Anda di halaman 1dari 23

PEMERIKSAAN AKUNTANSI 1

SUMMARY CHAPTER 8:
PERENCANAAN AUDIT DAN
PROSEDUR ANALITIS
NAMA KELOMPOK 5 :
RICHA ALFI HASANNAH // 023151010
AURA WIDA MAWARI // 023151024
NARINTA LUTHFIA S // 023151029
KARLA DAMANIK // 023154162
DADING DAMAS ARIO W // 023161110
PROSEDUR AUDIT DAN PERENCANAAN ANALITIS

Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk

melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan program

audit menyeluruh Variabel inidiukur dengan menggunakan jam perencanaan audit.

Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaanaudit

yang dibuat oleh auditor.

Menurut Standar pekerjaan lapangan pertama Profesional AkuntanPublik

(SPAP) mensyaratkan adanya perencanaan yang memadai yaitu:

“Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya, dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.”

3 Alasan utama auditor harus merencanakan penugasannya dengan tepat:

1. Untuk memungkinkan auditor memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup untuk

kondisi yang ada.

2. Membantu menjaga biaya audit tetap wajar.

3. Menghindari kesalahpahaman dengan kliennya.

2 (Dua) Istilah Risiko yang harus dipahami betul oleh seorang auditor:

1. Risiko Akseptabilitas Audit (Risiko Audit yang Dapat Diterima), yaitu suatu ukuran

kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan (LK) mungkin saja salah saji

material setelah audit selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian dikeluarkan.

2. Risiko Inheren (Risiko Bawaan), yaitu suatu ukuran penilaian auditor atas kemungkinan

terdapat salah saji material dalam saldo akun, sebelum mempertimbangkan efektifitas

pengendalian intern.

Penilaian terhadap kedua risiko ini penting dalam perencanaan audit, karena penilaian
tersebut mempengaruhi jumlah bahan bukti yang harus dikumpulkan dan staf yang harus

ditugaskan. Contoh; Jika risiko inheren untuk persediaan tinggi karena masalah valuasi yang

rumit, semakin banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan dan lebih banyak staf

berpengalaman untuk ditugaskan dalam area ini.

8 Bagian dalam Perencanaan Audit dan Perancangan Pendekatan Audit

Presentation Outline

Perencanaan Audit

I. Menerima Klien dan Melakukan Perencaan Audit Awal

II. Memahami Bisnis dan Industri Klien

III.Menilai Risiko Bisnis Klien

IV.Melakukan Prosedur Analitik Awal

I. Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal

A. Client Acceptance and Continuance

B. Indentifikasi Alasan Klien Meminta Penugasan Audit

C. Membuat Kesepahaman dengan Klien

D. Memilih Staf untuk Melaksanakan Penugasan

E. Mengevaluasi Kebutuhan terhadap Spesialis dari Luar

II. Memahami Bisnis dan Industri Klien

A. Alasan utama untuk Memahami Industri dan Lingkungan Eksternal

B. Operasi dan Bisnis Proses

C. Manajemen dan Governance

D. Tujuan dan Strategi Klien

E. Pengukuran dan Kinerja


III. Menilai Risiko Bisnis Klien

Risiko bisnis klien adalah risiko dimana klien gagal dalam mencapai tujuan bisnisnya.

Risiko ini dapat timbul dari berbagai faktor yang mempengaruhi klien dan

lingkungannnya. Contoh: kompetitor, teknologi baru, kondisi industri, dan regulatory

environment

Perhatian utama terletak pada kemungkinan salah saji material dalam LK klien

Contoh: sebuah perusahaan supplier peralatan IT memiliki persediaan peralatan

komputer dalam jumlah besar karena memprediksi tingkat penjualan yang akan

meningkat pesat. Tetapi penurunan kondisi ekonomi mengakibatkan penurunan

penjualan yang signifikan. Perusahaan IT biasanya memiliki siklus yang pendek,

sehingga auditor harus memperhatikan nilai persediaan ini agar tidak disajikan secara

tidak wajar dalam LK

IV. Melakukan Prosedur Analitik Awal

A. Definisi Prosedur Analitik

B. Kemampuan Membayar Hutang Jangka Pendek (Short-term Debt)

C. Rasio Likuiditas (Liquidity Activity Ratios)

D. Kemampuan Membayar Hutang Jangka Panjang (Meet Long-term Debt Obligation)

E. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)

