Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGAUDITAN I

“AUDIT PROCEDURES IN RESPONSE TO ASSESSED RISKS:


SUBSTANTIVE TESTS”

KELOMPOK 12

RISKA MARDIANG A31116026

SHINTYA ANGGRAINI A31116302

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018
MENILAI RISIKO SALAH SAJI MATERIAL
A. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENILAI RISIKO SALAH SAJI MATERIAL
1. Jenis Salah Saji Potensial
Aspek penting dari proses audit melibatkan mengenali faktor-faktor risiko dan
kemudian menghubungkan faktor-faktor risiko tersebut dengan pernyataan yang
cenderung salah saji. Faktor risiko dapat mempengaruhi potensi salah saji dalam
laporan keuangan dalam dua cara. Beberapa risiko memiliki efek luas pada laporan
keuangan dan mempengaruhi beberapa saldo akun dan pernyataan (misalnya, risiko
tingkat laporan keuangan). Faktor risiko lainnya adalah pernyataan spesifik
(misalnya, risiko tingkat asersi).
Contoh 1, 5, 8, dan 10 merupakan faktor risiko yang mungkin memiliki dampak
luas pada banyak atau semua pernyataan dalam laporan keuangan. Ini harus
meningkatkan perhatian auditor tentang risiko salah saji material di seluruh laporan
keuangan. Contoh 10, kontrol umum komputer yang lemah, dapat mempengaruhi
saldo akun dan kelas transaksi ganda, dan auditor harus waspada terhadap masalah
baik dalam transaksi rutin atau non-rutin. Contoh 5, insentif kuat yang ditawarkan
oleh manajemen untuk memenuhi target keuangan, mungkin mempengaruhi
pernyataan yang terkait dengan transaksi non-rutin, transaksi akhir kuartal, pilihan
prinsip akuntansi baru, atau estimasi akuntansi. Selain itu, auditor juga harus
waspada akan masalah dengan transaksi rutin, seperti pengakuan pendapatan.
2. Besaran Salah Saji Yang Potensial
Beberapa salah saji potensial lebih signifikan daripada yang lain. Berikut
beberapa contoh bagaimana auditor dapat mempertimbangkan besarnya salah saji
potensial dalam laporan keuangan.
 Adanya persediaan lebih signifikan bagi produsen daripada hotel atau banyak
perusahaan jasa lainnya.
 Persediaan lebih rentan terhadap pencurian untuk perhiasan daripada untuk
perusahaan kayu.
 Depresiasi aset tetap lebih signifikan untuk produsen kertas daripada untuk biro
iklan.
 Kelengkapan pendapatan yang belum diterima lebih signifikan bagi perusahaan
peranti lunak daripada untuk tempat penjualan pengecer.
Waktu dan sumber daya audit terbatas. Auditor perlu mengalokasikan lebih
banyak perhatian audit pada pernyataan yang dapat memiliki efek material potensial,
secara individu atau secara keseluruhan, pada laporan keuangan.
3. Kemungkinan Salah Saji Material
Setelah auditor mengidentifikasi risiko kemungkinan salah saji material, auditor
juga harus mempertimbangkan seberapa besar kemungkinannya. Setelah auditor
mengidentifikasi berbagai risiko bisnis, risiko bawaan, dan risiko kecurangan yang
dapat mempengaruhi laporan keuangan, ia harus mempertimbangkan kecukupan
sistem pengendalian internal. Misalnya, toko perhiasan ritel sering menunjukkan
barang di etalase toko dan display yang sangat berharga. Karena meningkatnya
risiko pencurian, barang-barang ini sering ditampilkan dalam display terkunci
selama jam buka toko, dan biasanya disimpan dalam brankas ketika toko ditutup.
Pengecer lain, dengan barang berharga lebih sedikit di etalase toko dan display, akan
meninggalkan barang-barang di etalase toko selama jam ketika toko ditutup karena
kecilnya risiko pencurian. Semakin besar efektivitas pengendalian yang dilakukan
perusahaan, semakin kecil kemungkinan terjadinya salah saji material.

B. MENENTUKAN RISIKO DETEKSI


Auditor menggunakan model risiko audit untuk menghubungkan bukti yang diperoleh
dari prosedur penilaian risiko tentang risiko bawaandan pengendalian risiko, termasuk
risiko kecurangan, untuk keputusan tentang risiko deteksi. Ingat bahwa risiko deteksi
adalah risiko bahwa auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam
sebuah pernyataan. Selanjutnya, ingat bahwa terlepas dari apakah auditor memilih untuk
menggunakan pernyataan kuantitatif atau non-kuantitatif dari tingkat risiko, risiko
deteksi yang direncanakan ditentukan berdasarkan hubungan yang dinyatakan dalam
model berikut:
𝐴𝑅
DR = 𝐴𝑃 × 𝑇𝐷 =
𝐼𝑅 × 𝐶𝑅

Di mana:

