Anda di halaman 1dari 37

KERTAS KERJA AUDIT, BUKTI AUDIT & PROSEDUR AUDIT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing 1


Dosen Pengampu : Indah Anisykurlillah, S.E., M. Si.,Akt

Disusun oleh :
1. Dita Ivanka Prista 7211418196
2. Alfira Rista Susanti 7211418243
3. Sarifa Aini 7211418241
4. Zea Riza Sinensis 7211418247

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami da
pat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami mencoba berusaha menyusun laporan ini sedemikian rupa dengan harapan dapat memberikan
pengetahuan dan ilmu baru kepada pembaca. Dan kami berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
banyak orang.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak jauh dari kekurangan, sehingga kami
berharap saran dan kritik dari pembaca agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Tujuan auditor adalah merancang dan melaksanakan prosedur audit sedemikian rupa
sehingga auditor memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk menarik kesimpulan yang
memadai, yang akan digunakannya sebagai dasar pemberi opini auditnya. Proses audit adalah
proses menghimpun bukti agar auditor dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan yang
diauditnya, bebas dari (atau justru mengandung) salah saji yang material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan maupun manipulasi, sehingga ia dapat merumuskan opini auditnya.
Bukti audit berpengaruh besar terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor dalam rangka
memberikan opini atas laporan yang dibuatnya. Dasar dari setiap audit adalah bukti yang
dikumpulkan dan dievaluasi oleh auditor. Dimana auditor harus memiliki keterampilan dan
pengetahuan yang lebih untuk mengumpulkan bukti audit yang tepat dan mencukupi dalam setiap
proses audit untuk memenuhi standar profesi. Oleh karena itu, bukti yang dikumpulkan harus cukup
dan kompeten agar tidak menyesatkan para pemakai dan untuk menghindari tuntutan pihak-pihak
yang nantinya membutuhkan laporan ini.
Dokumentasi merupakan pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi
klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan dari
pihak luar yang bebas. Bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan harus
didokumentasikan dengan baik dalam kertas kerja audit, disertai dengan keterangan mengenai
klasifikasi bukti auditnya. Kertas kerja merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien
dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi akuntan
publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti.
Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan. Untuk kepentingan
pengumpulan dan pembuatan bukti itulah auditor membuat kertas kerja. Kertas kerja memberikan
panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas kerja dalam audit atas laporan keuangan atau
perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia.
Kertas Kerja Audit (KKA) merupakan media yang digunakan auditor untuk
mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan dokumen yang dikumpulkan dan simpulan yang
dibuat auditor dalam setiap tahapan audit.
I.II. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang dibahas dalam kertas kerja audit ?


2. Bagaimana bukti audit yang diperlukan dalam membuat laporan audit ?
3. Bagaimana prosedur audit yang dilakukan oleh auditor ?

I.III. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja yang dibahal dalam kertas kerja audit.
2. Untuk mengetahui bagaimana bukti audit yang diperlukan dalam menyusun laporan audit.
3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur yang dilakukan oleh auditor dalam menyusun
laporan audit.
BAB II
PEMBAHASAN
II.I. Kertas Kerja Audit
II.I.I Definisi
Menurut penjelasan yang disampaikan oleh SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 03 bahwa:
“Kertas kerja adalah berbagai catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit y
ang ditempuh-nya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yan
g dibuatnya sehubungan dengan audit-nya.”
II.I.II Isi Kertas Kerja Audit
Menurut SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraf 05, kertas kerja audit harus bisa atau cukup m
enunjukan bahwa sebuah catatan akuntansi harus sudah sesuai dengan laporan keuangan atau infor
masi lain yang dilaporkan dan standar auditing yang digunakan.

Kertas kerja audit pada umumnya harus berisikan dokumentasi yang menunjukan:

1. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan sudah


direncanakan dan sudah disupervisi dengan baik.
2. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan kedua. Yaitu pemahaman yang memadai atas s
truktur pengendalian intern untuk dapat merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lin
gkup pengujian yang sudah dilaksanakan.
3. Sudah dilakukannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga yaitu bukti audit sudah
didapatkan, prosedur audit sudah diaplikasikan, dan pengujian sudah dilakukan yang dapat
memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai landasan atau dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di-audit.

II.I.III Tujuan pembuatan kertas kerja audit


Adapun tujuan dari pembuatan kerta kerja audit yaitu :

1. Untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan yang diaudit.


Kertas kerja audit bisa dipakai oleh auditor untuk mendukung pendapat yang disampaikannya d
an sebagai bukti bahwa auditor sudah melakukan audit yang memadai.
2. Untuk menguatkan berbagai kesimpulan auditor dan auditnya.
Pembuatan seperangkat kertas kerja audit yang lengkap adalah syarat yang sangat penting untu
k membuktikan sudah dilakukannya dengan baik proses audit atas laporan keuangan.
3. Untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi seluruh proses audit.
Audit yang dilakukan oleh seorang auditor terdiri dari suatu proses atau tahapan audit yang dila
kukan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Pengkoordinasian dan pengorganisasian s
etiap tahapan atau proses audit tersebut bisa dilakukan dengan memakai kertas kerja.
4. Untuk memberikan dasar dalam audit selanjutnya.
Dalam melakukan proses audit yang berulang dengan klien yang sama dan dalam periode akunt
ansi yang berbeda, seorang auditor membutuhkan data atau informasi tentang:
a) Sifat usaha klien-nya
b) Catatan dan juga sistem akuntansi klien.
c) Pengendalian intern yang dilakukan klien
d) Rekomendasi perbaikan yang diajkukan kepada klien dalam proses audit yang dilakukan
sebelumnya
e) Berbagai jurnal penyesuaian yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporan
keuangan yang terdahulu.

Informasi tersebut sangat berguna untuk melakukan proses audit selanjutnya dan bisa dengan
mudah diperoleh dari kertas kerja audit periode sebelumnya.

II.I.IV Syarat kertas kerja audit


Untuk dapat membuktikan bahwa seorang auditor berkompeten dalam melakukan pekerjaan
lapangan sesuai dengan standar auditing, maka dia harus bisa membuat kertas kerja yang benar –
benar mempunyai manfaat. Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut, maka terdapat 5 syarat kertas
kerja audit yang perlu untuk diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

1. Lengkap
Dalam kertas kerja audit harus melengkapi syarat lengkap. Lengkap dalam artian disini
adalah berisika seluruh informasi atau data penting yang harus dicantumkan. Seseorang
haruslah tau komposis data yang penting yang harus dimasukan dalam kertas kerja. Dan juga
tidak membutuhkan tambahan penjelasan secara lisan. Karena kertas kerja tersebut akan diperik
sa oleh seorang auditor senior dan kemungkinan akan diperiksa oleh pihak luar, maka kertas ke
rja harus berisi informasi lengkap.
2. Teliti
Dalam melakukan pembuatan kertas kerja seorang auditor dituntut untuk tetap
memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan.
Dengan demikian kertas kerja yang disusun akan terbebas dari kesalahan tulis dan juga
perhitungan.
3. Ringkas
Kertas kerja harus dibatasi pada data atau informasi yang penting atau pokok dan relevan
dengan tujuan dilakukannya audit serta disajikan secara ringkas.
Seorang auditor harus bisa menghindari rincian yang tidak perlu untuk disajikan. Analisis yang
dilakukan oleh auditor harus sebagai ringkasan dan juga penafsiran informasi atau data, bukan
hanya sebagai penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.
4. Jelas
Kejelasan dalam menyusun dan menyajikan informasi kepada berbagai pihak yang akan me
meriksa kertas kerja harus diusahakan oleh auditor. Pemakaian istilah yang memunculkan mak
na ganda harus dihindari.
5. Rapi
Kerapian dalam penyajian kertas kerja audit dan keteraturan dalam penyusunan-nya akan sa
ngat membantu seorang auditor senior dalam melakukan review terhadap hasil kerja dari staf-n
ya serta akan memudahkan auditor dalam mendapatkan informasi dari kertas kerja.

