Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 7:

I PUTU ADI ARYA WINATA (1707531001)/ (1)/


I WAYAN EKA SUARTAMA (1707531058)/ (6)/
I PUTU LAKSMANA NARAYANA (1707531060)/ (8)/
SAP 7 (PIUTANG)

1. Menghitung nilai piutang dagang dan nilai penghapusan piutang dagang.


Penilaian piutang. Penyajian piutang di dalam neraca digunakan dasar pengukuran
Nilai Realisasi/ Penyelesaian (realizable/settlement value). Piutang dinyatakan
sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak diterima
(jumlah yang diperkirakan akan tidak dapat ditagih).
Potongan Penjualan. Metode pencatatan piutang dibagi menjadi dua yakni:
a.Metode nilai kotor (Gross Method). Mengakui jumlah piutang sebesar
penjualan tanpa dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan. Apabila debitur
mengambil potongan, diakui sebagai pengurangan jumlah penjualan bukan sebagai
pengurangan jumlah piutang.
b.Metode nilai bersih (Net Method). Mengakui jumlah piutang setelah dikurangi
dengan potongan penjualan, bila potongan tidak dimanfaatkan oleh debitur, maka
timbul kelebihan atas piutang dan diakui sebagai pendapatan lain-lain.
Contoh: Pada tanggal 15 Maret 2018 PT. Makmur Karya menjual barang dagang
dengan syarat 2/10; n/30 dengan harga Rp10.000.000. Pada tanggal 25 Maret 2018
diterima pelunasan dari penjualan barang dagang tanggal 15 Maret 2018.
Tanggal Metode Kotor Metode Bersih
Maret 15 Piutang Rp10.000.000 Piutang Rp9.800.000
Penjualan Rp10.000.000 Penjualan Rp9.800.000
Maret 25 Kas Rp 9.800.000 Kas Rp9.800.000
Potongan Penjualan 200.000 Piutang Rp9.800.000
Piutang Rp10.000.000
Bila pembayaran dilakukan diatas periode diskon maka jurnalnya sebagai berikut:
Tanggal Metode Kotor Metode Bersih
Maret 25 Kas Rp 10.000.000 Kas Rp10.000.000
Piutang Rp10.000.000 Piutang Rp9.800.000
Pendapatan lain-lain 200.000
Retur penjualan. Dalam neraca saldo cadangan retur penjualan dapat dibuatkan
rekening yang akan dicantumkan mengurangi piutang. Seperti contoh berikut:
Pada 1 April PT MMC menjual barang sebesar Rp10.000.000 kepada PT LCC
dengan laba bruto 20% dari harga jual, karena terdapat barang yang tidak sesuai
maka pada tanggal 5 April PT LCC mengembalikan barang tersebut sebesar 10%

1
dari pembelian. Barang yang diretur dapat dijual lagi sebesar 75% dari harga
jualnya semula. Jurnal yang dicatat oleh PT MMC sebagai berikut:
Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
April 1 Piutang Rp10.000.000
Penjualan Rp10.000.000
Harga pokok penjualan Rp8.000.000
Persediaan barang Rp8.000.000
April 5 Retur penjualan Rp1.000.000
Cadangan retur penjualan Rp1.000.000
Persediaan barang retur Rp750.000
Rugi dari retur penjualan 50.000
Harga pokok penjualan Rp800.000

Metode Penghapusan Piutang. Piutang tentu menimbulkan risiko bagi perusahaan


kreditur, yaitu tidak tertagihnya piutang usaha. Pada saat piutang usaha tidak
tertagih, maka kreditur akan mencatat jurnal penghapusan piutang. Terdapat dua
metode penghapusan piutang yaitu:
1. Metode Penghapusan Langsung
Metode ini biasa digunakan dalam perusahaan-perusahaan kecil atau perusahaan-
perusahaan yang tidak dapat menaksir kerugian piutang dengan tepat. Pada akhir
periode tidak ada taksiran kerugian piutang yang dibebankan, bila diketahui
terdapat piutang yang tidak dapat ditagih, maka piutang tersebut dihapuskan dan
dibebankan pada rekening kerugian piutang. Penggunaan metode penghapusan
langsung tidak dapat menunjukkan jumlah piutang yang diharapkan akan ditagih
dalam neraca karena neraca hanya menunjukkan jumlah piutang bruto.
Misalnya pada tanggal 31 Desember 2016 dihitung taksiran kerugian piutang
sebesar Rp100.000. Pada tanggal 15 April 2017 langganan A yang piutangnya
sebesar Rp150.000 bangkrut dan menyatakan tidak dapat melunasi. Tetapi pada
tanggal 1 Juli 2017 langganan A datang dan menyatakan akan melunasi utangnya
pada tanggal 1 Agustus 2017. Jurnal untuk transaksi diatas:
Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
15 April Kerugian Piutang Rp150.000
Piutang Rp150.000
1 Juli Piutang Rp150.000
Kerugian Piutang Rp150.000
1 Agustus Kas Rp150.000
Piutang Rp150.000