Standar Pekerjaa Lapangan menharuskan Akuntan Publik untuk merencanakan audit sebaik

mungkin. Tahap awal dari perencanaan audit (audit planning) terdiri dari 4 hal , yaitu:

1. Accept client and perform initial audit planning (menerima klien dan melakukan

perencanaan audit awal)


2. Understand the Clent’s Business and Industry (memahami karakteristik bisnis dan industri

klien)

3. Assess Client Business Risk (Menilai Risiko Bisnis Klien)

4. Perform Preliminary Analytical Procedures (Melakukan Prosedur Analitik Awal)

A. AUDIT PLAN (PERENCANAAN PEMERIKSAAN)

Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan mengharuskan perencanaan yang sebaik-baiknya

dalam setiap penugasan audit. Oleh sebab itu tahap perencanaan audit merupakan tahap yang

mau tidak mau harus mendapat perhatian yang serius dari auditor. Hal ini tentu tidak dapat

dipungkiri karena pekerjaan apapun tentu akan lebih baik bila terencana dengan baik.

Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut :

“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus

disupervisi dengan semestinya.”

1. Pengertian dan Tujuan Audit Plan

Audit Plan adalah pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

diharapkan disusun segera setelah MANAGEMENT LETTER (surat perikatan) disetujui

klien.

Tujuan Audit Plan adalah untukmencapai keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah

saji yang diyakini jumlahnya besar, baik secara individual mapun secara keseluruhan, yang

secara kuantitatif berdampak material terhadap laporan keuangan.

Dalam merencanakan audit :

Risiko audit dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, sesuai dengan pertimbangan

professional
Menetapkan pertimbangan awal mengenai tingkat matealitas

Untuk audit plan, auditor dapat mempertimbangkan materialitas :

Sebelum laporan keuangan yang akan diaudit selesai dususun

Setelah laporan keuangan yang akan diaudit selesai diaudit, namun perlu dimodifikasi

Untuk kedua keadaan tersebut didasarkan atas laporan keuangan intern klien yang

disetahunkan atau laporan keuangan tahunan satu / lebih periode sebelumnya, dengan syarat

memperhatikan pengaruh perubahan besar dalam perusahaan klien dan perubahan lain yang

relevan dalam perekonomian secara keseluruhan

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan antara lain :

Pahami bisnis dan industri klien

Kebijakan dan prosedur akuntansi klien

Metode pengolahan informasi akuntansi yang digunakan klien, termasuk penggunaan

organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan

Penetapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan

Pertimbangan awal tingkat materialitas untuk tujuan audit

Pos laporan keuangan yang memerlukan penyesuaian (adjustment)

Kondisi yang mungkin memerlukn perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti risiko

kekeliuran dan ketidakberesanyang material atau adanya transaksi antar pihak yang

mempunyai hubungan istimewa

Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi tugas sebagai contoh:

laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi,laporan khusus untuk menggambarkan

kepatuhan klien terhadap kontrak/perjanjian


Langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan audit :

Menghimpun pemahaman bisnis klien dan industri klien.

Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk

mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor.

Hal-hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah:

1. jenis bisnis dan produk klien

2. lokasi dan karekteristik operasi klien seperti metode produksi dan pemasaran .

3. jenis dan karakteristik ondustri. Hal ini menentukan sensitivitas bisnis klien terhadap

perubahan kondisi ekonomi. Kebijakan dan praktik industri sangat berdampak kepada

kelangsungan usaha klien.

1. Eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungan erat dengan klien

misalnya sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company.

2. Regulasi pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien

3. Karekteristik laporan yang harus diberikan kepada badan regulasi.

Melakukan prosedur analitis

Prosedur analitis adalh pengevaluasian informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari

hubungan-hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data non keuangan.

Prosedur analitis dilakukan dalam tiga tahap audit yaitu tahap perencanan, tahap pengujian

atau tahap pengerjaan lapangan, dan tahap penyimpulan hasil audit.

Dalan tahap perencanaan, prosedur analitis berguna untuk membantu auditor merencanakan

sifat, penentuan waktu, dan luas prosedur audit.

Dalam tahap pengerjaan lapangan, prosedur analitis merupakan prosedur audit yang

optimal.prosedur analitis dilakukan sebagai salah satu pengujian substansif untuk

menghimpun bahan bukti tentang asersi tettentu yang terkait dengan saldo rekening.
Dalam tahap pengambilan kesimpulan hsil audit, prosedur analitis berguna sebagai alat untuk

penelaahan akhir tentang rasionalitas laporan keuangan auditan.

Melakuka penilaian awal terhadap materialitas

Materialitas merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam audit laporan keuangan

karena materialitas mendasari penerapan standar auditing, khususnya pengerjaan lapangan,

dan stndar pelaporan.materialitas adalah besarnya kelalaian atau pernyataan yang salah pada

informasi akuntansi yang dapat menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan.

Menilai risiko audit

Audit harus mempertimbangkan risiko audit dalam melakukan perencanaan audit. Risiko

audit adlah risiko tidak diketahuinya kesalahan yang dapat mengubah pendapat auditor atas

suatu laporan keuangan yang diaudit:

Risiko audit terdiri dari atas tiga komponen, yaitu

1. Risiko bawaan

Risiko bawaab adlak kerentanan atau mudah tidaknya suatu akun mengalami salah saji

material dengan asumsi tidak ada kebijakan dan prodedur struktur pengendalain intern yang

tekait.

Contoh : asersi keberadaan atau keterjadian akun piutang dagang mempunyai risiko bawaan

yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. Keberadaan aktiva tetap lebih mudah dibuktikan

daripada keberadaan piutang dagang.

2. Risiko pengendalian

Risiko pengendalian adalh risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam

suatu asersi yang tidak dapat didetksi ataupun dicegah secara tepat pada waktunya oleh

berbagai kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern satuan usaha.

Semakin efektif struktur pengendalian intern maka senakin kecil risiko pengendalian .
3. Risiko deteksi

Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji matrial yang

terdapat dalam suatu asersi.

Risiko deteksi dapat ditekan atau diturunkan auditor dengan cara melakukan perencaaan yang

memadai, dan supervisis atau pengawasan yang tepat, serta penerapan standar pengendalian

mutu.

Mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi yang signifikan

Tujuan auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk menurunkan risiko

audit pada tingkat serendah mungkin untuk mendukung pendapat auditor mengenai

kewajaran laporan keuangan.

Strategi audi, yaitu :

1. Primarily substantive approach

Pada strategi ini auditor lebih mengutamakan pengujian substantive daripada pengujian

pengendalian.

2. Lower assessed level of control risk approach

Pada strategi ini, auditor lebih mengutamakan pengujian pengendalian dripada pengujian

substantive. Hal ini bukan berarti auditor sama sekali tidak melakukan pengujiam substanti,

auditor tetap melakukan pengujian substantive meskipun tidak seekstensufb pada primarily

substantive approach

Menghimpun pemhaman sruktur pengendalian intern klien

Standar pengerjaan lapangan kedua menyatakan bahwa pemahaman yang memadai atas

struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,

saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.


Agar dapat membuat perencanaan audit dengan sebaik-baiknya, auditor harus memahami

bisnis klien dengan sebik-baiknya, termasuk sifat, dan jenis usaha klien, struktur

organisasinya, struktur permodalan, metode produksi, pemasaran, distribisi dan lain-lain.

Untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis kliem melalui pengalaman dengan klien dan

industrinya, pengajuan pertanyaan kepada pengawai perusahaan klien, kertas kerja audit dari

tahun sebelumnya (yang berisi informasi mengenai sifat bisnis, struktur organisasi dan

karekteristik opersi serta transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus), publikasi yang

diperlukan industri lapoaran keuangan, buku teks, majalah dan perorangan yang memiliki

pengetahuan industri klien

Pengetahuan bisnis klien membantu auditor mengidentifikasikan bidang yang memerlukan

pertimbangan khusus, menila kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan,

diolah, direview dan dikumpulkan dalam organisasi, menilai kewajaran estimasi, serta

penilaian atas persediaan, depresi, penyisihan piutang ragu-ragu dan lain-lain.

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam pencapaian tujuan audit

dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan

instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah yang

penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan dilaksanakan, dan menyelesaikan

perbedaan pendapat diantara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervise yang memadai bagi

suatu keadaan tergantung atas banyak factor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi

orang yang melaksanakan audit.

memahami tanggung jawabnya dan tujuan prosedur audit

mengetahui hal yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, luas dan saat prosedur

tersebut dilaksanakan (sifat bisnis klien, masalah akuntansi dan audit)


Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur audit yang mereka

laksanakan.yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan

berpengaruh terhadap sifat, luas dan saat prosedur yang harus dilaksanakan seperti sifat bisnis

satuan usaha yang bersangkutan dengan penugasan dan masalh-masalh akuntansi dan audit

2. Isi Audit Plan

Isi dari audit plan mencakup :

 Hal-hal mengenai klien

Bidang usaha klien, alamt, no. telepon, fax.

Status hukum perusahaan (berdasarkan akte pendirian)

Kebijakan akuntansi

- Buku yang digunakan : buku penjualan, buku pembelian, buku kas/bank, buku memorial

- Meode pembukuan : manual, computer, mesin pembukuan

Neraca komparatif dan perbandingan penjualan, laba/rugi tahun lalu dan sekarang.

Client contact : presiden direktur, controller, penasihat hukum

Accounting, auditing dan tax problem

- Accounting problem : perubahan metode pencatatan dan manual kekomputer, revaluasifixed

asset, perubahan metode atau tariff penyusutan

- Auditing problem : hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan, perubahan accounting

policy

- Tax problem : masalah restitusi, kekurangan penyetoran, adanya dua pembukuan dan

perusahaan.
Hal-hal yang mempengaruhi klien

- Majalah ekonomi/surat kabar (bissiness news, ekonomi keuangan Indonesia)

Rencana kerja auditor:

a. Staffing

b. Waktu pemeriksaan

c. Jenis jasa yang diberikan

Hal-hal Tambahan

a. Bantuan yang dapat diberikan klien

b. Time schedule

Pada akhir Audit Plan, mencantumkan:

a. Dibuat oleh

b. Review oleh:

c. Approved oleh:

B. AUDIT PROGRAM

1. Pengertian dan Tujuan Audit Program

Audit program merupakan kumpulan prosedur audit (dibuat tertulis ) yang rinci dan

dijalankan untuk mencapai tujuan audit ( akan lebih baik jika audit program dibuat terpisah

untuk compliance test dan substantive test.

Tujuan audit program :untuk mengetahui apakah penyajian laporan keuangan oleh

manajemen dari sisieksistensi atau keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian

atau alokasi serta panyjian dan pengungkapan dapat dipercaya, wajar dan tidak menyesatkan

terhadap pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut


2. Manfaat Audit Program

Manfaat audit program yaitu:

Sebagai petunjuk kerja yang harus dilakukan asisten dan instruksi bagaimana harus

menyelesaikan

Sebagai dasar untuk koordinasi, pengawasan dan pengendalian pemeriksaan.

Sebagai dasar penilaian kerja yang dilakukan klien

Disusun setelah Audit Plan ( tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai )

Disusun secara stndarisasi untuk semua klien

Disusun sesuai dengan kondisi dan situasi klien

Audit Program yamg baik mencamtumkan :

Tujuan pemeriksaan (audit objective)

Prosedur audit yang akan dijalankan

Kesimpulan pemeriksaan

Prosedur audit program :

Prosedur audit program untuk compliance test

Prosedur audit program untuk substantive test

Prosedur audit program untuk keduanya

SA Seksi 329

PROSEDUR ANALITIK

Sumber: PSA No. 22

PENDAHULUAN

01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan prosedur

analitik dan mengharuskan penggunaan prosedur analitik dalam tahap perencanaan

dan tahap review menyeluruh semua audit.


02 Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri

dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan

yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau

antara data keuangan dengan data nonkeuangan. Prosedur analitik mencakup

perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit yang mengaitkan

berbagai hubungan dan unsur data. Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah

bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan

berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat

menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau

transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau

salah saji.

03 Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan

dan mengevaluasi hasil prosedur analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya

pengetahuan tentang klien dan industri yang menjadi tempat usaha klien. Pemahaman

atas tujuan prosedur analitik dan keterbatasannya juga penting. Oleh karena itu,

identifikasi hubungan dan jenis data yang digunakan, serta kesimpulan yang diambil

apabila membandingkan jumlah yang tercatat dengan yang diharapkan, membutuhkan

pertimbangan auditor.

04 Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:

a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit

lainnya.

b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu


yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.

c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.

Prosedur analitik harus diterapkan untuk tujuan yang disebutkan pada butir a dan c

di atas untuk semua audit laporan keuangan yang dilakukan berdasarkan standar

auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sebagai tambahan, dalam beberapa

hal, prosedur analitik lebih efektif atau efisien daripada pengujian rinci untuk mencapai

tujuan pengujian substantif.

05 Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau

ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan

harapan yang dikembangkan oleh auditor. Auditor mengembangkan harapan

tersebut dengan mengidentifikasi dan menggunakan hubungan yang masuk akal, yang

secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor mengenai klien

dan industrinya. Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam

mengembangkan harapan:

a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan

dengan memperhatikan perubahan yang diketahui.

b. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi

dari data interim atau tahunan.

c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode.

d. Informasi industri bidang usaha Mien, misalnya informasi laba bruto.

e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan.

5. Menetapkan Materialitas dan Menetapkan Risiko Bawaan Dan Risiko

Akseptabilitas Audit
6. Memahami Struktur Pengendalian Intern dan Menetapkan Risiko Pengendalian

7. Menggabungkan Informasi dan Menetapkan Risiko Fraud

8. Mengembangkan Rencana Audit dan Program Audit Menyeluruh

PROSEDUR ANALITIK DALAM PERENCANAAN AUDIT

06 Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu

dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk

memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk maksud ini,

prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk:

a. Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau peristiwa

yang terjadi sejak tanggal audit terakhir dan,

b. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang

bersangkutan dengan audit. Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk

mengidentifikasikan hal seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak biasa,

dan jumlah, ratio serta trend yang dapat menunjukkan masalah yang berhubungan

dengan laporan keuangan dan perencanaan audit.

07 Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit umumnya menggunakan

data gabungan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di tingkat atas.

Lebih lanjut kecanggihan, lingkup, dan saat audit, yang didasarkan atas pertimbangan

auditor dapat berbeda tergantung atas ukuran dan kerumitan klien. Untuk beberapa

entitas, prosedur analitik dapat terdiri dari review atas perubahan saldo akun tahun

sebelumnya dengan tahun berjalan, dengan menggunakan buku besar atau daftar saldo
(trial balance) tahap awal yang belum disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas yang

lain,prosedur analitik mungkin meliputi analisis lapotan keuangan triwulan yang

ekstensif. Pada kedua keadaan tersebut, prosedur analitik yang

dikombinasikan dengan pengetahuan auditor tentang bisnis, menjadi dasar dalam

menentukan permintaan keterangan tambahan dan perencanaan yang efektif.

08 Walaupun prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit

seringkali hanya menggunakan data keuangan, tetapi kadangkala informasi

nonkeuangan yang relevan juga dipertimbangkan. Misalnya jumlah karyawan, luas

ruang penjualan, jumlah barang yang diproduksi dan informasi serupa lainnya mungkin

membantu dalam mencapai tujuan prosedur.

PROSEDUR ANALITIK YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENGUJIAN

SUBSTANTIF

09 Kepercayaan auditor terhadap pengujian substantif untuk mencapai tujuan audit

yang berhubungan dengan suatu asersi1 dapat berasal dari pengujian rinci, dari

prosedur analitik, atau dari kombinasi keduanya. Keputusan mengenai prosedur yang

digunakan untuk mencapai tujuan audit tertentu didasarkan pada pertimbangan

auditor terhadap efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari prosedur audit yang

ada.

10 Auditor mempertimbangkan tingkat keyakinan, jika ada, yang diinginkannya

dari pengujian substantif untuk suatu tujuan audit dan memutuskan, antara lain

prosedur yang mana, atau kombinasi prosedur mana, yang dapat memberikan tingkat

keyakinan tersebut. Untuk asersi tertentu, prosedur analitik cukup efektif dalam
memberikan tingkat keyakinan memadai. Namun, pada asersi lain, prosedur analitik

mungkin tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam memberikan tingkat

keyakinan yang diinginkan.

11 Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam

mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain:

a. Sifat asersi.

b. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.

c. Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.

d. Ketepatan harapan.

SIFAT ASERSI

12 Prosedur analitik mungkin merupakan pengujian efektif dan efisien atas

asersi yang kemungkinan salah sajinya tidak akan tampak dari pemeriksaan bukti

rinci atau bila bukti yang rinci tidak langsung tersedia. Sebagai contoh, perbandingan dari

kumpulan gaji yang dibayar dengan jumlah karyawan mungkin menunjukkan pembayaran

yang tidak sah yang mungkin tidak tampak dari pengujian transaksi individual. Perbedaan

dari hubungan yang diharapkan dapat juga menunjukkan kemungkinan penghilangan dari

catatan akuntansi bilamana bukti transaksi individual dari pihak yang independen yang

seharusnya dibukukan tidak langsung tersedia.

KELAYAKAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MEMPREDIKSIKAN SUATU

HUBUNGAN

13 Penting bagi auditor untuk memahami alasan yang membuat

hubungan menjadi masuk akal sebab data kadang-kadang seperti berkaitan padahal
kenyataannya tidak demikian, sehingga dapat mengarahkan auditor ke pengambilan

kesimpulan yang salah. Di samping itu, adanya satu hubungan yang tidak diharapkan

dapat memberikan bukti yang penting jika diteliti secara memadai.

14 Karena tingkat keyakinan yang lebih tinggi diharapkan dari prosedur

analitik dibutuhkan lebih banyak hubungan untuk mengembangkan harapan.

Hubungan dalam satu lingkungan yang stabil biasanya lebih dapat diduga daripada

hubungan dalam satu lingkungan yang dinamis atau tidak stabil. Hubungan yang

melibatkan akun laba-rugi cenderung lebih dapat diduga dari pada hubungan yang

melibatkan hanya akun neraca, karena akun laba-rugi mencerminkan transaksi selama

satu periode waktu, sementara akun neraca mencerminkan saldo pada satu titik

waktu. Hubungan yang menyangkut transaksi yang tergantung pada keputusan

manajemen kadang-kadang kurang dapat diduga. Sebagai contoh, manajemen mungkin

memilih untuk mengeluarkan biaya pemeliharaan dari pada mengganti aktiva tetap

atau mereka mungkin menunda suatu pengeluaran klien.

KETERSEDIAAN DAN KEANDALAN DATA

15 Data mungkin atau tidak mungkin langsung tersedia untuk mengembangkan

taksiran bagi beberapa asersi. Sebagai contoh, untuk menguji asersi kelengkapan,

penjualan yang ditaksir bagi jenis usaha tertentu mungkin dapat dikembangkan dari

statistik produksi atau ukuran tempat penjualan. Bagi jenis usaha lain, data yang relevan

untuk asersi kelengkapan penjualan mungkin tidak langsung tersedia dan mungkin akan lebih

efektif clan efisien untuk menggunakan catatan pengiriman yang rinci dalam menguji asersi

tersebut.
16 Auditor memperoleh keyakinan dari prosedur analitik berdasarkan atas

konsistensi jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan dari data yang

diperoleh dari sumber lainnya. Keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan

harapan harus sesuai dengan tingkat keyakinan yang diinginkan dari prosedur analitik.

Auditor harus menilai keandalan data dengan mempertimbangkan sumber data dan

kondisi yang melingkupi pengumpulan data serta pengetahuan lain yang mungkin

dimiliki auditor mengenai data itu. Faktor berikut

ini mempengaruhi pertimbangan auditor terhadap keandalan data untuk mencapai

tujuan audit:

a. Apakah diperoleh dari sumber yang independen di luar entitas atau dari sumber di

dalam entitas.

b. Apakah sumber dari dalam entitas independen dari mereka yang bertanggung

jawab atas jumlah yang diaudit.

c. Apakah data dikembangkan dari sistem yang dapat diandalkan dengan

pengendalian memadai.

d. Apakah data menjadi sasaran pengujian dalam tahun berjalan atau tahun

sebelumnya.

e. Apakah harapan dikembangkan dengan memakai data dari berbagai sumber.

KETEPATAN HARAPAN

17 Harapan auditor harus cukup tepat untuk memberikan tingkat keyakinan

yang diinginkan sehingga perbedaan yang mungkin merupakan salah saji yang

material, baik secara individu atau secara kelompok, dengan salah saji lainnya, akan

teridentifikasi untuk diaudit oleh auditor (paragraf 20). Ketika harapan menjadi lebih

tepat, toleransi perbedaan yang diharapkan menjadi lebih sempit, sehingga jika terjadi
perbedaan yang signifikan antara hasil prosedur analitik dengan angka sesungguhnya,

perbedaan tersebut kemungkinan besar karena salah saji. Ketepatan harapan

tergantung pada, antara lain, identifikasi dan pertimbangan auditor terhadap

faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi jumlah yang diaudit dan tingkat

kerincian data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.

18 Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hubungan keuangan. Sebagai

contoh, penjualan dipengaruhi oleh harga, volume dan campuran produk. Sebaliknya,

masing-masing hal itu dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan faktor yang bertentangan

dapat menutupi salah saji. Identifikasi yang lebih efektif terhadap faktor yang secara

signifikan mempengaruhi hubungan umumnya dibutuhkan sejalan dengan

meningkatnya keyakinan yang diinginkan dari prosedur analitik.

19 Harapan yang dikembangkan pada tingkat yang rinci biasanya

mempunyai kemungkinan yang lebih besar dalam mendeteksi salah saji jumlah

tertentu dari pada perbandingan secara luas. Jumlah bulanan biasanya akan lebih efektif dari

pada jumlah tahunan dan perbandingan berdasarkan lokasi atau jalur usaha

biasanya akan lebih efektif dari pada membandingkan perusahaan secara

keseluruhan. Tingkat kerincian yang cocok akan dipengaruhi oleh sifat klien,

besarnya dan kerumitannya. Umumnya risiko salah saji yang material menjadi kabur

akibat meningkatnya faktor yang bertentangan karena operasi klien menjadi lebih rumit

dan lebih beragam. Penguraian masalah akan membantu mengurangi risiko ini.

PENYELIDIKAN DAN EVALUASI PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN

20 Dalam merencanakan prosedur analitik sebagai pengujian substantif, auditor harus


mempertimbangkan jumlah perbedaan yang diharapkan yang dapat diterima tanpa

penyelidikan lebih lanjut. Pertimbangan ini dipengaruhi terutama oleh materialitas dan harus

konsisten dengan tingkat keyakinan yang diinginkan dari prosedur ini. Penentuan jumlah ini

melibatkan pertimbangan kemungkinan bahwa kombinasi dari salah saji dalam saldo akun

tertentu, atau golongan transaksi tertentu, atau saldo atau golongan transaksi lainnya, dapat

terhimpun menjadi suatu jumlah yang tidak dapat diterima.2

21 Auditor harus mengevaluasi perbedaan material yang tidak diharapkan. Dengan

mempertimbangkan kembali metode dan faktor yang digunakan dalam

mengembangkan harapan dan permintaan keterangan dari manajemen dapat membantu

auditor dalam hal ini Namun, tanggapan manajemen biasanya harus didukung dengan bukti

lain. Dalam keadaan tersebut, bila penjelasan tentang perbedaan tidak dapat diperoleh,

auditor harus mendapatkan bukti yang cukup mengenai asersi yang bersangkutan dengan

melakukan prosedur audit lainnya untuk meyakinkan dirinya apakah perbedaan tersebut

kemungkinan merupakan salah saji ³Dalam mendesain prosedur audit lainnya itu, auditor

harus mempertimbangkan perbedaan yang tidak dapat dijelaskan, yang mungkin

menunjukkan risiko yang meningkat dari salah saji yang material. (Lihat SA Seksi 316 [PSA

No. 70] Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan.)

PROSEDUR ANALITIK YANG DIGUNAKAN DALAM REVIEW YANG

MENYELURUH

22 Tujuan prosedur analitik yang diterapkan dalam tahap review menyeluruh adalah

untuk membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam

mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Berbagai macam prosedur

analitik mungkin bermanfaat untuk tujuan ini. Review menyeluruh umumnya meliputi
pembacaan laporan keuangan dan catatannya serta mempertimbangkan:

a. Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak biasa

atau yang tidak diharapkan, yang diidentifikasi pada waktu perencanaan audit atau

dalam pelaksanaan audit, dan

b. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atau tidak diharapkan yang sebelumnya tidak

diidentifikasi.

Hasil review menyeluruh dapat menunjukkan bahwa bukti tambahan mungkin

diperlukan.

TANGGAL BERLAKU EFEKTIF

23 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari

tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi

ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa

transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per

1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal

31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai