Disusun oleh :
1. Dita Ivanka Prista 7211418196
2. Alfira Rista Susanti 7211418243
3. Sarifa Aini 7211418241
4. Zea Riza Sinensis 7211418247
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami da
pat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami mencoba berusaha menyusun laporan ini sedemikian rupa dengan harapan dapat memberikan
pengetahuan dan ilmu baru kepada pembaca. Dan kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
banyak orang.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak jauh dari kekurangan, sehingga kami
berharap saran dan kritik dari pembaca agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Tujuan auditor adalah merancang dan melaksanakan prosedur audit sedemikian rupa
sehingga auditor memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk menarik kesimpulan yang
memadai, yang akan digunakannya sebagai dasar pemberi opini auditnya. Proses audit adalah
proses menghimpun bukti agar auditor dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan yang
diauditnya, bebas dari (atau justru mengandung) salah saji yang material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan maupun manipulasi, sehingga ia dapat merumuskan opini auditnya.
Bukti audit berpengaruh besar terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka
memberikan opini atas laporan yang dibuatnya. Dasar dari setiap audit adalah bukti yang
dikumpulkan dan dievaluasi oleh auditor. Dimana auditor harus memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang lebih untuk mengumpulkan bukti audit yang tepat dan mencukupi dalam setiap
proses audit untuk memenuhi standar profesi. Oleh karena itu, bukti yang dikumpulkan harus cukup
dan kompeten agar tidak menyesatkan para pemakai dan untuk menghindari tuntutan pihak-pihak
yang nantinya membutuhkan laporan ini.
Dokumentasi merupakan pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi
klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari
pihak luar yang bebas. Bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan harus
didokumentasikan dengan baik dalam kertas kerja audit, disertai dengan keterangan mengenai
klasifikasi bukti auditnya. Kertas kerja merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien
dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi akuntan
publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti.
Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan. Untuk kepentingan
pengumpulan dan pembuatan bukti itulah auditor membuat kertas kerja. Kertas kerja memberikan
panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas kerja dalam audit atas laporan keuangan atau
perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia.
Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan media yang digunakan auditor untuk
mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan dokumen yang dikumpulkan dan simpulan yang
dibuat auditor dalam setiap tahapan audit.
I.II. Rumusan Masalah
I.III. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang dibahal dalam kertas kerja audit.
2. Untuk mengetahui bagaimana bukti audit yang diperlukan dalam menyusun laporan audit.
3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur yang dilakukan oleh auditor dalam menyusun
laporan audit.
BAB II
PEMBAHASAN
II.I. Kertas Kerja Audit
II.I.I Definisi
Menurut penjelasan yang disampaikan oleh SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 03 bahwa:
“Kertas kerja adalah berbagai catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit y
ang ditempuh-nya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yan
g dibuatnya sehubungan dengan audit-nya.”
II.I.II Isi Kertas Kerja Audit
Menurut SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 05, kertas kerja audit harus bisa atau cukup m
enunjukan bahwa sebuah catatan akuntansi harus sudah sesuai dengan laporan keuangan atau infor
masi lain yang dilaporkan dan standar auditing yang digunakan.
Kertas kerja audit pada umumnya harus berisikan dokumentasi yang menunjukan:
Informasi tersebut sangat berguna untuk melakukan proses audit selanjutnya dan bisa dengan
mudah diperoleh dari kertas kerja audit periode sebelumnya.
1. Lengkap
Dalam kertas kerja audit harus melengkapi syarat lengkap. Lengkap dalam artian disini
adalah berisika seluruh informasi atau data penting yang harus dicantumkan. Seseorang
haruslah tau komposis data yang penting yang harus dimasukan dalam kertas kerja. Dan juga
tidak membutuhkan tambahan penjelasan secara lisan. Karena kertas kerja tersebut akan diperik
sa oleh seorang auditor senior dan kemungkinan akan diperiksa oleh pihak luar, maka kertas ke
rja harus berisi informasi lengkap.
2. Teliti
Dalam melakukan pembuatan kertas kerja seorang auditor dituntut untuk tetap
memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan.
Dengan demikian kertas kerja yang disusun akan terbebas dari kesalahan tulis dan juga
perhitungan.
3. Ringkas
Kertas kerja harus dibatasi pada data atau informasi yang penting atau pokok dan relevan
dengan tujuan dilakukannya audit serta disajikan secara ringkas.
Seorang auditor harus bisa menghindari rincian yang tidak perlu untuk disajikan. Analisis yang
dilakukan oleh auditor harus sebagai ringkasan dan juga penafsiran informasi atau data, bukan
hanya sebagai penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.
4. Jelas
Kejelasan dalam menyusun dan menyajikan informasi kepada berbagai pihak yang akan me
meriksa kertas kerja harus diusahakan oleh auditor. Pemakaian istilah yang memunculkan mak
na ganda harus dihindari.
5. Rapi
Kerapian dalam penyajian kertas kerja audit dan keteraturan dalam penyusunan-nya akan sa
ngat membantu seorang auditor senior dalam melakukan review terhadap hasil kerja dari staf-n
ya serta akan memudahkan auditor dalam mendapatkan informasi dari kertas kerja.
Pada kolom yang terakhir dalam working trial balance tersebut seorang auditor
menyajikan draft final laporan keuangan klien nya setelah dilakukan audit oleh auditor.Draft
final tersebutlah yang akan diusulkan oleh auditor kepada klien untuk dapat dilampirkan pada
laporan audit.