2
Bila pernyataan dari A dan pelunasan kembali terjadi pada tahun 2018, maka jurnal
yang dibuat:
Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
2007 Piutang Rp150.000
Penerimaan piutang Rp150.000
yang sudah dihapus
2007 Kas Rp150.000
Piutang Rp150.000

2. Metode Cadangan
Dalam metode cadangan untuk akuntansi atas piutang tak tertagih, perusahaan
harus menaksir besarnya piutang yang di perkirakan tidak dapat di tagih pada setiap
akhir periode. Dengan cara seperti itu akan diperoleh penandingan (matching)
antara pendapatan dan beban yang lebih tepat. Untuk menaksir jumlah piutang yang
tidak dapat di tagih, manajemen menggunakan dua dasar yaitu 1) persentase dari
penjualan dan 2) persentase dari piutang.
1) Persentase dari penjualan.
Dalam dasar metode ini, persentase dari penjualan mengakibatkan penandingan
(matching) yang lebih baik antara pendapatan dan biaya. Dasar metode ini dapat
digunakan dengan berupa total penjualan kredit atau bisa juga penjualan kredit
bersih pada tahun berjalan. Misalnya, Pada 31 Desember 2017, estimasi cadangan
piutang tak tertagih 1% dari saldo penjualan kredit bersih, penjualan kredit bersih
tahun berjalan Rp80.000.000. Jurnal yang diperlukan:
Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
31 Des Kerugian piutang Rp800.000
Cadangan kerugian piutang Rp800.000

2) Persentase dari piutang


Penerapan dasar presentase dari piutang ini menggunakan hubungan presentase
antara jumlah piutang dengan jumlah kerugian akibat adanya piutang yang tidak
tertagih. Dan untuk menganalisis hal tersebut dibuat lah suatu daftar umur piutang
sebagai berikut:

3
Belum Jumlah Hari Lewat Waktu
Nama Debitur Total Jatuh
Tempo 1 - 30. 31 - 60. 61 - 90. > 90
Amir Hamzah 60.000 30.000 20.000 10.000
Budi Purnomo 30.000 30.000
Cahyo Kusumo 45.000 20.000 25.000
Darmawan 70.000 50.000 20.000
Entung 60.000 30.000 30.000
Lain-lain 3.695.000 2.620.000 520.000 245.000 160.000 150.000
3.960.000 2.700.000 570.000 300.000 200.000 190.000
Persentase tak tertagih 2% 4% 10% 20% 40%
Taksiran kerugian
piutang 222.800 54.000 22.800 30.000 40.000 76.000

Jurnal atas cadangan piutang tak tertagih:


Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
31 Des Kerugian piutang Rp222.800
Cadangan kerugian piutang Rp222.800

Apabila di akhir periode masih terdapat cadangan kerugian piutang saldo kredit
Rp50.000 sebelum dilakukan penyesuaian, maka kerugian piutang sebesar
Rp222.800 – Rp 50.000 = Rp172.800. Jurnal untuk mencatatnya sebagai berikut:
Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
31 Des Kerugian piutang Rp172.800
Cadangan kerugian piutang Rp172.800

Metode analisis umur piutang dapat menunjukkan jumlah piutang yang akan dapat
ditagih yang sesuai keadaan. Jumlah piutang yang dilaporkan dalam neraca akan
lebih mendekati kenyataan karena dalam metode analisis umur piutang dilakukan
penaksiran untuk masing-masing debitur sehingga lebih teliti.

