Anda di halaman 1dari 26

Program Audit

Program Audit

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai program audit, perlu diketahui terlebih dahulu
perbedaan antara prosedur audit dan program audit.

1. Prosedur audit adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam


melakukan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efesien dan efektif. Kegiatan ini dilakukan
untuk mengumpulkan bukti-bukti audit seperti diantaranya: konfirmasi, observasi,
inspeksi, tanya jawab (inquiry), dsb.
2. Program audit yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menjalankan proses audit yakni
perencanaan audit, pekerjaan lapangan dan pelaporan.
Lingkup dari program audit yang dilakukan perusahaan ada tiga, yaitu:

a. Tujuan Pemeriksaan
b. Prosedur Audit yang akan dijalankan
c. Kesimpulan Pemeriksaan

Klasifikasi Audit Program:

1. Compliance test (Pengujian kepatuhan)

Pengujian kepatuhan atau compliance test adalah pengujian terhadap bukti-bukti


pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap
transaksi yang terjadi telah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang
diterapkan manajemen.

Fokus perhatian yang dilakukan dalam compliance test adalah:


- Kelengkapan Dokumen Pendukung (supporting document)
- Kebenaran Perhitungan Matematis (footing, cross footing, extension)
- Otorisasi dari berwenang
- Kebenaran nomor perkiraan (debit/kredit)
- Kebenaran posting ke buku besar (GL)

Contoh compliance test:

- Test of Control

Dalam melakukan pengujian kepatuhan yang berupa test of control, berikut beberapa
contoh kegiatan yang biasa dilakukan oleh auditor diantaranya yaitu tanya jawab dengan
personel yang tepat, reperform prosedur klien, uji dokumen, catetan dan laporan, observasi
aktivitas kontrol.

- The Procedures for Understanding Internal Control

Beberapa contoh kegiatan yang dilakukan dalam melakukan prosedur untuk memahami
internal control perusahaan yaitu:
• Mengamati dari pengalaman auditor sebelumnya
• Tanya jawab dengan personel klien
• Membaca dan menganalisis dari sistem dan kebijakan klien
• Uji dokumen

2. Substantive test (Pengujian Substantif)

Pengujian substantif atau substantive test pengujian terhadap kewajaran saldo-saldo


perkiraan laporan keuangan (neraca dan laba rugi).
Contoh substantive test:

- Test of Details of Balance

Dalam melakukan pengujian substantif test of details of balance, auditor biasanya berfokus
terhadap saldo akhir general ledger atau buku besar. TDB atau test of details of balance ini
biasanya dilakukan untuk menguji kebenaran unit moneter dari akun (nilai rupiah saldo akun).
Berikut beberapa contoh prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor:
1. konfirmasi saldo piutang
2. pengujian cut off penjualan
3. rekonsiliasi bank (contoh sebelumnya)
4. pemeriksaan fisik persediaan
5. pemeriksaan dokumen utang

- Analitycal Procedures

Analytical procedure yang lazim digunakan oleh auditor yakni perbandingan antara data
berjalan dengan data laporan keuangan sebelumnya.

a Tujuan:
- Memahami bisnis klien
- Mengetahui kemampuan klien terhadap goingconcern
- Menemukan indikasi potensi salah saji
- Mempersempit fokus audit

b. Ilustrasi: "perubahan signifikan dalam saldo laba kotor" yang kemudian dilakukan audit
terhadap indikasi salah saji dalam HPP

Biasanya setiap kantor akuntan publik atau KAP memiliki dan membuat program auditnya
sendiri. Namun dalam membuatnya para auditor dapat melihat beberapa contoh program audit
yang banyak tersebar di media. Berikut merupakan beberapa contoh dari program audit baik
yang dilakukan dengan compliance test maupun dengan substantif test.
Semoga bermanfaat :)
-AR-
Ria Nur Rizqiah

Diposkan oleh admin auditing di 01.25 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Perencanaan Audit (Audit Plan)

Perencanaan Audit

Perencanaan audit atau audit plan adalah segala sesuatu yang meliputi pengembangan strategi
menyeluruhmengenai pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Audit Plan bersifat relatif
terhadap faktor:
1. Ukuran dan kompleksitas usaha
2. Pengalaman atas usaha
3. Pengetahuan atas bisnis

Ada beberapa alasan yang menjadikan dasar alasan mengapa perlu dilakukannya
perencanaan audit, yaitu:

1. Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup yang akan berpengaruh terhadap
kualitas audit yang dilakukan.
2. Untuk menekan biaya audit agar terjadi efisiensi biaya sehingga auditor akan mendapat
fee yang lebih besar.
3. Untuk menghindari salah pengertian dengan klien. Oleh karena itu perlu dilakukan
komunikasi terlebih dahulu kepada klien yang dilakukan dalam merencanakan audit.

