Anda di halaman 1dari 23

1

MODUL PERKULIAHAN

P552110005
AKUNTANSI
KEUANGAN
KONTEMPORER

Tantangan Kontemporer di
Bidang Audit

Abstrak Sub-CPMK

Modul ini membahas CPMK 5, Sub-CPMK 11.


Tantangan Kontemporer dalam Mahasiswa mampu mengidentifikasi,
Audit. memahami, menjelaskan, serta
mengevaluasi berbagai tantangan
kontemporer dalam audit dan alternative
solusi untuk mengatasi tantangan
tersebut.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

11
Dr. Ronny Andesto, S.E., M.,M
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Magister Akuntansi
TANTANGAN KONTEMPORER DI BIDANG AUDIT

Topik ini membahas tantangan kontemporer di bidang audit. Aspek yang dibahas
adalah tantangan terkini di bidang audit; kualitas audit; keterampilan yang dibutuhkan
auditor; dampak pelaporan naratif terhadap audit; standar audit. Materi ini berasal dari
paper David Thompson (2018) yang berjudul “Contemporary Challenges in Audit”
dalam Comway & Byrne (2018), Editors, “Contemporary Issues in Accounting”, yang
memberikan gambaran umum (makro) tentang tantangan kontemporer di bidang audit.
Gambaran yang lebih spesifik (mikro) tentang tantangan audit di lingkungan kontemporer
diberikan pada bagian akhir modul ini dalam bentuk rekomendasi bacaan (textbook dan
artikel) yang relevan dengan topik tantangan di bidang audit. Berdasarkan gambaran
tersebut mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi, memahami, menjelaskan dan
mengevaluasi tantangan profesi audit di lingkungan kontemporer, termasuk di Indonesia,
sebagai fondasi untuk menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan dan tren perubahan
di bidang audit dimasa.

Setelah mempelajari Modul ini, mahasiswa diharapkan mampu :

a. Mengidentifikasi, memahami, menjelaskan dan mengevaluasi tantangan


kontemporer di bidang audit;
b. Mengidentifikasi, memahami, menjelaskan dan mengevaluasi konsep dan upaya
untuk mewujudkan audit yang berkualitas tinggi;
c. Mengidentifikasi, memahami, menjelaskan dan mengevaluasi keterampilan yang
dibutuhkan auditor dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang ditujukan
kepada auditor;
d. Mengidentifikasi, memahami, menjelaskan dan mengevaluasi dampak pelaporan
naratif terhadap audit;
e. Mengidentifikasi, memahami, menjelaskan dan mengevaluasi kecukupan
(appropriateness) standar audit di lingkungan kontemporer.

PENDAHULUAN

Pendapatan jasa audit berkontribusi sekitar 42% dari total pendapatan kantor
akuntan publik “Big4”; PWC, Deloitte, KPMG dan EY. Proporsi ini secara signifikan lebih
besar dibanding pendapatan lini jasa lainnya. Jasa konsultasi berkontribusi sebesar 35%
dan jasa perpajakan sebesar 23% (ICAS, 2016b). Lanskap yang dihadapi auditor berubah

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


2 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
karena peningkatan inovasi dalam profesi dan faktor eksternal yang mempengaruhi sifat
pelaporan keuangan. Oleh karena itu, penting bagi kantor akuntan publik untuk
menerapkan strategi yang jelas untuk menghadapi tantangan kontemporer yang
mempengaruhi profesi audit. Tujuan Modul ini adalah untuk menetapkan beberapa
tantangan utama yang mungkin berdampak pada profesi audit di masa-masa mendatang
dan membahas langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan oleh kantor akuntan
publik untuk mengatasi tantangan tersebut. Modul ini terutama fokus pada kebutuhan
untuk meningkatkan kualitas audit sebagai prinsip menyeluruh. Modul ini akan membahas
serangkaian keterampilan yang berkembang yang dibutuhkan auditor sehubungan
dengan perubahan teknologi. Selain itu juga akan dibahas pengaruh munculnya
pelaporan naratif terhadap audit. Akhirnya, isu-isu yang mempengaruhi standar audit
dibahas dalam pertimbangan apakah standar tersebut tetap berkualitas (sesuai dengan
tujuannya) mengingat lanskap yang telah berubah.

TANTANGAN TERKINI DI BIDANG AUDIT

Bagi setiap perusahaan, proses audit menghasilkan opini independen atas


ketepatan dan kewajaran kinerja dan posisi keuangan perusahaan sebagaimana yang
dilaporkan dalam laporan keuangan tahunan. Opini tersebut memberikan keyakinan yang
memadai kepada para pemegang saham bahwa manajemen telah mematuhi kewajiban
fidusia mereka dalam kapasitas mereka sebagai pengurus (stewards) perusahaan. Dalam
arti yang lebih luas, audit adalah pendorong utama dalam memastikan adanya
kepercayaan investor di pasar modal dan menjaga nilai saham yang tepat di pasar
internasional. Secara historis, audit di Inggris dipandu oleh standar audit yang ditetapkan
oleh Audit Practice Board (APB) : Statement on Auditing Standards (SAS) untuk
digunakan di Inggris. Saat ini, proses audit dipandu oleh International Standards on
Auditing (ISAs) yang, meskipun penerapannya bervariasi, telah membantu mencapai
beberapa standarisasi dalam proses audit di seluruh dunia melalui harmonisasi
internasional. International Audit and Assurance Standards Board (IAASB)
menyatakan bahwa 125 yurisdiksi di seluruh dunia telah menggunakan ISAs atau
berkomitmen untuk menggunakannya dalam waktu dekat (IAASB, 2018).

Pembaca pers/media bisnis akan melihat bahwa dunia bisnis dapat menampung
orang-orang dengan etika yang meragukan. Hal ini kemudian menyebabkan terjadinya
kecurangan dan skandal yang tampaknya terjadi secara reguler. Dalam kasus seperti itu,
persepsi kesalahan sering dibagi secara subyektif antara manajemen perusahaan dan

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


3 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
auditor; kasus paling terkenal dalam sejarah adalah runtuhnya Arthur Andersen (Oppel
& Eichenwald, 2002), yang saat itu merupakan salah satu kantor akuntan publik terbesar
di dunia “Big5”. Kasus tersebut sampai batas-batas tertentu dapat dianggap sebagai
bagian dari kesenjangan harapan (expectation gap) dan ambiguitas residual atas
akuntabilitas auditor. Namun demikian, sebagai akibatnya, selama beberapa tahun
terakhir lebih banyak penekanan telah diberikan pada masalah peningkatan kualitas audit
untuk memulihkan reputasi profesi audit.

Pada tahun 2004, badan profesi di Inggris, Institute of Chartered Accountants


in England and Wales (ICAEW) membentuk Audit Quality Forum (AQF) atas inisiatif
Pemerintah Inggris untuk mendorong perdebatan dan kemajuan tentang isu kualitas audit
(ICAEW, 2018). Di kalangan akademis, fokus penelitian adalah tentang isu meningkatkan
kualitas audit. Contoh terbaru dari upaya untuk meningkatkan kualitas audit mencakup
aturan yang semakin ketat yang mengharuskan kewajiban untuk melakukan rotasi kantor
akuntan publik (audit firm rotation) dan pembatasan penyediaan jasa non-audit yang
terkait dengan batasan biaya dan larangan. Hal ini untuk memperkuat posisi kemandirian
(independensi) auditor, misalnya, adopsi 2015 EU Audit Directive yang mensyaratkan
tender wajib (mandatory tender) setelah sepuluh tahun dan rotasi wajib (mandatory
rotation) setelah dua puluh (PWC, 2015). Baru-baru ini, tantangan untuk menunjukkan
karakteristik (traits) yang kurang nyata seperti skeptisisme profesional (professional
skepticism) telah memberikan penekanan pada pertimbangan etis dalam mewujudkan
kualitas audit (FRC, 2017b).