DR : Detection Risk

AP : Analytical Procedures Risk

TD : Test of Details Risk


AR : Audit Risk

IR : Inherent Risk

CR : Control Risk

Model ini menunjukkan bahwa untuk tingkat risiko audit tertentu (AR) yang
ditentukan oleh auditor, risiko deteksi (DR) berbanding terbalik dengan tingkat risiko
bawaan (IR) dan risiko pengendalian (CR) yang ditentukan yang ditentukan oleh
prosedur penilaian risiko . Risiko deteksi yang direncanakan adalah dasar untuk tingkat
tes substantif yang direncanakan. Selain itu, risiko deteksi dapat dipecah menjadi risiko
prosedur analitis dan uji risiko detil. Pada akhirnya, auditor harus merencanakan dan
melakukan kombinasi prosedur analitis dan menguji rincian untuk membatasi risiko
deteksi ke tingkat yang sesuai. Sebelum membuat keputusan tentang pengujian
substantif, auditor harus menentukan apakah tingkat tes substantif yang direncanakan
dan risiko deteksi terencana yang terkait perlu direvisi.
Auditor harus membandingkan tingkat jaminan aktual atau tingkat akhir yang
diperoleh dari prosedur penilaian risiko dengan tingkat risiko bawaan dan risiko
pengendalian yang direncanakan. Jika tingkat risiko yang dinilai terakhir sama dengan
tingkat risiko yang direncanakan, auditor dapat melanjutkan untuk merancang tes
substantif khusus berdasarkan pada strategi audit awal. Jika tidak, tingkat pengujian
substantif harus direvisi sebelum merancang tes substantif khusus untuk mengakomodasi
tingkat deteksi risiko yang dapat diterima yang dapat direvisi.

PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF


A. MELAKUKAN PROSEDUR AUDIT LEBIH LANJUT
Tahap III audit melibatkan pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut. Ini mungkin
termasuk melakukan prosedur penilaian risiko lebih lanjut, tes kontrol, dan pengujian
substantif. Auditor cenderung melakukan prosedur penilaian risiko lebih lanjut ketika
bukti yang diperoleh selama audit tidak mengkonfirmasi penilaian risiko sebelumnya.
Tes kontrol biasanya dilakukan ketika klien telah menempatkan kontrol yang efektif
dalam operasi (lihat Bab 11). Bab ini berfokus pada desain tes substantif. Bagian berikut
membahas:
 Perbedaan antara tes kontrol dan tes substantif.
 Bagaimana teknologi informasi dan perangkat lunak audit umum dapat digunakan
untuk mendukung pengujian substantif.
 Pilihan audit dalam desain tes substantif.
 Pertimbangan khusus dalam desain tes substantif.

B. PERBANDINGAN UJI PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF


Dua aspek penting dalam melakukan prosedur audit lebih lanjut dalam pengumpulan
bukti audit termasuk membuat keputusan tentang campuran tes kontrol dan pengujian
substantif. Bab ini berfokus pada pilihan audit terkait pengujian substantif, Gambar 12-4
memberikan perbandingan perbedaan antara tes kontrol dan pengujian substantif. Setelah
bagian ini, bab ini memeriksa pilihan audit terkait pengujian substantif.