2. Piutang Jangka Pendek Lainnya.


1. Piutang Wesel (Wesel Tagih)
Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak kepada pihak lain
untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan
datang. Jika dipindahtangankan berarti yang membuat wesel akan membayar pada
orang yang memegang wesel pada saat jatuh tempo. Wesel yang dipindahtangankan
dapat didiskontokan ke bank sebelum jatuh temponya. Piutang wesel dapat

4
dibedakan menjadi 2 macam yaitu: 1) Piutang wesel tidak berbunga, 2) Piutang
wesel berbunga.
Yang dimaksud mendiskontokan wesel adalah meminjam uang ke bank dengan
menggunakan wesel sebagai jaminan. Bank akan memberikan pinjaman tetapi
dikurangi dengan bunga yang diperhitungkan (diskonto) selama jangka waktu
diskonto. Pendiskontoan dilakukan dengan syarat jika pembuat wesel tidak
melunasi weselnya pada tanggal jatuh tempo, maka pihak yang mendiskontokan
bertanggung jawab untuk melunasi wesel tersebut. Perhitungan bunga (diskonto)
wesel dihitung sebagai berikut:

Bunga (diskonto) = nilai jatuh tempo x tarif diskonto x periode diskonto


Satu tahun diperhitungkan selama 360 hari. Dalam perhitungan hari diskonto,
tanggal terjadinya transaksi tidak diperhitungkan, tetapi tanggal jatuh temponya
dihitung.
Contoh soal 1 dan 2:
1. Pada tanggal 1 Maret 2005 Tuan Alex memberikan wesel sebesar Rp300.000
kepada PT Bermuda. Jangka waktu wesel 2 bulan, tidak berbunga. Wesel ini oleh
Tuan Alex dimaksudkan untuk memperpanjang utangnya pada PT Bermuda. Pada
tanggal 26 Maret 2005 PT Bermuda mendiskontokan wesel tersebut ke Bank C dan
dipotong diskonto 10% setahun. Pada tanggal 1 Mei 2005 (jatuh tempo) wesel
dilunasi oleh Tuan Alex.
2. Apabila wesel Tuan Alex berbunga 12% dan pada tanggal jatuh temponya Tuan
Alex tidak membayar, tetapi baru dilunasi Juni 2005. Bunga dibebankan untuk
jangka waktu tunggakan 12% setahun dari nilai nominal. Biaya penagihan Rp300.
Periode diskonto: 26-31 Maret = 5 hari, jumlah hari bulan April = 30 hari, 1 Mei
(tanggal jatuh tempo) = 1 hari. Periode diskonto = 5+30+1 = 36 hari.
Rumus perhitungan diskonto berlaku untuk wesel tidak berbunga maupun wesel
berbunga:
1) Wesel tidak berbunga
Jumlah uang yang diterima pada tanggal 26 Maret 2005 adalah:
Nilai jatuh tempo wesel Rp300.000
Diskonto: Rp300.000 x 10% x 36/360 3.000
Uang yang diterima Rp297.000

5
2) Wesel berbunga
Bunga sebesar 12% setahun dan didiskontokan 10% setahun. Jumlah yang diterima:
Nilai nominal wesel Rp300.000
Bunga: 12% x 2/12 x Rp 300.000 6.000
Nilai jatuh tempo wesel Rp306.000
Diskonto: Rp306.000 x 10% x 36/360 3.060
Uang yang diterima Rp302.940
Jurnal yang dibuat masing masing pihak: Soal 1 dan 2
Soal 1 (tidak berbunga)
Transaksi Jurnal Tuan Alex Jurnal PT Bermuda Jurnal Bank C
1 Maret 2005 Utang Rp300.000 Piutang wesel Rp300.000
Utang Wesel Rp 300.000 Piutang Rp300.000
26 Maret 2005 Kas Rp297.000 Piutang wesel Rp300.000
Biaya bunga 3.000 Kas Rp297.000
Piutang wesel Pendapatan bunga 3.000
didiskontokan Rp300.000
1 Mei 2005 Utang Wesel Rp300.000 Piutang wesel Kas Rp300.000
Kas Rp300.000 didiskontokan Rp300.000 Piutang wesel Rp300.000
Piutang wesel Rp300.000
Soal 2 (berbunga)
Transaksi Jurnal Tuan Alex Jurnal PT Bermuda Jurnal Bank C
1 Maret 2005 Utang Rp300.000 Piutang wesel Rp300.000
Utang Wesel Rp 300.000 Piutang Rp300.000
26 Maret 2005 Kas Rp302.940 Piutang wesel Rp300.000
Piutang wesel Pendapatan bunga 2.940
didiskontokan Rp300.000 Kas Rp302.940
Pendapatan bunga 2.940
1 Mei 2005 Piutang Rp306.300 Kas Rp306.300
Kas Rp306.300 Piutang wesel Rp300.000
Piutang wesel Pendapatan bunga 6.000
didiskontokan Rp300.000 Biaya penagihan 300
Piutang wesel Rp300.000

