Anda di halaman 1dari 9

PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT

Sebelum audit atas laporan keuangan dilaksanakan, auditor perlu


mempertimbangkan apakah ia akan menerima atau menolak perikatan audit
(audit engagement) dari calon kliennya. Jika auditor memutuskan untuk
menerima perikatan audit dari calon kliennya, ia akan melaksanakan audit dalam
beberapa tahap.
Tahap-tahap audit atas laporan keuangan
Proses audit atas laporan keuangan dibagi menjadi empat tahap berikut ini
a. Penerimaan perikatan audit
b. Perencanaan audit
c. Pelaksanaan pengujian audit
d. Pelaporan audit

Tahap-tahap penerimaan perikatan audit


Di dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak,
auditor menempuh suatu proses yang terdiri dari enam tahap berikut ini:
1. Mengevaluasi integritas manajemen
2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa
3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit
4. Menilai independensi
5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya
dangan kecermatan dan keseksamaan
6. Membuat surat perikatan audit
Mengevaluasi integritas manajemen
Berbagai cara yang ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas
manajemen adalah:
1. Melakukan komunikasi dangan auditor pendahulu
2. Meminta keterangan pada pihak ketiga

3. Melakukan review terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam


berhubungan dengan klien yang bersangkutan

Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa


Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus
dan risiko luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan
audit dari calon klien dapat diketahui dengan cara:
a. Mengidentifikasi pemakai laporan audit
b. Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien
di masa depan
c. Mengevaluasi kemungkinan dapat atau tidaknya laporan keuangan calon
klie yang diaudit

Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit


Sebelum auditor menerima perikatan audit, ia harus mempertimbangkan apakah
ia dan anggota tim auditornya memiliki kompetensi memadai untuk
menyelesaikan perikatan tersebut, sesuai dengan standar auditing yang
ditetapkan oleh IAI. Beberapa tahap yang dilakukan auditor untuk pertimbangan
tersebut adalah:
Mengidentifikasi tim audit:
a. Tim audi terdiri dari:
b. Seorang partner yang akan bertanggung jawab terhadap penyelesaian
keseluruhan perikatan audit
c. Satu atau lebih manajer yang akan mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan program audit
d. Staf assisten yang akan melaksanakan berbagai prosedur audit yang
diperlukan dalam pelaksanaan program audit.
Mempertimbangkan kebutuhan konsultasi dan penggunaan spesialis untuk
masalah:
a. Penilaian
b. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang
tersedia
c. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode
khusus

d. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan

Menilai independensi
Sebelum auditor menerima perikatan audit, ia harus memastikan bahwa setiap
profesional yang menjadi anggota tim auditnya tidak terlibat atau memiliki
kondisi yang menjadikan independensi tim auditornya diragukan.
Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dangan
kecermatan dan keseksamaan
Dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan suatu perikatan audit,
auditor harus mempertimbangkan apakah ia dapat melaksanakan audit dan
menyusun laporan auditnya secara cermat dan seksama. Kecermatan dan
keseksamaan penggunaan kemahiran profesional auditor ditentukan oleh
beberapa hal:
a. Penentuan waktu perikatan
b. Pertjmbangan jadwal pekerjaan lapangan
c. Pemanfaatan personel klien

Membuat surat perikatan audit


Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukan oleh
klien, tujuan dan lingkup audit, lingkup tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
bagi kliennya, kesepakatan tentang reproduksi laporan keuangan auditan, serta
bentuk laporan yang akan diterbitkan oleh auditor.

PERENCANAAN AUDIT
Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya,
langkah berikutnya yang perlu ditempuh adalah merencanakan audit. Ada tujuh
tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam merencankan auditnya:
a. Memahami bisnis dari industri klien
b. Melaksanakan prosedur analitik
c. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal
d. Mempertimbangkan risiko bawaan
e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo
awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama

f.

Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan

g. Memahami pengendalian intern klien.

Memahami bisnis dari industri klien


Sebelum auditor melakukan verifikasi dan analisis transaksi atas akun-akun
tertentu, ia perlu mengenal lebih baik industri tempat klien berusaha serta
kekhususan bisnis klien. Beberapa sumber informasi bagi auditor untuk
memahami bisnis dan industri klien:
a. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industrinya
b. Diskusi dengan orang dalam tentang entitas
c. Diskusi dengan personel dari fungsi audit intern dan review terhadap
laporan auditor intern.
d. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penasihat hukum atau penasihat
lain yang telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industri
e. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan di luar entitas
f.

Publikasi yang berkaitan dengan industri

g. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap


entitas
h. Kunjungan ke tempat atau fasilitas pabrik entitas
i.

Dokumen yang dihasilkan entitas

Melaksanakan prosedur analitik


Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio
yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan
yang dikembangkan oleh auditor. Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan
audit adalah membantu perencanaan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang
akan digunakan untuk memperoleh bukti tentang saldo akun atau jenis transaksi
tertentu.
a. Tahap-tahap prosedur analitik
b. Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
c. Mengembangkan harapan

d. Melaksanakan perhitungan/perbandingan
e. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
f.

Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi


perbedaan tersebut.

g. Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit.

Mempertimbangkan tingkat materialitas awal


Auditor perlu mempertimbangkan materialitas awal pada dua tahap: (1) tingkat
laporan keuangan, dan (2) tingkat saldo akun.

Mempertimbangkan risiko bawaan


Dalam keseluruhan proses audit, auditor mempertimbangkan berbagai risiko,
sesuai dengan tahap-tahap proses auditnya.
Risiko-risiko yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam setiap tahap proses
auditnya adalah:

Tahap perencanaan audit: penaksiran risiko bawaan

Tahap pemahaman dan pengujian pengendalian intern: penaksiran risiko


pengendalian

Tahap pelaksanaan pengujian substantif: penetapan risiko deteksi

Tahap penerbitan laporan audit: penilaian risiko audit

Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika


perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama
Auditor harus memahami hal-hal bersyarat (configencies) dan komitmen yang
ada pada awal tahun. Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang
cukup untuk meyakini bahwa:
a. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak
material terhadap laporan keuangan berjalan.
b. Saldo penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ke tahun
berjalan atau telah dinyatakan kembali.
c. Kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten.

Sifat dan lingkup bukti audit yang harus diperoleh auditor berkenaan dengan
saldo awal tergantung pada:
a. Kebijakan akuntansi yang dipakai oleh entitas yang bersangkutan.
b. Apakah laporan keuangan entitas tahun sebelumnya telah diaudit, dan jika
demikian, apakah pendapat auditor atas laporan keuangan berupa
pendapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian.
c. Sifat akun dan risiko salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan.

Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan


Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit adalah adalah untuk
mengurangi risiko audit ke tingkat yang rendah, untuk mendukung pendapat
apakah, dalam semua hal yang material, laporan keuangan disajikan secara
wajar. Tujuan ini diwujudkan melalui pengumpulan dan evaluasi bukti tentang
asersi yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan oleh
manajeman.
Dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi,
auditor dapat memilih strategi audit awal:
a. Primarily subtantive approach
b. Lower assessed level of control risk approach.

Memahami pengendalian intern klien.


Langkah pertama dalam memahami pengendalian intern klien adalah dengan
mempelajari unsur-unsur pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya
adalah melakukan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern dengan
menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian intern tersebut. Jika auditor
telah mengetahui bahwa pengendalian intern klien di bidang tertentu adalah
kuat, maka ia akan mempercayai informasi keuangan yang dihasilkan. Oleh
karena itu ia akan mengurangi jumlah bukti yang dikumpulkan dalam audit yang
bersangkutan dengan bidang tersebut. Untuk mendukung keyakinannya atas
efektivitas pengendalian intern tersebut, auditor melakukan pengujian
pengendalian (test of control).

PENGUJIAN AUDIT

Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian (test), yang secara
garis besar dapat dibagi menjadi 3 golongan berikut ini:

1. Pengujian analitik (analytical test)


2. Pengujian pengendalian (test of control)
3. Pengujian substantif (substantif test)

Pengujian analitik (analytical test)


Pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses auditnya dan pada
tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan oleh
auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang
satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu proses auditor dalam memahami bisnis klien dan
dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.

Pengujian pengendalian (test of control)


Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian
terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai:
a. Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan
b. Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut
c. Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut

Pengujian Substantif (substantif test)


Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk
menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung
mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan. Kesalahan moneter yang
terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan kemungkinan
terjadi kesalahan dalam:
a. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di indonesia
b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di indonesia
c. Ketidakkonsistenan dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum
di indonesia
d. Ketidak tepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi
e. Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian)
f.

Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi

g. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan


keuangan.

PENERIMAAN PERIKATAN
DAN
PERENCANAAN AUDIT

Untuk memenuhi tugas matakuliah Auditing I

ANGGOTA KELOMPOK :

Muhamad Risqi W

(125020300111039)

Dita Wahyu

(145020304111005)

Chandy Laksmana

(125020300111064)

Wawang Putra N

(125020300111011)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

Anda mungkin juga menyukai