Dalam melakukan perencanaan audit, ada beberapa tahap kegiatan yang dilakukan oleh
auditor:

 Perencanaan awal, tahap ini yakni menyangkut keputusan untuk


menerima/melanjutkan pelaksanaan audit terkait kewajiban hukum klien, mengevaluasi
alasan klien diaudit, memilih staf penugasan, mendapatkan surat penugasan.

 Memahami bisnis klien, tentang bidang usaha dan industri (aturan akuntansi, resiko
bisnis, resiko bawaan), meninjau kantor dan pabrik, menelaah kebijakan perusahaan,
mengidentifikasi pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, serta mengevaluasi
kebutuhan akan spesialis yang akan auditor pahami melalui sumber informasi berikut:

- Pengalaman
- Tanya jawab dengan klien
- KKA tahun lalu
- Publikasi informasi oleh industri
- Laporan Keuangan
- Buku teks, majalah
- Sumber relevan lain

 Memahami kewajiban hokum klien melalui akte pendirian dan AD ART, Risalah Rapat
Dewan Direksi, Komisaris, Pemegang Saham serta melalui kontrak kerja lainnya yang
dimiliki perusahaan.

 Pelaksanaan prosedur analitis:


- Membandingkan data klien dengan industri
- Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode sebelumnya
- Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien
- Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan auditor
- Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data non keuangan

 Menentukan materialitas dan resiko


 Memahami sistem pengendalian internal (SPI) dan resikonya
 Pengembangan rencana dan program audit

Di dalam audit plan, terdapat beberapa konten yang harus ada, yaitu:

1. Informasi umum tentang klien (Identitas klien, Legalitas, Accounting Policies, Neraca
Komparatif, Counterpart, Accounting, Auditing, & Tax Problem)
2. Faktor yang mempengaruhi klien (regulasi atau kondisi makro)
3. Rencana kerja auditor (Staffing, Waktu Pemeriksaan, Budget, Jasa yang diberikan,
Bantuan yang diharapkan dari klien, Time Schedule)

Semoga bermanfaat :)
-AR-
Ria Nur Rizqiah
Diposkan oleh admin auditing di 00.19 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tujuan Audit

Tujuan Audit

Tujuan utama dari dilaksanakannya proses audit adalah untuk menyatakan pendapat
tentang kewajaran dalam semua hal yang material, baik mengenai posisi keuangan perusahaan,
hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku di Indonesia. Pendapat yang dikemukakan oleh auditor mengenai kewajaran atas
penyajian laporan keuangan perusahaan klien dapat dijadikan sebagai jaminan yang memadai
(reasonable assurance) atas apa yang terjadi dalam operasional perusahaan. Untuk dapat
merealisasikan usaha tersebut, ada beberapa hal yang dilakukan auditor yaitu:

1. Subjektifitas Professional, yakni dengan menggunakan pertimbangan profesional dalam


menentukan sifat, waktu, luas prosedur audit dan pengambilan keputusan atas bahan
bukti audit yang telah dikumpulkan.
2. Sampling, audit dilakukan atas dasar pengujian pada beberapa sampel kasus transaksi
yang terjadi dalam perusahaan.
3. Control Risk, wujudnya resiko dalam pengendalian internal.
4. Bahan bukti hanya memberikan keyakinan (persuasif) bukan menyimpulkan (konklusif).
5. Cost Benefit, audit dilakukan atas pertimbangan ekonomi.
6. Laporan Keuangan yang disusun manajemen berdasarkan estimasi akuntansi, seperti:
penyisihan piutang, umur ekonomis aktiva, taksiran penurunan nilai aktiva.

Tujuan audit akan tercapai apabila auditor telah melaksanakan keseluruhan proses audit.
Proses Audit adalah metodologi pelaksanaan audit yang jelas untuk membantu auditor dalam
mengumpulkan bahan bukti pendukung yang kompeten. Berikut merupakan tahapan dari proses
audit:

1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit (mendapatkan pengetahuan atas bidang


usaha klien, memahami struktur pengendalian intern klien dan menetapkan risiko
pengendalian intern).
2. Pengujian pengendalian dan transaksi.
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo.
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.