Terdapat kolom “Saldo akhir 31 Desember 20×8 (tahun lalu)”, kolom tersebut berisikan
dengan berbagai saldo akun setelah penyesuaian auditor dalam audit tahun
sebelumnya.Penyajian berbagai saldo dari audit tahun sebelumnya untuk tahun sekarang yang
diaudit, mempunyai tujuan untuk dapat memudahkan pembandingan dengan saldo akun yang
berhubungan untuk tahun yang diaudit.Hal tersebut supaya auditor bisa memusatkan perhatian
pada berbagai perubahan yang luar biasa atau signifikan.Sebenarnya working trial
balance tersebut memiliki fungsi yang sama dengan lembar kerja atau worksheet atau neraca
lajur yang dipakai klien dalam menyusun laporan keuangan.
3. Ringksan jurnal penyesuaian dan jurnal pengklasifikasian kembali
Dalam melakukan proses audit-nya, seorang auditor mungkin akan menjumpai kesalahan
atau kekeliruan dalam laporan keuangan dan catatan akuntansi milik klien nya.Untuk bisa
membetulkan kesalahan tersebut, seorang auditor akan membuat draft jurnal penyesuaian yang
nantinya akan dibicarakan lebih lanjut dengan klien nya.Selain itu, seorang auditor juga akan
membuat jurnal penggolongan kembali atau reclassification entries untuk berbagai unsur yang
tidak terdapat kesalahan pencatatan oleh klien. Hal tersebut berguna untuk kepentingan penyaji
an laporan keuangan yang wajar, maka harus di-golong-kan kembali.
Jurnal penyesuaian yang diusulkan oleh seorang auditor pada umumnya akan diberi nomor
urut dan untuk jurnal penggolongan kembali akan diberi identitas berupa huruf.Setiap jurnal pe
nyesuaian atau penggolongan kembali harus dilengkapi dengan penjelasan yang rinci atau leng
kap.Berikut ini adalah contoh ringkasan jurnal penyesuaian dan penggolongan kembali:
Jurnal penggolongan kembali berbeda dengan jurnal penyesuaian. Jurnal penggolongan
kembali dipakai auditor hanya untuk mendapatkan penggolongan yang benar dalam laporan
keuangan yang dibuat oleh klien. Jurnal tersebut dibuat untuk mengelompokkan kembali suatu
jumlah dalam kertas kerja audit seorang auditor dan tidak untuk disarankan supaya dibuku-
buku ke dalam catatan akuntansi klien.
Contoh dari jurnal penggolongan kembali yaitu jurnal untuk mengelompokkan kembali sal
do kredit piutang usaha kepada debitur tertentu, oleh karena itu jumlah tersebut akan muncul da
lam neraca sebagai utang, bukan sebagai pengurang terhadap saldo debit piutang usaha.
Jurnal penyesuaian dipakai oleh auditor untuk melakukan koreksi atas catatan akuntansi kli
en yang salah, dengan demikian jurnal tersebut disarankan oleh auditor kepada klien untuk di-b
uku-kan dalam catatan akuntansi yang dibuat oleh klien nya.Oleh auditor, jurnal penyesuaian d
an penggolongan kembali pada awalnya dicatat di dalam skedul pendukung dan juga dalam rin
gkasan jurnal penyesuaian.Selanjutnya jurnal – jurnal tersebut akan diringkas dari berbagai ske
dul pendukung ke dalam skedul utama yang berhubungan dan ke dalam working trial balance.
4. Skedul pendukung
Dalam melaksankan audit, auditor melakukan verifikasi elemen-elemen yang terdapat dala
m laporan keuangan. Untuk itu auditor membuat kertas kerja yang bermacam-macam untuk me
ndukung informasi yang dikumpulkan. Dalam tiap eleman yang diperiksanya, auditor mencantu
mkan metode verifikasi, pertanyaan yang timbu, serta jawaban atas pertanyaan tersebut.
5. Skedul utama
Semua informasi yang dicatat dalam daftar pendukung, diringkas dalam daftar utama. Daft
ar utama ini merupakan ringkasan akun-akun yang saling berkaitan. Jadi, daftar utama digunak
an untuk menghubungkan akun buku besar yang sejenis, yang akan disajikan dalam laporan ke
uangan dalam satu pos.
Kolom-kolom yang ada dalam daftar utama adalah sama dengan kolom-kolom yang ada da
lam working trial balance. Jumlah tiaqp kolom dalam daftar utama dimasukkan dalam kolom y
ang sama dalam working trial balance. Contoh peringkasan dalam daftar utam adalah daftar uta
ma kas merupakan penggabungan kas di tangan,kas kecil, dank as di bank.
6. Memorandum audit dan dokumen informasi pendukung
Memorandum audit merupakan data tertulis yang disiapkan auditor dalam bentuk naratif,
misalnya komentar atas kinerja prosedur auditing dan kesimpulan yang diperoleh dari pelaksan
aan audit. Dokumentasi informasi penguat meliputi pendokumentasian pengajuan pertanyaan m
engenai hasil rapat dewan komisaris, respon konfirmasi dan representasi tertulis serta salinan b
erbagai kontrask penting.
a) Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang sudah selesai dilakukan, yang disebut dengan “a
rsip kini (current file)”.
b) Arsip permanen (permanent file), arsip ini dilakukan untuk data yang secara relative tidak m
engalami perubahan.
Arsip kini merupakan arsip yang berisikan kertas kerja yang informasinya hanya memiliki
manfaat untuk periode yang di-audit saja.Sedangkan untuk arsip permanen berisi informasi sebagai
berikut:
1. Copy anggaran dasar dan rumah tangga klien.
2. Bagan organisasi, luas wewenang, dan tanggung jawab para manajer.
3. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lainnya yang berkaitan dengan pengendalian
intern.
4. Copy surat perjanjian penting yang memiliki masa berlaku jangka panjang.
5. Tata letak pabrik, proses produksi, dan berbagai macam produk organisasi.
6. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite yang dibentuk oleh klien.
a) Accounting Records
b) Appropriateness (of audit evidece)
c) Audit Evidence
d) Management's Expert
e) Sufficiency (of audit evidence)
Audit Evidence
Audit evidence (bukti audit) adalah informasi yang digunakan auditor untuk menarik
kesimpulan yang menjadi dasar pemberian opinsi auditnya. Bukti audit meliputi informasi yang
terdapat dalam catatan accounting ( yang mendasari laporan keuangan) dan informasi lain ( di luar
catatan accounting)
Accounting Records
Accounting records ( catatan accounting) didefinisikan secara rinci sebagai:
1. Catatan transaksi dan peristiwa accounting ke dalam unsur debit dan kredit
2. Catatan pendukung ( seperti cek, catatan transfer dana)
3. Buku besar dan buku tambahan
4. Jurnal dan koreksi penyesuaian, dan
5. Catatan berupa work sheets dan spreadsheets yang mendukung: alokasi beban biaya berbagai
perhitungan, rekonsiliasi, dan pengungkapan
1. Relevansi berhubungan secara logis dengan atau berdampak terhadap tujuan prosedur audit,
dan dalam hal tertentu, dengan asersi yang dipertimbangkan. Relevasi dari informasi yang
digunakan sebagai bukti audit bisa dipengaruhi oleh arah pengujian. Contoh, jika tujuan
audit tersebut adalah menguji adanya overstatement dalam eksistensi utang dagang, maka
pengujian utang dagang yang tercatat merupakan prosedur audit yang relevan.
2. Sebaliknya, jika tujuan prosedur audit adalah menguji adanya understatement dalam
eksistensj utang dagang maka pengujian utang dagang yang tercatat tidaklah relevan.
Namun, menguji pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan, invoice yang belum
dibayar, rekening koran dari pemasok, dan laporan penerimaan barang yang tidak cocok
mungkin relevan.
3. Serangkaian prosedur audit mungkin akan menghasilkan bukti audit yang relevan untuk
asersi tertentu, tetapi untuk tidak asersi lain. Contoh, inspeksi dokumen gang berkaitan
dengan penerimaan tagihan piutang sudah lewat tanggal laporan posisi keuangan, bisa
merupakan bukti audit tengang eksistensi dan penilaian, tetapi tidak (serta merta tentang
asersi) cutoff. Contoh lain, bukti audit tentang eksistensi persediaan baranh bukanlah
pengganti bukti audit tentang penilaian persediaan barang tersebut.
4. Uji pengendalian dirancang untuk mengevaluasi berfungsinya pengendalian untuk
mencegah, atau mendeteksi, dan memperbaiki, salah saji yanh materisl ditingkat asersi.
Untuk merancang uji pengendalian, auditor harus mengudentifikasi kondisi (atau sifat, ciri,
atribut) yang mengindikasikan berfungsinya pengendalian.
5. Prosedur substantif dirancang untuk mendeteksi salah saji yang materian di tingkat asersi.
Prosedur ini meliputi uji rincian dan prosedur anatokal substantif.
ISA 500 A31 sampai dengan A33 memberikan contoh- contoh mengenai keandalan bukti
audit :
1. Keandalan informasi dipengaruhi oleh sumber dan sifat informasi, dan kondisi dalam mana
informasi itu diperoleh, termasuk pengendaljan atas persiapan dan pemeliharaan informasi
itu. Oleh karena itu, generalisasi tengang keandalan berbagai bukti, pasti akan ada
pengecualiannya.
2. Informasi dari sumber eksternalpun bisa dipengaruhi oleh kondisi yang mungkin
memengaruhi keandalannya. Contoh, informasi dari sumber eksteral yang tidak kompeten,
atau managements expert yang tidak objektif.
3. Dengan menyadari akan adanya pengecualian, berikut ini beberapa generalisasi tentang
keandalan bukti audit :
a) Keandalan bukti audit meningkat jika diperoleh dari sumber- sumber independen di luar
entitas.
b) Keandalan bukti audit yang dihasilkan secara internal akan menjngakat jika pengendalin
terkait berfungsi sebagaimana mestinya.
c) Bukti audit diperoleh secara langsung oleh auditor.
d) Bukti audit dalam bentuk dokumen (baik berupa kertas, media elektronik, dan lain- lain)
lebih andal dari keterangan lisan.
e) Bukti audit dalam bentuk dokumen asli/ original lebih andal dari fotokopi dan
sejenisnya.
Management' Expert
Management' Expert (diterjemahkan sebagai ahli) adalah orang atau organisasi yang
memiliki keahlian dalam suatu bidang di luar accounting atau auditing, dan keahlian tersebut
digunakan entitas untuk membantunya menyiapkan laporan keuangan. Contoh, keahlian
dibidang Aktuari ( yang diperlukan oleh perusahaan asuransi jiwa), Penilai ( untuk menentukan
nilai wajar gedung, pabrik, tanah, cadangan minyak bumi, dan lain- lain), keahlian menyusun
model natematika ( misalnya, untuk menentukan nilai wajar dari saham- saham atau surat
berharga yang tidak diperdagangkan), dan lain- lain.