1 Juni 2005 Utang wesel Rp300.000 Kas Rp312.300


Biaya bunga 12.000 Piutang Rp306.300
Biaya lain-lain 300 Pendapatan bunga 6.000
Kas Rp312.300

2. Piutang Bunga. Piutang bunga dapat muncul karena adanya pendapatan bunga
yang belum diterima namun sudah dapat diakui saat pencatatan menggunakan basis
akrual. Misalnya: Pada 31 Desember 2017 Pendapatan bunga bank yang masih
harus diterima Rp200.000 namun baru akan diterima pada Januari 2018. Jurnal
yang diperlukan untuk transaksi ini sebagai berikut:

6
Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
Des. 31 Piutang Bunga Rp200.000
Pendapatan Bunga Rp200.000

Pada saat pelunasan piutang:


Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
Jan. 1 Kas Rp200.000
Piutang Bunga Rp200.000

3. Piutang Pajak. timbul karena adanya kelebihan dalam pembayaran angsuran


pajak oleh perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah pajak lebih bayar. Misalnya,
Setiap bulan pada tanggal 10 PT Makmur Karya membayar angsuran pajak
penghasilan senilai Rp2.500.000 pada tahun 2017. Jurnal yang dibuat setiap bulan:
Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
10 Angsuran PPh Rp2.500.000
Kas Rp2.500.000

Maka jurnal tersebut menghasilkan saldo PPh Rp30.000.000 pada akhir periode.
Namun pada akhir periode beban pajak penghasilan PT Makmur Karya senilai
Rp25.000.000, jurnal yang dibuat:

Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit


Des. 31 Beban Pajak Rp25.000.000
Angsuran PPh Rp25.000.000

Akibat transaksi tersebut akun Angsuran PPh akan menunjukkan saldo debit
Rp5.000.000, inilah yang disebut sebagai piutang pajak atau pajak lebih bayar.

4. Piutang Pada Karyawan. Muncul apabila perusahaan memberikan pinjaman


kepada karyawannya, biasanya berupa uang. Dicatat sebagai piutang usaha/dagang
atau piutang pada karyawan. Misalnya, Pada 1 Juni dipinjamkan uang sejumlah
Rp200.000 kepada karyawan, akan dilunasi bulan depan. Maka jurnalnya:
Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
Juni 1 Piutang pada karyawan Rp200.000
Kas Rp200.000

Pada saat pelunasan piutang:


Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
Juli 1 Kas Rp200.000
Piutang pada karyawan Rp200.000

7
5. Piutang Gaji/ Gaji Dibayar di Muka. Muncul akibat perusahaan memberikan
gaji di awal baik karena keinginan perusahaan itu sendiri maupun karena
permintaan karyawan.
Jurnalnya:
Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
Piutang Gaji RpXXX
Kas RpXXX

Pada saat diakui sebagai beban, jurnalnya:


Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
Beban Gaji RpXXX
Piutang Gaji RpXXX

6. Piutang Sewa. Muncul jika perusahaan memberikan jasa penyewaan aset


perusahaan, tapi tidak sebagai usaha pokoknya. Jurnal yang dicatat saat transaksi:
Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
Piutang Sewa RpXXX
Pendapatan Sewa RpXXX

Pada saat pelunasan piutang:


Tanggal Perkiraan Ref Debit Kredit
Kas RpXXX
Piutang Sewa RpXXX

8
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE.
Donald E. Kieso, Jerry J, Weygandt, Terry D.Warfield. 2008. Akuntansi
Intermediate, Edisi 12. Jakarta: Erlangga.
Jusup, Al. Haryono. 2014. Dasar-dasar Akuntansi, Jilid 2. Yogyakarta: STIE
YKPN.

Anda mungkin juga menyukai