Tujuan audit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

 Tujuan Keseluruhan: Tujuan audit berkait transaksi (Transaction-Related Audit


Objectives) yaitu Panduan untuk mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup dan
tepat.

Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Berkait Transaksi


 Tujuan per Tinggkat Akun: Tujuan audit berkait saldo (Balanced-Related Audit
Objectives)

Tujuan audit berkait saldo diterapkan pada saldo akhir akun-akun neraca dan laba rugi.
Tujuannya yakni sebagai panduan dalam mengaudit saldo akhir akun neraca dan laba rugi,
mengumpulkan bahan bukti dan memverifikasi rincian-rincian yang mendukung saldo akun.
Contoh, mengaudit saldo piutang usaha dengan meminta daftar rincian piutang usaha dan
mencocokkan dengan buku besar.

Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Berkait Saldo


Semoga bermanfaat :)
-AR-
Ria Nur Rizqiah
2.2 KEPUTUSAN PENTING TENTANG BUKTI AUDIT

Ketika merencanakan audit, auditor harus membuat 4 keputusan penting tentang lingkup dan
pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi :
1. Sifat pengujian yang harus diilaksanakan
2. Saat pengujian yang harus dilaksanakan
3. Luas pengujian yang harus dilaksanakan
4. Penetapan staf unttuk melaksanakan audit
Setiap keputusan diatas memiliki hubungan yang penting dengan penggunaaan kemahiran profesional
auditor yang akan diilustrasikan dalam pembhasan berikut ini :

2.2.1 Sifat Pengujian Audit

Sifat (Nature) pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit yang akan
dilaksanakan. Sebagian besar bab ini akan membahas alternatif yang dapat diambil auditor pada saat
mengambil keputusan tentan prosedur audit mana yang akan dilaksanakan. Pertama, prosedur audit
tersebut harus dapat memberikan bukti tentang kinerja kompetitif suatuu entitas atau terkait dengan
tujuan audit spesifik yang ingin dicapai auditor. Akhirnya, bukti tersebut harus relevan dengan asersi
laporan keuangan manajemen.

2.2.2 Saat Pengujian Audit


Auditor juga harus membuat keputusan tentang kapan auditor akan dilaksanakan. Saat (Timing)
mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian audit serta menarik kesimpulan audit. AU
313.02, Substantif tes prior to balance sheet date (SAS 45) menyatakan bahwa pengujian audit pada
tanggal interim dapat memberikan pertimbangan awal tentang masalah-masalah signifikan yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan pada akahir tahun buku (Sebagai contoh, transaksai-transaksi pihak
yang memiliki hubungan istimewa) selain itu, banyak perencanaan audit, yang meliputi upaya
memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal, mengukur resiko pengendalian, dan
penerapan pengujian substantive atas transaksi, dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca.

2.2.3 Luas Pengujian Audit


Luas ( extent ) prosedur audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang berpa banyak bukti audit
yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak dperlukan untuk mencapai suatu tingkat resiko deteksi
yang rendah dibandingkan dengan tingkat resiko yang tinggi. Sbagai contoh, seorang auditor dapat
mengirim permitaan konfirmasi sebnayak 50% dari akun-akun yang ada dalam akun piutang usaha atau
hanya 10% saja dari akun-akun yang ada. Yang terakhir ini merupakan pengujian yang kurang luas
dibandingkan dengan yang pertama.Ukuran sampel untuk pengujian audit tertentu merupakan masalah
pertimbangan professional.

2.2.4 Penetapan Staf Audit


Keputusan terakhir yang dapat mempengaruhi lingkup dan pelaksanaan audit adalah penetapan staf
audit (Staffing) dan keputusan audit tentang penugasan supervise personil. AU Section 230, Due
Profesional care in the performance of work ( SAS Nos.1, 41 dan 82 ) menyatakan bahwa auditor harus
ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan kemampannya sehingga mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang sedang
diperiksa.