II.I.V Jenis kertas kerja audit


Isi dari kertas kerja ini terdiri dari seluruh informasi yang dikumpulkan dan dibuat oleh
seorang auditor dalam melakukan proses audit-nya.Kertas kerja ini terdiri dari berbagai beberapa
jenis. Namun demikian ada enam jenis tipe kertas audit yang biasanya dikenal, yaitu :

1. Program audit (audit program)


Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk pemeriksaan elemen-elemen tertentu.
Auditor menyebutkan dalam program audit :
 Pemeriksaan yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap elemen yang tercantum
dalam laporan keuangan 
 Tanggal pelaksanaan prosedur audit
 Paraf pelaksana prosedur audit
 Penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan auditor
Program ini berfungsi sebagai alat yang bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan
dan pengawasan pekerjaan lapangan.
2. Working trial balance
Working trial balance adalah suatu daftar yang berisikan berbagai saldo akun yang berasal
dari buku besar pada akhir tahun yang di-audit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom
untuk penyesuaian, penggolongan kembali yang diusulkan auditor, dan berbagai saldo setelah k
oreksi auditor yang akan tampak dalam laporan keuangan audit-an.Berikut ini adalah contoh da
ri working trial balance:

Pada kolom yang terakhir dalam working trial balance  tersebut seorang auditor
menyajikan draft final laporan keuangan klien nya setelah dilakukan audit oleh auditor.Draft
final tersebutlah yang akan diusulkan oleh auditor kepada klien untuk dapat dilampirkan pada
laporan audit.
Terdapat kolom “Saldo akhir 31 Desember 20×8 (tahun lalu)”, kolom tersebut berisikan
dengan berbagai saldo akun setelah penyesuaian auditor dalam audit tahun
sebelumnya.Penyajian berbagai saldo dari audit tahun sebelumnya untuk tahun sekarang yang
diaudit, mempunyai tujuan untuk dapat memudahkan pembandingan dengan saldo akun yang
berhubungan untuk tahun yang diaudit.Hal tersebut supaya auditor bisa memusatkan perhatian
pada berbagai perubahan yang luar biasa atau signifikan.Sebenarnya working trial
balance  tersebut memiliki fungsi yang sama dengan lembar kerja atau worksheet atau neraca
lajur yang dipakai klien dalam menyusun laporan keuangan.
3. Ringksan jurnal penyesuaian dan jurnal pengklasifikasian kembali

Dalam melakukan proses audit-nya, seorang auditor mungkin akan menjumpai kesalahan
atau kekeliruan dalam laporan keuangan dan catatan akuntansi milik klien nya.Untuk bisa
membetulkan kesalahan tersebut, seorang auditor akan membuat draft jurnal penyesuaian yang
nantinya akan dibicarakan lebih lanjut dengan klien nya.Selain itu, seorang auditor juga akan
membuat jurnal penggolongan kembali atau reclassification entries untuk berbagai unsur yang
tidak terdapat kesalahan pencatatan oleh klien. Hal tersebut berguna untuk kepentingan penyaji
an laporan keuangan yang wajar, maka harus di-golong-kan kembali.
Jurnal penyesuaian yang diusulkan oleh seorang auditor pada umumnya akan diberi nomor
urut dan untuk jurnal penggolongan kembali akan diberi identitas berupa huruf.Setiap jurnal pe
nyesuaian atau penggolongan kembali harus dilengkapi dengan penjelasan yang rinci atau leng
kap.Berikut ini adalah contoh ringkasan jurnal penyesuaian dan penggolongan kembali:
Jurnal penggolongan kembali berbeda dengan jurnal penyesuaian. Jurnal penggolongan
kembali dipakai auditor hanya untuk mendapatkan penggolongan yang benar dalam laporan
keuangan yang dibuat oleh klien. Jurnal tersebut dibuat untuk mengelompokkan kembali suatu
jumlah dalam kertas kerja audit seorang auditor dan tidak untuk disarankan supaya dibuku-
buku ke dalam catatan akuntansi klien.
Contoh dari jurnal penggolongan kembali yaitu jurnal untuk mengelompokkan kembali sal
do kredit piutang usaha kepada debitur tertentu, oleh karena itu jumlah tersebut akan muncul da
lam neraca sebagai utang, bukan sebagai pengurang terhadap saldo debit piutang usaha.
Jurnal penyesuaian dipakai oleh auditor untuk melakukan koreksi atas catatan akuntansi kli
en yang salah, dengan demikian jurnal tersebut disarankan oleh auditor kepada klien untuk di-b
uku-kan dalam catatan akuntansi yang dibuat oleh klien nya.Oleh auditor, jurnal penyesuaian d
an penggolongan kembali pada awalnya dicatat di dalam skedul pendukung dan juga dalam rin
gkasan jurnal penyesuaian.Selanjutnya jurnal – jurnal tersebut akan diringkas dari berbagai ske
dul pendukung ke dalam skedul utama yang berhubungan dan ke dalam working trial balance.
4. Skedul pendukung
Dalam melaksankan audit, auditor melakukan verifikasi elemen-elemen yang terdapat dala
m laporan keuangan. Untuk itu auditor membuat kertas kerja yang bermacam-macam untuk me
ndukung informasi yang dikumpulkan. Dalam tiap eleman yang diperiksanya, auditor mencantu
mkan metode verifikasi, pertanyaan yang timbu, serta jawaban atas pertanyaan tersebut.
5. Skedul utama
Semua informasi yang dicatat dalam daftar pendukung, diringkas dalam daftar utama. Daft
ar utama ini merupakan ringkasan akun-akun yang saling berkaitan. Jadi, daftar utama digunak
an untuk menghubungkan akun buku besar yang sejenis, yang akan disajikan dalam laporan ke
uangan dalam satu pos.
Kolom-kolom yang ada dalam daftar utama adalah sama dengan kolom-kolom yang ada da
lam working trial balance. Jumlah tiaqp kolom dalam daftar utama dimasukkan dalam kolom y
ang sama dalam working trial balance. Contoh peringkasan dalam daftar utam adalah daftar uta
ma kas merupakan penggabungan kas di tangan,kas kecil, dank as di bank.
6. Memorandum audit dan dokumen informasi pendukung
Memorandum audit merupakan data tertulis yang disiapkan auditor dalam bentuk naratif,
misalnya komentar atas kinerja prosedur auditing dan kesimpulan yang diperoleh dari pelaksan
aan audit. Dokumentasi informasi penguat meliputi pendokumentasian pengajuan pertanyaan m
engenai hasil rapat dewan komisaris, respon konfirmasi dan representasi tertulis serta salinan b
erbagai kontrask penting.

II.I.VI Susunan kertas kerja audit


Seorang akuntan senior yang berperan sebagai orang yang meriview kertas kerja biasanya me
nghendaki susunan kertas kerja audit dalam urutan sebagai berikut:

1. Draft laporan audit atau audit report.


2. Laporan keuangan audit-an.
3. Ringkasan informasi bagi reviewer.
4. Program audit.
5. Laporan keuangan atau lembar kerja (worksheet) yang disusun oleh klien.
6. Ringkasan jurnal penyesuaian.
7. Working trial balance.
8. Skedul utama.
9. Skedul pendukung.

II.I.VII Pengarsipan kertas kerja audit


Seorang auditor pada umumnya melaksanakan 2 macam arsip kertas kerja audit untuk masin
g – masing klien-nya, yaitu sebagai berikut:

a) Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang sudah selesai dilakukan, yang disebut dengan “a
rsip kini (current file)”.
b) Arsip permanen (permanent file), arsip ini dilakukan untuk data yang secara relative tidak m
engalami perubahan.

Arsip kini merupakan arsip yang berisikan kertas kerja yang informasinya hanya memiliki
manfaat untuk periode yang di-audit saja.Sedangkan untuk arsip permanen berisi informasi sebagai
berikut:
1. Copy  anggaran dasar dan rumah tangga klien.
2. Bagan organisasi, luas wewenang, dan tanggung jawab para manajer.
3. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lainnya yang berkaitan dengan pengendalian
intern.
4. Copy  surat perjanjian penting yang memiliki masa berlaku jangka panjang.
5. Tata letak pabrik, proses produksi, dan berbagai macam produk organisasi.
6. Copy  notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite yang dibentuk oleh klien.