II.II.IIKewajiban Auditor
Dalam kasus- kasus hukum, ada aturan tentang bukti yang tertata rapi yang digunakan
hakim untuk melindungi pihak yang tidak bersalah. Dalam kasus- kasus ilmiah, para periset
memperoleh bukti untuk menguji hipotesis dengan menggunakan eksperimen yang terkendali,
seperti uji coba suatu jenis obat untuk menguji keampuhan pengobatan menis jenis baru. Meskipun
para profesional ini mengandalkan jenis bukti yang berbeda, dan menggunakan bukti pada
lingkungan yang berbeda serta dalam cara yang berbeda, para ahli hukum, ilmuwan, dan auditor
semuanya menggunakan bukti guna membantu mereka menarik kesimpulan.
Merupakan ukuran mutu bukti, jika bukti dianggap tepat, maka akan membantu untuk
meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan yang disajikan wajar.
Relevansi bukti
Bukti audit harus berkaitan/relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor
sebelum bukti tersebut dianggap benar. Sebagai contoh, seorang auditor prihatin bahwa
kliennya belum menagih pembayaran pelanggan atas barang yang dikirim. Jika auditor
mengambil sampel dari salinan faktur penjualan dan menelusuri salinan tersebut ke
dokumen pengiriman, bukti tersebut dianggap tidak relevan. Prosedur untuk
menjadirelevan adalah menelusuri dokumen pengiriman barang tersebut yang telah
ditagihkan. Relevansi hanya dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit khusus, karena
bukti audit mungkin hanya relevan untuk satu tujuan audit saja, tetapi tidak relevan untuk
tujuan audit lainnya.
Reliabilitas bukti
Tingkat di mana bukti dianggap dapat dipercaya atau layak dipercaya. Misalnya, jika
auditor menghitung persediaan, bukti tersebut lebih dapat diandalkan dibanding jika
manajemen memberikan jumlah yang dihitung sendiri. Realiabilitas tergantung pada enam
karakteristik bukti yang dapat diandalkan berikut :
1) Independensi penyedia bukti
Bukti yang diperoleh dari luar entitas akan lebih dapat diandalkan daripada yang
diperoleh dari dalam entitas.
2) Efektivitas pengendalian internal klien
Jika pengendalian internal klien sudah efektif, maka bukti audit yang diperoleh
auditor akan lebih dapat diandalkan ketimbang jika pengendalian internalnya lemah.
Sebagai contoh, jika pengendalian internal atas suatu entitas (penjualan) efektif, maka
auditor dapat memperoleh lebih banyak bukti yang dapat diandalkan dari faktur
penjualan dan dokumen pengiriman yang ada ketimbang jika pengendaliannya tidak
efektif (memadai).
3) Pengetahuan langsung auditor
Bukti audit yang didapat langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik,
perhitungan ulang, observasi, dan inspeksi akan lebih dapat diandalkan ketimbang
informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
4) Kualifikasi individu yang menyediakan informasi
Meskipun sumber informasi bersifat independen, bukti audit tidak dapat diandalkan
kecuali individu atau klien menyediakan informasi untuk memenuhi kualifikasi
tersebut. Selain itu, bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor juga tidak dapat
diandalkan jika auditor tidak memenuhi kualifikasi untuk mengevaluasi bukti itu.
5) Tingkat objektivitas
Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan ketimbang bukti yang tidak objektif.
6) Ketepatan waktu
Yang dimaksud ketepatan waktu bukti audit merupakan pada kapan bukti itu
dikumpulkan atau pada periode yang tercakup oleh audit itu.
3. Dampak Gabungan
Dalam membuat keputusan bukti pada audit tertentu, baik persuasivitas maupun biaya
harus dipertimbangkan. Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang tepat dan
mencukupi dengan total biaya serendah mungkin. Namun, biaya bukan suatu alasan untuk
menghilangkan suatu prosedur yang diperlukan.
Items yang tinggi nilainya atau punya ciri istimewa (misalnya item yang mencurigakan,
“tidak lazim”, yang punya sejarah salah saji atau rentan terhadap kekelirun).
Semua items diatas jumlah tertentu.
Items untuk mendapat informasi tertentu, seperti ciri entitas atau transaksi.
Meskipun pemeriksaan secara selektif ini mungkin merupakan cara yang efisien untuk memp
eroleh bukti audit, cara ini bukanlah audit sampling. Hasil prosedur ini untuk items yang dipil
ih, tidak dapat diproyeksikan ke seluruh populasi. Oleh karena itu, pemeriksaan secara selekti
f ini tidak menghasilkan bukti audit atas sisa populasi yang tidak disampel.
1. Pemeriksaan fisik
Inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva atau aset berwujud. Jenis bukt
i ini paling berkaitan dengan kas dan persediaan, tetapi juga bisa diterapkan pada verivfikasi se
kurotas, wesel tagih, aset tetap berwujud. Jika objek yang diperiksa, seperti faktur penjualan, ti
dak memiliki nilai inheren, bukti tersebut adalah dokumentasi. Pemeriksaan fisik dilakukan sec
ara langsung untuk memverifikasi apakah suatu aset benar-benar ada (tujuan eksistensi) dan pa
da tingkat tertentu apakah aset telah dicatat (tujuan kelengkapan). Kelebihan pemeriksaan fisik
yaitu objektif dalam menentukan kuantitas ataupun deskripsi aset. Kelemahannya adalah tidak
dapat melakukan penilaian yang tepat untuk tujuan laporan keuangan (tujuan keakuratan), mem
verifikasi bahwa aset yang dimiliki oleh klien memang ada (tujuan hak dan kewajiban), dan tid
ak memiliki kualifikasi untuk menilai faktor kualitatif (tujuan nilai yang dapat direalisasi).
Hubungan Antara Standar Auditing, Jenis Bukti, dan Keempat keputusan bukti Audit
2. Konfirmasi
Merupakan respon tertulis langsung dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi
keakuratan informasi yang diminta oleh auditor. Respon yang diberikan biasanya berupa ker
tas, elektronik atau media lainnya seperti mendatangi langsung pihak ketiga. Keputusan apa
kah auditor menggunakan konfirmasi atau tidak tergantung pada kebutuhan akan rehabilitas
situasi serta bukti alternatif yang tersedia.
3. Inspeksi
Pemeriksaan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang
tersaji, atau seharusnya tersaji, dalam laporan keuangan. Contohnya, klien seringkali menyi
mpan pesanan pelanggan, dokumen pengiriman, serta salinan faktur penjualan atas setiap tra
nsaksi penjulan. Dokumen tersebut dapat menguji keakuratan tentang transaksi penjualan. Je
nis bukti ini merupakan jenis yang paling layak dan tersedia dan dapat dengan mudah diklasi
fikasikan.
Dokumen Internal
Dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam organisasi klien dan disimpan tanpa
pernah disampaikan kepada pihak luar. Dokumen internal mencakup salinan faktur p
enjualan, laporan jam kerja karyawan, dan laporan penerimaan persediaan.
Dokumen Eksternal
Dokumen yang ditangani oleh seseorang diuar organisasi klien yang merupakan piha
k yang melakukan transaksi, tetapi dokumen tersebut saat ini berada di tangan klien a
tau dengan segera dapat diakses oleh klien. Dokumen ini berasal dari luar organisasi
klien dan berakhir di tangan klien. Contohnya daktur dari pemasok, wesel bayar yan
g dibatalkan, dan polis asuransi.
4. Prosedur Analitis
Prosedur ini terdiri dari evaluasi informasi keuangan melalui analisis atas hbungan yang mas
uk akal antara data keuangan dan nonkeuangan.
6. Pelaksanaan-Ulang
Pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur atau pengendalian akuntansi kli
en, yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem akuntansi dan pengendalian internal kl
ien.
7. Observasi
Yaitu proses mengamati prosedur yang sedang dilakukan oleh pihak lain. Observasi kurang
dapat diandalkan karena resiko personil klien akan mengubah perilakunya akibat kehadiran
auditor (pencitraan)
Masing-masing dari delapan jenis bukti audit yang dicantumkan dalam tabel itu berpotensi relev
an dan tepat waktu, tergantung pada sumbernya serta kapan bukti tersebut diperoleh.
Pertama, keefektifan pengendalian internal klien memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap reliabilitas sebagai besar jenis bukti audit. Jadi,dokumentasi internal dari su
atu perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang efektif akan lebih dapat di
andalkan, karena dokumen tersebut cenderung lebih akurat.Sebaliknya prosedur anal
itis tidak akan menjadi bukti yang dapat diandalkan jika pengendalian yang menghas
ilkan data tersebut memberikan informasi yang tidak akurat.
Kedua, baik pemeriksaan fisik maupun rekalkulasi mungkin kebih dapat diandalkan j
ika [engendalian internalnya efektif, tetapi penggunaan kedua jenis bukti itu sangat b
erbeda. Ini mengilustrasikan secara efektif bahwa kedua jenis bukti yang sama sekali
berbeda itu sama-sama dapat diandalkan.
Ketiga, jenis bukti yang spesifik jarang mencukupi untuk memberikan bukti audit ya
ng tepat dalam memenuhi setiap tujuan audit.
C. Biaya Jenis-Jenis Bukti
Jenis bukti audit yang paling mahal adalah pemeriksaan fisik dan konfirmasi. Pemeriksaan fisik
mengeluarkan biaya yang besar karena umumnya mewajibkan kehadiran auditor ketika klien sed
ang menghitung aset. Contohnya, pemeriksaan fisik atas persediaan dapat mengakibatkan auditor
harus mengunjungi beberapa lokasi yang berjauhan. Sedangkan konfirmasi membutuhkan biaya
yang besar karena auditor harus mengikuti prosedur dengan seksama dalam penyiapan, pengirim
an, dan penerimaan konfirmasi, serta dalam menndaklanjuti konfirmasi yang tidak menerima res
pons atau pengecualian.
Inspeksi, prosedur analitis dan pelaksanaan ulang tidak begitu mahal. Apabila inspeksi dilakukan
dengan cara pihak klien yang memberikan dokumen maka biayanya menjadi rendah, sedangkan
apabila isnpeksi dengan auditor yang mencari sendiri dokumen maka memakan biaya yang cuku
p mahal. Biayarosedur analitis yang paling rendah, namun prosedur analitis mengharuska auditor
untuk memutuskan prosedur analitis mana yang akan digunakan, melakukan kalkulasi, dan meng
evaluasi hasilnya. Biaya pengujian pelaksanaan ulang tergantung sifat prosedur yang sedang diuj
i.
Tiga jenis bukti audit yang paling murah yakni observasi, tanya-jawab klien dan rekalkulasi. Obs
ervasi memakan biaya murah karena auditor datang langsung ke TKP. Rekalkulasi memerlukan
biaya rendah karena hanya melibatkan perhitungan dan penelusuran yang tidak rumit, dan dilaku
kan sesuai dengan keperluan auditor.
Jenis Bukti dan Empat Keputusan Bukti bagi Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo
untuk Persediaan
Untuk tujuan “kuantitas persediaan pada catatan perpetual klien yang sesuai dengan persediaan fi
sik yang ada”. Auditor memutuskan bahwa jenis lainnya yang ada dalam tabel diatas, tidak relev
an atau tidak diperlukan dalam tujuan ini.
1. Perencaan dasar yang memadai bagi auditor adalah informasi tentang referensi yang diperlu
kan harus tersedia dalam file audit. File itu meliputi informai perencanaan yang bersifat desk
riptif tentang pengendalian internal, anggaran waktu untuk masing-masing area audit, progra
m audit, dan hasil audit tahun sebelumnya.
2. Catatan bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian merupakan sarana yang paling utama u
ntuk mendokumentasikanbahwa audit yang memadai sesuai standar audit telah dilaksanakan.
Apabila prosedur audit melibatkan sampling transaksi dan saldo dokumentasi, audit harus
mengidentifikasi item-item yang diuji. Dalam file audit juga harus mendokumentasikan mas
alah audit yang signifikan.
3. Dokumentasi audit merupkan smber data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat d
an penting untuk membantu auditor dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan cukup t
elah dikumpulkan guna menjustifikasi laporan audit berdasarkan situai tertentu. Data tersebu
t berguna untuk mengevaluasi laporan keuangan dalam standar wajar berdasarka bukti audit
tersebut.
4. Dasar atau referesi utama bagi supervisor dan partner dalam mereview pekerjaan asisten ada
lah file audit. Review yang cermat oleh supervisor menunjukan bahwa audit telah diawasi se
cara memadai. Dokumentasi audit harus menunjukan siapa yang melaksanakan pekerjan aud
it, tangal pekerjaan itu dilaksanakan, siapa yang mereview pekerjaan itu, dan tanggal review.
Dokumentasi audit yang disiapkan selama penugasan, termasuk skedul yang disiapkan ol
eh klien untuk auditor adalah properti auditor. Klien memiliki hak hukum untuk memeriksa file ters
ebut hanya ketika dipanggil oleh pengadilan sebagai bukti hukum. Berdasarkan Aturan 301 Kode P
erilaku Profesional yang menyatakan ”seorang anggota tidak boleh mengungkapkan setiap informas
i rahasia yang diperoleh selama penugasan profesional kecuali dengan persetujuan klien”, maka terd
apat hubungan rahasia antara klien dengan auditor.
Sarbanes-Oxley Act (SOA) mensyaratkan auditor perusahaan publik untuk menyiapkan da
n menjaga file audit serta informasi lainnya yang berkaitan dengan setiap laporan audit dengan cuku
p rinci guna mendukung kesimpulan auditor selama periode yang tidak kurang dari tujuh tahun. Me
nurut SAS 103, catatan audit atas perusahaan swasta harus disimpan selama minimum 5 tahun. SEC
juga telah mengeluarkan aturan final tentang penyimpanan catatan audit dan review yang mewajibk
an auditor perusahaan publik untuk menyelenggarakan dokumentasi berikut:
a) Kertas kerja atau dokumen lain yang membentuk dasar bagi audit atas laporan keuangan tah
unan perusahaan atau review atas laporan keuangan kuartalan perusahaan.
b) Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen biru dan catatan termasuk catatan elektronik y
ang memenuhi kriteria fakta-fakta yang dibuat, dikirimkan dan diterima dalam kaitannya de
ngan audit atau review serta fakta-fakta yang berisi kesimpulan, pendapat, analisis atau data
keuangan yang berkaitan dengan audit atau review.
Setiap kantor akuntan publik menetapkan pendekatannya sendiri untuk menyiapkan serta me
ngatur file audit, dan auditor pemula harus menggunakan pendekatan kantornya. File audit y
ang mendukung pengujian auditor antara lain:
a) File permanen berisi data yang bersifat historis atau berlanjut yang bersangkutan dengan aud
it saat ini. File permanen umumnya meliputu hal-hal berikut:
Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang tetap penting artinya seperti akte pe
ndirian, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi dan kontrak.
Analisis akun tahun-tahun sebelumnya yang terus penting artinya bagi auditor.
Informasi yang berhubungan dengan pemahamam atas pengendalian internal dan penilai
an risiko pengendalian.
Hasil prosedur analitis dari audit tahun sebelumnya.
b) File tahun berjalan mencakup semua dokumentasi audit yang dapat diterapkan pada tahun ya
ng diaudit. Jenis informasi yang sering tercakup dalam arsip tahun berjalan adalah:
Program audit
Standar auditing mewajibkan program audit tertulis untuk setiap audit. Program audi
t ini biasanya dicatat dalam file terpisah untuk memperbaiki koordinasi dan integrasi se
mua bagian audit, meskipun beberapa kantor akuntan juga menyertakan salinan progra
m audit untuk setiap bagian audit pada dokumentasi audit.
Informasi umum
Beberapa file audit mencakup informasu periode berjalan yang bersifat umum, buka
nnya bukti yang dirancang untuk mendukung jumlah laporan keuangan tertentu.
Neraca saldo berjalan
Auditor harus menyiapkan daftar akun buku besar umum dan saldo akhir tahunnya y
ang disebut neraca saldo berjalan (working trial balance). Setiap baris pos pada neraca s
aldo didukung oleh skedul utama yang berisi rincian akun-akun dari buku besar yang m
embentuk total baris pos. Pelaksanaan pekerjaan audit menghasilkan penyesuaian kas ya
ng ditunjukkan dalam skedul yang terinci dan dicerminkan pada skedul utama, neraca sa
ldo berjalan, serta laporan keuangan.
Ayat jurnal penyesuana dan reklasifikasi
Apabila auditor menemukan salah saji yang material dalam catatan akuntasni, lapora
n keuangan harus dikoreksi. Misalnya jika klien lalai untuk menurunkan nilai persediaa
n bahan baku yang usang, auditor dapat mengusulkan membuat ayat jurnak penyesuaian
guna mencerminkan nilai persedeiaan yang dapat direalisasikan. Ayat jurnal reklasifikas
i seringkali dibuat dalam laporan untuk menyajikan informasi akuntansi secara tepat, me
skipun saldo buku besar sudah benar. Contohnya reklasifikasi untuk tujuan laporan keua
ngan dari saldo kredit piutang usaha yang material ke utang usaha.
Skedul pendukung
Bagian terbesar dari dokumentasi audit meliputi skedul pendukung terinci yang disia
pkan oleh klien atau auditor untuk mendukung jumlah spesifik pada laporan keuangan.
Auditor harus memilih jenis skedul yang tepat bagi aspek audit tertentu untuk mendoku
mentasikan kecukupan audit dan memenuhi tujuan lain dari dokumentasi audit.
1. Analisis yang dirancang untuk memperlihatkan aktivitas dalam akun buku besar umum sela
ma keseluruhan periode audit, yaitu menghubungkan saldo awal dan akhir.
2. Neraca saldo atau daftar yang terdiri dari rincian yang membentuk saldo akhir tahun dari ak
un buku besar umum.
3. Rekonsiliasi jumlah yang mendukung jumlah tertentu dan biasanya diharapkan akan mengai
tkan jumlah yang dicatat dalam catatan klien dengan sumber informasi lainnya.
4. Pengujian kelayakan yang berisi informasi yang memungkinkan auditor untuk mengevaluasi
apakah saldo klien tampak mengandung salah saji dengan mempertimbangkan situasi penug
asan.
5. Ikhtisar prosedur yang mengikhtisarkan hasil dari prosedur audit khusus. Skedul ikhtisar me
ndokumentasikan luas pengujian, salah saji yang ditemukan dan kesimpulan auditor berdasa
rkan pengujian.
6. Pemeriksaan dokumen pendukung yang bertujuan untuk memperlihatkan pengujian terinci y
ang dilaksanakan seperti dokumen yang diperiksa selama pengujian pengendalian dan pengu
jian substantif atas transaksi.
7. Informasional yang berisi informasi yang berlawanan dengan bukti audit.
8. Dokumentasi dari luar yang dikumpulkan oleh auditor seperti jawaban konfirmasi dan salina
n perjanjian dengan klien. Walaupun bukan skedul dalam arti sebenarnya, dokumen ini diind
eks dan diarsip.
Penyusunan dokumentasi audit dilakukan secara rinici oleh auditor yang berpengalaman, ya
ng tidak memiliki hubungan dengan audit tersebut, pemahaman atas pekerjaan yang dilaksanakan, b
ukti yang diperoleh dan sumbernya serta kesimpulan yang dicapai. Dokumentasi audit harus memili
ki karakteristik tertentu:
a. Setiap file audit harus diidentifikasi secara wajar dengan informasi seperti nama klien, perio
de yang dicakup, gambaran tentang isi, tanda tangan orang yang menyiapkan, tanggal persia
pan dan kode indeks.
b. Dokumentasi audit harus memiliki indeks dan referensi silang untuk membantu pengaturan
dan pengarsipannya.
c. Dokumentasi audit yang lengkap harus jelas menunjukkan pekerjaan audit yang dilakukan, y
ang dapat dicapai dengan tiga cara: dengan pernyataan tertulis dalam bentuk memorandum,
dengan menandatangani prosedur audit dalam program audit dan dengan notasi langsung pa
da skedul. Notasi pada skedul dilakukan dengan menggunakan tanda centang (tic marks), ya
itu simbol yang berdekatan dengan rincian skedul.
d. Dokumentasi audit harus meliputi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan yang telah
dirancang. Untuk menyiapkan dokumentasi audit dengan benar, auditor harus mengetahui tu
juannya.
e. Kesimpulan yang dicapai tentang segmen audit yang dipertimbangkan harus dinyatakan den
gan jelas.
Semakin banyak bukti audit yang disajikan dan disimpan dalam bentuk elektronik, dan aud
itor harus mengevaluasi bagaimana informasi elektronik itu mempengaruhi kemampuannya unt
uk mengumpulkan bukti yang layak dan mencukupi. Auditor harus mempertimbangkan keterse
diaan bukti elektronik pada awal audit dan merencanakan pengumpulan bukti yang sesuai. Apa
bila bukti hanya dapat diperiksa dalam bentuk yang bisa dibaca mesin, auditor menggunakan k
omputer untuk membaca dan memeriksa bukti itu. Banyak program perangkat lunak audit kom
ersiao telah dirancang untuk para auditor. Auditor akan memperoleh salinan database atau file i
nduk klien dalam bentuk yang bisa dibaca mesin dan menggunakan perangkat lunak tersebut un
tuk melakukan berbagai pengujian atas data elektronik klien. Paket perangkat lunak audit ini rel
atif mudah digunakan, bahkan oleh auditor yang kurang terlatih dalam bidang TI dan dapat dite
rapkan pada berbagai klien tanpa kesulitan yang berarti.
Auditor juga menggunakan teknologi untuk mengubah dokumentasi berbasis kertas tradisi
onal menjadi file elektronik untuk mengatur dan menganalisi dokumentasi audit. Beberapa peru
sahaan mengembangkan perangkat lunaknya sendiri, sementara yang lainnya membeli perangk
at lunak dokumentasi audit komersial seperti ACE. Auditor juga menggunakan LAN dan progr
am perangkat lunak kelompok untuk mengakses dokumentasi audit secara simultan dari lokasi
yang jauh.
A. Ukuran sampel
Setelah memperoleh prosedur audit, auditor dapat mengubah ukiran sampel dari hanya satu
hingga semua item dalam populasi yang sedang diuji. Dalam prosedur audit untuk
memverifikadi pengeluaran kas, anggaplah 6.600 cek telah tercatat dalam jurnal pengeluaran
kas. Auditor dapat memilih ukuran sampel sebesar 50 cek untuk dibandingkan dengan jurnal
pengeluaran kas. Keputusan tentang berapa banyaj item yang akan diuji harus dibuat oleh
auditor pada setiap prosedur audit. Ukuran sampel pada setiap prosedur tertentu mungkin akan
berbeda antara satu audit dengan audit lainnya, tergantung pada karakteristik klien seperti luas
pengendalian yang terotomasi dan tingkat assurance yang diperlukan pada prosedur.
Setelah menentukan ukuran sampel untuk suatu prosedur audit, auditor harus memutuskan
item item mana dalam populasi yang akan diuji. Sebagai contoh, jika auditor memutuskan
memilih 50 cek yang dibatalkan dari populasi sebesar 6.600 untuk dibandingkan dengan jurnal
pengeluaran kas, beberapa metode yang dapat digunakan untuk memilih cek cek tertentu yang
akan diperiksa. Auditor dapat (1) memilih suatu minggu dan memeriksa 50 cek pertama, (2)
memilih 50 cek yang bernilai terbesar, (3) memilih cek- cek tersebut secara acak, atau (4)
memilih cek- cek yang menurut auditor paling mungkin mengandung kekeliruan. Atau dapat
menggunakan kombinasi dari berbagai metode tersebut.
C. Penepatan Waktu
Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup suatu periode seperti satu tahun.
Biasanya, suatu audit baru dianggap selesai setelah beberapa minggu atau beberapa bulan
setelah berakhirnya suatu periode. Oleh karena itu, waktu pelaksanaan prosedur audit dapat
bervariasi dari awal periode akuntansi hingga berakhirnya periode akuntansi itu. Keputusan
ketetapn waktu audit, sebagian, dipengaruhi kapan klien menginginkan audit itu diselesaikan.
Dalam audit atas laporan keuangan, umumnya klien menginginkan agar audit diselesaikan
antara 1 hingga 3 bulan setelah akhir tahun. Saat ini SEC dalam waktu 60 sampai 90 hari
sesudah akhir tahun fiskal perusahaan, tergantung pada perusahaan itu. Namun demikian,
penetapan waktu juga dipengaruhi oleh kapan auditor merasa yakin bukti akan paling efektif
dan kapan staf audit tersedia. Sebagai contoh, auditor sering kali lebih memilih untuk
menghitung persediaan sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
D. Program Audit
Daftar prosedur audit untuk bidang audit tertentu atau untuk keseluruhan audit disebut
sebagai program audit. Program audit selalu memuat daftar prosedur audit dan biasanya
mencakup ukuran sampel, item- item yang dipilih, dan penetapan waktu pengujian. Umumnya
ada suatu program audit, termasuk beberapa prosedur audit untuk setiap komponen audit.
Karena itu, akan ada program audit piutang usaha, penjualan, dan seterusnya.
Sebagian besar auditor menggunakan paket perangkat lunak audit elektornik untuk
menghasilkan program audit. Program perangkat lunak tersebut tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan program audit generik atau terstandardisasi. Alih- alih, program itu membantu
auditor mengatasi risiko perkembangan perencanaan audit lainnya dan memilih prosedur audit
yang tepat.
Prosedur-prosedur audit berikut dapat digunakan untuk memperoleh bukti audit tergantung
konteks di mana prosedur itu digunakan auditor :
1. Inspection (Inspeksi)
Ada dua makna inspeksi yaitu :
a. Pemeriksaan catatan atau dokumen, baik internal maupun eksternal, dalam bentuk
kertas, elektronik, atau media lainnya; atau
b. Pemeriksaan fisik suatu aset
Inspeksi terhadap pemeriksaan catatan dan dokumen memberikan bukti audit dengan
berbagai tingkat keandalan, tergantung pada sifat dan sumber catatan atau dokumen.
Inspeksi dalam pemeriksaan fisik suatu aset, dapat memberikan bukti audit yang andal
mengenai eksistensi aset tersebut. Namun, tidak serta memberikan bukti audit atas hak dan
kewajiban maupun penilaian aset tersebut.
2. Observation (Pengamatan)
Pengamatan atau mengamati merupakan melihat proses atau prosedur yang dilakukan orang
lain.
Pengamatan dapat memberikan bukti audit atas pelaksanaan suatu proses atau prosedur,
namun terbatas pada : (a) kapan waktu atau periode ketika pengamatan dilakukan, dan (b)
kenyataan bahwa auditor sedang mengamati proses atau prosedur yang dilaksanakan.
III.II Saran
Dalam semua proses audit pasti ditemukan banyak kesalahan dan kendala yang dapat
menghambat auditor membuat laporan audit. Oleh karena itu, semua pihak yang berkaitan dengan
sumber data untuk melakukan audit diharapkan memberikan yang terbaik guna mendukung laporan
audit yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley.2015. Auditing dan Jasa Assurance Edisi
Kelimabelas Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Theodorus M. Tuanakutta. 2015. Audit Komplementer.Jakarta : Salemba Empat.
https://www.coursehero.com/api/v1/documents/download/13812349/ di akses pada Jumat, 27 Maret
2020 pukul 10.00 WIB