C. MENGGUNAKAN TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG


PENGUJIAN SUBSTANTIF
Ketika klien menggunakan teknologi informasi untuk aplikasi akuntansi yang
signifikan, auditor memiliki kesempatan untuk menggunakan paket perangkat lunak
audit untuk membuat audit lebih efektif dan lebih efisien. Selain menggunakan teknik
audit yang berbantuan komputer untuk tes kontrol, perangkat lunak audit telah
dikembangkan untuk berbagai macam aplikasi pengujian substantif. Bagian berikut
menjelaskan perangkat lunak audit umum dan menjelaskan berbagai cara di mana
perangkat lunak ini dapat digunakan dalam menyempurnakan pengujian substantif.
1. Perangkat Lunak Audit Umum
Perangkat lunak audit umum adalah perangkat lunak auditor yang dapat digunakan
untuk menganalisis dan menguji file komputer klien. Dengan demikian, itu diangkut
dari satu klien ke yang lain. Paket-paket ini tersedia dengan biaya moderat dari vendor
perangkat lunak (misalnya, Idea dan ACL), AICPA, dan perusahaan CPA yang
menggunakan paket mereka sendiri yang dikembangkan secara internal. Perangkat
lunak audit umum memungkinkan auditor untuk menangani secara efektif dengan
sejumlah besar data. Ini juga memungkinkan auditor untuk mengurangi
ketergantungan pada personel TI klien. Auditor mungkin dapat mengurutkan file
besar seperti file pembelian dan memilih transaksi yang menarik untuk pemeriksaan
lebih lanjut. Hanya itu ketersediaan file data klien dan kecerdikan auditor membatasi
penggunaan perangkat lunak audit umum dalam audit. Perangkat lunak ini dapat
dirancang untuk melakukan hampir semua prosedur audit yang mungkin dilakukan
oleh auditor secara manual.
2. Rekonsiliasi Data Audit Detail dengan Buku Besar
Langkah pertama yang penting melibatkan memperoleh catatan rinci dari klien dan
menguji data untuk memastikan bahwa data pendukung sesuai dengan buku besar
umum, Auditor sering mendapatkan file seperti file piutang atau file inventaris untuk
klien dalam bentuk elektronik. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah untuk
memastikan bahwa rincian yang mendasari sesuai dengan catatan akuntansi. Auditor
sering memperoleh file anak perusahaan yang dapat diterima dari klien yang
digunakan auditor untuk menyiapkan konfirmasi. Jika file memiliki tanggal selain
akhir bulan, yang tidak sesuai dengan buku besar akhir bulan klien, kemungkinan
auditor akan mengirimkan konfirmasi dalam jumlah yang salah. Ini dapat
mengakibatkan pelanggan mengonfirmasi bahwa saldo termasuk kesalahan, padahal
tidak. Oleh karena itu, langkah pertama yang penting melibatkan penggunaan
perangkat lunak audit umum untuk total informasi rinci dan untuk membandingkan
total kontrol ke buku besar (pada tanggal sementara) atau jumlah laporan keuangan
(pada akhir tahun).
3. Memilih dan Mencetak Sampel Audit
Komputer dapat diprogram untuk memilih sampel audit sesuai kriteria yang
ditentukan oleh auditor. Sampel-sampel ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan.
Rekening piutang pelanggan individu dapat dipilih untuk konfirmasi, atau auditor
mungkin tertarik untuk mendapatkan daftar semua barang melebihi jumlah uang
tertentu. Dalam hal permintaan konfirmasi, komputer juga dapat digunakan untuk
mencetak surat konfirmasi serta amplop. Auditor juga mungkin menggunakan
perangkat lunak audit umum untuk sampel barang yang kemungkinan mengandung
kesalahan. Misalnya, ketika mengaudit biaya inventaris yang diproduksi, auditor
dapat mengambil sampel biaya yang telah berubah lebih dari 10% dari audit
sebelumnya. Harga yang telah berubah Secara signifikan mungkin memiliki risiko
kesalahan yang lebih tinggi daripada harga yang stabil.
4. Perhitungan Pengujian dan Membuat Perhitungan
Penggunaan umum komputer yang lain adalah untuk menguji akurasi perhitungan
dalam file data yang dapat dibaca mesin. Pengujian ekstensi, pijakan, atau
perhitungan lain dapat dilakukan. Kuantitas persediaan dapat diperpanjang oleh biaya
unit dan jumlah persediaan dihitung kembali. Auditor mungkin dapat menggunakan
data klien untuk menghitung ulang umur piutang piutang. Karena kecepatan
pemrosesan komputer, jenis rekomputasi ini dapat dengan mudah dilakukan pada
seluruh populasi audit.
5. Menguji Populasi Keseluruhan
Perangkat lunak audit umum memungkinkan auditor untuk menyaring seluruh
populasi daripada mengandalkan prosedur pengambilan sampel. Auditor mungkin
menguji cadangan kerugian piutang dengan menggunakan perangkat lunak audit
umum untuk mengembangkan payment history untuk setiap pelanggan. Perangkat
lunak audit umum memungkinkan auditor untuk dengan cepat mengembangkan
catatan waktu dari pengiriman ke penerimaan pembayaran untuk setiap transaksi
penjualan. Dengan cara yang sama, auditor dapat memindai file inventaris abadi
untuk mencari persediaan yang lambat bergerak. Jenis informasi ini dapat sangat
membantu ketika menguji perkiraan akuntansi.
6. Meringkas Data dan Melakukan Analisis
Auditor sering menginginkan agar data klien direorganisasi dengan cara yang
sesuai dengan tujuan khusus. Misalnya, auditor mungkin ingin menentukan item
persediaan yang lambat, saldo debet dalam hutang dagang, atau rekening yang jatuh
tempo sebelumnya piutang. Demikian pula, dalam melakukan prosedur analitis, audit
atau mungkin memanfaatkan komputer untuk menghitung rasio yang diinginkan,
mengekstraksi data non finansial dari database klien untuk perbandingan dengan data
keuangan, atau melakukan analisis regresi statistik dan prosedur analitis.