Isu pokok lain yang mempengaruhi audit adalah munculnya “Big Data”, yang
memberikan peluang bagi auditor untuk menjadi lebih canggih dalam melakukan analisis
data, Misalnya, menggunakan teknik “Data Mining” untuk memprediksi tren dalam
database yang besar. Namun, hal ini menimbulkan tantangan pada “keterampilan (skill
sets)” auditor dalam memfasilitasi analisis yang diperlukan. Sistem informasi menjadi
lebih kompleks dan pengendalian internal menjadi lebih canggih, seringkali tertanam
(embedded) tanpa terlihat dalam sistem informasi klien. Auditor membutuhkan
keterampilan matematis dan teknologi informasi (TI) untuk menangani teknologi informasi
yang berubah dengan cepat ini. Ada perdebatan apakah latar belakang akuntansi saja
sudah memadai, dan apakah latar belakang teknologi informasi (TI) mungkin lebih tepat
untuk mengatasi tuntutan tersebut.

Jaring rekrutmen semakin diperluas untuk mendatangkan talenta dengan latar


belakang yang lebih beragam. Meningkatnya kemunculan pelaporan naratif juga
menimbulkan tantangan baru bagi auditor. Tujuan utama audit laporan keuangan, yang

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


4 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
diturunkan dari “Teori Keagenan” untuk melaporkan kepada pemegang saham mungkin
berkurang kepentingannya dengan tujuan sekunder untuk menyediakan informasi kepada
pemangku kepentingan yang lebih luas. Hal ini menimbulkan tantangan yang menarik
bagi auditor dalam mengenali tujuan dan maksud dasar mereka dan, menetapkan
kewajiban mereka. Persyaratan audit yang dilakukan dari perspektif keuangan mungkin
diperlukan untuk memperluas cakupan untuk menangkap (capture) bentuk modal lain
dalam gerakan Pelaporan Terintegrasi (Integrated Reporting). Sekali lagi, ini
memunculkan perdebatan tentang keterampilan auditor. Hal ini juga menimbulkan
kebutuhan untuk menetapkan indikator kinerja yang dapat diaudit untuk mendukung
peningkatan narasi yang dilaporkan.

Tantangan juga ditujukan kepada pembuat standar, terutama IAASB, dalam hal
kecukupan standar audit yang ada saat ini. Dapat dikatakan bahwa sehubungan dengan
peluang kemajuan yang pesat untuk inovasi yang diciptakan oleh kemajuan teknologi,
standar yang ada dapat dilihat lebih sebagai penghambat (inhibitors) ketimbang sebagai
pendukung (enablers) praktik terbaik di masa depan. Inovasi sedang dituntut oleh
pengguna dan yang dituju adalah praktisi di negara-negara maju. Sebagai contoh, konsep
pengambilan sampel audit (audit sampling) dapat dianggap telah usang jika kemampuan
untuk menguji seluruh kumpulan data (populasi data) dapat dilakukan.

Meskipun tentu saja tidak lengkap, Modul ini akan memberikan gambaran umum
tentang beberapa masalah yang saat ini dihadapi oleh profesi audit dan tantangan yang
ditimbulkannya terhadap keahlian yang dibutuhkan auditor dan mempertimbangkan
pendekatan mendasar untuk proses audit ke depan.

FOKUS PADA KUALITAS AUDIT

Dalam sudut pandang praktik, kualitas audit di Inggris ditegakkan dengan


menjadikan kantor akuntan publik bertanggung jawab melalui langkah-langkah
pemantauan (monitoring measures). Financial Reporting Council (FRC) dibentuk
sebagai otoritas yang kompeten untuk audit pada 2016/17 dan mereka melakukan Reviu
Kualitas Audit (Audit Quality Review/AQR). Kantor akuntan publik terbesar diinspeksi
setiap tahun, sementara kantor akuntan publik lainnya diperiksa setiap tiga tahun sekali
(FRC, 2016a). Pemantauan lainnya dilakukan oleh badan akuntansi profesional sendiri
seperti Quality Assurance Department (QAD) dari ICAEW. Pelanggaran serius dapat
mengakibatkan sanksi atau pencabutan izin praktik kantor akuntan publik oleh Recognize
Supervisory Body/RSB) (ICAEW, 2017c). Langkah-langkah pemantauan ini berguna

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


5 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
untuk mencegah dan membatasi praktik yang buruk atau tidak etis pada kantor akuntan
publik. Reviu independen terhadap penegakan sanksi oleh FRC pada tahun 2017
menunjukkan bahwa total denda yang dikenakan kepada kantor akuntan publik oleh FRC
berjumlah sebesar £12,8 juta, dengan denda individual terbesar adalah sebesar £5,1 juta
(FRC, 2017c). Meskipun total denda meningkat dua kali lipat dibanding tahun
sebelumnya, ada tuntutan untuk denda yang lebih besar lagi ke depannya. Jumlah yang
kurang dari £10 juta dipandang sebagai penghalang kecil bagi kantor akuntan publik Big4
(FRC, 2017c). Oleh karena itu, sangat mungkin denda FRC akan meningkat secara
signifikan di masa depan, tetapi kecil kemungkinan bahwa entitas Big4 akan runtuh
seperti yang terjadi pada Arthur Andersen mengingat rezim tata kelola yang lebih baik
telah diterapkan oleh kantor akuntan publik Big4, dan pemerintah manapun tidak ingin
melihat ini terjadi karena akan melemahkan kompetisi di masa depan.

Dari sudut pandang yang lebih teoretis, kualitas audit diwujudkan melalui “Audit
Quality Forum” ICAEW, yang mempromosikan perdebatan tentang masalah kualitas
audit. Seri debat pada November 2017 diberi judul yang tidak menyenangkan “Do We
Still Need Auditors?” (ICAEW, 2018). Audit telah memainkan peran penting selama
bertahun-tahun dan merupakan bagian integral dari kerangka peraturan yang secara
umum diterima bahwa auditor akan selalu memiliki peran untuk dimainkan. Namun,
lanskap telah berubah pada fungsi utama dari sekumpulan laporan dan ini mungkin
memerlukan evolusi yang signifikan dalam proses audit untuk tetap relevan di dunia bisnis
modern. “Debat relevansi” ini adalah kekuatan pendorong di balik keinginan kantor
akuntan publik untuk berinovasi. Ini juga merupakan risiko utama bagi regulator dan
meningkatkan motivasi mereka untuk mengundang diskusi tentang potensi perubahan
standar agar tetap berkualitas (sesuai dengan tujuannya).

Tambahan lain yang relatif baru adalah Pedoman Tata Kelola Kantor Akuntan
Publik (Audit Firm Governance Code) yang berlaku untuk sejumlah kecil kantor
akuntan publik yang mengaudit lebih dari 20 perusahaan publik (ICAEW, 2017c). Kantor
akuntan publik lain juga dapat mengikuti panduan ini secara sukarela. Iterasi 2016 dari
Pedoman ini telah memperkenalkan langkah-langkah seperti persyaratan tentang
Direktur Independen hadir dalam struktur tata kelola kantor akuntan publik. Pedoman ini
juga menuntut lebih banyak komunikasi antara kantor akuntan publik dan investor pada
perusahaan publik. Hal ini serupa dengan prinsip-prinsip dalam bagian “hubungan
dengan pemegang saham (relation with shareholders)” pada Pedoman Tata Kelola
Perusahaan (Corporate Governance Code) Inggris. Hal ini seharusnya dapat
mengatasi masalah kekosongan tata kelola di mana investor institusional besar membeli

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


6 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
sebagian besar modal saham di perusahaan yang terdaftar di bursa efek tetapi memiliki
sedikit motivasi untuk menggunakan hak kepemilikan secara bertanggung jawab. Hal ini
dapat menyebabkan keuntungan cepat dari pandangan miopik manajemen melalui praktik
yang tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, Pedoman Tata Kelola Kantor Akuntan Publik
tampaknya sesuai dengan Pedoman Pengelolaan (Stewardship Code) FRC yang
memiliki tujuan serupa dan mempromosikan kepemilikan yang bertanggung jawab. FRC
jelas merupakan kekuatan pendorong utama di balik promosi praktik berkualitas tinggi,
yang didukung oleh prinsip-prinsip etika. Mereka memiliki pengalaman yang baik
mengikuti pengembangan Pedoman Tata Kelola Perusahaan Inggris, yang merayakan
ulang tahunnya yang ke-25 pada tahun 2017 (FRC, 2017a).

Kemungkinan FRC akan mempromosikan kemajuan lebih lanjut dalam kualitas


kode etik mereka untuk auditor. Iterasi saat ini berjudul “Revised Ethical Standard 2016”
dan menggabungkan ketentuan ES1–ES5 yang ada dengan persyaratan EU Audit
Directive baru-baru ini (FRC, 2016b). Kode etik yang ada saat ini tampaknya disusun
dengan tergesa-gesa, karena peraturan UE yang baru mulai berlaku mulai 17 Juni 2016.
Oleh karena itu, dapat diharapkan bahwa seperangkat pedoman etika yang lebih halus
dan koheren akan dihasilkan pada iterasi berikutnya. Hal ini juga mungkin akan lebih
menonjolkan gagasan untuk mempromosikan nilai-nilai etika secara nyata. Mahasiswa
baru yang mempelajari audit selalu diajari bahwa auditor perlu “menjadi dan terlihat”
independen. Ini tetap menjadi masalah saat ini dengan persepsi menjadi kuncinya. Ke
depan, auditor juga perlu “memiliki dan terlihat memiliki” skeptisisme profesional.
Bersikap etis dan menerapkan skeptisisme profesional saja tidak lagi cukup. Auditor
perlu “menjadi dan terlihat” etis dalam hal semua prinsip utama; integritas,
objektivitas, perilaku profesional, kerahasiaan, kompetensi profesional dan kehati-
hatian profesional. “Persepsi” tentang etika sangat penting. Tantangannya adalah
menemukan cara untuk mengembangkan dan menunjukkan kualitas-kualitas tersebut.
Rekrutmen baru untuk profesi perlu dihadapkan pada situasi dimana mereka dapat
mengembangkan sifat-sifat ini dan budaya perusahaan harus menempatkan sifat-sifat ini
pada inti budaya mereka. Setelah membaca bagian ini dari laporan FRC “Developments
in Audit 2016/17”, kata-kata yang menonjol adalah “dapat dibuktikan” dan “persepsi”:

Auditor yang melaksanakan perikatan audit yang berkualitas tinggi dengan


integritas dan objektivitas, terbukti independen dan tidak bertindak
dengan cara yang berisiko membahayakan persepsi pemangku kepentingan
tentang hal itu. (FRC, 2017b, hal. 2)

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


7 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Menunjukkan kualitas audit merupakan tantangan yang berkelanjutan (ongoing).
Meningkatkan persepsi kualitas dengan lebih menekankan “skeptisisme profesional”
telah dibawa ke garis depan perdebatan. FRC membuat laporan komprehensif tentang
isu-isu yang mempengaruhi profesi “Development in Audit” setiap tahun pada bulan Juli
setiap tahunnya. Laporan 2016/17 menekankan perdebatan saat ini seputar keterampilan
yang mungkin kurang dimiliki oleh auditor baru dalam profesi audit (FRC, 2017b).
Keterampilan yang dituntut sangat tinggi adalah skeptisisme profesional, dimana kantor
akuntan publik ragu-ragu untuk menempatkan orang-orang ini dalam posisi yang
menantang dimana mereka dapat dengan mudah mengembangkan sifat ini. Bahkan bagi
mereka yang secara alami memiliki tingkat skeptisisme yang baik dan menerapkannya
dalam pekerjaan mereka, tantangannya tetap pada persepsi dan tidak mudah dibuktikan.
Oleh karena itu, tantangan utama bagi pemberi kerja adalah memaparkan secara
memadai kepada rekrutan baru dan yang tidak berpengalaman ke dalam situasi dimana
mereka dapat mengembangkan skeptisisme profesional. Ini adalah masalah utama
saat ini seputar kualitas audit. Kantor akuntan publik harus menunjukkan sistem yang baik
untuk membimbing staf (Schilder & Koktvedgaard, 2017). Kantor akuntan publik juga
dapat menggunakan simulasi studi kasus untuk membantu mengembangkan pemikiran
kritis. Ini mungkin merupakan bidang yang signifikan dimana mereka yang memiliki latar
belakang jalur gelar akademik pendidikan tinggi mungkin memiliki keunggulan
dibandingkan mereka yang memiliki latar belakang jalur ujian profesional.

Hal ini disebabkan tingginya tingkat kekritisan yang dibutuhkan dalam gaya
pembelajaran mendalam di pendidikan tinggi dan persyaratan untuk mendukung
pernyataan yang serupa dengan cara auditor mencari bukti yang menguatkan (Leopold &
Vickerman, 2010). Strategi yang jelas untuk menerapkan mekanisme yang
memungkinkan mereka mengembangkan pola pikir skeptis dan menerapkannya secara
nyata dapat membantu mengubah persepsi. ICAEW telah mulai mengembangkan
produksi sinema yang imersif dan berkualitas sebagai materi pelatihan untuk membantu
mengembangkan proses pemikiran yang skeptis. Film seperti “False Assurance” dan
“Without Question” telah diperkenalkan dengan tujuan “Melalui pendidikan, kami
bermaksud untuk membantu perusahaan membuat keputusan yang tepat tentang
masalah etika” (ICAEW, 2017a). Arnold Schilder, Ketua IAASB berkomentar bahwa
ada hubungan yang kuat antara skeptisisme profesional dan peran “nada di atas (tone
of the top)” dan “nada di tengah (tone at the middle)” (Schilder, 2017). Hal ini
menunjukkan bahwa karena Pedoman Tata Kelola Kantor Akuntan Publik lebih
berpengaruh, hal itu akan mengarah pada peningkatan skeptisisme profesional.

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


8 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BAGI AUDITOR KARENA
PERUBAHAN TEKNOLOGI

Pengalaman penulis:

Kembali ke tahun 2003, saya melakukan peran pertama saya sebagai


auditor trainee. Tim staf audit menggunakan kertas analisis berukuran A3
dengan garis-garis untuk melakukan pekerjaan mereka. Perhitungan yang
membutuhkan catatan tertulis dilakukan pada mesin hitung. Semua
pekerjaan audit dicatat diatas kertas dan disimpan dalam file berbentuk
odner. Di sepanjang koridor ada ruangan yang disebut “Ruang Komputer”
karena ada komputer di dalamnya. Pada tahun 2009, kantor akuntan publik
tempat saya bekerja mengadopsi paket audit terkomputerisasi (CaseWare)
dan file audit menjadi “tanpa kertas (paperless)”.
Lanskap teknologi modern dalam beberapa hal sangat menarik sehubungan
dengan peluang yang tersedia bagi auditor. Melampaui kemampuan spreadsheet Excel
dasar, auditor sekarang memiliki kesempatan untuk merancang algoritma untuk
melakukan analisis data yang kompleks. Hal ini dapat memungkinkan auditor untuk
mengaudit seluruh kumpulan data (populasi data) dan menggali jauh ke dalam kumpulan
data untuk melakukan stratifikasi (pengelompokan) terperinci. Kemampuan ini menantang
metodologi audit yang ada yang disyaratkan oleh ISA yang meminta “pengambilan
sampel (sampling)” untuk dilakukan. Ini adalah salah satu kritik utama terhadap aturan
(standar) saat ini yang mengatur audit yang menjadi penghambat kemajuan dan inovasi
(Schilder, 2017). Analisis prediktif (predictive analysis) dapat digunakan untuk
merevolusi cara penilaian risiko dilakukan. Teknik pemodelan dan simulasi dapat
digunakan untuk memprediksi skenario terbaik dan skenario terburuk dengan cara yang
lebih canggih dari sebelumnya. Seorang auditor (manusia) masih akan diminta pada akhir
proses untuk menggunakan pertimbangan profesional (professional judgment) dalam
menginterpretasikan hasil.

Audit berkelanjutan (continuous audit) atau audit terus-menerus (perpetual


audit) adalah area lain dimana auditor inovatif dapat menawarkan lebih dari yang
dibutuhkan standar yang ada saat ini (Shilts, 2017). Misalnya, kebutuhan untuk
melakukan pemeriksaan persediaan akhir tahun berkurang karena auditor dapat
memperoleh keyakinan atas efektivitas operasional sistem persediaan real-time klien.
Perangkat lunak audit dapat disematkan ke dalam sistem klien untuk menandai data yang
salah secara real-time. Auditor akan membutuhkan keterampilan teknologi informasi (TI)
untuk menanamkan pengujian audit ke dalam sistem klien. Tantangan yang ada pada

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


9 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
standar audit saat ini dan pengaburan peran auditor eksternal dibahas di bagian
selanjutnya.

Bidang menarik lainnya adalah Artificial Intelligence (AI) yang diterapkan dalam
proses audit. Saat ini, kantor akuntan publik sedang bereksperimen dibidang ini.
Teknologi ini merupakan perluasan Computer Assisted Audit Techniques (CAATs).
Teknologi ini dapat, misalnya, memeriksa sekumpulan data besar dan menerapkan
algoritma yang mensimulasikan penilaian dalam mendeteksi anomali. PWC berhasil
menggunakan teknologi ini dan menjadi pemenang Digital Accountancy Forum and
Awards’ Audit Innovation of the Year (PWC, 2017). Menariknya, PWC bermitra dengan
perusahaan tekonologi informasi (TI) terkemuka untuk mengembangkan kemampuan ini.
Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan teknologi tersebut mungkin berada diluar
keahlian dan kemampuan pengembangan kantor akuntan publik itu sendiri dan keahlian
yang signifikan diperlukan dalam membawa inovasi ini ke pasar. Sementara itu, inovasi
semacam itu kemungkinan akan tetap berada dalam domain kantor akuntan publik besar,
yang memiliki kekuatan finansial untuk terlibat dalam usaha patungan tersebut.
Sebaliknya, kita mungkin melihat semakin banyak perusahaan perangkat lunak komputer
memasuki arena audit. Perusahaan-perusahaan tersebut kemungkinan akan berusaha
untuk mengkaitkan (link up) kantor akuntan publik untuk mengakses basis klien mereka.

Semakin banyak rekrutan baru untuk audit yang direkrut dari latar belakang non-
akuntansi (King, 2016). Ini lebih sering terjadi secara historis dalam peran audit internal
dimana ruang lingkupnya lebih bervariasi. Namun, keahlian yang lebih luas semakin
dibutuhkan dalam peran audit eksternal. Namun ada tantangan untuk menjadikan audit
sebagai proposisi yang menarik bagi mereka yang memiliki spesialisasi lebih unik seperti
di bidang teknologi informasi (TI), yang dapat berkembang di industri mereka sendiri.
Audit umumnya dilihat sebagai batu loncatan di sepanjang jalur karir ke posisi lain.
Banyak auditor pemula tertarik dengan potensi pengalaman. Mereka tahu bahwa mereka
akan memperoleh pengalaman yang luas saat mereka mengunjungi perusahaan demi
perusahaan dengan hak akses yang memungkinkan mereka untuk melihat bagaimana
bisnis yang berbeda menghasilkan uang dan mengoperasikan sistem mereka. Setelah
beberapa tahun, banyak auditor senior memilih untuk fokus pada satu bidang akuntansi
tertentu saat mereka maju dalam karir mereka. Banyak yang akan menetap untuk bekerja
di satu perusahaan dalam tim keuangan mereka dan menggunakan pengetahuan mereka
yang luas untuk meningkatkan fungsi tersebut. Hanya sebagian kecil yang akan maju
melalui peringkat audit ke posisi manajer dan mitra/direktur dalam praktik. Oleh karena

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


10 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
itu, sulit untuk menarik mereka yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi “auditor
karir”, ketika mereka dapat menduduki posisi seperti konsultan TI atau sejenisnya.

Karena tantangan yang dihadapi auditor terus meningkat, ada kekhawatiran di


antara sejumlah pemangku kepentingan bahwa profesi audit akan semakin tidak menarik
bagi rekrutan baru (Irvine, 2016). Banyak komunitas audit, yang didukung oleh badan-
badan profesional, telah memperkenalkan cara yang agak baru untuk menantang
gagasan ini melalui pengenalan “Auditor Proud Day” dimana pada suatu hari dalam
setahun di akhir September, auditor di seluruh dunia bersatu melalui media sosial via
tagar “#auditorproud” sebagai wujud kebanggaan mereka terhadap profesi audit.
Kampanye ini dirancang untuk menghasilkan “dengungan (buzz)” dan percakapan online
tentang audit dan peluang kariernya yang menarik bagi auditor generasi mendatang.

Beberapa perkembangan teknologi saat ini berimplikasi pada kelangsungan cara


pembukuan tradisional dan ini dapat menyebabkan ketidakpastian jika tingkat perubahan
melampaui komunitas audit. Pada pertengahan tahun sembilan puluhan instrumen
keuangan menjadi berita utama, dengan pihak-pihak yang tampaknya tidak etis
mengambil keuntungan dari kompleksitas instrumen keuangan tersebut. Hal ini
menyebabkan tuduhan kecurangan dan skandal, pengambilan risiko yang berlebihan,
mekanisme pemantauan yang buruk dan runtuhnya entitas seperti Barings Bank. Ini
sebagian disebabkan oleh jenis instrumen keuangan yang kompleks yang sedang dibuat.
Hal ini menyebabkan apa yang disebut sebagai akuntansi “kotak hitam (black box)”,
dimana regulator tidak dapat mengikuti laju perubahan di pasar keuangan (BBC, 2011).
Efek serupa dapat dilihat pada saat menjelang krisis keuangan tahun 2008, ketika
instrumen utang baru diciptakan seperti Collateralised Debt Obligations (CDOs)
(Treanor, 2008). Lemahnya regulasi, dan pinjaman yang berlebihan menciptakan
gelembung (bubble) yang tidak berkelanjutan, diikuti oleh keruntuhan sistem keuangan.
Regulator tidak mampu atau tidak mau mengikuti inovasi dalam instrumen ini (BBC,
2011). Ada kemungkinan bahwa teknologi baru, seperti mata uang digital seperti BitCoin
dan aplikasi teknologi Blockchain, mungkin memiliki efek yang serupa. Inovasi-inovasi ini
dibawa ke pasar begitu cepat sehingga regulator tidak mungkin memiliki sistem yang kuat
untuk mengatur penggunaannya di saat pertama kali digunakan. Kemungkinan akan ada
pendekatan reaktif dari regulator dalam menanggapi beberapa skandal di masa depan.

Blockchain merupakan teknologi pengganggu (discruptive technology) yang


mengusulkan penggunaan buku besar terdistribusi (distributed ledgers). Disisi lain, pada
prinsipnya Blockchain menawarkan jejak audit (audit trail) berdasarkan sifatnya, itu dapat
menyebabkan berbagai bentuk pertukaran yang menjauh dari yang ditangkap (capture)

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


11 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dalam proses audit tradisional (Rae, 2017). Ini kemungkinan akan berjalan seiring dengan
pertukaran mata uang digital yang menghilangkan kebutuhan akan bank. Audit
Blockchain kemungkinan akan menjadi “real-time” dan menambah perdebatan tentang
peran auditor sebagai pembuat opini independen setelah akhir tahun, atau sebagai
perpanjangan dari sistem perusahaan dan pengendalian internal. Blockchain tidak
mungkin menjadi arus utama dalam jangka pendek dan kemungkinan akan
diimplementasikan bersamaan dengan cara tradisional saat diperkenalkan. Kantor
akuntan publik besar perlu mengawasi perkembangannya untuk memastikan bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk mengikuti teknologi yang inovatif dan mengganggu
ini.

Di masa depan, praktik yang lebih dekat adalah banyaknya peluang dalam
kemajuan teknologi yang akan menguntungkan sistem dan pengendalian seperti Radio
Frequency Identification (RFID) (Leavins & Ramaswamy, 2013). Perusahaan
menerapkan teknologi ini untuk merampingkan operasi mereka. Auditor harus melakukan
pengujian pengendalian untuk memastikan teknologi ini ada dan beroperasi secara efektif
selama periode akuntansi. Sebagai contoh, verifikasi fisik aset dapat dilakukan dari layar
komputer jika auditor dapat meyakinkan dirinya bahwa efektivitas operasi sistem tersebut
adalah baik selama periode pelaporan.

Data Analytics dan pengambilan wawasan yang bermanfaat dari Big Data akan
memberikan informasi tambahan kepada auditor untuk digunakan dalam prosedur
analitis. Hasil yang dihasilkannya mungkin tidak dipahami ketika standar audit yang ada
dibuat. Kantor akuntan publik cenderung bertindak sebagai pelopor dalam mendorong
inovasi dalam proses audit. Kantor akuntan publik sangat ingin melakukannya karena ini
akan bertindak sebagai keunggulan kompetitif utama. Kantor akuntan publik ingin
bertindak lebih jauh dan melampaui standar jasa minimum yang disyaratkan oleh Standar
Audit. Pengguna laporan keuangan di negara maju juga menuntut inovasi untuk
memenuhi kebutuhan informasi mereka yang meningkat (Gambier & Jeffrey, 2016).
Manfaat penggunaan Data Analytics dengan jelas disorot oleh Arnold Schilder, Ketua
IAASB, yang menyatakan bahwa penggunaan Data Analytics dalam audit dapat
mengarah pada penilaian risiko yang lebih terinformasi (berbasis informasi), melalui
pemahaman tentang bisnis auditan, dan lebih banyak bukti yang tersedia untuk
mendukung perilaku skeptis profesional (Schilder, 2017).

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


12 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
PENGARUH MUNCULNYA PELAPORAN NARATIF TERHADAP AUDIT

Sifat (nature) profesi audit mungkin perlu diubah untuk memenuhi kebutuhan
pelaporan naratif. Hal ini berdampak pada pembuat standar, proses audit dan keahlian
yang dibutuhkan. Pembuat standar seperti IAASB dipengaruhi oleh pelaporan naratif
karena standar saat ini dirancang untuk mengaudit aspek keuangan saja. Standar baru
tentu akan dibutuhkan untuk mengatasi audit bentuk permodalan lainnya. Ini akan
memiliki pengaruh yang signifikan pada metodologi audit, dengan fokus yang lebih besar
pada penciptaan nilai secara keseluruhan daripada profitabilitas dan solvabilitas. Auditor
juga harus mengembangkan keahlian mereka untuk mengaudit kriteria kinerja baru dan
yang muncul untuk menilai apakah pengungkapan naratif baru masuk akal (wajar).
Auditor tidak dapat membentuk pandangan yang jelas tentang persyaratan saat ini karena
pelaporan naratif sedang dalam tahap perkembangannya (ACCA, 2015). Regulator telah
mulai mengumpulkan data dan mempromosikan diskusi tentang masalah pelaporan
naratif.

Audit selalu menjadi pilihan karir yang menantang. Prospek menghadapi


meningkatnya tuntutan yang berasal dari pelaporan naratif bahkan lebih menantang.
Pada tahun 2017, ICAS menyimpulkan bahwa calon baru mungkin enggan menjadi
auditor di masa mendatang (ICAS, 2016b). Penelitian ICAS menyimpulkan bahwa
persepsi audit sebagai pilihan karir yang diinginkan dipengaruhi oleh tuntutan peningkatan
keterampilan dalam peran. Hal ini tidak saja disebabkan oleh meningkatnya tuntutan
perubahan teknologi, seperti yang disebutkan sebelumnya, tetapi juga karena
peningkatan pelaporan naratif. Profesi akuntansi terus bereksperimen dengan pelaporan
naratif dalam beberapa cara. Beberapa perusahaan telah meningkatkan ukuran (volume)
laporan tahunan dengan semakin banyak dan banyak lagi pengungkapan. Perusahaan
lain telah bereksperimen dengan Laporan Terintegrasi yang saat ini bersifat sukarela di
samping Laporan Tahunan. Ke depan mungkin auditor harus mampu mengaudit tidak
hanya angka-angka tetapi juga narasi yang diperluas ini. Ini akan memerlukan evolusi
yang signifikan dalam proses audit. Hal ini didukung oleh penelitian dari badan profesional
Chartered Accountants (ICAS) “jika audit ingin berkembang melampaui audit
laporan keuangan tradisional, maka keahlian auditor perlu dikembangkan untuk
melaksanakan audit di masa depan” (ICAS, 2016b).

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


13 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Salah satu tantangan dalam memproduksi dan memvalidasi konten untuk
pelaporan naratif adalah pengembangan metrik utama dan indikator kinerja. Metrik dan
indicator ini harus mampu menangkap (capture) dan menampilkan kinerja dalam berbagai
bentuk modal. Tantangan bagi auditor adalah memberikan opini atas kewajaran
(ketepatan dan kewajaran) kesimpulan yang ditarik dari metrik dan indikator-indikator
tersebut. Menerapkan tingkat subjektivitas seperti itu pada pokok bahasan seperti ini telah
terbukti sulit di masa lalu dalam pelaporan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate Social Responsibility/CSR). Laporan ini, seperti banyak bentuk pelaporan
sukarela, terkenal penuh dengan putaran pemasaran dan hiperbolik. Oleh karena itu,
auditor perlu menerapkan tingkat skeptisisme profesional yang signifikan ketika menilai
apakah pernyataan naratif merepresentasilkan representasi yang jujur.

Auditor di Inggris saat ini diharuskan untuk membaca dengan teliti bagian dari
informasi pendukung naratif dalam Laporan Tahunan dan melaporkan dengan
pengecualian pada kata-kata yang kontradiktif. Ini adalah bagian dari aturan pelaporan
yang disempurnakan di Inggris, yang disyaratkan oleh International Standard on
Auditing (ISA) 700 – Forming an Opinion and Reporting on Financial Statements
(revisi Juni 2016) (IFAC, 2009). Oleh karena itu, auditor mungkin merasa mahir dalam
menemukan kata-kata yang bertentangan. Tantangannya mungkin datang dalam skala
narasi dan penilaian subjektif tentang apa yang merupakan kinerja yang baik dalam
pengukuran bentuk-bentuk modal lainnya.

Praktik bagian “penandaan (flagging)” dari laporan keuangan yang tidak dapat
diaudit kemungkinan akan diperlukan. Hal ini sering dilakukan dalam audit Lingkungan di
mana banyak ukuran kinerja tidak memiliki sumber data yang nyata dan dapat diukur
untuk mendukung klaim yang dibuat. Penandaan seperti itu bisa dikatakan mengurangi
nilai opini audit. Auditor memiliki sedikit kekuatan untuk memecahkan masalah ini dan
para peneliti di bidang indikator kinerja harus merancang Indikator Kinerja Utama (KPI)
baru yang dapat diaudit. Gerakan Pelaporan Terintegrasi berkembang dan memiliki
lebih dari 1500 perusahaan di seluruh dunia yang memproduksi Laporan Terintegrasi
untuk berkomunikasi dengan pemangku kepentingan secara sukarela (IIRC, 2018).
Pelaporan Terintegrasi ini tidak mungkin menjadi wajib dalam jangka pendek karena
kesulitan dalam menemukan ukuran-ukuran yang dapat dikuantifikasi (quantifiable) dapat
diverifikasi (verifiable) yang menjadi dasar narasi dimasukkan didalamnya, namun tetap
menunjukkan arah perjalanan untuk pelaporan korporasi.

International Audit and Assurance Standards Board (IAASB) mengakui


perlunya panduan baru bagi penyedia asurans untuk membantu memastikan kredibilitas

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


14 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Laporan Naratif. Integrated Reporting Working Group IAASB merangsang perdebatan
pada tahap makalah diskusi awal (IAASB, 2016). Makalah diskusi mengidentifikasi 10
tantangan utama untuk memberikan asurans atas “Bentuk-bentuk Pelaporan Eksternal
yang Muncul (EER)”.

Sepuluh tantangan utama untuk mendukung kredibilitas dan kepercayaan atas


Bentuk-bentuk Pelaporan Eksternal yang Muncul (Emerging Form of External
reporting/EER) diidentifikasi dalam Draft Diskusi Kelompok Kerja Pelaporan
Terintegrasi/Integrated Reporting Working Group’s Discussion Draft (IAASB, 2016,
hal. 8) adalah:

1. Cakupan (scoping) perikatan asurans EER


2. Kesesuaian kriteria
3. Materialitas
4. Membangun asersi dalam merencanakan dan melaksanakan perikatan
5. Kematangan (maturity) proses tata kelola dan pengendalian internal
6. Informasi naratif
7. Informasi yang berorientasi masa depan
8. Skeptisisme profesional dan pertimbangan profesional
9. Kompetensi praktisi yang melakukan perikatan
10. Bentuk laporan asurans

Luasnya tantangan diatas menunjukkan bahwa pekerjaan ini berada pada tahap
yang sangat awal. Makalah diskusi (discussion paper) menjelaskan bahwa tantangan
tersebut bukannya tidak dapat diatasi tetapi mengidentifikasi kebutuhan yang jelas untuk
mengembangkan pedoman bagi para praktisi dan bahwa analisis konseptual lebih lanjut
diperlukan untuk mengembangkan respons yang tepat terhadap tantangan tersebut
(IAASB, 2016). IAASB juga mencatat bahwa “kerangka kerja EER dan sistem
pelaporan entitas, pengendalian dan pengawasan yang mendukung persiapan
laporan EER mereka berada pada tahap awal pengembangan dan kemungkinan
akan semakin matang” (IAASB, 2016, hal. 8). Ini menambah bobot pandangan bahwa
ukuran kinerjalah yang perlu dikembangkan. Mereka melanjutkan dengan menyatakan
bahwa “mungkin terlalu dini untuk mengembangkan standar khusus tentang hal-hal
pokok (subject matter) yang definitif untuk menangani perikatan asurans EER”
(IAASB, 2016). Oleh karena itu, dari perspektif audit, IAASB melihat dan menunggu, tapi
audit kemungkinan akan diarahkan oleh perkembangan pelaporan keuangan ini.

Financial Reporting Lab adalah entitas yang didirikan dan didanai oleh Financial
Reporting Council (FRC). Tujuan mereka adalah untuk mengundang dan melakukan

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


15 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
perdebatan seputar isu-isu yang muncul dalam akuntansi. Financial Reporting Lab
secara rutin mensurvei auditor, badan profesional, dan akademisi berdasarkan pilihan isu
yang akan ditargetkan (FRC, 2017e). Pada Februari 2018, dilaporkan bahwa hasil survei
terbaru menargetkan isu Ukuran Kinerja (Performance Measures) (Fisher, 2018). Hal
ini kemungkinan besar disebabkan oleh fakta bahwa ukuran kinerja baru yang dapat
diaudit diperlukan untuk membantu mendukung Laporan Naratif. Ini bukan hanya melihat
ke masa depan. Indikator-indikator yang dapat diandalkan juga diperlukan pada masa
sekarang untuk membantu memperkuat narasi yang ada dalam laporan tahunan. Laporan
tahunan menjadi semakin panjang, karena aspek pengembangan teori tentang pelaporan
naratif menemukan jalan mereka ke dalam narasi sukarela yang diperluas. Alasan lain
mengapa peningkatan penelitian diperlukan tentang Indikator Kinerja adalah usulan
revisi terbaru terhadap Pedoman Tata Kelola Perusahaan Inggris. Misalnya, usulan
perubahan kata-kata dari prinsip “Performance Related Pay (PRP)“ menjadi prinsip yang
lebih umum, “Pay in line with successful performance relating to meeting the
company’s strategic objectives” (FRC, 2017d). Ini adalah langkah positif karena akan
lebih sulit untuk menjustifikasi pembayaran yang berlebihan berdasarkan angka laba
bersih (bottom line), namun dapat menjadi tantangan untuk mengukur kinerja terhadap
tujuan strategis dengan cara yang jelas dan objektif.

Audit atas laporan naratif belum menjadi sesuatu yang wajib karena tidak ada
tuntutan atas audit laporan naratif dengan tingkat asurans yang wajar. Merupakan hal
ironis jika tidak bisa menjadi wajib hingga mampu diaudit dan ini tergantung pada inovasi
dalam pengukuran kinerja. Sementara itu, dimungkinkan untuk melakukan perikatan
asurans secara terbatas terhadap hal-hal pokok (subject matter) naratif. Audit atas
laporan naratif kemungkinan akan berada pada domain “perikatan asurans lain (other
assurance engagement)” di beberapa waktu mendatang. Opini tidak mungkin lebih
berbobot dibanding perikatan asurans pada Laporan CSR. Namun, penting bagi kantor
akuntan publik untuk mengembangkan proses tentang bagaimana melakukan perikatan
tersebut dan perubahan metodologi yang diperlukan.

STANDAR AUDIT

Tekanan terhadap auditor kemungkinan akan meningkat seiring meningkatnya


tuntutan yang diajukan pada mereka. Di negara berkembang, tuntutannya adalah pada
stabilitas standar audit (ACCA, 2017). Berbagai negara mendapat manfaat dari memiliki
tolok ukur (benchmark) yang jelas dari audit laporan keuangan tradisional. Hal ini

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


16 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
membantu untuk mencapai kesesuaian dan stabilitas dan meningkatkan standar dari
waktu ke waktu. Sebaliknya, di negara-negara maju ada tuntutan atas evolusi pada
profesi audit. Kantor akuntan publik dapat memberikan nilai lebih dan kelompok pengguna
menginginkan nilai lebih dari proses tersebut. Debat meja bundar yang dilakukan Grant
Thornton dan ACCA menemukan temuan utama bahwa pemangku kepentingan dari
entitas yang terdaftar di bursa efek menginginkan lebih dari sekadar opini “lulus/gagal
(pass/fail)”. Ada tiga temuan utama dalam laporan tersebut; kekecewaan bahwa laporan
audit hanya ditujukan kepada pemegang saham, laporan audit hanya mencakup informasi
keuangan “historis”, dan laporan audit merupakan laporan standar tunggal (Gambier &
Jeffrey, 2016). Oleh karena itu, karakteristik mendasar dari suatu audit sedang ditantang.

Tanggapan langsung terhadap temuan serupa sebelumnya adalah


pengembangan ISA 701 – yang berisi panduan tentang laporan audit baru yang diperluas
(ICAEW, 2017b). Auditor sekarang harus secara terbuka merinci pandangan mereka
tentang area risiko utama, respons mereka untuk menangani area risiko utama tersebut,
dan justifikasi atas keputusan mereka tentang tingkat materialitas. Faktor-faktor ini tidak
lagi dapat diabaikan berdasarkan kerahasiaan (secrecy) karena merupakan pertimbangan
profesional auditor, karena pengalaman dan kualifikasi keterampilan mereka. Peningkatan
transparansi ini bisa dikatakan meningkatkan kualitas audit. Laporan audit telah
berkembang dari sejumlah kecil halaman yang relatif standar menjadi lebih dari sepuluh
halaman untuk mengakomodasi detail tambahan ini. Ini adalah demonstrasi peningkatan
tekanan yang diberikan pada auditor karena pengguna menuntut lebih banyak nilai
tambah dari jasa audit.

Menujukan (mengalamatkan) laporan audit kepada kelompok pemangku


kepentingan yang lebih luas ketimbang hanya kepada pemegang saham dapat
menimbulkan perdebatan tentang kewajiban dan tanggung jawab. Pernyataan penafian
khusus (specific disclaimer) dalam laporan audit akan menjadi lebih penting. Merespons
klaim mengenai komunikasi yang jarang dan bersifat historis, auditor dapat bereaksi
dengan berinovasi untuk menghasilkan laporan asurans pada interval yang lebih teratur.
Ini dapat dikaitkan dengan baik dengan kemampuan inovatif baru dari kantor akuntan
publik, khususnya Big4, dalam hal gerakan menuju audit perpetual, dengan menanamkan
CAAT audit ke dalam sistem klien. CAAT ini menandai informasi yang salah secara
berkelanjutan. Namun hal ini secara fundamental akan mengubah peran auditor sebagai
pemeriksa independen (independent examiner) setelah akhir tahun. Hal ini juga
mengaburkan peran auditor eksternal dan auditor internal. Mungkin tuntutan sebenarnya
adalah untuk audit internal yang lebih terlihat, ketimbang menempatkan beban ini kepada

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


17 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
auditor eksternal. Ketika auditor melaporkan secara berkelanjutan (ongoing basis) dan
mengomentari hal-hal yang dapat ditindaklanjuti untuk membentuk arah masa depan
perusahaan, ini merupakan ancaman bagi independensi auditor. Auditor akan menjadi
bagian dari sistem, pengendalian internal tambahan, ketimbang entitas independen yang
mengomentari pengendalian. Tantangannya di sini adalah bahwa semakin relevan
auditor, maka semakin kurang independensi mereka “yang dapat dirasakan”. Kritik yang
sama dapat diterapkan pada temuan ketiga, yaitu tuntutan untuk lebih dari satu laporan
standar tunggal yang tidak memenuhi kebutuhan pengguna. Ini juga akan mengubah
peran auditor, tetapi sekali lagi mungkin lebih dalam kewenangan profesi audit internal.

Menariknya, kekuatan informasi keuangan reguler yang telah diterima pemegang


saham sepanjang tahun bukulah yang membuat laporan audit eksternal menjadi “berita
lama dan sekadar konfirmasi” (ACCA, 2017, hal. 7). Perusahaan yang mematuhi dengan
baik praktik Tata Kelola Perusahaan akan secara teratur “berhubungan dengan
pemegang saham” sepanjang tahun. Lewatlah sudah hari-hari mereka dengan penuh
semangat menunggu laporan audit dalam mengantisipasi hasil yang merisaukan. Ini akan
menunjukkan bahwa laporan audit eksternal memang harus informasi yang lebih lebih
banyak, guna untuk menyediakan nilai untuk uang (value for money). Ini telah dicapai
sampai batas-batas tertentu dengan revisi ISA 701 yang mensyaratkan narasi yang lebih
diperluas (ICAEW, 2017b).

Ambang batas audit (audit threshold) meningkat dari 1 Januari 2016 (ICAS,
2016a) dan ini kemungkinan akan menyebabkan hilangnya pendapatan bagi kantor
akuntan publik yang lebih kecil. Tren ini kemungkinan akan meningkat untuk meringankan
beban entitas yang lebih kecil yang membutuhkan audit. Audit mungkin dipandang
semakin tidak relevan karena meningkatnya arus informasi dan saluran media yang
memungkinkan komunikasi dari perusahaan kepada pemangku kepentingan mereka. Ini
mungkin menjadi “self-preservation” dari profesi yang akan menjadi pendorong utama
bagi regulator audit karena mereka berusaha untuk berkembang agar tetap relevan.
“Perasaan yang luar biasa adalah bahwa baik audit tradisional maupun auditor
tradisional harus memberikan respons yang lebih cepat terhadap perubahan jika
mereka ingin tetap berkualitas (sesuai dengan tujuannya). Hal ini menimbulkan
tantangan bagi auditor : bagaimana memenuhi kebutuhan pengguna tanpa
mengorbankan independensi yang merupakan inti dari standar profesional auditor”
(ACCA, 2017, hlm. 10).

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


18 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
KONKLUSI

Keseimbangan harus ditemukan antara independensi, inovasi dan regulasi. Ada


tuntutan dari pemangku kepentingan di negara maju agar laporan audit berkembang lebih
jauh dan ada keterampilan yang dibutuhkan dari kantor akuntan publik terbesar untuk
memberikan solusi inovatif. Beberapa dari solusi ini menghalangi posisi independen
auditor dan mengaburkan batas antara audit eksternal dan internal. Regulator harus
menyeimbangkan ini dengan standar audit yang stabil yang dibutuhkan di negara-negara
berkembang. Tantangan bagi regulator adalah memiliki seperangkat standar yang
berkualitas (sesuai dengan tujuan) untuk kedua rangkaian tuntutan pengguna. Inovasi
jelas dibutuhkan dalam profesi dan kemungkinan bahwa kantor akuntan publik akan
menjadi pendorong perubahan ini. Selain itu, regulator saat ini sedang mencari jawaban
konseptual untuk mengatasi masalah bentuk pelaporan eksternal yang muncul. Tidak
mungkin bahwa bentuk-bentuk pelaporan naratif seperti itu akan menjadi wajib hingga
suatu saat kredibilitas mereka dapat dipastikan.

“Self-preservation” kemungkinan akan menjadi kekuatan pendorong utama yang


memastikan kantor akuntan publik mengikuti perubahan teknologi. Diferensiasi dari
pesaing di pasar dapat dicapai dengan klaim tentang Data Analytic futuristik dan
memanfaatkan kekuatan Big Data. Apakah ini memiliki substansi dalam hal metodologi
dan praktik akan terungkap seiring waktu. Demikian pula, regulator cenderung mengambil
langkah mundur dan membiarkan kantor akuntan publik menjadi inovatif karena mereka
menyadari pentingnya untuk tetap relevan. Mereka harus melakukan ini sembari
mempertahankan tingkat etika yang kuat untuk memastikan independensi dan
skeptisisme profesional dipertahankan untuk memuaskan persepsi publik.

CATATAN

Seperti disebutkan oleh penulisnya, paper diatas memberikan gambaran umum


(broad overview) tentang tantangan kontemporer di bidang audit. Tantangan tersebut
berdampak pada profesi audit dan auditor. Mewujudkan audit yang berkualitas tinggi
merupakan respons terhadap berbagai tantangan kontemporer tersebut. Keterampilan
auditor, etika profesi, dan standar audit merupakan hal esensial untuk mewujudkan audit
yang berkualitas. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih rinci dan teknis tentang
tantangan kontemporer di bidang audit, anda disarankan untuk mempelajari bahan
sebagai berikut:

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


19 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Textbook / Handbook

Bhaskar, K., Glower, J., & Sellers, R. 2019. Disruption in the Audit Market : The
Future of the Big Four. New York : Routledge.
Hay, D. 2020. The Future of Auditing. New York : Routledge.
Kesimli, I. 2019. External Audit and Quality. Singapore : Springer Nature
Singapore Pte Ltd.
Naqvi, A. 2020. Artificial Intelligence for Audit, Forensic Accounting, and
Valuation : A Strategic Perspective. New Jersey : John Wiley and Sons, Inc.
Westland. 2020. Audit Analytics: Data Science for the Accounting Profession.
Switzerland : Springer International Publishing;Springer.

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


20 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

ACCA. 2015. “The Challenges of Assuring Integrated Reports: Views from the South
African Auditing Community.”
http://www.accaglobal.com/content/dam/ACCA_Global/Technical/integrate/ea-
south-africa-Ir-assurance.pdf.
ACCA. 2017. “The Future of Audit.”
http://www.accaglobal.com/content/dam/ACCA_Global/Technical/audit/ea-future-
of-audit.pdf.
BBC. 2011. “Nick Leeson on Newsnight with Jeremy Paxman.”
https://www.youtube.com/watch?v=lsZ5rlBail4.
Fisher, Liz. 2018. “Pathology of Reporting.” AB Magazine.
FRC. 2016a. “Audit Quality Review.” https://www.frc.org.uk/auditors/auditquality-review.
FRC. 2016b. “Ethical Standard (2016) Integrity, Objectivity and Independence.”
https://www.frc.org.uk/getattachment/0bd6ee4e-075c-4b55-
a4adb8e5037b56c6/revised-Ethical-Standard-UK-June-2016.pdf.
FRC. 2017a. “25th Anniversary of the UK Corporate Governance Code.”
https://www.frc.org.uk/directors/corporate-governance-and-stewardship/uk-
corporate-governance-code/25th-anniversary-of-the-uk-corporate-governance-co.
FRC. 2017b. “Developments in Audit.” https://www.frc.org.uk/getattachment/915c15a4-
dbc7-4223-b8ae-cad53dbcca17/Developments-in-Audit-2016-17-full-report.pdf.
FRC. 2017c. “Independent Review of the Financial Reporting Council’s Enforcement
Procedures Sanctions Review Panel Report.”
FRC. 2017d. “Proposed Revisions to the UK Corporate Governance Code Appendix C –
Summary of Changes from 2016 UK Corporate Governance Code”.
FRC. 2017e. “The Lab.” https://www.frc.org.uk/getattachment/e3d916cec13a-415e-9633-
01c93218f79e/The-Lab-at-a-glance-April-2017.pdf.
Gambier, Andrew, and Nick Jeffrey. 2016. “The Future of Audit.”
https://www.ifac.org/global-knowledge-gateway/audit-assurance/discussion/future-
audit.
IAASB. 2016. “Supporting Credibility and Trust in Emerging forms of External Reporting:
Ten Key Challenges for Assurance Engagements.”
https://www.ifac.org/system/files/publications/files/IAASB-Discussion-
PaperIntegrated-reporting_0.pdf.

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


21 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
IAASB. 2018. “Support and Guidance.” https://www.iaasb.org/clarity-center/support-and-
guidance.
ICAEW. 2017a. “ICAEW Educational Films.” https://www.icaew.com/en/learning-and-
development/icaew-educational-films.
ICAEW. 2017b. “The Start of a Conversation the Extended Audit Report.”
https://www.icaew.com/-/media/corporate/files/technical/audit-and-
assurance/audit-and-assurance-faculty/publications/extended-audit-
report.ashx?la=en.
ICAEW. 2017c. “Your Audit Monitoring.” https://www.icaew.com/-
/media/corporate/files/technical/audit-and-assurance/audit-monitoring-
visits.ashx?la=en.
ICAEW. 2018. “Audit Quality Forum (AQF).” https://www.icaew.com/technical/audit-and-
assurance/audit-quality-forum-aqf.
ICAS. 2016a. “Audit Exemption: What Are the New Rules?”
https://www.icas.com/technical-resources/audit-exemption-update-what-are-the-
new-rules.
ICAS. 2016b. “Auditor Skills in a Changing Business World.”
https://www.icas.com/__data/assets/pdf_file/0010/259516/Auditor-skills-ICAS-
FRC-20.9.16-final.pdf.
IFAC. 2009. “International Standard on Auditing 700 Forming an Opinion and Reporting
on Financial Statements.” Auditing 700 (June): 653-681.
IIRC. 2018. “Integrated Reporting – When? Advocate for Global Adoption.”
https://integratedreporting.org/when-advocate-for-global-adoption/.
Irvine, Julia. 2016. “FRC Survey Reveals Fears That Audit Profession Becoming Less
Attractive.” Economia. https://economia.icaew.com/news/july-2016/frc-survey-
reveals-fears-that-audit-profession-becoming-less-attractive.
King, Agnes. 2016. “KPMG’s New Auditors Don’t Have Accounting Degrees.” Financial
Review. http://www.afr.com/business/accounting/kpmgs-newauditors-dont-have-
accounting-degrees-20151208-gliczy.
Leavins, John R., and Vinita Ramaswamy. 2013. “Improving Internal Controls over
Inventory with Radio Frequency Identification Technology.” Review of Business
Information Systems 17 (2): 59–64.
http://journals.cluteonline.com/index.php/rBIS/article/view/7844/7905.
Leopold, Teresa, and Philip Vickerman. 2010. “Learning and Teaching Guide on Critical
Thinking.”
https://www.heacademy.ac.uk/system/files/ssg_leopold_critical_thinking.pdf.

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


22 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Oppel, Richard, and Kurt Eichenwald. 2002. “Enron’s Collapse: The Overview; Arthur
Andersen Fires An Executive for Enron Orders.” NY Times, January.
http://www.nytimes.com/2002/01/16/business/enron-s-collapse-overview-arthur-
andersen-fires-executive-for-enron-orders.html.
PWC. 2015. “EU Audit Reform – Mandatory Firm Rotation Summary of Adopted
Legislation on Mandatory Audit Firm Rotation (MFR) for Public Interest Entities.”
https://www.pwc.com/gx/en/audit-services/publications/assets/pwc-fact-sheet-1-
summary-of-eu-audit-reform-requirements-relating-tomfr-feb-2015.pdf.
PWC. 2017. “Harnessing the Power of AI to Transform the Detection of Fraud and Error.”
https://www.pwc.com/gx/en/about/stories-from-across-theworld/harnessing-the-
power-of-ai-to-transform-the-detection-of-fraud-anderror.html.
Rae, David. 2017. “Blockchain: Accountancy’s Transformer.” AB Magazine.
http://www.accaglobal.com/uk/en/member/member/accounting-
business/2017/04/insights/blockchain-17.html.
Schilder, Arnold. 2017. “The Future of Audit: Technology.”
https://www.icaew.com/en/technical/audit-and-assurance/faculty/the-future-of-
audit/the-future-of-audit-technology.
Schilder, Arnold, and Kristian Koktvedgaard. 2017. “Professional Scepticism: Inside the
Mind of the Auditor.”
http://www.accaglobal.com/content/dam/ACCA_Global/Technical/eventinvitations/
Professional-scepticism-17-October-2017-rEPOrT.pdf.
Shilts, Josh. 2017. “A Framework for Continuous Auditing: Why Companies Don’t Need to
Spend Big Money.”
https://www.journalofaccountancy.com/issues/2017/mar/continuous-auditing.html.
Treanor, Jill. 2008. “Toxic Shock: How the Banking Industry Created a Global Crisis.” The
Guardian.
https://www.theguardian.com/business/2008/apr/08/creditcrunch.banking.

2021 Akuntansi Keuangan Kontemporer


23 Dr. Ronny Andesto, S.E., M.M
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai