Hal ini dapat terjadi ketika terdapat perubahan dalam salah satu faktor yang
dijadikan penentu preliminary judgement.

Anda mungkin juga menyukai