2.3 TUJUAN AUDIT SPESIFIK DAN BUKTI AUDIT

Lima Asersi manajemen yang digariskan dalam standar auditing yng berlaku umum ( GAAS ) adalah
sebagai berikut :
1. Keberadaab dan Keterjadian ( Eksistensi and Occurrence/EO )
2. Kelengkapan ( Completeness/C)
3. Hak dan Kewajiban ( Rights and Obligagations/RO)
4. Penilaian atau alokasi ( Valuation or Allocation/VA)
5. Penyajian dan pengungkapan ( Presentation and Disclosure/PD)
Dalam memperoleh bukti untuk mendukung pendapat atas laporan keuangan, auditor
mengembangkan tujuan audit spesifik bagi setiap akun dalam laporan keuangan. Auditor
mengidentifikasi tujuan auditor spesifik ( spesifik audit objectif ) berdasarkan asersi manajeman dalam
laporan keuangan karena setiap tujuan audit memerlukan bukti audit yang berbeda pula. Kategori asersi
laporan keuangan manajemen tersebut di atas merupakan titik awal yang penting dalam
mengembangkan tujuan spesifik. Gambar 6.2 menunjukan bahwa auditor menggunakan kategori asersi
untuk menentukan tujuan audit spesifik bagi piutang usaha. Sebagai contoh, gambar 6.2
mengilustrasikan bagaimana auditor menguraikan tiga tujuan audit yang berbeda yang berkaitan
dengan keberadaan dan keterjadian (EO) transaksi dalam siklus pendapatan :

- EO1 : semua penjualan menunjukan transaksi – transaksi yang terjadi selama periode tersebut
- EO2 : semua penerimaan kas menunjukan transaksi – transaksi yang terjadi selama periode tersebut.
- EO3 : semua penyesuaian penjualan menujukan transaksi – transaksi yang terjadi selama periode
tersebut.
Tujuan audit spesifik dikembangkan untuk setiap asersi. Selain itu, tujuan audit juga dikembangkan
untuk :

1. Transaksi relevan mempengaruhi tujuan utama


2. Aspek penting pada saldo akun piutang usaha sebagaimana dilaporkan pada tanggal neraca.
Dengan memahami tujuan audit spasifik ini, auditor akan mampu memahami salah saji yang mungkin
timbul dalam laporan keuangan, kemudian auditor dapat menggunakan kombinasi prosedur audit top –
down dan buttom - up untuk memperoleh bukti audit bahwa laporan keuangan telah meyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas.

2.4 TUJUAN AUDIT UNTUK KEBERADAAN DAN KETERJADIAN


Berkaitan dengan masalah keberadaan dan keterjadian (existence and occurrence), biasanya auditor
akan memastikan hal – hal sebagai berikut :

- Validitasi / pisah batas ( cutoff ): semua transaksi tercatat benar – benar telah terjadi selama periode
akuntansi
- Validitas (validity): semua aktiva, kewajiban, ekuitas, adalah valid dan telah dicatat sebagaimana
mestinya dalam neraca.
Pada saat auditor memeriksa siklus penjualan dan penagiha, ia harus mengikuti tiga alur transaksi
utama, yaitu: penjualan kredit, penagihan, dan penyesuaian penjualan. Waktu dan perhatian yang
diberikan kepada tujuan audit ini tergantung kepada kepentingan dan matrealitas transaksi pada proses
bisnis inti entitas.

Kategori ( Asersi ) Glongan Trnsaksi atau saldo Tujuan Audit spesifik

Keberadaan atau Transaksi Semua transaksi penjualan (EO1),


keterjadian (EO) penerimaan kas (EO2), dan
penyesuaian penjualan (EO3) yang telh
dicatat terjadi selama periode
tersebut.

EO4. Piutang usaha menunjukan


jumlah yang valid dan diakui
pelanggan sebagai hutang pada
Saldo
tanggal neraca.

C1. Semua transaksi yang terjadi


selama periode tersebut telah dicatat.

C2. Semua transaksi penerimaan kas


Kelangkapan yang terjadi selama periode tersebut
Golongan transaksi telah dicatat.

C3. Semua transaksi penyesuaian


penjualan yang terjadi selama periode
tersebut telah dicatat.

C4. Piutang usaha meliputi semua


tagihan kepada pelanggan pada
tanggal neraca.

RO1. Piutang usaha pada tanggal


neraca menunjukan tagihan yang sah
dari entitas terhadap para pelanggan
Saldo untuk mempeoleh pembayaran.

Hak dan Kewajiban ( Semua penjualan (VA1) penerimaan


RO ) kas ( VA2 ) dan penyesuaian penjualan
(VA3) telah dinilai dengan benar sesuai
Saldo biaya historis dan telah dijurnal,
diiktisarkan, dan dibukukan dengan
benar.
Penilaian atau alokasi
( VA ) VA4. Piutang usaha menunjukan
tagihan kotor terhadap pelanggan
pada tanggal neraca dan telah sesuai
Transaksi dengan buku besar piutang usaha.

VA5. Cadangan putang taktertagih


menunjukkan estimasi yang memadai
tentang selisih antara piutang kotor
dan nilai bersih yang direalisasikan
(Net realizable value)

Rincian transaksi penjualan (PD1),


penerimaan kas (PD2), dan
penyesuaian penjualan (PD3) telah
Saldo mendukung penyajian dalam laporan
keuangan, termaksud penggolongan
dan pengungapan terkait.

PD4. Piutang usaha telah diidentifikasi


dan klasifikasikan dalam Neraca
dengan benar.

PD5. Pengungkapan yang sesuai telah


dibuat atas piutang usaha yang
diberikan atau dijaminkan.
Penyajian dan
Pengungkapan (PD)

Transaksi

Saldo

2.5 TUJUAN AUDIT UNTUK KELENGKAPAN


Bekaitan dengan masalah kelengkapan ( completeness ), auditor biasanya akan memastikan hal – hal
sebagai berikut :

- Kelengkapan / pisah batas ( cutoff ): semua transansaksi yang terjadi dalam periode itu telah dicatatt.
- Kelengkapan ( completeness ): semua saldo yang tercantum dalam neraca meliputi semua aktiva,
kewajiban, dan ekuitas sebagaimana mestinya.
Dalam konteks siklus penjualan dan panagihan, biasanya uditor akan menekankan perhatian tentang
transaksi penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan serta akumuasinya pada saldo piuang
usaha. Masalah pisah batas ( cutoff ) seringankali di review oleh para auditor karena transaksi –
transaksi yang tidak tercatat merupakan kesalahan pencatatan pada periode yang salah. Pentingnya tiga
alur transaksi ini tergantung pada sifat bisnis entitas dan proses bisnis inti.

2.5.1 Tujuan audit untuk hak dan kewajiban

Tentang masalah hak dan kewajiban ( right and obligations ), biasanya auditor menguji kepemilikan (
ownership ), kesesuaian atas hak entitas terhadap aktiva, serta hak kepemilikan yang jelas terhadap
aktiva. Apabila ingin mempertimbangkan kelangsungan usaha dan arus kas, auditor akan mengukur
resiko kemungkinan klien telah menggadaikan atau menjual piutang, dan selanjutnya merencanakan
untuk melakukan pengujian atas atas hak kepemilikan yang sesuai.

2.5.2 Tujuan audit untuk penilaian atau alokasi

Berkaitan dengan masalah penilaian atau alokasi ( valuation allocation ), biasanya auditor akan
memastikan hal – hal berikut :
- Penerapan GAAP (application of GAAP ) bahwa saldo telah dinilai sebagaimana mestinya utuk
mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan alokasi jumlah tertentu antar periode
(seperti penyusutan dan amortisasi)
- Pembukuan dan pengikhtisaran (posting and summarization). Transaksi telah dibukukan dan
diikhtisarkan sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar.
- Nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value) saldo – saldo telah dinilai sebagaimana
mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.

2.5.3 Tujuan audit untuk penyajian dan pengungkapan

Berkaiatan dengan masalah penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure), biasanya
auditor akan memastikan hal – hal sebagai berikut:

- Pengklasifikasian (classification) transaksi dan saldo telah diklasifikasikan sebagaimana mestinya dalam
laporan keuangan.
- Pengungkapan (disclosure) semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP telah tercantum
dalam laporan keuangan.
Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan, auditor menekankan perhatian secara khusus
pada klasifikasi dan pengungkapan yang tepat atas transaksi pihak – pihak yang memiliki hubungan
istimewa (related party) dalam siklus penjualan dan penagihan.

Tujuan audit akan membantu auditor dalam merencanakan bukti audit yang diperlukan. Dalam
pelaksaaan audit, auditor menerapkan prosedur audit untuk memperoleh bukti berkenaan dengan
setiap tujuan spesifik. Dari bukti – bukti terkumpul auditor akan sampai pada kesimpulan apakah asersi
menajemen telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai denga prinsip –
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Selanjutnya, kesimpulan tentang aseri secara individual
akan digabungkan untuk sampai pada pendapat atas kewajaran laporan keuangan secara menyeluruh.

2.6 BUKTI AUDIT, INFORMASI PENGUAT, DAN PROSEDUR AUDIT


Setelah auditor mengembangkan tujuan audit spesifik untuk saldo akun atau golongan transaksi yang
material, selanjutnya ia akan mengembangkan prosedur audit yang dapat digunakan sebagai pedoman
dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup. Telah disebutkan bahwa marerialisasi dan
risiko, factor – factor ekonomi, serta ukuran dan karakteristik populasi mempengaruhi pertimbangan
auditor tentang kompetensi bukti audit adalah relevansi, sumber, ketepatan waktu, dan objektifitas.

2.7 KOMPETENSI BUKTI AUDIT


Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas dan keandalan data akuntansi dan
informasi penguat.
2.7.1 Kompetensi data akuntansi

Keandalan catatan akuntansi di pengaruhi secara langsung oleh efektifitas pengendalian intern.
Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatatn akuntansi dan bukti-bukti lainnya yang
di buat dalam organisasi klien. Sebaliknya, pengendalian klien yang lemah sering kali tidak dapat
mencegah atau mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam proses akuntansi.

2.7.2 Kompetensi informasi penguat

Kompetesni informasi penguat di pengaruhi oleh berbagai factor berikut ini:

a. Relevansi
b. Sumber
c. Ketepatan waktu
d. Objektivitas
e. Cara pemerolehan bukti

2.8 TIPE DATA AKUNTANSI

2.8.1 Penegendalian intern sebagai bukti

Penegendalian intern yang di bentuk dan setiap kegiatan perusahaan dapat di gunakan untuk
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Kesalahan yang timbul akan segera dan secara
otomatis dapat di ketahui dengan adanya pengecekan silang (cross check) dan cara-cara pembuktian
(proof) yang di bentuk di dalamnya. Oleh karena itu, jika auditor mengetahui bahwa klien telah
merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini
merupakan bukti audit ytang kuat bagi auditor mengenai kenadalan informasi yang di cantumkan dalam
laporan keuangan.

Kuat atau lemahnya pengendalian intern merupakan faktor utama yang menentukan jumlah
bukti audit yang harus di kumpulkan oleh auditor dari berbagai sumber bukti. Semakin kuat
pengendalian intern, semakin sedikit bukti audit yang harus di kumpulkan sebagai dasar pernyataan
pendapat auditor. Jika pengendalian intern lemah, auditor harus mengumpulkan jumlah bukti audit yang
lebih banyak.

2.8.2 Catatan akuntansi sebagai bukti

Jurnal, buku besar, dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang di gunakan oleh klien
untuk mengelola transaksi keuangan guna menghasilkan laporan keuangan. Oleh karena itu, pada waktu
auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, ia akan
melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan demikian, catatan
akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transaksi kleunagan yang telah di
lakukan oleh klien.

2.9DATA AKUNTANSI DAN INFORMASI PENGUAT


Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang prosedur untuk mencapai
tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan sifat bukti yang akan di peroleh. Bukti audit yan
mendukung laporan keuagan terdiri dari

1. Data akuntansi yang mendasari,


2. Informasi penguat yang tersedia bagi auditor
Bagi yang menekunin bidang auditing tentunya telah akrab kepada komponen dasar dari data
akuntansi yang mendasari (underlying accounting data) sebagai mana di lukiskan dalam gambar, yaitu
jurnal, buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi dan sebagainya. Buku-buku ayat jurnal awal, buku besar dan
buku pembantu, catatan dan kertas kerja, serta spread sheet yang mendukung alokasi biaya,
perhitungan, dan rekonsiliasi, semuanya tergolong sebagai bukti yang mendukung laporan keuangan.
Data-data tersebut sering kali ada dalam bentuk data elektronik.

Data akuntansi yang mendasari saja tidak cukup mendukung laporan keuangan auditor harus
merancang suatu prosedur audit unutk memeperoleh bukti –penguat (corroborating evidence) guna
mendukung data akuntansi yang mendasari tersebut. Dalam gambar menguraikan 7 jenis utama bukti
penguat.

2.9.1 Bukti documenter

Tipe bukti audit yang paling penting bagi auditor adalah bukti documenter. Tipe bukti audit ini di buat
dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau symbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti
documenter dapat di bagi menjadi tiga golongan :

1. Bukti documenter yang di buat oleh pihak luar yang bebas yang di kirimkan langsung kepada auditor.
2. Bukti documenter yang di buat pihak luar yang bebas di simpan dqalam arsip klien.
3. Bukti documenter yang di buat dan disimpan dalam organisasi klien.

Telah digunakan secara luas dalam auditing dan dapat di kaitkan dengan setiap tujuan audit
spesifik, tergantung pada situassi yang ada. Dokumen yang di maksud dapat berasal dari luar entitas,
dari dalam entitas dengan pengesahan atau tanda tangan dari pihak luar, atau berasal dari dalam dan
tidak beredar di luar organisasi.

2.9.2 Bukti fisik

Bukti fisik adalah bukti audit yang di peroleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva
berwujud. Tipe bukti ini pada umumnya di kumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadapa
sediaan dan kas. Pemeriksaan terhdapa surat berharga, piutang wesel, investasi jangka panjang dan
aktiva berwujud juga memerlukan bukti fisik ini.
Pemeriksaan secara fisik terhadap aktiva merupakan cara langsung untuk membuktikan kebenaran
adanya aktiva tersebut. Oleh karena itu, unutk jenis activa tertentu bukti fisik dianggap sebagai bukti
audit yang paling andal dan bermanfaat.

2.9.3 Perhitungan sebagai bukti

Perhitungan yang di lakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan
yang terdapat dalam catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang bersifat kuantitatif. Contoh
tipe bukti auit ini adalah :

1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjuumlaha vertical


2. Cross footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan tariff depresiasi yang di
gunakan oleh klien.
4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang beredar,
taksiran pajak perseroan dan lain-lain.
2.9.4 Bukti lisan

Dalam melaksanakan audit, auditor tidak berhubungan dengan angka, namun berhubungan
dengan orang, terutama para manajer. Oleh karena itu, dalam rangka mengumpulkan bukti audit,
auditor banyak meminta keterangan secara lisan. Permintaan keterangan secara lisan oleh auditor pada
karyawan kliennya tersebut akan menghasilkan informasi tertulis atau lisan. Keterangan yang di minta
oleh auditor akan meliputi masalah-masalah yang sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi
catatan dan dokumen, alas an penggunaan prisnsip akuntansi yang tidak berterima umum di Indonesia,
kemungkinan pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak tertagi, dan kemmungkinan adanya
utang bersyarat.

2.9.5 Perbandingan

Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih
intensif, auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya
dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya. Jika terdapat perubahan yang bersifat luar biasa,
diadakan penyelidikan sampai auditor memperoleh alasan yang masuk akal mengenai penyebabnya.

2.9.6 Bukti dari spesialis

Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memliki keahlian atau pengetahuan khusus
dalam bidang selain akuntansi dan auditing.
Berbagai contoh tipe masalah yang kemungkinan menurut pertimbangan auditor memerlukan
pekerjaan spesialis meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut ini:

a. Penilaian
b. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia atau kondisi.
c. Penentuan nilai yang di peroleh dengan menggunaka teknik atau metode khusus.
d. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan.
Pengaruh sirkulasi dokumen terhadap keandalan di ikhtisarkan dalam gambar.

Gambar kategori dan jenis bahan bukti

Sifat bahan bukti Standar ketiga pekerjaan lapangan

DATA AKUNTANSI YANG MENDASARI

 Buku-buku ayat jurnal awal


 Buku besar dan buku pembantu
 Pedoman akuntansi terkait
 Catatan informal dan memorandum, seperti kertas
kerja, perhitungan, dan rekonsiliasi.

INFORMASI PENGUAT

 Dokumen-dokumen seperti cek, faktur, kontrak, dan


risalah rapat.
 Konfirmasi dan penyajian tertulis lainnya
 Informasi yang di peroleh dari permintaan
BAHAN BUKTI KOMPETEN YANG
keterangan, pengamatan, inspeksi, dan pemeriksaan
MENCUKUPI
fisik.
 Informasi lain yang diperoleh atau di kembangkan
oleh auditor

Sifat dan keandalan bukti penguat

Sifat dan Keandalan Bukti


Jenis Bukti Audit Contoh
Penguat

Bukti Analitis Sifat : Perbandingan dengan Perbandingan saldo atau rasio-


harapan yang dikembangkan rasio kunci klien dengan
berdasarkan pengalaman,
anggaran, data industry, Hasil-hasil tahun yang lalu
pengetahuan tentang bisnis dan Anggaran
industry sebelumnya.  Statistic industry
 Harapan lain yang dikembangkan
Keandalan : Tergantung pada auditor
relevansi data yang digunakan
dalam mengembangkan nilai yang
diharapkan auditor.

Bukti Dokumenter Sifat : Klien seringkali memiliki Risalah rapat dewan direksi
ragam dokumen yang luas dan Laporan bank
dapat diperiksa selama audit Kontak
berlangsung.  Konosemen dengan tanda tangan
pengangkut
Keandalan : Dokumen-dokumen
 Faktur-faktur pemasok
yang berasal dari luar entitas pada
 Cek-cek yang dibatalkan
umumnya lebih dapat diandalakan
 Faktur penjualan klien
dibandingkan dengan dokumen-
dokumen yang berasal dari dalam Laporan yang dihasilkan computer
entitas. Demikian juga dengan
karakteristik dokumen, seperti
pengesahan, tanda tangan pihak
ketiga atas dokumen intern, atau
validasi dek oleh bank akan
meningkatkan keandalan suatu
dokumen intern.

Bukti Elektronik Sifat : Informasi yang dihasilkan Bukti elektronik yang diciptakan
atau dikelola secara elektronik atau diperoleh melalui media
elektronik, misalnya scanners,
Keandalan : Tergantung pada sensors, magnetic media, atau
keandalan pengendalian atas
pesan-pesan computer.
penciptaan, pemelihan, dan
kelengkapan data serta
kompetensi alat audit yang
digunakan untuk menilai bukti
elektronik.

Konfirmasi Sifat : Suatu jenis khusus bukti Konfirmasi atas :


documenter yang berbentuk
tanggapan tertulis langsung Kas keluar dan masuk bank
sesuai yang diketahui oleh pihak Piutang usaha dari pelanggan
ketiga atas permintaan spesifik Persediaan dalam gudang umum
tentang informasi yang dari gudang custodian
sebenarnya.  Hutang obligasi dari perwalian
 Persyaratan sewa guna usaha dari
Keandalan : Sangat dapat
pihak yang menyewakan (lessor)
diandalkan, namun dianggap juga
 Bagian saham biasa yang dimiliki
sebagai prosedur yang mahal.
dari pencatat saham

Bukti Matematis Sifat : Perhitungan ulang yang Menghitung ulang item-item


dilakukan oleh auditor atas angaka seperti :
dan nilai yang digunakan klien
untuk menyusun laporan Total jurnal
keuangan.  Buku besar
 Skedul pendukung
Keandalan : Pada umumnya Pembayaran minimum sewa guna
dianggap dapat diandalkan karena usaha (lease)
telah diverifikasi secara Kewajiban dana pensiun
independen oleh auditor. Secara Perhitungan EPS
relative dianggap rendah biaya. 

Bukti Fisik Sifat : Bukti yang diperoleh Pemeriksaan atas


melalui pemeriksaan fisik atau
inspeksi atas aktiva berwujud.  Penerimaan kas yang belum
disetorkan
Keandalan : Biasanya sangat Persediaan
dapat diandalkan. Namun, dapat Aktiva tetap
saja auditor yang melakukannya
tidak cukup mampu menetapkan
mutu, kondisi, atau nilai
berdasarkan bukti fisik sehingga
diperlukan bantuan seorang
spesialis.

Representasi tertulis Sifat : Pernyataan yang di  Representasi tertulis dari pakar


tantandagani oleh perorangan yang berasal dari pihak luar
yang bertanggungjawab dan di Surat representasi klien
kenal sebagai pihak yang
berkaitan dengan asersi
manajemen.

Keandalan : tergantung pada


kualifikasi, reputasi, dan
independensi dari yang membuat
pernyataan serta kemampuannya
unutk memperkuat bukti lain.

Bukti lisan  Tanggapan lisan atas permintaan


Sifat :auditor seringkali menerima
bukti lisan sebagai tanggapan atas keternagna auditor
sejumlah permintaan keterangna  Penjelasan atas perlakuan
yang di ajukan langsung kepada akuntansi atau penilaian klien atas
para pejabat dan pekerja. estimasi akuntansi

Kenadalan : kurang dapat di


andalkan dari biasanya masih
memerlukan bukti penguat
tambahan.nilai utamanya adalah
dapat mengarahkan auditor
kepada sumber bukti lainnya.

PALING DI ANDALKAN

Contoh-contoh

Pisah batas rekening


Koran bank
konfirmasi

Faktur-faktur dari pemasok laporan bank regular

Cek-cek yang dibayarkan


slip restoran bank
Tembusan faktur
penjualan permintaan
pembelian

KURANG DAPAT DIANDALKAN

KURANG DAPAT DIANDALKAN

KURANG DAPAT DIANDALKAN

Pengaruh sirkulasi terhadap keandalan bukti documenter

Dokumen yang berasal dari luar dan di kirimkan langsung kepada auditor

Dokumen yang berasal dari luar dan di simpan oleh klien

Dokumen yang berasal dari dalam dan di edarkan kepada pihak luar

dokumen yang berasal dari dalam dan tidak di edarkan kepada pihak luar

Anda mungkin juga menyukai