D. PILIHAN AUDIT DALAM DESAIN PENGUJIAN SUBSTANTIF


Tes substantif adalah bagian penting dari proses memperoleh bukti bukti yang cukup
kompeten sebagaimana yang dipersyaratkan oleh standar kerja lapangan ketiga.
Pengujian substantif memberikan bukti tentang kewajaran dari setiap pernyataan laporan
keuangan yang signifikan, atau mereka dapat mengungkapkan kesalahan moneter atau
salah saji dalam pencatatan atau pelaporan transaksi dan saldo. Auditor harus membuat
keputusan tentang sifat, pengaturan waktu, jangkauan, dan kepegawaian pengujian
substantif dalam rangka untuk memiliki dasar yang wajar bagi pendapat tentang laporan
keuangan klien. Setiap pilihan ini dibahas di sini, termasuk bagaimana penilaian risiko
yang melekat dan kontrol mempengaruhi pilihan-pilihan ini.
1. Sifat Pengujian Substantif
Sifat uji substantif mengacu pada jenis dan efektivitas prosedur audit yang harus
dilakukan. Ketika tingkat deteksi risiko yang dapat diterima rendah, auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif. Ketika tingkat deteksi risiko yang dapat
diterima tinggi, prosedur yang kurang efektif dan lebih murah dapat digunakan.
Prosedur Awal
Beberapa jenis prosedur awal dilakukan sebelum melanjutkan ke tes substantif
lainnya. Pertama, auditor harus memiliki pemahaman substansi ekonomi dari
transaksi yang harus diaudit. Misalnya, ketika mengaudit piutang dan pendapatan,
penting untuk memahami sifat produk yang dijual. Ini mungkin masalah sederhana
menjual barang. Pada saat yang sama, auditor perlu waspada terhadap tanda-tanda
transaksi yang secara efektif merupakan penjualan konsinyasi. Namun, dalam
organisasi perangkat lunak, penjualan mungkin merupakan kombinasi dari menjual
perjanjian lisensi dan layanan konsultasi yang terkait dengan menyesuaikan produk
dengan kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini ada kemungkinan bahwa semua
pendapatan tidak dapat diakui sekaligus. Demikian pula, klien dapat menerbitkan
saham preferen yang dapat ditebus yang secara hukum merupakan transaksi ekuitas,
tetapi dalam substansi ekonomi itu adalah transaksi utang dan harus dilaporkan
sebagai utang pada neraca.
Prosedur awal penting lainnya adalah melacak saldo awal dalam buku besar ke
saldo yang diaudit dalam laporan keuangan tahun sebelumnya. Ini penting untuk
menguji kelengkapan dan keakuratan data yang mendasari catatan akuntansi. Selain
itu, auditor biasanya akan memperoleh informasi elektronik yang terperinci tentang
saldo akun seperti buku besar pembantu piutang dagang, persediaan abadi, atau buku
besar pembantu utang dagang. Adalah penting bahwa saldo-saldo rinci ini
dijumlahkan dan disepakati dengan buku besar umum sebelum melanjutkan dengan
pekerjaan audit lainnya. Jika tidak, auditor dapat mengaudit informasi yang salah.
Dua prosedur awal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam audit pertama
kali adalah (1) menentukan kepatutan saldo akun pada awal periode yang diaudit, dan
(2) memastikan prinsip akuntansi yang digunakan dalam periode sebelumnya sebagai
dasar untuk menentukan konsistensi penerapan prinsip-prinsip tersebut pada periode
berjalan. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan mengacu pada kertas kerja dari
auditor pendahulu. Dalam keterlibatan berkelanjutan, prosedur ini dapat diselesaikan
dengan mengacu pada kertas kerja tahun sebelumnya.
Prosedur Analitik Substantif
Prosedur analitis dapat digunakan dalam tahap pengujian audit sebagai uji
substantif untuk mendapatkan bukti tentang pernyataan tertentu. Dalam beberapa
kasus, mereka digunakan sebagai suplemen untuk tes detail. Prosedur analitis dapat
digunakan sebagai tes substantif utama ketika risiko inheren moderat atau rendah.
Namun, prosedur analitis substantif tidak boleh digunakan sebagai tes utama untuk
pernyataan dengan risiko inheren yang signifikan.
Untuk banyak asersi, prosedur analitis substantif yang membandingkan hubungan
yang masuk akal antara data keuangan dan nonkeuangan dapat menjadi tes substantif
yang efektif. Standar audit yang diterima secara umum menyatakan bahwa auditor
harus mempertimbangkan hal-hal berikut saat merancang prosedur analitis substantif:
 Kesesuaian dengan prosedur analitis substantif yang diberikan asersi.
 Keandalan data, baik internal maupun eksternal, dari mana harapan jumlah atau
rasio yang tercatat dikembangkan.
 Apakah harapan cukup tepat untuk mengidentifikasi salah saji material pada
tingkat jaminan yang diinginkan.
 Jumlah selisih jumlah tercatat dari nilai yang diharapkan yaitu diterima.
Peningkatan pemahaman tentang entitas dan lingkungannya biasanya akan
membantu auditor merancang prosedur analitik dengan hubungan yang lebih dapat
diprediksi yang, pada gilirannya, memberikan bukti yang lebih efektif.
Untuk asersi risiko inheren yang tinggi, prosedur analitis substantif dianggap
kurang efektif daripada pengujian detail. Namun dalam kasus lain; sebaliknya
mungkin benar. Sebagai contoh, perbandingan pembayaran agregat kepada pemasok
dengan barang yang diterima dapat mengindikasikan pembayaran berlebihan yang
mungkin lebih sulit dideteksi dengan menguji transaksi individual. Demikian pula,
perbandingan gaji agregat dengan jumlah karyawan yang dipekerjakan mungkin lebih
siap menunjukkan pembayaran tidak sah daripada yang mungkin dengan tes transaksi.
Dalam beberapa kasus di mana prosedur analitis substantif efektif, mereka juga dapat
menambah efisiensi audit. Misalnya, untuk perusahaan umum dan perusahaan kabel,
jumlah pendapatan yang relatif kecil ditagih dan dikumpulkan dari ribuan pelanggan
setiap bulan. Pengujian detail dari transaksi pendapatan bervolume tinggi dan bernilai
rendah ini akan sangat membosankan dan mahal. Di sisi lain, pendapatan dalam kasus
seperti itu sering dapat diperkirakan dengan tingkat presisi yang adil menggunakan
variabel independen seperti jumlah pelanggan, tarif penagihan untuk berbagai jenis
layanan, dan data suhu (untuk utilitas listrik dan gas). Untuk klien perusahaan kabel,
auditor dapat menggandakan data tentang jumlah rata-rata pelanggan untuk setiap
jenis layanan yang ditawarkan oleh biaya bulanan untuk layanan tersebut kali 12
untuk memperkirakan total pendapatan untuk tahun tersebut. Estimasi saldo
pendapatan auditor kemudian dapat dibandingkan dengan saldo yang dilaporkan
sebagai bagian dari bukti yang digunakan dalam menentukan apakah pendapatan
dinyatakan secara wajar. Dalam kasus lain, hubungan yang diharapkan dari satu saldo
akun ke akun lainnya dapat digunakan. Misalnya, total biaya komisi penjualan
biasanya dapat diperkirakan dari total pendapatan penjualan daripada dengan
memeriksa rincian entri ke komisi penjualan. Berikut ini adalah beberapa contoh
tambahan tentang bagaimana prosedur analitik mungkin efektif dalam mengaudit
laporan laba rugi. Perhatikan bahwa dalam setiap kasus ini auditor membutuhkan data
yang dapat diandalkan tentang aktivitas bisnis yang mendasarinya.
Ketika hasil dari prosedur analitis substantif sesuai dengan harapan, dan tingkat
risiko deteksi yang dapat diterima untuk pernyataan itu tinggi, mungkin tidak perlu
melakukan tes perincian. Dengan demikian, pertimbangan 'harus diberikan sejauh
mana prosedur ini dapat berkontribusi untuk mencapai tingkat deteksi risiko yang
dapat diterima sebelum memilih tes rincian. Ketika mengevaluasi risiko deteksi
keseluruhan, sering biaya yang efisien untuk mendapatkan penilaian akhir untuk
risiko prosedur analitis sebelum melakukan tes rincian.
Pengujian Rincian atas Transaksi
Pengujian detil transaksi terutama berupa penelusuran (tracing) dan pencocokan ke
dokumen pendukung (voucbing). Pengujian dilakukan auditor terutama untuk
menentukan kesalahan jumlah rupiah, bukan pada penyimpangan atas pengendalian.
Penelusuran berguna dalam pengujian atas pelaporan terlalu rendah (understatement),
sedangkan pencocokan ke dokumen terutama ditunjukkan untuk menemukan
pelaporan terlalu tinggi (overstatement). Hasil pengujian digunakan untuk menarik
kesimpulan tentang saldo rekening yang bersangkutan. Pengujian biasanya dilakukan
dengan menggunakan dokumen-dokumen yang terdapat dalam arsip klien. Efektivitas
pengujian tergantung pada prosedur dan dokumen yang digunakan. Efisiensi biaya
akan tercapai bila auditor melaksanakan pengujian berbarengan dengan pengujian
pengendalian yang disebut pengujian bertujuan ganda. Kekurangan dari pengujian ini
adalah banyaknya waktu yang tersita, lebih mahal bila dibandingkan dengan review
analistsis, akan tetapi metode ini masih lebih murah jika dibandingkan dengan
pengujian detil atas saldo-saldo.
Pengujian Rincian atas Saldo-Saldo
Pengujian detil atas saldo-saldo dilakukan untuk mendapatkan bukti secara
langsung tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada masing-masing pendebetan
atau pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut. Efektivitas pengujian
tergantung pada prosedur yang digunakan dan bukti yang diperoleh. Keefektifan
pengujian ini juga bergantung pada prosedur tertentu yang dilakukan dan jenis bukti
yang diperoleh. Berikut digambarkan bagaimana efektivitas pengujian saldo dapat
disesuaikan guna memenuhi tingkat risiko deteksi yang berbeda untuk penilaian atau
alokasi asersi kas di bank:
Risiko deteksi Pengujian Rincian atas Saldo
Tinggi Menscan rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan
menverifikasi ketepatan matematis atas rekonsiliasi tersebut
Sedang Review rekonsiliasi bank yang disiapkan klien dan
menverifikasi pos-pos rekonsiliasi yang penting serta
ketepatan matematis rekonsiliasi tersebut.
Rendah Siapkan rekonsiliasi bank dengan menggunakan laporan
bank yang diperoleh dari klien dan dilakukan verifikasi pos-
pos rekonsiliasi yang penting serta ketepatan matematisnya.
Sangat rendah Meminta laporan bank langsung dari bank, menyiapkan
rekonsiliasi bank, dan melakukan verifikasi pada seluruh
pos-pos rekonsiliasi serta ketepatan matematisnya.

Pengujian rincian atas estimasi akuntansi


Estimasi akuntansi Merupakan perkiraan elemen laporan keuangan, item, atau
akun atas tidak adanya pengukuran yang tepat. Biasanya meliputi pengujian atas
saldo, tetapi selalu memerlukan bukti yang unik. Estimasi akuntansi biasanya meliputi
elemen prospektif yang signifikan. Pertimbangan diperlukan dalam pembuatan
estimasi akuntansi yang mempunyai dampak yang signifikan terhadap laporan
keuangan perusahaan. Tujuan auditor dalam mengevaluasi estimasi akuntansi adalah
untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk memberikan kepastian yang
layak.
Dalam AU 342.07 disebutkan bahwa tujuan auditor pada waktu mengevaluasi
estimasi akuntansi adalah memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa:
 Semua estimasi akuntansi yang dapat material bagi laporan keuangan telah
ditetapkan
 Estimasi akuntansi tersebut masuk akal dalam kondisi yang bersangkutan
 Estimasi akuntansi disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
diungkapakn secara memadai
Pengujian rincian atas pengungkapan
Pengujian rincian pengungkapan adalah pengujian untuk mengevaluasi
kelengkapan, keberadaan dan hak dan kewajiban, penilaian dan alokasi, dan
pemahaman klasifikasi pengungkapan. Sebagian besar auditor akan menguji
kelengkapan pengungkapan dengan bantuan keputusan seperti daftar periksa
pengungkapan. Daftar periksa pengungkapan ini biasanya disusun berdasarkan saldo
akun atau topik pelaporan keuangan dan memberikan ringkasan rinci tentang jenis
pengungkapan yang diperlukan oleh GAAP. Dalam proses menyelesaikan audit,
orang-orang di tim audit harus melengkapi daftar periksa pengungkapan dan
membandingkan pengungkapan yang ada dengan potensi pengungkapan yang
diperlukan dalam laporan keuangan.
Menguji keberadaan dan hak dan kewajiban, penilaian dan alokasi, dan pernyataan
klasifikasi yang terkait dengan pengungkapan laporan keuangan biasanya melibatkan
pengujian langsung dari pengungkapan, seperti kontrak pembacaan, pemberian
informasi kepada informasi transaksi yang mendasarinya, membenarkan informasi
dengan pihak ketiga di luar, dan melakukan kalkulasi ulang. Dalam beberapa kasus,
seperti pengungkapan terkait dengan program pensiun manfaat pasti, auditor dapat
menggunakan laporan spesialis (aktuaris) untuk mendapatkan cukup, bukti yang
kompeten. Auditor biasanya akan mengevaluasi pemahaman pengungkapan
menggunakan penilaian profesional untuk mengevaluasi kejelasan pengungkapan dan
bagaimana pengungkapan dibandingkan dengan pengungkapan serupa lainnya dalam
laporan keuangan lainnya.
2. Merespon Risiko Bawaan yang Signifikan
Ketika auditor mengidentifikasi risiko sebagai risiko bawaan yang signifikan,
auditor harus merespon dengan pengujian rincian transaksi dan/atau saldo. Auditor
juga dapat menggabungkan pegujian rincian transaksi atau saldo dengan prosedur
analitik yang secara khusus responsif terhadap risiko. Jika auditor mengandalkan
kontrol internal untuk memodifikasi sifat, waktu, atau tingkat tes audit, maka auditor
harus mendapatkan bukti tentang. operasi yang efektif dari pengendalian internal
selama periode audit saat ini. Oleh karena itu, auditor biasanya akan mengaudit
pengakuan pendapatan dengan melakukan pengujian transaksi untuk mengevaluasi
kelayakan pengakuan pendapatan yang diberikan rincian spesifik transaksi. Auditor
mungkin akan lebih memusatkan perhatian pada pengakuan pendapatan untuk
transaksi kompleks dengan beberapa kiriman daripada transaksi sederhana yang
terkait dengan pengiriman barang.
3. Waktu Pengujian Substantif
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima bisa berpengaruh pula pada saat
pengujian substantif. Bila risiko deteksi tinggi pengujian bisa dilakukan beberapa
bulan seblum akhir tahun, apabila risiko deteksi rendah pengujian substantif akan
dilakukan pada tanggal akhir tahun atau mendekati akhir tahun.
4. Pengujian Substantif Sebelum Tanggal Neraca
Auditor bisa melakukan pengujian substantif atas detil suatu rekening pada tanggal
interim. Keputusan untuk melakukan pengujian sebelum tanggal neraca harus
didasarkan pada pertimbangan apakah auditor dapat :
 Mengendalikan bertambahnya risiko audit bahwa salah saji yang material akan
ada dalam akun tersebut pada tanggal neraca namun tidak dapat dideteksi oelh
auditor. Risiko tersebut semakin besar jika periode waktu yang tersisa antara
tanggal pengujian interm dan tanggal neraca diperpanjang.
 Mengurangi biaya untuk melaksanakan pengujian substantif pada akhir tahun.
SAS No.45 meyebutkan bahwa kondisi-kondisi yang bisa berpengaruh pada
pengendalian risiko :
 Struktur pengendalian intern selama periode tersisa cukup efektif
 Tidak terdapat keadaan atau kondisi yang mempengaruhi manajemen untuk
membuat salah saji dalam laporan keuangan selama periode tersisa.
 Saldo rekening akhir tahun yang diperiksa pada tanggal interim bias diprediksi
secara masuk akal, baik mengenai jumlah, hubungan signifikan, maupun
komposisinya.
 Sistem akuntansi klien akan memberi informasi mengenai transaksi tak biasa yang
signifikan yang mungkin terjadi pada periode tersisa.
Pengujian substantif sebelum tanggal neraca tidak meninggalkan kebutuhan akan
pengujian substantif pada tanggal nereca. Pengujian untuk periode tersisa harus
mencakup :
 Perbandingan saldo rekening-rekening pada dua tanggal untuk mengidentifikasi
jumlah-jumlah yang nampak tidak biasa dan menyelidiki atas jumlah-jumlah
tersebut.
 Prosedur analisis lain atau pengujian substantif detil lainnya untuk mendapatkan
dasar yang layak untuk memperluas kesimpulan audit interim ke tanggal neraca.
5. Luas Pengujian Substantif
Auditor bisa menentukan jumlah bukti yang harus diperoleh dengan mengubah
luas pengujian substantif yang dilakukan. ‘’Luas’’ dalam praktik mengandung arti
banyaknya item ada besarnya sampel yang dilakukan pengujian atau diterapkan
prosedur tertentu. Penentuan sampel secara statistik dalam pengujian substantif dapat
dilakukan untuk membantu auditor dalam menentukan ukuran sampel yang
diperlukan untuk mencapai suatu tingkat risiko deteksi.
6. Pemilihan Staf
AU 230, Due Profesional Care in the Performance of Work (SAS No. 1)
menyebutkan bahwa auditor harus menetapkan tugas dan supervise yang sepadan
dengan tingkat pengetahuan, keahlian, dan kemampuan mereka sehingga mereka
dapat mengevaluasi bukti audit yang sedang mereka uji.
7. Ringkasan hubungan antara komponen risiko audit dan sifat, waktu, serta luas
pengujian substantif
Gambar 1: hubungan antara komponen risiko audit, dan sifat, waktu dan luas
pengujian substantif

E. PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM MERANCANG PENGUJIAN


SUBSTANTIF
Ketika membuat keputusan audit tentang desain pengujian substantive, auditor
akan menentukan apakah beberapa pertimbangan khusus relevan untuk merancang
pengujian substantif untuk jenis akun yang dipilih. Berikut dua pertimbangan khusus:
(1) hubungan antara neraca pengauditan dan laporan laba rugi, dan (2) implikasi dari
transaksi pihak terkait.
1. Neraca Pengauditan dan AkunLaba Rugi
Secara tradisional, asersi saldo akun berfokus pada neraca, dan asersi transaksi
berfokus pada laporan laba rugi dan laporan arus kas. Namun, ketika melakukan
pengujian asersi saldo akun, auditor sering belajar tentang penyajian yang wajar dari
transaksi. Auditor belajar tentang terjadinya penjualan ketika menguji keberadaan
piutang. Berikut ini adalah contoh akun yang terhubung bersama. Ketika auditor
mengaudit asersi saldo akun, auditor juga memperoleh informasi tentang asersi kelas
transaksi untuk akun-akun ini.
Akun-akun Neraca Akun laporan laba rugi terkait
Piutang usaha Penjualan
Persediaan Harga Pokok Penjualan
Beban dibayar di muka Berbagai beban terkait
Investasi Pendapatan investasi
Aktiva tetap Beban penyusutan
Hutang dan beban yang masih harus dibayar Berbagai beban terkait
Kewajiban berbunga Beban bunga

2. Akun yang Melibatkan Transaksi Pihak Terkait


Standar audit yang diterima umum (AU 334) menyatakan bahwa auditor harus
mengidentifikasi transaksi pihak terkait dalam perencanaan audit. Contoh transaksi
pihak terkait termasuk transaksi dengan perusahaan afiliasi, entitas yang investasinya
dipertanggungjawabkan atas metode ekuitas, pemilik utama, dan manajemen. Jenis-
jenis transaksi ini menjadi perhatian auditor karena tidak dapat dilaksanakan dengan
dasar arms length. Misalnya, beberapa salah saji material dalam laporan keuangan
Enron terkait dengan akuntansi untuk transaksi di mana Andrew Fastow, CFO,
menegosiasikan kedua sisi transaksi.
Tujuan auditor dalam mengaudit transaksi pihak terkait adalah untuk memperoleh
bukti nyata mengenai tujuan, sifat, dan tingkat transaksi ini dan efeknya pada laporan
keuangan. Bukti harus melampaui penyelidikan manajemen. AU 334.09, pihak
terkait, menunjukkan bahwa pengujian substantif harus:
 Mendapatkan pemahaman tentang tujuan bisnis dari transaksi.
 Memeriksa faktur, salinan perjanjian, kontrak, dan dokumen terkait lainnya, seperti
menerima laporan dan dokumen pengiriman.
 Menentukan apakah transaksi telah disetujui oleh dewan direksi atau pejabat lain
yang sesuai.
 Menguji kewajaran kompilasi jumlah yang akan diungkapkan, atau
dipertimbangkan untuk pengungkapan, dalam laporan keuangan.
 Mengatur audit saldo akun antar perusahaan yang akan dilakukan pada tanggal
bersamaan, bahkan jika tahun fiskal berbeda, dan untuk pemeriksaan transaksi
pihak terkait yang ditentukan, penting, dan perwakilan oleh auditor untuk masing-
masing pihak, dengan pertukaran yang sesuai dari informasi yang relevan.
 Memeriksa atau mengkonfirmasi dan memperoleh kepuasan terkait pengalihan dan
nilai jaminan (value of collateral).
Dalam mengaudit transaksi pihak terkait yang teridentifikasi, auditor tidak
diharapkan untuk menentukan apakah suatu transaksi tertentu akan terjadi jika kedua
pihak tidak terkait atau berapa harga dan jangka waktu pertukarannya. Th! auditor
diperlukan, bagaimanapun, untuk menentukan substansi ekonomi dari transaksi pihak
terkait dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan.

MENGEMBANGKAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN


SUBSTANTIF
A. KERANGKA KERJA UMUM UNTUK MENGEMBANGKAN PROGRAM
AUDIT UNTUK PENGUJIAN SUBSTANTIF
Keputusan auditor mengenai desain pengujian substantif diperlukan untuk
didokumentasikan dalam kertas kerja dalam bentuk program audit tertulis (AU 311.09).
program audit adalah daftar prosedur audit yang harus dilakukan. Kerangka umum untuk
mengembangkan program audit harus mencapai dua tugas, yaitu harus menggambarkan
sifat prosedur yang harus dilakukan, dan harus memastikan bahwa bukti audit diperoleh
untuk semua asersi laporan keuangan (tujuan audit).
1. Sifat Prosedur yang Akan Dilakukan
Program audit biasanya mengungkapkan sifat pengjian audit. Keputusan tentang
waktu, luas, dan kepegawaian prosedur audit biasanya didokumentasikan dalam
kertas kerja audit itu sendiri. Tujuan dari program audit adalah untuk menunjukkan
sifat pengujian yang dilakukan. Program audit substantif diatur sesuai dengan sifat
pengujian substantif, yang terdiri atas:
a) Prosedur awal
b) Prosedur analitis substantive
c) Pengujian rincian transaksi
d) Pengujian rincian saldo
e) Pengujian rincian estimasi akuntansi
f) Pengujian rincian pengungkapan
Selain daftar prosedur audit, program audit harus memiliki kolom untuk (1)
referensi silang ke kertas kerja lain yang berisi bukti yang diperoleh dari setiap
prosedur, (2) inisial auditor yang melakukan setiap prosedur dan (3) tanggal
pelaksanaan prosedur telah selesai.
Dalam prakteknya, auditor memiliki pandangan yang berbeda tentang tingkat
detail yang akan ditampilkan dalam program audit. Misalnya, rincian tertentu dari
desain sampel, termasuk ukuran sampel, untuk berbagai pengujian dapat ditunjukkan
pada program audit itu sendiri atau, di kertas kerja pendukung yang cross-referenced
pada program audit. dalam hal apapun, program audit harus cukup rinci untuk
memberikan:
 Garis besar pekerjaan yang harus dilakukan.
 Dasar untuk mengkoordinasi, mengawasi, dan mengendalikan audit.
 Catatan tentang pekerjaan yang dilakukan.
2. Mengatasi Semua Asersi
Akhirnya, penting bahwa setiap program audit substantif mencakup semua asersi
laporan keuangan yang relevan. Tujuan audit sangat membantu karena tujuan audit
yang berbeda biasanya memerlukan pengujian yang berbeda. Kerangka kerja ini juga
memastikan bahwa auditor merencanakan pengujian audit untuk setiap asersi dalam
laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai