Nim : 19043141
• Besarnya penghapusan atau salah saji informasi akuntansi yang, dengan memperhi-
tungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandal-kan
informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salahsaji
tersebut.
Karena bertanggung jawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara ma-terial,
auditor harus, berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu kepada klien
sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi. Jika klien menolak untuk mengoreksilaporan keuangan
itu, auditor harus mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar,
trgantung pada seberapa material salah saji tersebut. Agar dapat melakukan penentuan semacam
itu, auditor bergantung pada pengetahuan yang mendalam mengenai penerapan konsep
materialitas.
Standar auditing mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam laporan
keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang mengembangkan
strategi audit secara keseluruhan. Kami menyebut keputusan ini sebagaipertimbangan
pendahuluan tentang materialitas (preliminary judgement about materiality)karena, meskipun
merupakan pendapat professional, hal itu mungkin saja berubah selamapenugasan.
Pertimbangan ini harus didokumentasikan dalam file audit.
Jika auditor telah memiliki pertimbangan awal tentang tingkat materialitas tiap segmen,
pertimbangan tersebut akan sangat membantu auditor dalam memutuskan bukti audit apa yang
tepat untuk dikumpulkan.
Ada tiga kesulitan utama dalam upaya mengalokasikan tingkat materialitas ke akun-akun
neraca yaitu:
➢ Baik salah saji lebih, maupun salah saji kurang harus tetap dipertimbangkan.
Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat ker-tas
kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam suatu
akun dapat dibedakan menjadi dua jenis: salah saji yang diketahui dan salah saji yang mungkin.
Salah saji yang diketahui (known misstatement) adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya
dapat ditentukan oleh auditor. Sebagai contoh, ketika mengaudit property, pabrik, dan peralatan,
auditor mungkin mengidentifikasi lease peralatan yang dikapitalisasi, padahal seharusnya
dibebankan karena merupakan lease operasi. Sementara itu, salah saji yang mungkin (likely
misstatement) terbagi lagi menjadi dua jenis. Jenis yang pertama adalah sa- lah saji yang berasal
dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang es- timasi saldo akun.
Contohnya adalah perbedaan estimasi penyisihan untuk piutang tak ter- tagih atau kewajiban
garansi. Jenis yang kedua adalah proyeksi alah saji berdasarkan pen- gujian auditor atas sampel
dari suatu populasi. Sebagai contoh, asumsikan auditor menemukan enam salah saji yang
dilakukan oleh klien dalam sampel yang terdiri atas 200 barang ketika menguji biaya persediaan.
5. Model Risiko Audit yang Dapat Diterima
Model Risiko Audit untuk Perencanaan Standar auditing mengharuskan auditor menilai
risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan ser-ta tingkat
asersi yang relevan bagi kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan. Dengan demikian,
referensi atas tujuan audit meliputi asersi untuk kelas transksi, saldo, serta presen- tasi dan
pengungkapan. Auditor menangani risiko dalam merencanakan pengumpulan bukti audit terutama
dengan menerapkan model risiko audit. Model ini akan diperkenalkan di sinidan dibahas secara
lebih mendalam nanti di bab ini. Model risiko audit membantu auditor memutuskan seberapa
banyak dn jenis bukti apa yang harus dikumpulkan dalam setiap si- klusnya. Model ini biasanya
dinyatakan sebagai berikut:
PDR = AAR
IR x CR
Di mana:
Ilustrasi yang Berkaitan dengan Risiko dan Bukti Auditor juga akan mempertimbangkan
perbedaan tingkat risiko dari berbagai tujuan audit dalam setiap kelas transaksi. Sebagai con-toh,
risiko yang berkaitan dengan eksistensi penjualan mungkin lebih besar dari risiko yang berkaitan
dengan akurasi penjualan.
Masing-masing dari keempat risiko dalam model risiko audit cukup penting untuk diba- has
secara terinci. Bagian ini akan membahas secara singkat keempatnya untuk menyajikan
gambaran umum tentang risiko ini. Risiko audit yang dapat diterima dan risiko inheren akan
dibahas secara terinci nanti dalam bab ini.
Risiko Deteksi yang Direncanakan Adalah risiko bahwa bukti audit untuk suatu tujuan au- dit
akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi materialitas kinerja. Ada dua hal penting yang
harus diketahui tentang risiko deteksi yang direncanakan. Risiko deteksi yang di- rencanakan
tergantung pada tiga faktor lain dalam model risiko audit. Risiko ini akan berubahhanya jika
auditor mengubah salah satu dari faktor-faktor model risiko. Risiko deteksi yang direncanakan
menetukan jumlah bukti substantif yang direncanakan akan dikumpulkan audi- tor, yang besarnya
berlawanan dengan risiko deteksi yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang direncanakan
dikurangi, auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk men- capai rencana pengurangan
risiko itu.
Risiko Inheren Mengukur penilaian auditor atas kerentanan asersi salah saji yang material,
sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal. Jika auditor menyimpulkan bahwa
kemungkinan besar akan ada salah saji, dengan mengabaikan pengendalian internal,auditor akan
menyimpulkan bahwa risiko inheren adalah tinggi. Risiko inheren berbanding terbalik dengan
risiko deteksi yang direncanakan dan bersifat langsung dengan bukti.
Risiko Pengendalian (control risk) Mengukur penilaian auditor mengenai risiko bahwa salahsaji
yang material akan terjadi dalam suatu arsesi dan tidak dapat dicegah atau terdeteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal klien. Asumsikan auditor menyimpulkan bah- wa pengendalian
internal sama sekali tidak efektif untuk menv=cegah atau mendeteksi salah saji.
Risiko Audit yang Dapat Diterima (acceptable audit risk) Adalah ukuran kesediaan auditor
untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah
audit selesai, dan pendapat wajara tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Apabila au- ditor
memutuskan risiko audit yang dapat diterima lebih rendah, auditor ingin lebih yakin bahwa
laporan keuangan tidak disalahsajikan secara material.
Perbedaan Antara Risiko-risko dalam Model Risiko Audit Ada perbedaan mencolok
meyangkut bagaimana auditor menilai keempat faktor risiko dalam model risiko audit. Untuk
risiko audit yang dapat diterima, auditor memutuskan risiko yang bersedia diambil kantor akuntan
publik bahwa laporan keuangan disalahsajikan setelah audit selesai, berdasarkan faktor-faktor
yang terkait dengan klien tertentu. Contoh klien di mana auditor bersedia menerima risiko yang
snagat kecil (risiko audit yang dapt diterima yang rendah) adalah untukpenawaran saham perdana
kepada masyarakat. Risiko inheren dan risiko pengendalian didasarkan pada ekspektasi atau
prediksi auditor mengenai kondisi klien. Contoh risiko in- heren yang tinggi adalah persediaan
yang belum terjual stelah dua tahun. Sementara contoh risiko pengendalian yang rendah adalah
pemisahan tugas yang memadai antara penyimpanan aset dan akuntansi. Auditor tidak bisa
mengubah kondisi klien ini, tetapi hanya bisa menilai kemungkinannya.
Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi suatu auditselama
perncanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko penugasan dan kemudian menggunakan
risiko penugasan ini untuk memodifikasi risiko audit yang dapat diterima.
Dampak Risiko Penugasan terhadap Risiko Audit yang Dapat Diterima Risiko Penugasan
(engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau kantor akuntan publik akan menderita
kerugian setelah audit selesai, wlaupun laporan audit sudah benar. Sebagai contoh,jika klien
mengumumkan kepailitan setelah audit selesai, kemungkinan diajukannya gugatanhukum
terhadap kantor akuntan publik sangatlah besar, meskipun mutu audit itu baik. Per- hatikan bahwa
para auditor berbeda pendapat apakah risiko penugasan harus dipertim- bangkan dalam
perencanaan audit. Mereka yang menentang memodifikasi bukti untuk risiko penugasan
berpndapat bahawa auditor tidak memberikan pendapat audit pada tingkat assur- ance yang
berbeda, sehingga tidak perlu memberikan assurance yang lebih tinggi atau lebih rendah hanya
karna adanya risiko penugasan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Audit yang Dapat diterima Apabila audi- tor
memodifikasi bukti untuk risiko penugasan, hal itu dilakukan melalui pengendalian risikoaudit
yang dapat diterima yang cukup rendah memang selalu diinginkan, tetapi dalam be- berapa situasi
bahkan diperlukan risiko yang lebih jauh lebih rendah karena faktor-faktor risi-ko penugasan.
Hasil riset menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi risiko penu- gasan dan, karenanya,
mempengaruhi juga risiko audit yang dpat diterima. Dari
faktor faktor tersebut hanya tiga yang dibahaa disini: derajat ketergantungan pemakai ek-sternal
pada laporan keuangan, kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keu- angan setelah
laporan audit dikeluarkan, serta integritas manajemen.
Pencantuman risiko inheren pada model risiko audit adalah salah satu konsep terpenting
dalam auditing. Hal tersebut menyiratkan bahwa auditor harus berupaya memprediksi di ma-na
salah saji yang paling besar dan paling kecil mungkin terjadi dalam segmen-segmen laporan
keuangan. Informasi ini akan mempengaruhi jumlah bukti yang harus dikumpulkan auditor,
penugasan staf, dan riview atas dokumentasi audit.
✓ Sifat Bisnis Klien, Risiko inheren untuk akun-akun tertentu mempengaruhi oleh sifat
bisnis klien.
✓ Hasil Audit Sebelumnya, Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat
saja terjadi lagi dalam audit tahun berjalan, karena banyak jenis salah saji bersi-fat
sistematis, dan organisasi sering kali lamban dalam mengadakan perubahan untuk
menhilangkan salah saji tersebut.
✓ Penugasan Awal versus Penugasan Berulang, Auditor akan memperoleh pengalaman dan
pengetahuan tentang kemungkinan salah saji setelah mengaudit klien selama be- berapa
tahun.
✓ Pihak Terkait, Transaksi antara perusahaan induk dan perusahaan anak, serta antara
manajemen dan entitas perusahaan, adalah contoh transaksi dengan pihak terkait se-
bagaimana didefenisikan oleh standar akuntansi.
✓ Transaksi Nonrutin atau Kompleks, Transaksi-transaksi yang tidak biasa bagi klien,atau
melibatkan kontrak yang panjang dan kompleks, lebih besar kemung- kinannya dicatat
secara salah ketimbang transaksi rutin karena klien sering kali belumberpengalaman
mencatat transaksi nonrutin itu.
✓ Pertimbangan yang Diperlukan untuk Mencatat Saldo Akun dan Transaksi dengan Tepat,
Banyak saldo akun seperti investasi tertentu yang dicatat pada nilai wajar, penyisihan
untuk piutang tak tertagih, persediaan yang usang, kewajiban pembayarangaransi,
penggantian aset besar-besaran versus penggantian persial, serta cadangan kerugian
pinjaman bank, memerlukan estimasi dan banyak pertimbangan manajemen.
✓ Unsur-unsur Populasi, Setiap item-item yang membentuk total populasi sering kalijuga
mempengaruhi ekspektasi auditor mengenai salah saji yang material.
PENGENDALIAN INTERNAL DAN RISIKO
6. Pengujian Pengendalian
Auditor akan menggunakan 4 jenis prosedur untuk mendukung keefektifan
pelaksanaan pengendalian internal. Keempat jenis prosedur itu adalah sebagai berikut:
➢ Mengajukan pertanyaan kepada klien yang tepat. Walaupun pengajuan pertanyaan
bukan merupakan sumber bukti yang sangat andal tentang pelaksanaan pengendalian
yang efektif, prosedur ini masih sesuai. Sebagai contoh, untuk menentukan bahwa
personil yang tidak berwenang tidak diberi akses ke file komputer, auditor dapat
mengajukan pertanyaan kepada orang yang mengendalikan library komputer dan
kepada orang yang mengendalikan pemberian kata sandi kemanan akses online.
➢ Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan. Banyak pengendalian yang meninggalkan
jejak yang jelas berupa bukti pengendalian. Sebagai contoh, anggaplah bahwa ketika
pesanan pelanggan diterima, pesanan itu digunakan untuk membuat pesanan
penjualan pelanggan, yang dikreditnya telah disetujui.
➢ Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian. Beberapa pengendalian tidak
meninggalkan jejak bukti, yang berarti di kemudian hari tidak mungkin memeriksa
bukti bahwa pengendalian itu telah dilaksanakan. Sebagai contoh, pemisahan tugas
mengandalkan orang0orang tertentu yang melaksanakan tugas khusus, dan biasanya
tidak ada dokumentasi mengenai pelaksanaan tugas yang terpisah itu.
➢ Melaksanakan kembali prosedur klien. Ada juga aktivitas yang terkait dengan
pengendalian yang memiliki dokumen dan catatan, tetapi isinya tidak mencukupi
untuk mengakomodasi tujuan auditor menilai apakah pengendalian telah berjalan
secara efektif. Sebagai contoh, asumsikan bahwa harga pada faktur penjualan didapat
secara otomatis dari file induk daftar harga, tetapi tidak ada indikasi bahwa
pengendalian terotomasi itu didokumentasikan pada faktur penjualan.
1. JENIS-JENIS KECURANGAN
Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang
disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Dalam konteks
audit atas laporan keuangan, kecurangan didefenisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang
disengaja. Dua kategori yang utama adalah pelaporan keuangan yang curang danpenyalahgunaan
aset.
Pelaporan Keuangan yang Curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau
pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan itu. Sebagian besar
kasus melibatkan salah saji jumlah yang disengaja, bukan pengungkapan. Sebagai contoh,
WorldCom diberitakan telah mengapitalisasi miliaran dolar sebagai aset tetap, yang seharusnya
dibebankan. Pengabaian jumlah kurang lazim dilakukan, tetapi perusahaan dapat saja
melebihsajikan laba dengan mengabaikan utang usaha dan kewajiban lainnya. Meskipun
kebanyakan kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan upaya melebihsajikan laba – entah
dengan melebihsajikan aset dan laba atau dengan mengabaikan kewajiban dan beban, perusahaan
juga sengaja merendahsajikan laba. Pengaturan laba (income smoothing) merupakansalah satu
bentuk pengaturan laba di mana pendapatan dan beban ditukar-tukar di antara
periode-periode untuk memgurangi fluktuasi laba.
Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang dan
penyalahgunaan aset diuraikan dalam SAS 99 (AU 316). Ketiga kondisi ini disebut sebagai
segitiga kecurangan (fraud triangle).
1. Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan
untukmelakukan kecuranga.
2. Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai
untukmelakukan kecurangan.
3. Sikap/Rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang
membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur,
atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka
merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.
3. MENGUKUR RISIKO KECURANGAN
Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan.
Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisisme profesional ketika mempertimbangkan
serangkaian informasi yang luas, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk
mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan.
Skeptisisme Profesional Standar auditing menyatakan bahwa dalam melaksanakan
skeptisisme profesional (professional skepticisme), auditor “tidak mengasumsikan bahwa
manajemen tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan kejujuran absolut”. Sebagian besar
auditor tidak akan pernah menemui kecurangan yang material selama kariernya. Selain itu,
melalui prosedur evaluasi atas penerimaan dan kelanjutan klien, auditor menolak sebagian besar
calon klien yang dianggap tidak memiliki kejujuran dan integritas.
• Pikiran yang Selalu Mempertanyakan Standar auditing menekankan agar
mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa mempedulikan
bagaimana keyakinan auditor tentang kemungkinan kecurangan serta kejujuran
danintegritas manajemen.
• Evaluasi Kritis atas Bukti Audit Ketika mengungkapkan informasi atau kondisi
lainyang mengidentifikasi bahwa mungkin telah terjadi salah saji yang material
akibat kecurangan, auditor harus menyelidiki permasalahannya secara mendalam,
memperoleh bukti tambahan sebagaiman yang diperlukan, dan berkonsultasi
dengan anggota tim lainnya.
➢ Komunikasi di antara Tim Audit Standar auditing mewajibkan tim audit mengadakan
diskusiuntuk berbagi wawasan di antara anggota tim audit yang lebih berpengalaman serta
untuk “curah pendapat” menyangkut hal-hal berikut ini.
1. Bagaimana dan di mana menurut keyakinan mereka laporan keuangan entitas
mungkin rentan terhadap salah saji yang material akibat kecurangan. Ini
harus mencakup pertimbangan tentang faktor-faktor eksternal dan internal
yang sudahdiketahui yang mempengaruhi entitas dan mungkin:
• Menimbulkan insentif atau tekanan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan.
• Membuka kesempatan dilakukannya kecurangan.
• Mengindikasikan budaya atau lingkungan yang memungkinkan
manajemenmerasionalisasi tindakan kecurangan.
Budaya Jujur dan Etika yang Tinggi Hasil riset menunjukkan bahwa cara yang paling
efektif untuk mencegah dan menghalangi kecurangan adalah mengimplementasikan progam serta
pengendalian antikecurangan, yang didasarkan pada nila-nilai inti yang dianut perusahaan.
Menetapkan Tone at the Top Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk
menetapkan “tone at the top” terhadap perilaku etis dalam perusahaan. Kejujuran dan integritas
manajemen akan memperkuat kejujuran serta integritas karyawan di seluuh organisasi.
Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat Agar berhasil mencegah
kecurangan, perusahaan yang dikelola dengan baik mengimplementasikan kebijakan penyaringan
yang efektif untuk mrngurangi kemungkinan mempekerjakan dan mempromosikanorang-orang
yang tingkat kejujurannya rendah, terutama yang akan menduduki jabatan penting.
Pelatihan Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi perusahaan menyangkut
perilaku etis pegawai. Pegawai harus diberi tahu tentang tugasnya untuk menyampaikan
kecurangan aktual atau yang dicurigai serta cara yng tepat untuk menyampaikannya.
Disiplin Pegawai harus mengetahui bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban jika
tidak mengetahui kode perilaku perusahaan.
Pengawasan oleh Komite Audit Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi
pelaporan keuangan serta proses pengendalian internal organisasi. Komite audit jugamembantu
menciptakan “tone at the top” yang efektif tentang pentingnya kejujuran dan perilakuetis dengan
mendukung toleransi nol manajemen terhadap kecurangan. Sebagai contoh, untuk meningkatkan
kemungkinan bahwa setiap upaya oleh manajemen senior untuk melibatkan pegawai dalam
melakukan atau menutupi kecurangan dapat segera terungkap, pengawasan harusmencakup:
• Pelaporan langsung temuan-temuan penting oleh audit internal kepada komite audit.
• Laporan periodik oleh pejabat etika tentang whistleblowing.
• Laporan lain tentang tidak adanya perilaku etis atau kecurangan yang dicurigai.
Memeriksa Ayat Jurnal dan Penyesuaian Lainnya untuk Mencari Bukti Salah Saji
yangMungkin Akibat Kecurangan Kecurangan sering kali timbul dari penyesuaian
jumlah yangdilaporkan dalam laporan keuangan, meskipun pengendalian internal yang ada
berjalan efektifselama proses pencatatan selebihnya. Dibeberapa organisasi manajemen
mengguakan perangkat lunak spreadsheet untuk melakukan penyesuaian atas informasi
keuangan yang dihasilkan oleh sisitem akuntansi. Penyesuaian “top-side” ini telah
digunakan untuk memanipulasi laporan keuangan.
Mereview Estimasi Akuntansi untuk Mengetahui Adanya Bias Pelaporan keuangan yang
curang sering kali dicapai dengan sengaja menyalahsajikan estimasi akuntansi. Standar auditing
mengaruskan auditor untuk memperhitungkan potensi bais manajemen keteika mereview estimasi
tahun berjalan. Sebagai contoh, estimasi manajemenmungkin terpusat pada batas atas rentang
jumlah yang dapat diterima pada tahun sebekumnya, dan dalam tahun berjalan
terpusat pada batas bawah.
Mengevaluasi Dasar Pemikiran Bisnis untuk Transaksi Tidak Biasa yang
Signifikan
Standar
auditing lebih berfokus pada pemahaman yang melandasi dasar pemikiran bisnis untuk transaksi
tidak biasa yang signifikan, yang mungkin berada di luar lini bisnis normal perusahaan
ketimbang
yang disyaratkan pada tahun-tahun sebelumnya. Sebagai contoh, perusahaan dapat melakukan
transaksi pembiayaan untuk menghindari plaporan kewajiban dalam neraca. Auditor harus
menentukan apakah perlakuan akuntansi untuk setiap transaksi yang tidak biasa sudah tepat
dalam situasi itu, dan apakah informasi tentang tarnsaksi itu telah diungkapkan secara memadai
dalam laporan keuangan
6. BAGIAN-BAGIAN RISIKO KECURANGAN YANG SPESIFIK
Tergantung pada industri klien, akun-akun tertentu sangat rentan terhadap manipulasi atau
pencurian. Namun, sekalipun auditor dipersenjatai dengan pengetahuan tentang tanda-tanda
peringatan ini, kecurangan tetap sangat sulit dideteksi. Akan tetapi, pengetahuan tentang tanda
tanda peringatan serta teknik pendeteksian kecurangan lainnya akan meningkatkan
kemungkinan auditor mengidentifikasi salah saji akibat kecurangan.
Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang atas Pendapatan Sebagai konsekuensi dari seringnya
kecurangan dalam pelaporan keuangan yang melibatkan pengakuan pendapatan. Ada beberepa
alasan yang membuat pendapatan renta terhadap manipulasi. Alasan yang terpenting adalah bahwa
pendapatan hamoir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan laba-rugi, sehingga satu salah
saji yang hanya merupakan persentase yang kecil dari pendapatan masih bisaberdampak besar
terhadap laba. Tiga jenis utama manipulasi pendapatan adalah:
1. Pendapatan Fiktif
2. Pengakuan pendapatan prematur
3. Manipulasi atas penyesuaian pendapatan
Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang untuk Persediaan Persediaan fiktif telah menjadi
pusat dari beberapa kasus besar pelaporan keuangan yang curang. Walaupun auditor diharuskan
memverifikasi eksitensi persedian fisik, pengujian audit tetap dilakukan atas dasar sampel, dan
biasanya tidak semua lokasi persediaan diuji.
Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang Untuk Utang Usaha Perusahaan mungkin
melakukan upaya yang disengaja untuk mengurangsajikan utang usaha dan melebih sajikanlaba.
Hal ini dapat dicapai dengan tidak mencatat utang usaha sampai periode berikutnya, atau dengan
mencatat penurunan fiktif utang usaha.
Tanggung Jawab Lain Apabila Dicurigai Ada Kecurangan Apabila auditor curiga
bahwamungkin ada kecurangan, standar auditing mengaharuskan auditor memperoleh bukti
tambahan untuk menentukan apakah kecurangan yang material memang sudah terjadi.
Analisis Perangkat Lunak Audit Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak audit
seperti
ACL atau IDEA untuk menentukan apakah mungkin ada kecurangan. Sebagai contoh,
perangkatlunak dapat digunakan untuk mencari transaksi pendapatan fiktif dengan
menyelidiki nomor faktur penjualan duplikat atau dengan merekonsiliasi database faktur
penjualan dengan
database catatan pengiriman, untuk memastikan bahwa semua penjualan didukung oleh
buktipengiriman. Auditor juga memakai alat bantu spreadsheet dasar, seperti Exel, untuk
melaksanakan prosedur analitis pada tingkat disagregat.
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PROSES AUDIT
Sebagian besar entitas, termasuk perusahaan keluarga berukuran kecil, mengandalkan TI untuk
mencatat dan memroses transaksi bisnis. Akibat kemajuan TI yang luar biasa, perusahaan yang
relative kecil pun bahkan menggunakan komputer pribadi dengan perangkat lunak akuntansi
diproses. Ini mengurangi kesalahan manusia yang sering terjadi dalam pemrosesan
transaksi secara manual.
➢ Tersedianya informasi yang bermutu lebih tinggi. Aktivitas TI yang kompleks
biasanya
dikelola secara efektif karena kerumitan itu memerlukan organisasi, prosedur, dan
dokumentasi yang efektif. Ini biasanya mnghasilkan informasi yang bermutu lebih tinggi
bagi manajemen, jauh lebih cepat dari sistem manual. Setelah merasa yakin atas
keandalan informasi yang dihasilkan oleh TI, manajemen cenderung menggunakan
Meskipun TI dapat meningkatkan pengendalian internal perusahaan, hal itu juga dapat
mempengaruhi risiko pengendalian perusahaan secara keseluruhan. Banyak risiko dalam
sistem manual dapat dikurangi dan dalam beberapa kasus malah dihilangkan. Jika sistem TI
gagal, organisasi dapat lumpuh karena tidk mampu mendapatkan kembali informasi atau
menggunakan informasi yang tidak andal karena kesalahan pemrosesan. Risiko ini
meningkatkan kemungkinan salah saji yang material dalam laporan keuangan. Risiko khusus
pada sistem TI meliputi:
Risiko pada Perangkat Keras dan Data Meskipun TI memberikan manfaat pemrosesan yang
signifikan, hal itu juga menciptakan risiko yang unik dalam melindungi perangkat keras dan
data, termasuk potensi munculnya jenis kesalahan baru.
Jejak Audit yang Berkurang Salah saji mungkin tidak terdeteksi dengan meningkatnya
penggunaan TI akibat hilangnya jejak audit yang nyata, termasuk berkurangnya keterlibatan
manusia. Selain itu, komputer juga menggantikan jenis otorisasi tradisional dalam banyak
sistem TI.
Kebutuhan akan Pengalaman Ti dan Pemisahan Tugas TI Sistem TI mengurangi pemisahan
tugas tradisional (otorisasi, pembukuan, dan penyimpanan) dan menciptkan kebutuhan akan
pengalaman TI tambahan.
Karena bertanggung jawab untuk memahami pengendalian internal, auditor harus mengetahui
tentang pengendalian umum dan pengendalian aplikasi, tanpa memperhatikan apakah sistem
TI klien kompleks atau sederhana. Bagi auditor perusahaan publik yang harus menerbitkan
pendapat mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan, pengetahuan tentang
pengendalian umum dan aplikasi sangatlah penting.
➢ Pengaruh Pengendalian Umum terhadap Risiko Pengendalian Auditor harus
mengevaluasi keefektifan pengendalian umum sebelum mengevaluasi pengendalian
aplikasi. Pengendalian umum mempunyai pengaruh pervasive terhadap keefektifan
pengendalian aplikasi, sehingga auditor harus mengevaluasi terlebih dahulu
pengendalian tersebut sebelum mnyimpulkan apakah pengendalian aplikasi sudah
efektif.
➢ Pengaruh Pengendalian Umum terhadap Aplikasi Keseluruh Sistem
Pengendalian umum yang tidak efektif akan menimbulkan potensi salah saji yang
material pada semua aplikasi sistem, tanpa memperhatikan mutu dari setiap
pengendalian aplikasi. Dipihak lain, jika pengendalian umum dianggap sudh efektif,
auditor akan sangat bergantung pada pengendalian aplikasi. Kemudian auditor dapat
menguji pengendalian aplikasi menyangkut keefektifan operasinya dan mengandalkan
hasilnya untuk mengurangi pengujian substantif.
➢ Pengaruh Pengendalian Umum terhadap Perubahan Perangkat Lunak Jika klien
mengganti perangkat lunak aplikasi, hal itu akan mempengaruhi ketergantungan
auditor pada pengendalian terotomatisasi. Namun bagi perusahaan yang pengendalian
umumnya lemah, mungkin sulit untuk mengidentifikasi perubahan perangkat lunak.
Akibatnya, apabila pengendalian umum dianggap lemah, auditor harus
mempertimbangkan pelaksanaan pengujian pengendalian aplikasi selama audit tahun
berjalan.
➢ Pengaruh Pengendalian TI terhadap Risiko Pengendalian dan Pengujian
Substantif Berdasarkan pengendalian dan defisiensi tersebut, auditor menilai risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit yang berkaitan. Pendekatan yang sama juga
digunakan apabila pengendalian dilakukan dalam lingkungan TI.
➢ Pengaruh Pengendalian TI terhadap Pengujian Substantif Setelah
mengidentifikasi pengendalian aplikasi khusus yang dapat digunakan untuk
mengurangi risiko pengendalian, auditor lalu mengurangi pengujian substantive.
Karena pengendalian aplikasi yang terotomatisasi bersifat sistematis, hal itu akan
memungkinkan auditor mengurangi ukuran sampel yang digunakan untuk menguji
pengendalian tersebut baik dalam audit laporan keuangan maupun audit pengendalian
internal atas laporan keuangan.
Dalam mengembangkan suatu rencana audit secara keseluruhan, auditor menggunakan lima
jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
✓ Prosedur Penilaian Risiko. Penilaian ini dilaksanakan untuk menilai risiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan. Auditor melaksanakan pengujian
pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian
atas rincian saldo sebagai respons terhadap penilaian auditor atas risiko salah saji
yang material. Sebagian besar prosedur penilaian risiko auditor dilakukan untuk
memahami pengendalian internal.
✓ Pengujian Pengendalian. Pemahaman auditor atas pengendalian internal digunakan
untuk menilai resiko pengendalian bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi. Apabila kebijakan dan prosedur pengendalian dianggap telah dirancang
secara efektif, auditor akan menilai risiko pengendalian pada tingkat yang
mencerminkan keefektifan relatif pengendalian tersebut. Untuk mendapatkan bukti
tepat yang mencukupi guna mendukung penilain itu, auditor melaksanakan pengujian
pengendalian.
✓ Pengujian Substansial atas Transaksi. Pengujian substantif adalah prosedur yang
dirancang untuk menguji salah saji dolar (salah saji moneter) yang secara langsung
mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Auditor dapat mengandalkan pada
tiga jenis pengujian substantif: pengujian substantif atas transaksi; prosedur
analitis;dan pengujian rincian saldo.
Pengujian substantif atas transaksi, digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap kelas transaksi. Dua dari
tujuan untuk transaksi penjualan itu adalah ada transaksi penjualan (tujuan keterjadian) dan
transaksi penjualan yang ada telah dicatat (tujuan kelengkapan). Jika yakin bahwa semua
transaksi telah dicatat dengan benar dalam jurnal dan diposting dengan benar, dengan
mempertimbangkan keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor dapat
yakin bahwa total buku besar sudah benar. Auditor dapat melaksanakan pengujian
pengendalian secara terpisah dari semua pengujian lainnya, tetapi sering kali lebih
efesien melakukannya secara bersamaandengan pengujian substantif atas transaksi.
• Prosedur analitis melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan harapan yang
dikembangkan oleh auditor. Dua tujuan paling penting dari prosedur ini dalam
mengaudit saldo akun adalah: menunjukkan salah saji yang mungkin dalam
laporan
keuangan; dan memberikan bukti substantif. Apabila auditor mengembangkan
ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa saldo
akhir akun tertentu mungkin diabaikan atau ukuran sampel dikurangi. Standar
auditing menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan jenis pengujian substantif,
apabiladilaksanakan untuk memberikan bukti tentang saldo akun.
• Pengujian rincian saldo berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca
maupun laporan laba-rugi. Penekanan utamanya dalam sebagian besar pengujian
rincian saldo adalah pada neraca. Pengujian atas saldo akhir ini sangat oenting karena
bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen dengan klien, dan dianggap
sangat dapat dipercaya. Pengujian rincian saldo dapat membantu dalam menetapkan
kebenaran moneter akun-akun yang berhubungan dan karenanya merupakan
pengujian substantif.
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan beberapa jenis
bukti audit (konfirmasi,dokumentasi,dan seterusnya).Kita dapat melakukan beberapa
pengamatanberikut mengenai tabel tersebut.
• Makin banyak jenis bukti yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan untuk
memujipeperincian saldo dibandingkan untuk setiap jenis pengujian lamanya.
• Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
• Tanya jawab dengan klien dilkukan untuk setiap jenis pengujian.
• Dokumentasi digunakan untuk setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis.
• Pengerjaan ulang digunakan untuk setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis, dengan
satu pengecualian.
• Penghitungan ulang digunakan untuk memverfikasi akurasi metematis atas transaksi ketika
dilakukan pengujian substansi transaksi dan saldo akun ketika melakukan akun pengujian
atas perincian saldo.
Didalam PSA 07 SA 326 dan PSA 69 SA 319 memberikan panduan mengenai entitas
menyebarkan, memproses, dan menyimpan atau mengakses informasi penting secara
elektronik. Standart audit mmengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul
dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko
deteksi hingga ketingkat yang dapat diterima dengan dengan hanya melakukan pengujian
substantif. Jika ada pemasukan atau perubahan informasi yang tidak tepat dapat berisiko
besar jika informasi tersebut hanya disimpan dalam bentuk elektronik. Maka kondisi
seperti ini auditor
harus melakukan pengujian pengendlaian untuk mendapatkan bukti yang mendukung
tingkatt risiko pengendalian yang dinilai berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi
laporan keuangan yang terpengaruhi.
Pengujian pengendalian otomatis atau data, diperlukan teknik audit yang dibantu oleh
komputer atau menggunakan lapoaran yang dihasilkan oleh teknologi informasi untuk
menguji efektivitas pengendalian umum teknologi informasi untuk menguji efektivitas
pengendalian umum teknologi informasi untuk menguji efektivitas pengendalian uum
teknologi informasi seperti pengendalian untuk perubahan program dan pengendalian atas
akses. Ketika auditor menguji pengendalian manual pada laporan yang dihasilkan oleh
teknologi informasi, auditor mempertimbangkan baik efektivitas hasil penelahaahan
manajemen mauapun pengendalian terhadap akurasi informasi dalam laporan tersebut.
4. Bukti gabungan
Untuk mendapatkan bukti yang tepat serta memadai untuk menghadapi resiko, auditor
menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian (Bukti Gabungan / Evidence Mix).
2. Analisis Audit 2 : Auditor dapat melakukan pengujian atas semua jenis pengujian sedang
kecuali untuk prosedur analitis substantif secara meluas. Perlu pengujian yang luas yang
dibutuhkan jika risiko bawaan khusus ditemukan.
3. Analisis Audit 3 : Keputusan manajemen dalam pengendlaian internal yang lebih baik
memakan biaya yang cukup besar. Tidak ada pengujian dalam pengendalian internal ketika
pengendalian tidak efektif untuk perusahaan nonpublik. Penekanan yang dilakukan pada
pengujian terperinci saldo dan pengujian subtantif transaksi serta beberapa prosedur analitis
substantif juga dilakukan. Biaya audit kemungkinan akan menjadi relatif tinggi karena
jumlah pengujian subtantif yang lebih terperinci.
4. Analisis Audit 4 : Rencana awal audit mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit
2. Kemungkinan auditor menemukan deviasi uji pengendalianyang luasdan salah saji yang
signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif.
Pengujian terperinci saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya
yang tidak dapat diterima dengan biaya audit yang besar karena pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi dilakukan namun tidak dapat digunakan untuk mengurangi
pengujian terperinci saldo.
5. Merancang program audit
Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan yang
tepat pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit spesifik untuk setiap jenis
pengujian harus dirancang. Prosedur Audit ini kemudian digabungkan untuk membentuk
suatu program audit. Setelah bukti gabungan disetujui, auditor yang bertugas menyiapkan
program audit atau memodifikasi program yang sudah ada untuk memenuhi semua tujuan
audit. Auditor tersebut harus mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas,bukti gabungan,
risiko bawaaan, risiko pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan lainnya.
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi biasanya termasuk
bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman terhadap pengendalian internal yang
didapatkan selama melakukan prosedur penilaian risiko.
4. Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-masing tujuan audit
terkait transaksi, merancang pengujian substantif transaksi yang tepat, dengan
mempertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal dan ekspektasi
hasil pengujian pengendalian
Ilustrasi program audit
Standar audit mengharuskan auditor untuk menggunakan program tertulis. Format yang
digunakan mengaitkan prosedur audit dengan tujuan audit terkait saldo. Perhatikan bahwa
sebagian besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan, dan bahwa lebih dari satu prosedur
audit digunakan untuk setiap tujuan. Prosedur audit dapat ditambahkan atau dihapuskan jika
dipandang perlu oleh auditor. Untuk sebagian besar prosedur audit, ukuran sampel, unsur
yang dipilih serta pemilihan waktu juga dapat diubah.
Program audit seringkali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana adalah dengan
magnetik program audit dalam program pengolahan kata dan penyimpanannya dalam arsip
dari tahun yang satu ketahun yang berikutnya untuk memfasilitasi perubahan dan
pemutakhiran. Pendekatan yang lebih canggih adalah dengan menggunakan perangkat lunak
audit yang membantu auditor berfikir melalui pertimbangan rencana dan memilih prosedur
yang tepat dari suatu basis data prosedur audit. Prosedur-prosedur tersebut kemudian
diorganisasikan ke dalamsuatu program audit.
Sebelumnya telah kita bahas pengujian terperinci saldo harus dirancang untuk memenuhi
tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun dan keluasan pengujian tersebut dapat dikurangi
ketika tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi dengan melalui pengujian pengendalian
atau pengujian substantif. Ketika semua tujuan audit terkait transaksi sudah terpenuhi,
auditor akan tetap lebih mengandalkan pengujian substantif saldo untuk memenuhi tujuan
audit terkaitsaldo berikut ini
• Nilai realisasi
Pengujian substantif saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit terkait saldo
lainnya, bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi.
Beberapa istilah terkait bukti telah digunakan dalam beberapa bab sebelumnya. Untuk
membedakan dan memahami masing-masing istilah tersebut berikut penjelasan singkat.
Fase Proses Audit (Phase Of The Audit Process) empat fase proses audit dalam kolom
pertama merupakan cara yang mendasar dimana suatu audit disusun, sebagaimana
digambarkan menunjukkan komponen-komponen kunci terhadap keempat fase dalam
proses pengauditan ini.
Tujuan Audit (Audit Objectives) merupakan tujuan-tujuan dalam suatu pengauditan yang
harus terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu kelompok transaksi atau
saldo akun sudah disajikan secara wajar. Terdapat enam tujuan terkait transaksi, delapan
tujuan terkait saldo dan empat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan.
Jenis-Jenis Pengujian (Types of Test) lima jenis pengujian audit yang dibahas
sebelumnya yang digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan telah
disajikan secara wajar dimasukkan dalam kolom ketiga pada tabel tersebut. Prosedur analitis
digunakan difase III dan fase IV. Prosedur analitis perencanaan juga dilakukan sebagai
bagian dari prosedur penilaian risiko difase I. Prosedur analitis juga diperlukan saat
penyelesaian audit, yang menjadi penyebab mengapa prosedur analitis ini dimasukkan ke
fase IV.
Keputusan Bukti (Evidence Decisions) empat subkategori keputusan yang dibuat oleh
auditor dalam pengumpulan bukti audit dimasukkan dalam kolom keempat tabel tersebut.
Kecuali prosedur analitis, keempat keputusan bukti tersebut diterapkan disetiap jenis
pengujian.
transaksi.
Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai untuk
menentukan apakah saldo akhir catatan-catatan kaki dalam laporan keuangan telah
disajikan
dengan wajar. Sifat dan keluasan pekerjaan akan sangat bergantung pada temuan-temuan
daridua fase sebelumnya. Dua ketegori umum dalam prosedur difase III adalah:
2. Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk menguji salah saji
moneter dalam saldo-saldo akun dilaporan keuangan.
Setelah tiga fase pertama di selesaikan , auditor harus mengumpulkan bukti tambahan
terkait dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, ikhtisar hasil, penerbitan laporan audit
danmelakukan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.
Selain bukti yang didapatkan dari setiap siklus selama fase I dan fase II dan untuk
setiap akun selama fase III, auditor harus mendapatkan bukti berikut untuk laporan
keuangan secara keseluruhan selama fase penyelasaian.
Jenis laporan audit yang akan diterbitkan bergantung pada bukti yang dikumpulkan
dan temuan-temuan auditnya. Komunikasi Dengan Komite Audit Dan Manajemen
Auditor diharuskan untuk mengomunikasikan setiap kekurangan dalam
pengendalian internal yang signifikan pada komite audit atau manajemen senior. Standar
audit juga mengharuskan auditor untuk mengomunikasikan beberapa hal pada mereka
yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan seperti pada komite
audit atau badan yang sejenis menjelang penyelesaian audit dan sesegera mungkin.