II.II. Bukti Audit


II.II.I Definisi
ISA 500 menggunakan beberapa istilah dengan makna khusus, seperti berikut (urutan abjad).

a) Accounting Records
b) Appropriateness (of audit evidece)
c) Audit Evidence
d) Management's Expert
e) Sufficiency (of audit evidence)

Audit Evidence
Audit evidence (bukti audit) adalah informasi yang digunakan auditor untuk menarik
kesimpulan yang menjadi dasar pemberian opinsi auditnya. Bukti audit meliputi informasi yang
terdapat dalam catatan accounting ( yang mendasari laporan keuangan) dan informasi lain ( di luar
catatan accounting)

Accounting Records
Accounting records ( catatan accounting) didefinisikan secara rinci sebagai:
1. Catatan transaksi dan peristiwa accounting ke dalam unsur debit dan kredit
2. Catatan pendukung ( seperti cek, catatan transfer dana)
3. Buku besar dan buku tambahan
4. Jurnal dan koreksi penyesuaian, dan
5. Catatan berupa work sheets dan spreadsheets yang mendukung: alokasi beban biaya berbagai
perhitungan, rekonsiliasi, dan pengungkapan

Appropriateness of Audit Evidence


Appropriateness of Audit Evidence ( ketepatan bukti audit) adalah ukuran mutu atau kualitas
suatu bukti audit. Ukuran kualitas dari bukti audit ditunjukkan oleh relevansi dan keandalan dalam
mendukung kesimpulan yang menjadi dasar pemberian opini auditor
ISA 500 alinea A27 sampai dengan A30 memberikan contoh- contoh mengenai relevansi
bukti audit :

1. Relevansi berhubungan secara logis dengan atau berdampak terhadap tujuan prosedur audit,
dan dalam hal tertentu, dengan asersi yang dipertimbangkan. Relevasi dari informasi yang
digunakan sebagai bukti audit bisa dipengaruhi oleh arah pengujian. Contoh, jika tujuan
audit tersebut adalah menguji adanya overstatement dalam eksistensi utang dagang, maka
pengujian utang dagang yang tercatat merupakan prosedur audit yang relevan.
2. Sebaliknya, jika tujuan prosedur audit adalah menguji adanya understatement dalam
eksistensj utang dagang maka pengujian utang dagang yang tercatat tidaklah relevan.
Namun, menguji pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan, invoice yang belum
dibayar, rekening koran dari pemasok, dan laporan penerimaan barang yang tidak cocok
mungkin relevan.
3. Serangkaian prosedur audit mungkin akan menghasilkan bukti audit yang relevan untuk
asersi tertentu, tetapi untuk tidak asersi lain. Contoh, inspeksi dokumen gang berkaitan
dengan penerimaan tagihan piutang sudah lewat tanggal laporan posisi keuangan, bisa
merupakan bukti audit tengang eksistensi dan penilaian, tetapi tidak (serta merta tentang
asersi) cutoff. Contoh lain, bukti audit tentang eksistensi persediaan baranh bukanlah
pengganti bukti audit tentang penilaian persediaan barang tersebut.
4. Uji pengendalian dirancang untuk mengevaluasi berfungsinya pengendalian untuk
mencegah, atau mendeteksi, dan memperbaiki, salah saji yanh materisl ditingkat asersi.
Untuk merancang uji pengendalian, auditor harus mengudentifikasi kondisi (atau sifat, ciri,
atribut) yang mengindikasikan berfungsinya pengendalian.
5. Prosedur substantif dirancang untuk mendeteksi salah saji yang materian di tingkat asersi.
Prosedur ini meliputi uji rincian dan prosedur anatokal substantif.

ISA 500 A31 sampai dengan A33 memberikan contoh- contoh mengenai keandalan bukti
audit :

1. Keandalan informasi dipengaruhi oleh sumber dan sifat informasi, dan kondisi dalam mana
informasi itu diperoleh, termasuk pengendaljan atas persiapan dan pemeliharaan informasi
itu. Oleh karena itu, generalisasi tengang keandalan berbagai bukti, pasti akan ada
pengecualiannya.
2. Informasi dari sumber eksternalpun bisa dipengaruhi oleh kondisi yang mungkin
memengaruhi keandalannya. Contoh, informasi dari sumber eksteral yang tidak kompeten,
atau managements expert yang tidak objektif.
3. Dengan menyadari akan adanya pengecualian, berikut ini beberapa generalisasi tentang
keandalan bukti audit :
a) Keandalan bukti audit meningkat jika diperoleh dari sumber- sumber independen di luar
entitas.
b) Keandalan bukti audit yang dihasilkan secara internal akan menjngakat jika pengendalin
terkait berfungsi sebagaimana mestinya.
c) Bukti audit diperoleh secara langsung oleh auditor.
d) Bukti audit dalam bentuk dokumen (baik berupa kertas, media elektronik, dan lain- lain)
lebih andal dari keterangan lisan.
e) Bukti audit dalam bentuk dokumen asli/ original lebih andal dari fotokopi dan
sejenisnya.

Sufficiency of Audit Evidence


Sufficiency of Audit Evidence (kecukupan bukti audit) adalah ukuran kuantitas suatu
bukti audit. Berapa banyak bukti audit dibutuhkan? Ini tergantung dari: penilaian auditor
terhadap risiko salah saji yang material dan mutu dari bukti audit. Semakin tinggi mutu dari
suatu bukti, semakin sedikit bukti yang diperlukan. Namun, tidak ada gunanya mengumpulkan
sebanyak- banyaknya bukti jika mutu dari bukti itu rendah.

Management' Expert
Management' Expert (diterjemahkan sebagai ahli) adalah orang atau organisasi yang
memiliki keahlian dalam suatu bidang di luar accounting atau auditing, dan keahlian tersebut
digunakan entitas untuk membantunya menyiapkan laporan keuangan. Contoh, keahlian
dibidang Aktuari ( yang diperlukan oleh perusahaan asuransi jiwa), Penilai ( untuk menentukan
nilai wajar gedung, pabrik, tanah, cadangan minyak bumi, dan lain- lain), keahlian menyusun
model natematika ( misalnya, untuk menentukan nilai wajar dari saham- saham atau surat
berharga yang tidak diperdagangkan), dan lain- lain.

II.II.IIKewajiban Auditor

1. Bukti Audit Yang Cukup dan Tepat


Auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang sesuai dengan kondisi yan
g sebenarnya untuk mendapatkan bukti audit yang cukup, jelas dan relevan.
2. Informasi Yang Digunakan Sebagai Bukti Audit
 Ketika merancang dan melaksanakan prosedur audit, auditor harus mempertimbangkan rel
evansi dan keandalan informasi yang akan dijadikan sebagai bukti audit.
 Jika informasi didapatkan dari pekerja ahli, auditor wajib melakukan :
- Mengevaluasi kompetensi, kemampuan, dan objektivitas ahli tersebut.
- Memahami pekerjaan ahli tersebut
- Mengevaluasi tepat/tidaknya pekerjaan ahli itu sebagai bukti audit untuk asersi terkait.
 Jika menggunakan informasi dari entitas, dimana auditor wajib mengevaluasi apakah infor
masi tersebut cukup andal untuk tujuan audit, termasuk :
- Memperoleh bukti audit tentang akurat dan lengkapnya informasi.
- Mengevaluasi apakah informasi cukup tepat/teliti dan rinci untuk keperluan auditor
 Ketika merancang uji pengendalian, auditor wajib menentukan cara memilih sampel sehing
ga efektif memenuhi tujuan prosedur audit.
3. Samping Untuk Memperoleh Bukti Audit
Ketika melakukan uji pengendalian dan rincian, auditor wajib menentukan sampling yang m
emenuhi tujuan.
4. Inkonsistensi Dalam Bukti Audit atau Ragu Mengenai Keandalan
- Bukti audit yang diperlukan dari satu sumber tidak konsisten dengan bukti dari sumber lai
n.
- Auditor meragukan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit; auditor
wajib memodifikasi atau menambah prosedur audit yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalahnya, dan auditor wajib mempertimbangkan dampaknya, jika ada, terhadap aspek a
udit yang lain.

II.II.III SIFAT AUDIT


Bukti audit didefinisikan sebagai setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk
menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Bukti audit mencakup informasi yang sangat persuasif, seperti perhitungan auditor atas sekuritas
yang dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, seperti respons atau
pertanyataan- pertanyaan dari klien.

KARAKTERISTIK BUKTI UNTUK EKSPERIMEN ILMIAH, KASUS HUKUM,


DAN BUKTI ATAS LAPORAN KEUANGAN

DASAR EKSPERIMEN KASUS HUKUM AUDIT ATAS LAPORAN


PERBANDINGAN ILMIAH UNTUK SESEORANG YANG
MENGUJI OBAT DITUDUH MENCARI
Penggunaan bukti Menentukan Memutuskan bersalah Menentukan apakah laporan
pengaruh obat atau tidaknya si tertuduh keuangan telah disajikan
secara wajar
Sifat Buti yang Hasil Bukti dan kesaksian Berbagai jenis buku audit
digunakan pengulangan langsung dari para saksi yang dihasilkan oleh
eksperimen dan pihak- pihak yang auditor, pihak ketiga dan
terlibat klien
Pihak yang Ilmuwan Juri dan hakim Auditor
mengevaluasi bukti
Kepastian yang Bervariasi dari Apabila bersalah harus Tingkat assurance yang
diperoleh dari bukti yang tidak pasti dipertimbangkan dengan tinggi
sampai yang layak
hampir pasti
Sifat kesimpulan Merekomendasik Bersalah atau tidak Menerbitkan salah satu dari
an atau tidak bersalahnya pihak beberapa alternatif jenis
merekomendasika tersebut laporan audit
n penggunaan
obat itu
Konsekuensi umum Masyarakat akan Pihak yang bersalah tidak Para pemakai laporan
dari kesimpulan menggunakan terkena hukuman atau mengambil keputusan yang
yang salah dari bukti obat yang tidak pihak yang tidak bersalah salah dan auditor dapat
efektif atau yang dinyatakan bersalah dituntut
membahayakan

Dalam kasus- kasus hukum, ada aturan tentang bukti yang tertata rapi yang digunakan
hakim untuk melindungi pihak yang tidak bersalah. Dalam kasus- kasus ilmiah, para periset
memperoleh bukti untuk menguji hipotesis dengan menggunakan eksperimen yang terkendali,
seperti uji coba suatu jenis obat untuk menguji keampuhan pengobatan menis jenis baru. Meskipun
para profesional ini mengandalkan jenis bukti yang berbeda, dan menggunakan bukti pada
lingkungan yang berbeda serta dalam cara yang berbeda, para ahli hukum, ilmuwan, dan auditor
semuanya menggunakan bukti guna membantu mereka menarik kesimpulan.

II.II.IV Persuasivitas Bukti


Standar pekerjaan audit mewajibkan auditor untuk mengumpulkan bukti audit dan
mencukupinya untuk mendukung pendapat yang akan diterbitkan oleh auditor. Dalam
menggabungkan semua bukti yang didapat pada saat audit, auditor akan mampu memutuskan kapan
untuk menerbitkan laporan audit. Ada dua penentu persuasivitas bukti audit yaitu ketepatan bukti
dan kecukupan bukti.

1. Ketepatan Bukti (appropriateness of evidence)

Merupakan ukuran mutu bukti, jika bukti dianggap tepat, maka akan membantu untuk
meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan yang disajikan wajar.

 Relevansi bukti
Bukti audit harus berkaitan/relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor
sebelum bukti tersebut dianggap benar. Sebagai contoh, seorang auditor prihatin bahwa
kliennya belum menagih pembayaran pelanggan atas barang yang dikirim. Jika auditor
mengambil sampel dari salinan faktur penjualan dan menelusuri salinan tersebut ke
dokumen pengiriman, bukti tersebut dianggap tidak relevan. Prosedur untuk
menjadirelevan adalah menelusuri dokumen pengiriman barang tersebut yang telah
ditagihkan. Relevansi hanya dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit khusus, karena
bukti audit mungkin hanya relevan untuk satu tujuan audit saja, tetapi tidak relevan untuk
tujuan audit lainnya.
 Reliabilitas bukti
Tingkat di mana bukti dianggap dapat dipercaya atau layak dipercaya. Misalnya, jika
auditor menghitung persediaan, bukti tersebut lebih dapat diandalkan dibanding jika
manajemen memberikan jumlah yang dihitung sendiri. Realiabilitas tergantung pada enam
karakteristik bukti yang dapat diandalkan berikut :
1) Independensi penyedia bukti
Bukti yang diperoleh dari luar entitas akan lebih dapat diandalkan daripada yang
diperoleh dari dalam entitas.
2) Efektivitas pengendalian internal klien
Jika pengendalian internal klien sudah efektif, maka bukti audit yang diperoleh
auditor akan lebih dapat diandalkan ketimbang jika pengendalian internalnya lemah.
Sebagai contoh, jika pengendalian internal atas suatu entitas (penjualan) efektif, maka
auditor dapat memperoleh lebih banyak bukti yang dapat diandalkan dari faktur
penjualan dan dokumen pengiriman yang ada ketimbang jika pengendaliannya tidak
efektif (memadai).
3) Pengetahuan langsung auditor
Bukti audit yang didapat langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik,
perhitungan ulang, observasi, dan inspeksi akan lebih dapat diandalkan ketimbang
informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
4) Kualifikasi individu yang menyediakan informasi
Meskipun sumber informasi bersifat independen, bukti audit tidak dapat diandalkan
kecuali individu atau klien menyediakan informasi untuk memenuhi kualifikasi
tersebut. Selain itu, bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor juga tidak dapat
diandalkan jika auditor tidak memenuhi kualifikasi untuk mengevaluasi bukti itu.
5) Tingkat objektivitas
Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan ketimbang bukti yang tidak objektif.
6) Ketepatan waktu
Yang dimaksud ketepatan waktu bukti audit merupakan pada kapan bukti itu
dikumpulkan atau pada periode yang tercakup oleh audit itu.

2. Kecukupan Bukti (sufficiency of evidence)


Kecukupan bukti diukur oleh ukuran sampel yang dipilih auditor. Dua faktor yang
menentukan ketepatan ukuran sampel dalam audit adalah ekspektasi auditor atas salah saji dan
keefektifan pengendalian internal klien. Jika auditor menyimpulkan bahwa klien memiliki
pengendalian internal yang efektif atas pencatatan aset tetap, maka ukuran sampel yang lebih
kecil dalam proses audit atas aset tetap mungkin dapat dilaksanakan. Selain ukuran sampel,
masing-masing item yang diuji akan mempengaruhi kecukupan bukti audit. Sampel yang terdiri
dari item-item dengan nilai yang besar, item-item yang kemungkinan besar salah saji, dan item-
item yang mewakili populasi umumnya dianggap sudah mencukupi.

3. Dampak Gabungan

Ketika menentukan persuasivitas bukti, auditor harus mengevaluasi apakah tingkat


ketepatan bukti dan kecukupan bukti dan semua faktor yang mempengaruhi kedua hal itu telah
dipenuhi.

Hubungan Antara Keputusan dan Persuasivitas Bukti Audit


Keputusan Bukti Audit Kualitas yang Memperngaruhi Persuasivitas
Bukti
Prosedur dan penetapan waktu Ketepatan
Relevansi
Reliabilitas
Independensi penyedia bukti
Elektivitas pengendalian internal
Pengetahuan langsung auditor
Kualifikasi penyedia bukti
Objektivitas bukti
Ketepatan waktu
Kapan prosedur dilaksanakan
Bagian periode yang diaudit
Ukuran sampel dan item yang Kecukupan
dipilih Ukuran sampel yang memadai
Memilih item populasi yang tepat
Untuk mengilustrasikan hubungan tersebut, diasumsikan bahwa auditor sedang
memverifikasi persediaan dalam laporan keuangan. Standar auditing menegaskan bahwa
auditor harus yakin secara layak bahwa persediaan itu tidak mengandung salah saji yang
material. Karena itu, auditor harus memperoleh bukti audit yang relevan dan dapat diandalkan
dalam jumlah yang mencukupi tentang persediaan. Hubungan keputusan bukti audit tersebut
harus menghasilkan bukti audit yang cukup persuasif guna meyakinkan auditor bahwa
persediaan sudah benar material. Dalam prakteknya, auditor menerapkan keputusan bukti audit
ini pada tujuan audit khusus ketika memutuskan bukti yang tepat dan mencukupi.

4. Persuasivitas dan Biaya

Dalam membuat keputusan bukti pada audit tertentu, baik persuasivitas maupun biaya
harus dipertimbangkan. Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang tepat dan
mencukupi dengan total biaya serendah mungkin. Namun, biaya bukan suatu alasan untuk
menghilangkan suatu prosedur yang diperlukan.

II.II.VI. Memilih Item Untuk Bukti Audit


Catatan penulis-istilah test atau uji/meguji sama artinya dengann sampling, dimana beberapa
item (misalnya beberapa piutang dagang, beberapa persediaan barang, beberapa invoice, dan seterus
nya) dipilih (atau sampel) untuk diperiksa.Uji yang efektif (effective test) akan memberikan bukti y
ang tepat dalam pengertian, bersama-sama bukti audit yang salah atau akan diperoleh, cukup atau m
emadai untuk keperluan auditor.
Dalan memilih item yang akan diuji, auditor wajib menentukan relevansi dan keandalan me
milih items yang akan diuji :

1. Piih semua items atau pemeriksaan 100%


Auditor dapat memutuskan untuk memeriksa 100% atau seluruh populasi. Ini tidak lazim da
lam uji pengendalian dan lebih lazim dalam rincian.
Pemeriksaan 100% bisa cocok, misalnya
 Populasina terdiri dari beberapa item saja, namun nilainya besar. Contoh, entitas mempuny
ai tiga kantor yang mudah diinspeksi
 Ada resiko yang signifikan dan cara lain tidak menghasilkan bukti audit yang cukup dan te
pat
 Pemrosesan data yang repetitif dilakukan secara otomatis oleh sistem (misalnya komputer)
membuat pemeriksaan 100% tepat guna (cost effective)
2. Pilih items tertentu (spesific items)
Auditor mungkin memutuskan untuk memilih item tertentu dalam suatu populasi. Dalam me
mbuat keputusan ini, faktor-faktor yang relevan antara lain :
 Pemahaman auditor mengenai entitas
 Risiko salah saji material yang dinilainya
 Ciri populasi yang diujinya

Auditor mungkin memilih items sebagai berikut :

 Items yang tinggi nilainya atau punya ciri istimewa (misalnya item yang mencurigakan,
“tidak lazim”, yang punya sejarah salah saji atau rentan terhadap kekelirun).
 Semua items diatas jumlah tertentu.
 Items untuk mendapat informasi tertentu, seperti ciri entitas atau transaksi.

Meskipun pemeriksaan secara selektif ini mungkin merupakan cara yang efisien untuk memp
eroleh bukti audit, cara ini bukanlah audit sampling. Hasil prosedur ini untuk items yang dipil
ih, tidak dapat diproyeksikan ke seluruh populasi. Oleh karena itu, pemeriksaan secara selekti
f ini tidak menghasilkan bukti audit atas sisa populasi yang tidak disampel.

3. Sampling untuk audit atau audit sampling.


Sampling untuk audit atau audit sampling dirancang untuk mengambil kesimpulan at
as seluruh populasi. Lihatlah ISA 530 alenia 16

II.II.VII. Jenis-Jenis Bukti Audit

1. Pemeriksaan fisik
Inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva atau aset berwujud. Jenis bukt
i ini paling berkaitan dengan kas dan persediaan, tetapi juga bisa diterapkan pada verivfikasi se
kurotas, wesel tagih, aset tetap berwujud. Jika objek yang diperiksa, seperti faktur penjualan, ti
dak memiliki nilai inheren, bukti tersebut adalah dokumentasi. Pemeriksaan fisik dilakukan sec
ara langsung untuk memverifikasi apakah suatu aset benar-benar ada (tujuan eksistensi) dan pa
da tingkat tertentu apakah aset telah dicatat (tujuan kelengkapan). Kelebihan pemeriksaan fisik
yaitu objektif dalam menentukan kuantitas ataupun deskripsi aset. Kelemahannya adalah tidak
dapat melakukan penilaian yang tepat untuk tujuan laporan keuangan (tujuan keakuratan), mem
verifikasi bahwa aset yang dimiliki oleh klien memang ada (tujuan hak dan kewajiban), dan tid
ak memiliki kualifikasi untuk menilai faktor kualitatif (tujuan nilai yang dapat direalisasi).

Hubungan Antara Standar Auditing, Jenis Bukti, dan Keempat keputusan bukti Audit

2. Konfirmasi
Merupakan respon tertulis langsung dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi
keakuratan informasi yang diminta oleh auditor. Respon yang diberikan biasanya berupa ker
tas, elektronik atau media lainnya seperti mendatangi langsung pihak ketiga. Keputusan apa
kah auditor menggunakan konfirmasi atau tidak tergantung pada kebutuhan akan rehabilitas
situasi serta bukti alternatif yang tersedia.

Informasi Yang Sering Dikonfirmasikan


INFORMASI SUMBER
ASET
Kas di bank Bank
Sekuritas Custodian Investasi
Piutang usaha Pelanggan
Wesel tagih Pembuat surat
Persediaan yang dimiliki atas dasar konsin Consignee
yasi
Persediaan yang tersimpan dalam gudang Gudang umum
umum
Nilai penyerahan tunai asuransi jiwa Perusahaan asuransi
KEWAJIBAN
Utang usaha Kreditor
Wesel bayar Pemberi pinjaman
Uang muka dari pelanggan Pelanggan
Utang hipotik Pemberi hipotik (mortgagor)
Utang obligasi Pemegang obligasi
EKUITAS PEMILIK
Saham yang beredar Registrar dan agen transfer
INFORMASI LAIN
Cakupan asuransi Perusahaan asuransi
Kewajiban kontinjen Bank, pemberi pinjaman, dan penasih
an hukum klien
Perjanjian obligasi Pemegang obligasi
Agunan yang ditahan kreditor Kreditor

3. Inspeksi
Pemeriksaan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang
tersaji, atau seharusnya tersaji, dalam laporan keuangan. Contohnya, klien seringkali menyi
mpan pesanan pelanggan, dokumen pengiriman, serta salinan faktur penjualan atas setiap tra
nsaksi penjulan. Dokumen tersebut dapat menguji keakuratan tentang transaksi penjualan. Je
nis bukti ini merupakan jenis yang paling layak dan tersedia dan dapat dengan mudah diklasi
fikasikan.
 Dokumen Internal
Dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam organisasi klien dan disimpan tanpa
pernah disampaikan kepada pihak luar. Dokumen internal mencakup salinan faktur p
enjualan, laporan jam kerja karyawan, dan laporan penerimaan persediaan.
 Dokumen Eksternal
Dokumen yang ditangani oleh seseorang diuar organisasi klien yang merupakan piha
k yang melakukan transaksi, tetapi dokumen tersebut saat ini berada di tangan klien a
tau dengan segera dapat diakses oleh klien. Dokumen ini berasal dari luar organisasi
klien dan berakhir di tangan klien. Contohnya daktur dari pemasok, wesel bayar yan
g dibatalkan, dan polis asuransi.

4. Prosedur Analitis
Prosedur ini terdiri dari evaluasi informasi keuangan melalui analisis atas hbungan yang mas
uk akal antara data keuangan dan nonkeuangan.

Tujuan Prosedur Analitis :


- Memahami industri dan bisnis klien
- Menilai kemampuan entits untuk terus going concern
- Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
- Mengurangi pengujian audit yang terinci

5. Tanya Jawab atau Wawancara


Upaya untuk memperoleh informasi secara lisan maupun tertulis dari klien sebagai respons a
tas pernyataan yang diajukan auditor tetapi terkadang kurang meyakinkan karena bukan dari
sumber yang independen dan mungkin mendukung pihak klien.

6. Pelaksanaan-Ulang
Pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur atau pengendalian akuntansi kli
en, yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem akuntansi dan pengendalian internal kl
ien.

7. Observasi
Yaitu proses mengamati prosedur yang sedang dilakukan oleh pihak lain. Observasi kurang
dapat diandalkan karena resiko personil klien akan mengubah perilakunya akibat kehadiran
auditor (pencitraan)

B. Ketepatan Jenis Bukti

Kriteria Untuk Menentukan Ketepatan


Jenis Bukti Independensi Penyedia Keefektifan P Pengetahuan Kualifikasi Peny Objektivitas B
engendalian I Langsung A edia ukti
nternal Klien uditor
Pemeriksaan Tinggi (auditor miliknya) Bervariasi Tinggi Umumnya tinggi Tinggi
Fisik (auditor sebagai p
enyedia)
Konfirmasi Tinggi Tidak tersedia Rendah Bervariasi-umum Tinggi
nya tinggi
Inspeksi Bervariasi-dokumen ekst Bervariasi Rendah Bervariasi Tingg
ernal lebih independen ke
timbang dokumen interna
l
Prosedur An Tinggi/rendah (auditor m Bervariasi Rendah Umumnya tinggi Bervariasi-um
alitis elakukan/klien menangga (auditor melakuka umnya rendah
pi) n/klien menangga
pi)
Tanya-Jawa Rendah (klien menyediak Tidak Berlaku Rendah Bervariasi Bervariasi-ren
b dengan Kli an) dah sampai tin
en ggi
Rekalkulasi Tinggi (auditor melakuka Bervariasi Tinggi Tinggi (auditor m Tinggi
n) elakukan
Pelaksanaa Tinggi (auditor melakuka Bervariasi Tinggi Tinggi (auditor m Tinggi
n-Ulang n) elakukan)
Observasi Tinggi (auditor melakuka Bervariasi Tinggi Umumnya tinggi Sedang
n) (auditor melakuka
n)

Masing-masing dari delapan jenis bukti audit yang dicantumkan dalam tabel itu berpotensi relev
an dan tepat waktu, tergantung pada sumbernya serta kapan bukti tersebut diperoleh.
 Pertama, keefektifan pengendalian internal klien memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap reliabilitas sebagai besar jenis bukti audit. Jadi,dokumentasi internal dari su
atu perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang efektif akan lebih dapat di
andalkan, karena dokumen tersebut cenderung lebih akurat.Sebaliknya prosedur anal
itis tidak akan menjadi bukti yang dapat diandalkan jika pengendalian yang menghas
ilkan data tersebut memberikan informasi yang tidak akurat.
 Kedua, baik pemeriksaan fisik maupun rekalkulasi mungkin kebih dapat diandalkan j
ika [engendalian internalnya efektif, tetapi penggunaan kedua jenis bukti itu sangat b
erbeda. Ini mengilustrasikan secara efektif bahwa kedua jenis bukti yang sama sekali
berbeda itu sama-sama dapat diandalkan.
 Ketiga, jenis bukti yang spesifik jarang mencukupi untuk memberikan bukti audit ya
ng tepat dalam memenuhi setiap tujuan audit.
C. Biaya Jenis-Jenis Bukti
Jenis bukti audit yang paling mahal adalah pemeriksaan fisik dan konfirmasi. Pemeriksaan fisik
mengeluarkan biaya yang besar karena umumnya mewajibkan kehadiran auditor ketika klien sed
ang menghitung aset. Contohnya, pemeriksaan fisik atas persediaan dapat mengakibatkan auditor
harus mengunjungi beberapa lokasi yang berjauhan. Sedangkan konfirmasi membutuhkan biaya
yang besar karena auditor harus mengikuti prosedur dengan seksama dalam penyiapan, pengirim
an, dan penerimaan konfirmasi, serta dalam menndaklanjuti konfirmasi yang tidak menerima res
pons atau pengecualian.
Inspeksi, prosedur analitis dan pelaksanaan ulang tidak begitu mahal. Apabila inspeksi dilakukan
dengan cara pihak klien yang memberikan dokumen maka biayanya menjadi rendah, sedangkan
apabila isnpeksi dengan auditor yang mencari sendiri dokumen maka memakan biaya yang cuku
p mahal. Biayarosedur analitis yang paling rendah, namun prosedur analitis mengharuska auditor
untuk memutuskan prosedur analitis mana yang akan digunakan, melakukan kalkulasi, dan meng
evaluasi hasilnya. Biaya pengujian pelaksanaan ulang tergantung sifat prosedur yang sedang diuj
i.
Tiga jenis bukti audit yang paling murah yakni observasi, tanya-jawab klien dan rekalkulasi. Obs
ervasi memakan biaya murah karena auditor datang langsung ke TKP. Rekalkulasi memerlukan
biaya rendah karena hanya melibatkan perhitungan dan penelusuran yang tidak rumit, dan dilaku
kan sesuai dengan keperluan auditor.

D. Aplikasi Jenis Bukti pada Empat Keputusan Bukti


Tujuannya secara keseluruhan adalah memperoleh bukti persuasif dengan biaya yang minim unt
uk memverifikasi bahwa persediaan itu secara material sudah benar.

Jenis Bukti dan Empat Keputusan Bukti bagi Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo
untuk Persediaan

Keputusan Bukti Audit


Jenis Bukti Prosedur Audit Ukuran Sampe Item Yang Dip Penetapan Waktu
l ilih
Observasi Mengamati perhitunga Semua tim peng Tidak berlaku Tanggal neraca
n persediaan yang dilak hitung
ukan oleh karyawan kli
en intuk menentukan a
pakah mereka telah me
matuhi semua instruksi
dengan tepat
Pemeriksaa Menghitung sampel pe 120 item 40 item dengan Tanggal neraca
n fisik rsediaan dan memband nilai dolar yang
ingan kuantitas serta de besar, ditambah
skripsi dengan hasil per 80 item yang di
hitungan klien pilih secara aca
k
Inspeksi Membandingkan kuant 70 item 30 item dengan Tanggal neraca
itas pada catatan perpet nilai dolar yang
ual klien dengan kuanti besar, ditambah
tas yang dihitung oleh 40 item yang di
klien pilih secara aca
k

Untuk tujuan “kuantitas persediaan pada catatan perpetual klien yang sesuai dengan persediaan fi
sik yang ada”. Auditor memutuskan bahwa jenis lainnya yang ada dalam tabel diatas, tidak relev
an atau tidak diperlukan dalam tujuan ini.

II.II.VIII. Dokumentasi audit


Menurut standar akuntansi, dokumentasi audit adalah catatan utama tentang prosedur audit
ing yang diterapkan, bukti audit yang diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai auditor dalam melak
sanakan penugasan. Dokumentasi audit mencakup semua informasi yang kemudian bisa dijadikan
bukti yang sangat memadai bagi auditor untuk melakukan tugasnya yaitu meng audit. Walaupun d
okumentasi audit lebih banyak yang diselenggarakan dalam file terkomputerisasi, namun dokumen
tasi audit juga dapat dianggap sebagai kertas, kerja audit.
Dokumentasi audit mempunyai tujuan yang secara umum untuk membantu auditor memasti
kan bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai tandar audit yang berlaku. Tujuan khusus d
okumentasi audit memberikan:

1. Perencaan dasar yang memadai bagi auditor adalah informasi tentang referensi yang diperlu
kan harus tersedia dalam file audit. File itu meliputi informai perencanaan yang bersifat desk
riptif tentang pengendalian internal, anggaran waktu untuk masing-masing area audit, progra
m audit, dan hasil audit tahun sebelumnya.
2. Catatan bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian merupakan sarana yang paling utama u
ntuk mendokumentasikanbahwa audit yang memadai sesuai standar audit telah dilaksanakan.
Apabila prosedur audit melibatkan sampling transaksi dan saldo dokumentasi, audit harus
mengidentifikasi item-item yang diuji. Dalam file audit juga harus mendokumentasikan mas
alah audit yang signifikan.
3. Dokumentasi audit merupkan smber data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat d
an penting untuk membantu auditor dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan cukup t
elah dikumpulkan guna menjustifikasi laporan audit berdasarkan situai tertentu. Data tersebu
t berguna untuk mengevaluasi laporan keuangan dalam standar wajar berdasarka bukti audit
tersebut.
4. Dasar atau referesi utama bagi supervisor dan partner dalam mereview pekerjaan asisten ada
lah file audit. Review yang cermat oleh supervisor menunjukan bahwa audit telah diawasi se
cara memadai. Dokumentasi audit harus menunjukan siapa yang melaksanakan pekerjan aud
it, tangal pekerjaan itu dilaksanakan, siapa yang mereview pekerjaan itu, dan tanggal review.

Dokumentasi audit yang disiapkan selama penugasan, termasuk skedul yang disiapkan ol
eh klien untuk auditor adalah properti auditor. Klien memiliki hak hukum untuk memeriksa file ters
ebut hanya ketika dipanggil oleh pengadilan sebagai bukti hukum. Berdasarkan Aturan 301 Kode P
erilaku Profesional yang menyatakan ”seorang anggota tidak boleh mengungkapkan setiap informas
i rahasia yang diperoleh selama penugasan profesional kecuali dengan persetujuan klien”, maka terd
apat hubungan rahasia antara klien dengan auditor.
Sarbanes-Oxley Act (SOA) mensyaratkan auditor perusahaan publik untuk menyiapkan da
n menjaga file audit serta informasi lainnya yang berkaitan dengan setiap laporan audit dengan cuku
p rinci guna mendukung kesimpulan auditor selama periode yang tidak kurang dari tujuh tahun. Me
nurut SAS 103, catatan audit atas perusahaan swasta harus disimpan selama minimum 5 tahun. SEC
juga telah mengeluarkan aturan final tentang penyimpanan catatan audit dan review yang mewajibk
an auditor perusahaan publik untuk menyelenggarakan dokumentasi berikut:

a) Kertas kerja atau dokumen lain yang membentuk dasar bagi audit atas laporan keuangan tah
unan perusahaan atau review atas laporan keuangan kuartalan perusahaan.
b) Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen biru dan catatan termasuk catatan elektronik y
ang memenuhi kriteria fakta-fakta yang dibuat, dikirimkan dan diterima dalam kaitannya de
ngan audit atau review serta fakta-fakta yang berisi kesimpulan, pendapat, analisis atau data
keuangan yang berkaitan dengan audit atau review.

Setiap kantor akuntan publik menetapkan pendekatannya sendiri untuk menyiapkan serta me
ngatur file audit, dan auditor pemula harus menggunakan pendekatan kantornya. File audit y
ang mendukung pengujian auditor antara lain:

a) File permanen berisi data yang bersifat historis atau berlanjut yang bersangkutan dengan aud
it saat ini. File permanen umumnya meliputu hal-hal berikut:
 Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang tetap penting artinya seperti akte pe
ndirian, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi dan kontrak.
 Analisis akun tahun-tahun sebelumnya yang terus penting artinya bagi auditor.
 Informasi yang berhubungan dengan pemahamam atas pengendalian internal dan penilai
an risiko pengendalian.
 Hasil prosedur analitis dari audit tahun sebelumnya.
b) File tahun berjalan mencakup semua dokumentasi audit yang dapat diterapkan pada tahun ya
ng diaudit. Jenis informasi yang sering tercakup dalam arsip tahun berjalan adalah:
 Program audit
Standar auditing mewajibkan program audit tertulis untuk setiap audit. Program audi
t ini biasanya dicatat dalam file terpisah untuk memperbaiki koordinasi dan integrasi se
mua bagian audit, meskipun beberapa kantor akuntan juga menyertakan salinan progra
m audit untuk setiap bagian audit pada dokumentasi audit.
 Informasi umum
Beberapa file audit mencakup informasu periode berjalan yang bersifat umum, buka
nnya bukti yang dirancang untuk mendukung jumlah laporan keuangan tertentu.
 Neraca saldo berjalan
Auditor harus menyiapkan daftar akun buku besar umum dan saldo akhir tahunnya y
ang disebut neraca saldo berjalan (working trial balance). Setiap baris pos pada neraca s
aldo didukung oleh skedul utama yang berisi rincian akun-akun dari buku besar yang m
embentuk total baris pos. Pelaksanaan pekerjaan audit menghasilkan penyesuaian kas ya
ng ditunjukkan dalam skedul yang terinci dan dicerminkan pada skedul utama, neraca sa
ldo berjalan, serta laporan keuangan.
 Ayat jurnal penyesuana dan reklasifikasi
Apabila auditor menemukan salah saji yang material dalam catatan akuntasni, lapora
n keuangan harus dikoreksi. Misalnya jika klien lalai untuk menurunkan nilai persediaa
n bahan baku yang usang, auditor dapat mengusulkan membuat ayat jurnak penyesuaian
guna mencerminkan nilai persedeiaan yang dapat direalisasikan. Ayat jurnal reklasifikas
i seringkali dibuat dalam laporan untuk menyajikan informasi akuntansi secara tepat, me
skipun saldo buku besar sudah benar. Contohnya reklasifikasi untuk tujuan laporan keua
ngan dari saldo kredit piutang usaha yang material ke utang usaha.
 Skedul pendukung
Bagian terbesar dari dokumentasi audit meliputi skedul pendukung terinci yang disia
pkan oleh klien atau auditor untuk mendukung jumlah spesifik pada laporan keuangan.
Auditor harus memilih jenis skedul yang tepat bagi aspek audit tertentu untuk mendoku
mentasikan kecukupan audit dan memenuhi tujuan lain dari dokumentasi audit.

Jenis utama skedul pendukung yakni:

1. Analisis yang dirancang untuk memperlihatkan aktivitas dalam akun buku besar umum sela
ma keseluruhan periode audit, yaitu menghubungkan saldo awal dan akhir.
2. Neraca saldo atau daftar yang terdiri dari rincian yang membentuk saldo akhir tahun dari ak
un buku besar umum.
3. Rekonsiliasi jumlah yang mendukung jumlah tertentu dan biasanya diharapkan akan mengai
tkan jumlah yang dicatat dalam catatan klien dengan sumber informasi lainnya.
4. Pengujian kelayakan yang berisi informasi yang memungkinkan auditor untuk mengevaluasi
apakah saldo klien tampak mengandung salah saji dengan mempertimbangkan situasi penug
asan.
5. Ikhtisar prosedur yang mengikhtisarkan hasil dari prosedur audit khusus. Skedul ikhtisar me
ndokumentasikan luas pengujian, salah saji yang ditemukan dan kesimpulan auditor berdasa
rkan pengujian.
6. Pemeriksaan dokumen pendukung yang bertujuan untuk memperlihatkan pengujian terinci y
ang dilaksanakan seperti dokumen yang diperiksa selama pengujian pengendalian dan pengu
jian substantif atas transaksi.
7. Informasional yang berisi informasi yang berlawanan dengan bukti audit.
8. Dokumentasi dari luar yang dikumpulkan oleh auditor seperti jawaban konfirmasi dan salina
n perjanjian dengan klien. Walaupun bukan skedul dalam arti sebenarnya, dokumen ini diind
eks dan diarsip.
Penyusunan dokumentasi audit dilakukan secara rinici oleh auditor yang berpengalaman, ya
ng tidak memiliki hubungan dengan audit tersebut, pemahaman atas pekerjaan yang dilaksanakan, b
ukti yang diperoleh dan sumbernya serta kesimpulan yang dicapai. Dokumentasi audit harus memili
ki karakteristik tertentu:

a. Setiap file audit harus diidentifikasi secara wajar dengan informasi seperti nama klien, perio
de yang dicakup, gambaran tentang isi, tanda tangan orang yang menyiapkan, tanggal persia
pan dan kode indeks.
b. Dokumentasi audit harus memiliki indeks dan referensi silang untuk membantu pengaturan
dan pengarsipannya.
c. Dokumentasi audit yang lengkap harus jelas menunjukkan pekerjaan audit yang dilakukan, y
ang dapat dicapai dengan tiga cara: dengan pernyataan tertulis dalam bentuk memorandum,
dengan menandatangani prosedur audit dalam program audit dan dengan notasi langsung pa
da skedul. Notasi pada skedul dilakukan dengan menggunakan tanda centang (tic marks), ya
itu simbol yang berdekatan dengan rincian skedul.
d. Dokumentasi audit harus meliputi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan yang telah
dirancang. Untuk menyiapkan dokumentasi audit dengan benar, auditor harus mengetahui tu
juannya.
e. Kesimpulan yang dicapai tentang segmen audit yang dipertimbangkan harus dinyatakan den
gan jelas.

A. Pengaruh teknologi terhadap bukti audit dan dokumentasi audit

Semakin banyak bukti audit yang disajikan dan disimpan dalam bentuk elektronik, dan aud
itor harus mengevaluasi bagaimana informasi elektronik itu mempengaruhi kemampuannya unt
uk mengumpulkan bukti yang layak dan mencukupi. Auditor harus mempertimbangkan keterse
diaan bukti elektronik pada awal audit dan merencanakan pengumpulan bukti yang sesuai. Apa
bila bukti hanya dapat diperiksa dalam bentuk yang bisa dibaca mesin, auditor menggunakan k
omputer untuk membaca dan memeriksa bukti itu. Banyak program perangkat lunak audit kom
ersiao telah dirancang untuk para auditor. Auditor akan memperoleh salinan database atau file i
nduk klien dalam bentuk yang bisa dibaca mesin dan menggunakan perangkat lunak tersebut un
tuk melakukan berbagai pengujian atas data elektronik klien. Paket perangkat lunak audit ini rel
atif mudah digunakan, bahkan oleh auditor yang kurang terlatih dalam bidang TI dan dapat dite
rapkan pada berbagai klien tanpa kesulitan yang berarti.
Auditor juga menggunakan teknologi untuk mengubah dokumentasi berbasis kertas tradisi
onal menjadi file elektronik untuk mengatur dan menganalisi dokumentasi audit. Beberapa peru
sahaan mengembangkan perangkat lunaknya sendiri, sementara yang lainnya membeli perangk
at lunak dokumentasi audit komersial seperti ACE. Auditor juga menggunakan LAN dan progr
am perangkat lunak kelompok untuk mengakses dokumentasi audit secara simultan dari lokasi
yang jauh.

II.III. Prosedur Audit


II.III.I Keputusan Bukti Audit
Keputusan yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang
tepat, yang digunakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Ada
empat keputusan mengenai bukti apa yang harus dikumpulkan dan berapa banyak
1. Prosedur audit yang akan digunakan
2. Berapa ukuran sampel yang dipilih untuk prosedur tersebut
3. Item- item mana yang akan dipilih dari populasi
4. Kapan melaksanakan prosedur tersebut
Prosedur audit adalah rincian intruksi yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh
selama audit. Perumusan prosedur tersebut dalam istilah yang cukup spesifik agar auditor dapat
mengikuti instruksi- instruksi ini selama audit merupakan hal yang sudah umum. Sebagai contoh,
berikut ini adalah prosesur audit untuk verifikasi pengeluaran kas.
Memeriksa jurnal pengeluaran kas dalam sistem akuntansi dan membandingkan nama, payee,
jumlah, dan tanggal informasi online yang diberikan oleh bank tentang cek yanh diproses untuk
pembayaran.

A. Ukuran sampel

Setelah memperoleh prosedur audit, auditor dapat mengubah ukiran sampel dari hanya satu
hingga semua item dalam populasi yang sedang diuji. Dalam prosedur audit untuk
memverifikadi pengeluaran kas, anggaplah 6.600 cek telah tercatat dalam jurnal pengeluaran
kas. Auditor dapat memilih ukuran sampel sebesar 50 cek untuk dibandingkan dengan jurnal
pengeluaran kas. Keputusan tentang berapa banyaj item yang akan diuji harus dibuat oleh
auditor pada setiap prosedur audit. Ukuran sampel pada setiap prosedur tertentu mungkin akan
berbeda antara satu audit dengan audit lainnya, tergantung pada karakteristik klien seperti luas
pengendalian yang terotomasi dan tingkat assurance yang diperlukan pada prosedur.

B. Item yang Dipilih

Setelah menentukan ukuran sampel untuk suatu prosedur audit, auditor harus memutuskan
item item mana dalam populasi yang akan diuji. Sebagai contoh, jika auditor memutuskan
memilih 50 cek yang dibatalkan dari populasi sebesar 6.600 untuk dibandingkan dengan jurnal
pengeluaran kas, beberapa metode yang dapat digunakan untuk memilih cek cek tertentu yang
akan diperiksa. Auditor dapat (1) memilih suatu minggu dan memeriksa 50 cek pertama, (2)
memilih 50 cek yang bernilai terbesar, (3) memilih cek- cek tersebut secara acak, atau (4)
memilih cek- cek yang menurut auditor paling mungkin mengandung kekeliruan. Atau dapat
menggunakan kombinasi dari berbagai metode tersebut.

C. Penepatan Waktu

Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup suatu periode seperti satu tahun.
Biasanya, suatu audit baru dianggap selesai setelah beberapa minggu atau beberapa bulan
setelah berakhirnya suatu periode. Oleh karena itu, waktu pelaksanaan prosedur audit dapat
bervariasi dari awal periode akuntansi hingga berakhirnya periode akuntansi itu. Keputusan
ketetapn waktu audit, sebagian, dipengaruhi kapan klien menginginkan audit itu diselesaikan.
Dalam audit atas laporan keuangan, umumnya klien menginginkan agar audit diselesaikan
antara 1 hingga 3 bulan setelah akhir tahun. Saat ini SEC dalam waktu 60 sampai 90 hari
sesudah akhir tahun fiskal perusahaan, tergantung pada perusahaan itu. Namun demikian,
penetapan waktu juga dipengaruhi oleh kapan auditor merasa yakin bukti akan paling efektif
dan kapan staf audit tersedia. Sebagai contoh, auditor sering kali lebih memilih untuk
menghitung persediaan sedekat mungkin dengan tanggal neraca.

D. Program Audit

Daftar prosedur audit untuk bidang audit tertentu atau untuk keseluruhan audit disebut
sebagai program audit. Program audit selalu memuat daftar prosedur audit dan biasanya
mencakup ukuran sampel, item- item yang dipilih, dan penetapan waktu pengujian. Umumnya
ada suatu program audit, termasuk beberapa prosedur audit untuk setiap komponen audit.
Karena itu, akan ada program audit piutang usaha, penjualan, dan seterusnya.
Sebagian besar auditor menggunakan paket perangkat lunak audit elektornik untuk
menghasilkan program audit. Program perangkat lunak tersebut tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan program audit generik atau terstandardisasi. Alih- alih, program itu membantu
auditor mengatasi risiko perkembangan perencanaan audit lainnya dan memilih prosedur audit
yang tepat.

II.III.II. Prosedur Audit untuk Memperoleh Bukti Audit


Bukti audit yang digunakan untuk menarik kesimpulan sebagai dasar opini auditor diperoleh dengan
melaksanakan :

a. Prosedur-prosedur penilaian resiko (risk asassment procedures); dan


b. Prosedur-prosedur audit selanjutnya (futher audit procedures), yang terdiri
dari :
i. Uji pengendalian (tests of controls), ketika auditor memilih untuk melaksanakannya; dan
ii. Prosedur-prosedur substantif (substantive procedures), termasuk uji rincian(tests of
details) dan prosedur-prosedur analitikal substantif (substantive analytical procedures)

Prosedur-prosedur audit berikut dapat digunakan untuk memperoleh bukti audit tergantung
konteks di mana prosedur itu digunakan auditor :

1. Inspection (Inspeksi)
Ada dua makna inspeksi yaitu :
a. Pemeriksaan catatan atau dokumen, baik internal maupun eksternal, dalam bentuk
kertas, elektronik, atau media lainnya; atau
b. Pemeriksaan fisik suatu aset

Inspeksi terhadap pemeriksaan catatan dan dokumen memberikan bukti audit dengan
berbagai tingkat keandalan, tergantung pada sifat dan sumber catatan atau dokumen.
Inspeksi dalam pemeriksaan fisik suatu aset, dapat memberikan bukti audit yang andal
mengenai eksistensi aset tersebut. Namun, tidak serta memberikan bukti audit atas hak dan
kewajiban maupun penilaian aset tersebut.

2. Observation (Pengamatan)
Pengamatan atau mengamati merupakan melihat proses atau prosedur yang dilakukan orang
lain.
Pengamatan dapat memberikan bukti audit atas pelaksanaan suatu proses atau prosedur,
namun terbatas pada : (a) kapan waktu atau periode ketika pengamatan dilakukan, dan (b)
kenyataan bahwa auditor sedang mengamati proses atau prosedur yang dilaksanakan.

3. External Confirmation (Konfirmasi Eksternal)


Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit berupa pendapat tertulis secara langsung (direct
written response) yang diperoleh auditor, atas permintaannya dari pihak ketigadalam bentuk
kertas, elektronik, atau media lainnya.
Prosedur konfirmasi eksternal biasanya sangat relevan ketika menangani asersi yang
berkaitan dengan saldo-saldo akun, selain itu konfirmasi eksternal juga digunakan untuk
memperoleh bukti audit ketika tidak adanya kondisi tertentu, seperti tidak adanya perjanjian
tambahan yang bisa berdampak terhadap pengakuan pendapatan.
4. Recalculation (Perhitungan Kembali)
Perhitungan kembali merupakan mengecek akurasi atau ketelitian matematik dalam catatan atau
dokumen.
5. Reperformance (Lakukan Kembali)
Auditor melakukan kembali secara independen prosedur atau pengendalian yang telah
dikerjakan sebagai bagian dari sistem pengendalian internal di entitas yang bersangkutan.
6. Analytical Procedures (Prosedur Analitikal)
Prosedur analitikal meliputi evaluasi atas inforrmasi yang berkaitan dengan keuangan dengan
menganalisis hubungan antara data keuangan dan non-keuangan.
Prosedur analitikal meliputi penelitian yang lebih mendalam, jika perlu, untuk
mengidentifikasi fluktuasi atau yang lainnya.
7. Incuiry (Bertanya)
Incuiry (bertanya) adalah mencari informasi dari seseorang yang mengetahui masalah internal,
baik masalah keuangan dan non keuangan, dari orang di dalam atau di luar entitas.
Incuiry berupa mengajukan pernyataan secara formal dan tertulis atau informal dan lisan.
Tanggapan yang didapat atas incuiries dapat memberikan informasi yang sebelumnya tidak
dimiliki auditor dan mendukung bukti audit yang sudah ada atau sebaliknya. Dalam situasi
tertentu tanggapan atas incuiries memungkinkan auditor memodifikasi atau menambah prosedur
auditnya.
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
Dalam melakukan proses audit, seorang auditor harus mampu memperoleh bukti-bukti yang
akurat dan independen agar dapat mengurangi kesalahan. Bukti tersebut dapat juga didukung
dengan dokumen audit yang nanti diolah sesuai dengan prosedur audit sehingga menghasilkan
kertas kerja yang merupakan catatan oleh auditor mengenai prosedur, pengujian, informasi dan
kesimpulan yang dibuat untuk menentukan opini yang baik untuk pihak-pihak yang membutuhkan.

III.II Saran
Dalam semua proses audit pasti ditemukan banyak kesalahan dan kendala yang dapat
menghambat auditor membuat laporan audit. Oleh karena itu, semua pihak yang berkaitan dengan
sumber data untuk melakukan audit diharapkan memberikan yang terbaik guna mendukung laporan
audit yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley.2015. Auditing dan Jasa Assurance Edisi
Kelimabelas Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Theodorus M. Tuanakutta. 2015. Audit Komplementer.Jakarta : Salemba Empat.
https://www.coursehero.com/api/v1/documents/download/13812349/ di akses pada Jumat, 27 Maret
2020 pukul 10.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai