Anda di halaman 1dari 11

RESUME AUDITING 1

TENTANG
PERENCANAAN AUDIT

NAMA DOSEN :
DR. H. YUSKAR, SE., MA., AK. CA
NAMA KELOMPOK 8:
YOZHA PEBRIYANA 1310536018
SRI PURWANTI 1310536023
FITRI 1310536027
RENI WAHYUNI 1310536028
PROGRAM STUDI S1 INTANKE DIII AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2014
A. Perencanaan Audit

Standar pekerjaan lapangan dalam standar auditing mengharuskan bahwa

audit harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Tiga alasan utama auditor

merencanakan audit dengan baik :

1. Untuk memperoleh bukti yang tepat dan memadai.

2. Membantu menjaga biaya audit tetap wajar.

3. Menghindari kesalahpahaman dengan klien.

Acceptable Audit Risk/AAR (Resiko Audit Yang Dapat Diterima) adalah

ukuran seberapa besar auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan akan

salah saji secara material setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa

pengecualian telah dikeluarkan.

Inherent Risk/IR (Resiko Inheren/Resiko Bawaan) adalah ukuran

penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji yang material dalam suatu

saldo akun sebelum mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal.

Faktor-faktor yang perlu ditelaah auditor dalam menetapkan risiko inheren adalah

sifat bidang usaha organisasi, integritas manajemen, motivasi manajemen, hasil

audit sebelumnya, hubungan istimewa, transaksi non rutin, dan kerentanan

terhadap fraud.

Penilaian resiko audit yang dapat diterima dan resiko inheren adalah

bagian yang penting dari perencanaan audit, karena hal itu membantu menentukan

jumlah bukti yang harus dikumpulkan dan staf yang dibutuhkan dalam penugasan

itu.
a. Menerima Klien Dan Melakukan Perencanaan Audit Awal (Accept Client

And Perform Initial Audit Planning)

Perencanaan audit melibatkan 4 hal,yaitu:

1. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus

melayani klien yang ada sekarang.

2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau

membutuhkan audit.

3. Untuk menghindari kesalahpahaman, auditor harus memahami syarat-

syarat penugasan yang ditetapkan klien.

4. Auditor mengembangkan strategi audit ssecara keseluruhan, termasuk

staf penugasan dan setiap specialis audit yang diperlukan.

b. Memahami Bisnis Dan Industri Klien(Understand The Clents Business

And Industry)

1. Alasan utama untuk memahami industri dan lingkungan eksternal.

2. Operasi dan Bisnis Proses.

3. Manajemen dan Governance.

4. Tujuan dan Strategi Klien.

5. Pengukuran dan Kinerja.

c. Menilai Resiko Bisnis Klien (Assess Client Business Risk)

Resiko bisnis klien yaitu resiko bahwa klien akan gagal dalam mencapai

tujuannya. Resiko bisnis klien dapat timbul dari banyak faktor yang akan

mempengaruhi klien dan lingkungannya, seperti teknologi baru yang mengikis


keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal melaksanakan strateginya sebaik

pesaing.

Resiko lainnya setelah mempertimbangkan keefektifan pengendalian

manajemen puncak adakalanya disebut resiko residu (residual risk). Setelah

mengevaluasi resiko bisnis klien, kemudian auditor dapat menilai risiko salah saji

yang material dalam laproan keuangan, kemudian menerapka nmodel resiko audit

untuk menentukan luas bukti audit yang tepat.

d. Melakukan Prosedur Analitis Pendahuluan (Perform Preliminary

Analytical Procedures)

Auditor melakukan prosedur analitis pendahuluan untuk memahami dengan

lebih baik bisnis klien dan untuk menilai resiko bisnis klien. Salah satu prosedur

tersebut membandingkan rasio klien dengan benchmark industri atau pesaing

untuk mengindikasikan kinerja perusahaan. Pengujian pendahuluan seperti itu

dapat mengungkapkan perubahan yang tidak biasa dalam rasio yang dibandingkan

dengan tahun ssebelumnya, atau dengan rata-rata industri, sehingga membantu

auditor mengidentifikasi area yang mengalami kenaikan resiko salah saji yang

membutuhkan perhatian lebih lanjut selama audit.

B. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Dalam Perencanaan Audit

1. Menghimpun Pemahaman Bisnis Klien Dan Indusri Klien

Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan

tujuan untuk mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Hal-hal yang

berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah:

a. Jenis bisnis dan produk klien.


b. Lokasi dan karakteristik operasi klien seperti metode produksi dan

pemasaran.

c. Jenis dan karakteristik industri.

Hal ini menentukan sensitivitas bisnis klien terhadap perubahan

kondisi ekonomi. Kebijakan dan praktik industri sangat berdampak

kepada kelangsungan usaha klien.

d. Eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungan erat

dengan klien. Misalnya sama-sama anak perusahaan dari suatu holding

company.

e. Regulasi pemerintahan yang mempengaruhi bisnis dan industri klien.

f. Karakteristik laporan yang harus diberikan kepada badan regulasi.

Cara Memperoleh Pemahamam Bisnis Klien

Penelaahan kertas kerja tahun lalu.

Penelaahan data industri.

Peninjauan terhadap operasi klien.

Pengajuan pertanyaan pada dewan komisaris maupun komite audit.

Pengajuan pertanyaan pada manajemen.

Penentuan keberadaan hubungan ekonomis dengan perusahaan lain dalam

satu kelompok usaha.

2. Melakukan Prosedur Analitis

Prosedur analitis adalah pengevaluasian informasi keuangan yang dibuat

dengan mempelajari hubungan-hubungan yang masuk akal antara data keuangan


dan data non keuangan. Prosedur analitis dilakukan dalam empat tahap audit,

yaitu:

a. Tahap perencanaan

Prosedur analitis berguna untuk membantu auditor merencanakan sifat,

penentuan waktu dan luas prosedur audit.

b. Tahap pengujian

c. Tahap pengerjaan lapangan

Prosedur analitis merupakan prosedur audit yang optimal. Prosedur

analitis dilakukan sebagai salah satu pengujian substantif untuk

menghimpun bahan bukti tentang asersi tertentu yang terkait dengan

saldo rekening.

d. Tahap penyimpulan hasil audit

Prosedur analitis berguna sebagai alat untuk menelaah akhir tentang

rasionalitas laporan keuangan auditan.

3. Melakukan Penilaian Awal Terhadap Materialitas

Materialitas merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam audit

laporan keuangan karena materialitas mendasari penerapan standar auditing,

khususnya pengerjaan lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah

besarnya kelalaian atau pernyataan yang salah pada informasi akuntansi yang

dapat menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.

4. Menilai Risiko Audit


Audit harus mempertimbangkan risiko audit dalam melakukan

perencanaan audit. Risiko audit adalah risiko tidak diketahuinya kesalahan yang

dapat mengubah pendapat auditor atas suatu laporan keuangan yang diaudit.

Risiko audit terdiri dari atas tiga komponen, yaitu:

a. Risiko Bawaan

Risiko bawaan adalah kerentanan atau mudah tidaknya suatu akun

mengalami salah saji material dengan asumsi tidak ada kebijakan dan

prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.

Contoh:

Asersi keberadaan atau kejadian akun piutang dagang mempunyai

risiko bawaan yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. Keberadaaan

aktiva tetap lebih mudah dibuktikan daripada keberaddaan piutang

dagang.

b. Risiko Pengendalian

Reiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang

dapat terjadi dalam suatu asersi yang tidak dapat dideteksi ataupun

dicegah secara tepat pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan

prosedur struktur pengendalian intern satuan usaha.semakin efektif

struktur pengendalian intern maka semakin kecil resiko pengendalian.

c. Resiko Deteksi

Merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendetekssi salah saji

material yang terdapat dalam ssuatu asersi. Resiko deteksi dapat

ditekan atau diturunkan auditor dengan cara melakukan perencanaan


yang memadai, dan supervisor atau pengawasan yang tepat, serta

penerapan standar pengendalian mutu.

5. Mengembangkan Strategi Audit Pendahuluan untuk Asersi yang Signifikan.

Tujuan auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk

menurunkan resiko audit pada tingkat serendah mungkin untuk mendukung pendapat

auditor mengenai kewajaran laporan keuangan.

Strategi audit, terdiri dari:

a. Primarily Substantive Approach

Pada strategi ini auditor lebih mengutamakan pengujian substantif dari

pada pengujian pengendalian.

b. Lower Assessed Level Of Control Risk Approach

Pada strategi ini, auditor lebih mengutamakan pengujian pengendalian

dari pada pengujian substantif. Hal ini bukan berarti auditor sama

sekali tidak melakukan pengujian substantif, auditor tetap melakukan

pengujian substantif meskipun tidak seefektif pada primarily

substantive approach.

6. Menyusun Program Audit

Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor harus

memahami bisnis klien dengan sebik-baiknya, termasuk sifat, dan jenis usaha klien,

struktur organisasinya, struktur permodalan, metode produksi, pemasaran, distribusi dan

lain-lain. Untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis klien melalui pengalaman

dengan klien dan industrinya, pengajuan pertanyaan kepada pengawai perusahaan klien,

kertas kerja audit dari tahun sebelumnya (yang berisi informasi mengenai sifat bisnis,

struktur organisasi dan karekteristik opersi serta transaksi yang memerlukan


pertimbangan khusus), publikasi yang diperlukan industri lapoaran keuangan, buku teks,

majalah dan perorangan yang memiliki pengetahuan industri klien. Pengetahuan bisnis

klien membantu auditor mengidentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan

khusus, menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah,

direview dan dikumpulkan dalam organisasi, menilai kewajaran estimasi, serta penilaian

atas persediaan, depresi, penyisihan piutang ragu-ragu dan lain-lain.

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam

pencapaian tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur

supervisi adalah memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga

penyampaian informasi masalah-masalah yang penting yang dijumpai dalam udit,

mereview pekerjaan dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat

diantara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervise yang memadai bagi suatu

keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan

kualifikasi orang yang melaksanakan audit. Memahami tanggung jawabnya dan

tujuan prosedur audit mengetahui hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap

sifat, luas dan saat prosedur tersebut dilaksanakan (sifat bisnis klien, masalah

akuntansi dan audit).

Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur

audit yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang

kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, luas dan saat prosedur yang harus

dilaksanakan seperti sifat bisnis satuan usaha yang bersangkutan dengan

penugasan dan masalah-masalah akuntansi dan audit.

Prosedur Penyusunan Langkah Kerja Audit, yaitu:

1. Identifikasi Kegiatan/program Yang Akan Diaudit


Kegiatan/program yang akan diaudit merupakan bagian nyata dari

objek audit sesuai jenis auditnya dan biasanya terurai di dokumen

anggaran (DIPA/DPA.

2. Identifikasi Tujuan Audit

Tujuan audit yang akan diidentifikasi harus sesuai dengan jenis

auditnya.

3. Identifikasi Langkah Kerja Audit

a. Identifkasi bukti audit yang akan dikumpulkan dari auditi dan atau

disusun oleh auditor.

b. Identifikasi pihak yang akan dihubungi untuk memperoleh bukti

audit.

c. Identifikasi Teknik Audit Yang Akan Digunakan

Teknik audit yang akan digunakan untuk memperoleh dan atau

menyusun bukti audit tersebut adalah:

Pembandingan

Analisis

Permintaan keterangan

d. Gabung dan susun yang ada di langkah 1, 2 da 3 dalam kalimat

perintah. Setelah langkah 1, 2 dan 3 dapat dipenuhi, auditor harus

menyusunnya dalam kalimat perintah sebagai berikut:

Minta dokumen RUP dan BA kaji ulang RUP ke PA/KPA.

Minta dokumen HPS ke PPK.

Minta dokumen pengadaan ke ULP.


Lakukan pembandingan item-item yang ada dalam paket

pengadaan, HPS dan dokumen pengadaan (terkait persyaratan

penyedia BJ) dengan ketentuan Perpres 54/2010.

Lakukan analisis perbedaan dari hasil pembandingan.

Lakukan wawancara kepada PA/KPA, PPK dan ULP

Simpulkan hasil langkah kerja audit diatas.

Anda mungkin juga menyukai