Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

AUDIT RISK ANALYSIS AND INTERNAL CONTROL


CONCEPT
KASUS SUN BEAM, Corp.

Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing

Oleh :

► RIRI RAHAYU 2110247005


► JUSNALA YANTI 2110246889
► ADRIAN HANDA 2110246934
► FEBRIATI RUSYDA 2110246854
► DIAN TIRTA 2110246994

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2021/2022

1
DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan 3
1.1.Latar Belakang............................................................3
BAB II. Tinjauan Pustaka 5
2.1 Materialitas...................................................................5
2.2 Risiko Audit ................................................................7
2.3 Perbedaan antara risiko dalam.....................................9
2.4 Hubungan risiko dengan bukti.....................................9
2.5 Pengendalian Internal................................................10
2.6 Tanggung jawab manajemen dan auditor..................11
2.7 Komponen Pengendalian Internal..............................12
2.8 Menilai Risiko pengendalian.....................................14
2.9 Kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan...17
2.10 Faktor risiko untuk kecurangan dalam LK..............17
2.11 Faktor-faktor risiko penyalahgunaan aset................18
2.12 Mengukur risiko kecurangan...................................18
2.13 Pengawasan tata kelola perusahaan.........................18
2.14 Menghadapi Risiko Kecurangan.............................19
2.15 Tanggung jawab ketika kecurangan terjadi.............21
BAB III. Pembahasan 26
3.1 Kasus Sun Beam Corp.............................................. 26

Kesimpulan 28
Saran 28

BAB I

2
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kegiatan audit intern dalam suatu badan usaha seperti merupakan tuntutan
atau kebutuhan bagi semua pihak guna melahirkan usaha yang sehat. Kegiatan ini
pada hakikatnya mendorong terciptanya efisiensi usaha, sehingga perusahaan
mampu bersaing secara sehat dalam pasar yang makin kompetitif, mengacu
penciptaan laba yang baik. Dalam hal ini tentunya perusahaan diharapkan terjaga
kelangsungan hidupnya serta mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat
banyak dan pemerintah.

Keberhasilan kegiatan audit intern banyak bergantung kepada ketepatan


dan kesesuaian perencanaan audit dalam mengantisipasi dan mempertimbangkan
kebutuhan perusahaan untuk menentukan pemilihan objek audit, jenis, cakupan,
dan tujuan audit yang dilakukan, perkiraan kebutuhan sumber daya audit dan
pengalokasian sumber daya audit yang tersedia. Penyusunan rencana kegiatan
audit dapat efektif apabila mempertimbangkan faktor risiko (salah satunya), yang
tujuannya adalah untuk mengindentifikasikan bagian yang material atau signifikan
dari kegiatan yang akan diaudit, sehingga dapat diatur skala prioritas pelaksanaan
audit dengan mengetahui unit mana yang memerlukan segera dan unit mana yang
bisa ditempatkan pada urutan terakhir, sehingga pelaksanaan kegiatan audit dapat
memudahkan dalam membagi pekerjaan sesuai dengan tenaga auditor yang
tersedia, dan menciptakan efisiensi biaya audit. Selain itu penilaian risiko dalam
menentukan objek audit adalah sangat penting, karena sesuai dengan fungsi dan
peran audit intern saat ini telah memasuki orientasi baru (paradigma baru) dari
peran tradisionalnya sebagai polisi atau pihak yang cenderung mencari-cari
kesalahan pihak lain dalam organisasi tanpa mampu memberikan solusi, kearah
fungsi dan peran yang baru sebagai mitra dan atau konsultan dan atau katalis.

Tugas seorang auditor adalah mampu untuk menemukan salah saji pada
laporan keuangan, namun pada kenyataannya masih ada saja yang memanfaatkan
profesinya sebagai auditor untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Banyak kasus
yang memperlihatkan bagaimana perusahaan melakukan kecurangan namun juga
ditutupi oleh seorang auditor, Salah satu kasusnya adalah kasus Sunbeam Corp.
Sunbeam corp merupakan perusahaan yang bergerak di bidang peralatan camping
terletak di Boca Raton, Florida.

CEO dari perusahaan ini adalah Chainsaw Al. Masalah Andersen dengan
Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang membuat kesalahan serius pada

3
akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan class action dari investor
Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil yang diajukan SEC
menuduh Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melalui strategi penipuan
akuntansi, seperti pendapatan “cookie jar”, recording revenue on contingent
sales, dan mempercepat penjualan dari periode selanjutnya ke kuartal masa kini.
Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang tidak benar melakukan
transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan depan dari
pengiriman sebenarnya dan tagihannya.

Pelanggaran-pelanggaran lain yang dilakukan perusahaan Sunbeam yaitu


melakukan praktek manipulasi akuntansi dengan memperbesar atau memotong
angka yang ada pada laporan keuangan. Pelanggaran ini melanggar prinsip
konservatisme yaitu laporan keuangan yang harus berisikan angka-angka yang
sebenarnya terjadi pada periode akuntansi tersebut. Dalam konsep konservatisme
perusahaan diminta untuk mencatat biaya yang akan terjadi namun tidak
diperkenankan mencatat yang belum terjadi. Tujuan dari pencatatan biaya adalah
untuk mengantisipasi uang yang akan keluar sedangkan tidak dioperbolehkannya
mencatat pendapatan adalah untuk menghindarkan kondisi dimana uang yang
akan diterima dibatalkan. Namun perusahaan Sunbeam melanggar prinsip ini
sehingga merugikan berbagai stakeholder. Sunbeam melakukan pemecatan
setengah dari enam ribu karyawan. Dalam etika bisnis, perusahaan juga dituntut
untuk memenuhi tanggung jawab sosial. Salah satunya adalah menjamin
kesejahteraan masyarakatnya. Memang dalam konteks ini memang akan
membebankan perusahaan dalam operasi terutama jika kondisi keuangan
perusahaan dalam keadaan negative.

Etika pada dasarnya memang tidak memberikan sanksi jika saja tidak
bersentuhan dengan hukum yang berlaku. Pada pelanggaran etika pada nomor
satu, perusahaan telah melanggar hukum. Namun pada keterangan pelanggaran
nomer dua, perusahaan tidak bersentuhan dengan pelanggaran hukum, perusahaan
hanya melanggar etika bisnis. Walaupun tidak memiliki sanksi, namun etika
bisnis itu sendiri sangat bermanfaat untuk menghindari dampak-dampak yang
akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam makalah ini akan dibahas lebih
lanjut mengenai kasus sunbeam corp.

BAB II
Tinjauan Pustaka

4
AUDIT RISK ANALYSIS AND INTERNAL CONTROL CONCEPT

2.1 Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan
laporan audit yang tepat untuk diterbitkan. Menurut FASB 2 mendefinisikan
materialitas sebagai berikut:“Besarnya penghapusan atau salah saji informasi
keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan
seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi mungkinakan berubah
atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji” (kata-kata bercetak miring
ditambahkan).
Oleh karena para auditor bertanggung jawab untuk menentukan apakah
terdapat salah saji material, mereka harus membuatnya menjadi perhatian klien
sehingga dapat dilakukan koreksi atas salah saji tersebut.Jika klien menolak untuk
mengoreksi salah saji tersebut, maka auditor harus menerbitkan opini wajar
dengan pengecualian atau tidak wajar, bergantung pada berapa signifikan salah
saji tersebut.Hal ini sangat tergantung pada pengetahuan yang mendalam atas
penerapan materialitas.

Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas:


A. Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji
gabungan dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal
audit ketika sedang mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Kami
menyebut ini sebagai pertimbangan pendahuluan tentang materialitas (preliminary
judgment about materiality). Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
adalah maksimum yang membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan
salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para pemakai yang bijaksana.
Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk
membantu merencanakan pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai
uang pertimbangan pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang
dibutuhkan.

Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbanganpendahuluan auditor tentang


materialitas untuk seperangkat laporan keuangan tertentu. Faktor-faktor yang
terpenting adalah:
a. Materialitas adalah konsep yang bersifat relative ketimbang
absolut
b. Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas
c. Faktor-faktor kualitatif juga mempengaruhi materialitas.
B. Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-
segmen

5
Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-
segmen perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per
segmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika
auditor memiliki pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
untuk setiap segmen, petimbangan tersebut akan membantu auditor
dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan.
Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan
materialitas pada akun-akun neraca:

a. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung


lebih banyak salah saji dibandingkan akun-akun lainnya
b. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan
c. Biaya audit relative mempengaruhi pengalokasian

C. Mengestimasi salah saji dan membandingkan dengan pertimbangan penduluan


Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit,
auditor membuat kertas kerja untuk mencatat semua salah saji yang
ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat
dibedakan menjadi dua jenis: Salah saji yang diketahui adalah (know
misstatement) adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat
ditentukan oleh auditor. Sebagai contoh, ketika mengaudit property,
pabrik dan peralatan, auditor mungkin mengidentifikasi lease
peralatan yang dikapitalisasi, padahal seharusnya dibebankan karena
merupakan lease operasi. Sedangkan salah saji yang mungkin (likely
misstatement) terbagi lagi menjadi dua jenis. Pertama adalah salah
saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen
dan auditor tentang estimasi saldo akun. Contohnya adalah
perbedaan estimasi penyisihan untuk piutang tak tertagih atau
kewajiban garansi. Kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan
pengkajian auditor atas sampel dari suatu populasi. Contohnya,
asumsikan bahwa auditor menemukan enam salah saji yang
dilakukan oleh klien dalam sampel yang terdiri atas 200 barang
ketika menguji biaya persediaan.

2.2 Risiko Audit


Risiko audit adalah risiko bahwa auditor mungkin tanpa sengaja telah gagal
untuk memodifikasi pendapat secara tepat mengenai laporan keuangan yang

6
mengandung salah saji material. Pada tingkat saldo akun atau golongan transaksi,
risiko audit terdiri dari :

A. Risiko Bawaan (Inheren Risk)


Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya sala
saji (kekeliruan atau kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum
mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal. Jika auditor
menyimpulkan bahwa kemungkinan besar akan ada salah saji, dengan
mengabaikan pengendalian internal, auditor akan menyimpulkan bahwa
risiko inheren adalah tinggi. Selain meningkatkan bukti audit untuk risiko
inheren yang lebih tinggi dalam bidang audit tertentu, auditor biasanya jug
menugaskan staf yang lebih berpengalaman pada bidang itu dan mereview
pengujian audit yang telah selesai serta lebih meyeluruh. Risiko bawaan
adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang
terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau
golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain. Auditor harus
menilai faktor-faktor yang menyebabkan risiko inheren dan memodifikasi
bukti audit untuk memperhitungkan faktor-faktro tersebut. Auditro harus
mempertimbangkan beberapa faktor utama untuk ketika menilai risiko
inheren:
a. Sifat bisnis klien
b. Hasil audit sebelmnya
c. Penugasan awal versus penugasan berulang
d. Pihak-pihak yan terkait
e. Transaksi nonrutin
f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan
transaksi dengan tepat
g. Unsur-unsur populasi
h. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang
curang
i. Faktor-faktor yang berkaitan dengan misapropriasi

B. Risiko Pengendalian (Control Risk)


Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara
tepat waktu oleh pengendalian interen entitas. Risiko pengedalian mengukur
penilaian auditor mengenai apakah salah saji yang melebihi jumlah yang
dapat ditoleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau akan dideteksi
secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien. Asumsikan uditor
menyimpulkan bahwa pengendalian internal sama seklai tidak efektif untuk
mencegah atau mendeteksi salah saji Risiko ini merupakan fungsi efektivitas

7
desain dan operasi pengendalian interen untuk mencapai tujuan entitas yang
relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas. SAS 107 (AU 312)
menyebut kombinasi risiko inheren dan risiko pengendalian ini risiko salah
saji yang material (risk of material misstatement). Auditor dapat
menggabungkan penilaian atas risiko salah saji yang material atau dapat
juga menilai risiko inheren dan risisko pengendalian secara terpisah. Risiko
inheren merupakan salah saji sebelum mempertimbangkan pengaruh
pengendalian internal.

C. Risiko Deteksi yang direncanakan (Planned Detection Risk)


Risiko deteksi yang direncanakan adalah risiko bahwa bukti audit untuk
satu segmen akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi sala saji yang
dapat ditolerir. Risiko deteksi yang direncanakan tergantung pada tiga faktor
lain dalam model risiko audit risiko ini akan berubah hanya jika auditor
mengubah salah satu faktor dari faktor-faktor model risiko. Risiko deteksi
yang direncanakan menetukan jumlah bukti substantif yang direncanakan
akan dikumpulkan auditor, yang besarnya berlawanan dengan risiko deteksi
yang direncanakan. Jika risiko deteksi yang direncanakan dikurangi, auditor
harus mengumpulkan lebih banyak bukti untuk mencapai rencana
pengurangan risiko itu.

D. Risiko Audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)


Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran kesediaan auditor untuk
menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang
material setelah selesai audit, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah
dikeluarkan. Apabila auditor memutuskan risiko audit dapat diterima yang
lebih rendah, auditor ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan tidak salah
disajikan secara material. Auditor sebaiknya harus memutuskan rsisiko
audfit yang dapat diterima bagi suatu audit selama perencanaan audit.
Pertama, auditor memutuskan risiko penugasan dan kemudian menggunakan
risiko penugasan ini untuk memodifikasi risiko audit ayng dapat diterima.
Risiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau kantor
akuntan publik akan menderita kerugian setelah audit selesai, walaupun
laporan audit sudah benar. Risiko penugasan berkaitan erat dengan risiko
bisnis klien. Misalnya jika klien mengumumkan kepailitan setelah diaudit,
kemungkinan diajukannya gugatan hukum terhadap kantor akuntan publik
sangatlah besar, meskipun mutu audit itu baik. Risiko berarti yakin sekali,
dan risiko sebesar 100 persen berarti sama sekali tidak yakin. Keyakinan
penuh mengenai keakuratan laporan keuangan secara ekonomi tidak praktis.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima:
a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan

8
b. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan
setelah laporan audit dikeluarkan
c. Evaluasi auditor atas integritas manajemen

Seringkali auditor menyembunyikan istilah audit assurance ( yang juga


disebut assurance keseluruhan atau tingkat assurance) dan bukan risiko
audit yang dapat diterima. Audit assurance atau istilah-istilah lain yang
sejenis merupakan pelengkap risiko audit yang dapat diterima, yaitu satu
dikurangi risiko audit yang dapat diterima. Dengan kata lain bahwa risiko
audit yang diterima sebesar 2 persen sama artinya dengan audit assurance
sebesar 98%.

2.3 Perbedaan Antara Risiko-risiko dalam Model Risiko Audit


Ada perbedaan yang penting dalam hal bagaimana auditor menilai
keempat faktor risiko dalam model risiko audit. Untuk risiko audit yang
dapat diterima, auditor memutuskan risiko yang bersedia diambil kantor
akuntan publik bahwa laporan keuangan disalahsajikan setelah audit
selesai, berdasarkan faktor-faktor yang terkait dengan klien tertentu.
Contoh klien dimana auditor bersedia menerima risiko yang sangat
kecil( risiko audit yang dapat diterima yang rendah ) adalh untuk
penawaran saham perdana kepada masyarakat. Risiko inheren dan risiko
pengendalian didasarkan pada ekspektasi atau prediksi auditor mengenai
kondisi klien. Contoh risiko inheren yang tinggi adalah persedian yang
belum terjual setelah dua tahun. Sementara contoh risiko pengendalian
yang rendah adalah penyimpanan tugas yang memadai antara
penyimpanan aktiva dan akuntansi. Auditor tidak bisa mengubah kondisi
klien ini, tetapi hanya bisa menilai kemungkinannya.

2.4 Hubungan Risiko dengan Bukti serta Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Risiko
Auditor merespon risiko terutama dengan mengubah luas pengujian dan jenis
prosedur audit, termasuk memasukkan unsur ketakterdugaan dalam prosedur audit
yang digunakan. Selain memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain yang dapat
digunakan auditor untuk mengubah audit guna merespon risiko:
1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.
Untuk setiap penugasan, kantor akuntan publik harus menugaskan staf
yang berkualifikasi. Untuk klien dengan risiko audit yang dapat diterima
yang rendah, perhatian khusu harus diberikan dengan memilih staf, dan
pentingnya skeptisme profesional harus ditekankan. Demikian pula, jika
biodang audit seperti persediaan memiliki risiko inheren yang tinggi,
bidang itu harus ditugaskan kepada orang yang berpengalaman dalam
mengaudit persediaan.

9
2. Penugasan akan direview secara lebih seksama daripada biasanya.
Kantor akuntan publik harus memastikan bahwa file audit yang
mendokumentasikan rencana auditor , bukti yang dikumpulkan serta
kesimpulan, dan masalah-masalah lain dalam audit, direview dengan
memadai. Bila risiko audit yang dapat diterima rendah , sering kali harus
dilakukan review yang lebih ekstensif, termasuk review oleh personil
yang tidak ditugaskan dalam penugasan itu. Jika risiko salh saji yang
material (gabungan risiko inheren dan risiko pengendalian) tinggi untuk
akun-akun tertentu, staf yang meriview mungkin akan menghabiskan
lebih banyak waktu untuk memastikan bukti sudah tepat dan dievaluasi
dengan benar.

2.5 Pengendalian Internal (Internal Control)


Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang
dirancang untuk memeberikan manajemen kepastian yang layak bahwa
perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini
sering kali disebut pengendalian, dan secara kolektif membentuk pengendalian
internal.

Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem


pengendalian internal yang efektif:
1. Reliabilitas pelaporan keuangan.
Manajemen memikul tanggungjawab hukum maupun professional untuk
memastikan bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan
persyaratan pelaporan yang sesuai menurut prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP). Tujuan dari penegndalian ini adalah untuk
memenuhi tanggungjawab dalam pelaporan keuangan.

2. Efisiensi dan efektivitas informasi.


Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya
yang efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran
perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah untuk
memperoleh informasi keuangan dan non keuangan yang akurat tentang
operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.

3. Ketaatan pada hukum dan peraturan.


Section 404 mengharuskan semua perusahaan public mengeluarkan
laporan tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas
pelaporan keuangan. Selain mematuhi hukum dalam section 404,
organisasi-orgnisasi public, nonpublic, dan nirlaba diwajibkan menaati
berbagai hukum dan peraturan. Beberapa hanya berhubungan secara tidak

10
langsung dengan akuntansi, secara UU perlindungan lingkungan dan hak
sipil, sementara yang lainnya berkaitan erat dengan akuntansi, seperti
peraturan pajak pengahsilan dan kecurangan.

Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai,


bukan keyakinan mutlak bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.Penyebab
pengendalian intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak karena adanya
keterbatasan yang melekat dalam semua system pengendalian intern dan
pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian.
Keterbatasan tersebut yaitu;
1. Kesalahan dalam pertimbangan
2. Kolusi
3. Pengabaian oleh manajemen
4. Biaya lawan manfaat

2.6 Tanggung Jawab Manajemen dan Auditor Atas Pengendalian Internal


Tanggungjawab atas pengendalian internal antara manajemen dan auditor.
Manajemen bertanggungjawab untuk menetapkan dan menyelenggarakan
pengendalian internal entitas. Dan menurut section 404, manajemen juga
bertangggungjawab untuk melaporkan secara terbuka tentang keefektifan
pelaksanaan pengendalian tersebut. Sedangkan auditor bertanggujawab untuk
memahami dan menguji pengedalian internal atas pelaporan keuangan. Menurut
section 404, auditor diwajibkan untuk menerbitkan laporan audit tentang penilaian
manajemen atas manajemen atas pengendalian internalnya, termasuk pendapat
auditor mengenai keefektifan pelaksanaan pengendalian tersebut.

Ada dua konsep utama yang melandasi perancangan dan implementasi


pengendalian internal:
1. Kepastian yang Layak.
Perusahaan harus mengembangkan pengendalian internal yang akan
memberikan kepastian yang layak, tetapi bukan absolute, bahwa laporan
keuangan telah disajikan secara wajar. Seperti yang telah didefinisikan
oleh PCAOB, bahwa kepastian yang layak hanya memberikan
kemungkinan yang kecil saja bahwa salah saji material tidak akan
tercergah atau terdeteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal.

2. Keterbatasan Inheren
Pengendalian internal tidak akan pernah bisa efektif 100%, tanpa
menghiraukan kecermatan yang diterapkan dalam perancangan dan
implementasinya. Misalnya kita asumsikan bahwa prosedur perhitungan
persediaan yang dikembangkan dengan cermat mengharuskan dua
karyawan menghitung persediaan secara independen. Jika tidak ada dari

11
karyawan tersebut yang memahami instruksi atau jika keduanya ceroboh
dalam melakukan perhitungan maka mungkin saja hasilnya akan salah.

2.7 Komponen Pengendalian Internal


Internal control – Integreted Framework yang dikeluarkan COSO, yaitu
kerangka kerja pengendalian internal yang paling luas diterima di AS
menguraikan lima komponen pengendalian internal yang dirancang dan
diimplementasikan oleh manajemen untuk memberikan kepastian yang layak
bahwa tujuan pengendaliannya akan tercapai. Auditor hanya berfokus pada
pengendalian yang dirancang untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang
material dalam laporan keuangan.

Komponen pengendalian internal COSO meliputi hal-hal berikut:


1. Lingkungan pengandalian
Lingkungan pengendalian terdiri atas tindakan kebijakan dan prosedur
yang mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur dan pemilik
entitas secara keseluruhan mengenai pengendalian internal serta arti
pentingnya bagi entitas itu. Untuk memahami dan menilai lingkungan
pengendalian, auditor harus mempertibangkan subkomponen pengendalian
yang paling penting.

a. Integritas dan nilai-nilai etis


b. Komitmen pada kompetisi
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen
e. Struktur organisasi
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2. Penilaian risiko
Penilain resiko atas pelaporan keuangan adalah tindakan yang dilakukan
oleh manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko
yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan
GAAP. Penilaian risiko oleh manajemen berbeda, tetapi berhubungan erat
dengan penilaian risiko oleh auditor. Apabila manajemen menilai risiko
sebagai bagian dari perancangan dan pelaksanaan penegndalian internal
untuk meminimalkan kekeliruan serta kecurangan, auditor menilai risiko
untuk memutuskan bukti yang dibutuhkan dalam audit.
Jika manajemen secara efektif menilai dan merespon risiko itu, biasanya
auditor akan mengumpulkan lebih sedikit bukti ketimbang jika manajemen
gagal mengidentifikasi atau merespon risiko signifikan. Auditor akan
memperoleh pengetahuan tentan proses penilaian risiko oleh manajemen
dengan memanfaatkan kuesioner dan diskusi dengan manajemen untuk

12
menetukan bagaimana manajemen mengidentifikasi risiko-risiko yang
relevan dengan pelaporan keuangan, mengevaluasi signifikansi dan
kemungkinan terjadinya risiko itu, serta memutuskan tindakan apa yang
perlu untuk menangani risiko itu.

3. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur selain yang sudah
termasuk kedalam empat komponen lainnya, yang membantu memastikan
bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menangani risiko
guna mencapai tujuan entitas. Aktivitas penegendalian umumnya dibagi
menjadi lima jenis:
a. Pemisahan tugas yang memadai
b. Otorisasi yang sesuai dengan transaksi dan aktivitas
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
e. Pemeriksaan kinerja secara independen

4. Informasi dan komunikasi


Tujuan sistem informasi dan komunikasi akuntansi dari entitas adalah
untuk memulai, memcatat, memproses, dan melaporkan transaksi yang
dilakukan entitas itu serta mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait.
Sistem informasi dan komunikasi akuntansi mempunyai beberapa
subkomponen, yang biasanya terdiri atas kelas-kelas transaksi seperti
penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, akuisisi dan sebagainya.

5. Pemantauan
Aktivitas pemantauan berhubungan dengan penilaian mutu penegndalian
internal secra berkelanjutan atau periodic oleh manajemen untuk
menentukan bahwa pengendalian itu telah beroperasi seperti yang
diharapkan, dan telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.
Informasi yang dinilai ini berasal dari berbagai sumber, termasuk studi atas
penegndalian internal yang ada, laporan auditor internal, pelaporan
pengecualian tentang aktivitas pengendalian, laporan dari pembuat peraturan
seperti badan pengatur bank, umpan balik dari personil operasional, dan
keluhan pelanggan tentang jumlah tagihan.

2.8 Menilai Risiko Pengendalian


Sebagai auditor kita harus memahami perancangan dan pengimplementasian
pengendalian internal untuk melakukan penilaian pendahuluan atas risiko

13
pengendalian sebagai bagian dari penilaian risiko salah saji yang material secara
keseluruhan. Auditor menggunakan penilaian pendahuluan atas risiko
pengendalian tujuannya adalah untuk merencanakan audit bagi setiap transaksi
yang material. Akan tetapi, dalam beberapa kasus auditor mungkin mengetahui
bahwa defisiensi penegndalian sangat signifikan sehingga laporan keuangan klien
mungkin tidak bisa diaudit. Jadi sebelum melakukan penilaian pendahuluan atas
risiko pengendalian bagi setiap kelas transaksi yang material, Pertama auditor
harus memutuskan apakah entitas tersebut bisa diaudit atau tidak.

Ada dua faktor utama yang menentukan auditabilitas yaitu integritas


manajemen dan kememadaian catatan akuntansi. Jika manajemen tidak memiliki
integritas, maka sebagian auditor tidak akan menerima penugasan audit.

Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat


penilaian pendahuluan atas risiko penegndalian sebagai bagian dari penilaian
risiko salah saji yang material secara keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran
ekspektasi auditor bahwa pengendalian internal akan mencegah salah saji material
atau mendeteksi dan mengoreksinya jika salah saji itu sudah terjadi. Auditor
membuat penilaian tentang pendahuluan ini untuk setiap tujuan audit yang
berhubungan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi utama dalam masing-
masing siklus transaksi. Selain itu auditor juga membuat penilaian pendahuluan
atas pengendalian yang mempengaruhi tujuan audit untuk akun-akun neraca serta
penyajian dan pengungkapan dalam setiap siklus.
Banyak auditor yang menggunakan matriks risiko pengendalian (control
risk matriks) untuk membantu proses penilaian risiko pengendalian. Tujuannya
adalah menydiakan cara yang mudah untuk mengatur penilaian risiko
penegndalian bagi setiap tujuan audit.
1. Mengidentifikasi tujuan audit
Langkah Pertama dalam penilaian adalah mengidentifikasi tujuan audit untuk
kelas transaksi, saldo akun, serta penyajian dan pengungkapan yang akan
dinilai. Hal ini dilakukan kelas-kelas transaksi dengan menerapkan tujuan
audit khusus yang burhubungan dengan transaksi. Contohnya auditor menilai
secara terpisah tujuan kelengkapan.

2. Mengidentifikasi pengendalian yang ada


Auditor menggunakan informasi, mengenai perolehan dan pendokumenatsian
pemahaman atas pengendalian internal untuk mengidentifikasi pengendalian
yang berperan dalam mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan
transaksi. Contohnya auditor dapat menggunakan pengetahuan tentang sistem
klien untuk mengidentifikasi pengendalian yang mungkin akan mencegah
kekeliruan atau kecurangan dalam tujuan audit keterjadian yang berhubungan
dengan transaksi.

14
Auditor harus mengidentifikasi dan hanya memasukkan pengendalian yang
diperkirakan akan berdampak paling besar terhadap pencapaian tujuan audit
yang berhubungan dengan transaksi. Pengendalian ini sering kali disebut
dengan pengendalian kunci (key control). Alasan hanya memasukkan
pengendalian kunci adalah bahwa pengendalian ini sudah mencukupi untuk
mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan transaksi.

3. Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit yang terkait


Setiap pengendalian akan memenuhi satu atau lebih tujuan audit yang terkait.
Bagian matrik digunakan untuk menunjukkan bagaimana setiap pengendalian
berperan dalam mencapai satu atau lebih tujuan audit yang berhubungan
dengan transaksi. Matriks risiko pengendalian yang serupa akan dilengkapi
untuk tujuan audit yang berhubungan dengan saldo serta yang berhubungan
dengan penyajian dan pengungkapan.

4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi yang


signifikan, dan kelemahan material
Auditor harus mengevaluasi apakah pengendalian kunci tidak diterapkan
dalam perancangan pengendalian internal atas pelaporan keuangan sebagai
bagian dari mengevaluasi risiko pengendalian dan kemungkinan salah saji
laporan keuangan. Standar auditing mendefinisikan tiga tingkat diterapkannya
pengendalian internal:

a. Defisiensi pengendalian. Defisiensi pengedalian (control


deficiency) terjadi jika perancangan atau pelaksanaan pengendalain
tidak memungkinkan karyawan perusahaan mencegah atau
mendeteksi salah saji secara tepat waktu. Defisiensi perancangan
terjadi jika pengendalian yang diperlukan tidak ada atau tidak
dirancang dengan baik. Defisiensi operasi terjadi jika pengendalian
yang dirancang dengan baik tidak berjalan seperti yang dirancang,
atau jika orang melaksanakan pengendalian tidak memiliki
kualifikasi atau kewenangan yang memadai.
b. Defisiensi yang signifikan. Defisiensi yang signifikan (significant
deficiency) terjadi jika ada satu atau lebih defisiensi pengendalian
yang mengakibatkan kemungkinannya lebih dari kecil bahwa salah
saji yang lebih dari tidak logis tidak akan tercegah atau terdeteksi.
Jika auditor menyimpulkan bahwa satu lebih defisiensi
pengendalian untuk tujuan khusus tidak melapaui tingkat lebih dari
kecil atau tidak logis, defisiensi itu dapat diabaikan.
c. Kelemahan yang material. Kelemahan (material weakness) terjadi
jika defisiensi yang signifikan, secara mandiri atau bersama-sama

15
dengan defisiensi yang signifikan lainnya, mengakibatkan
kemungkinannya lebih kecil bahwa pengendalian internal tidak
akan mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam
laporan keuangan.

Terdapat tiga alasan utama auditor melakukan audit planning


1. Mendapatkan bukti yang tepat terhadap situasi yang dihadapi
2. Menjaga biaya audit agar tetap wajar
3. Menghindari kesalahpahaman klien

Cara kerja audit ada empat cara:


1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal
2. Memahami bisnis dan industry klien
3. Menilai risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis terlebih dahulu

Jenis-jenis pendapat auditor:


1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang
ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku
3. Pendapat wajar dengan pengecualian
4. Pendapat tidak wajar
5. Tidak memberikan pendapat

3 AUDIT KECURANGAN
Dalam konteks kecurangan atas laporan keuangan, kecurangan
didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan
sengaja. Jenis – jenis kecurangan adalah:
1. Kecurangan dalam laporan keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan
terhadap jumlah ataupun pengungkapan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan untuk mengelabui para penggunanya. Beberapa contoh kecurang
dalam laporan keuangan ini antara lain melebihsajikan pendapatan, apakah
dengan cara melebihsajikan asset dan pendapatan atau dengan menghapus
liabiltis dan beban-beban, mengurangsajikan laba, mengurangsajikan
pendapatan ketika laba perusahaan tinggi untuk menciptakan cadangan laba
atau sebagai “celengan”, yang dapat digunakan untuk menaikkan laba
dikemudian hari. Praktek semacam ini dikenal dengan perataan laba dan
manajemen laba. Meskipun jarang ditemukan, beberapa kasus penting terkait
kecurangan dalam laporan keuangan melibatkan pengungkapan yang tidak
memadai.

16
2. Penyalahgunaan asset
Penyalahgunaan asset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas
asset milik suatu entitas. Istilah penyalah gunaan aset sering kali digunakan
untuk mengacu pada pencurian yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak
internal lainnya didalam suatu organisasi. Biasanya pelaku penyalah gunaan
asset berada di tingkat hierarki organisasi yang lebih rendah. Namun dapat
juga melibatkan manajemen puncak.

2.9 Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Kecurangan


Sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316), terdapat tiga kondisi
yang menyebabkan kecurangan (segitiga kecurangan):
1. Insentif / Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau
tekanan untuk melakukan kecurangan
2. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau
pegawai untuk melakukan kecurangan
3. Sikap/rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai
etika yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan
tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang
memebrikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan
mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.

2.10 Faktor-Faktor Resiko untuk Kecurangan dalam Laporan Keuangan


Sebuah pertimbangan penting bagi auditor dalam membongkar kecurangan adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko kecurangan.
1. Insentif/Tekanan
Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan
keuangannya adalah adanya penurunan dalam prospek keuangan Perusahaan
misal nya penurunan dalam laba dapat mengancam kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan pendanaan.
2. Kesempatan
Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan potensial dapat terjadi
manipulasi, risikonya menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak
dalam industry yang melibatkan penilaian subjektif dan estimasi yang
signifikan. Misalnya terdapat kemungkinan salah saji dalam pesediaan bagi
perusahaan yang memiliki persediaan yang terletak dibeberapa tempat yang
berbeda.

3. Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen puncak terhadap laporan keuangan merupakan factor risiko
penting dalam menilai kemungkinan adanya kecuranga dalam laporan
keuangan.

17
2.11 Faktor- Faktor Resiko untuk Penyalahgunaan Aset
1.Insentif/Tekanan
Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yang
menyalahgunakan asset.
2.Kesempatan
Kesempatan melakukan pencurian lebih besar pada perusahaan yang akses
kasnya sangat mudah atau pada perusahaan yang memiliki persediaan atau
asset berharga lainnya, khusunya jika ukuran asset tersebut kecil dan mudah
dipindah-pindahkan.
3.Sikap/Rasionalitas
Sikap manajemen terhadap pengendalan dank ode etik dapat menyebabkan
para karyawan dan manajer membenarkan pencurian terhadap asset.

2.12 Mengukur Risiko Kecurangan


1. Skeptisme professional
PSA 04 (SA 230) menyataka bahwa, dalam melaksanakan skeptisme
professional, seorang auditor” tidak menganggap bahwa manjemen tidak
jujur maupun tidak menganggap kejujuran manajemen dipertanyakan”.
a. Berpikir kritis
b. Evaluasi kritis terhadap bukti audit

2. Sumber-sumber informasi untuk mengukur risiko kecurangan


a. Komunikasi antara sesama tim audit
b. Tanya jawab dengan manajemen
c. Faktor-faktor risiko
d. Prosedur analitis
e. Informasi lainnya

3. Mendokumentasikan hasil pengujian kecurangan

2.13 Pengawasan Tata Kelola Perusahaan untuk Mengurangi Risiko


Kecurangan
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan tata kelola perusahaan dan
prosedur pengendalian untuk meminimalisasikan risiko kecurangan, yang dapat
dikurangi melalui kombinasi antara tindakan pencegahan, antisipasi dan
pendeteksian. AICPA bekerjasama dengan beberapa organisasi profesi terkait,
menerbitkan program pengendalian dan anti kecurangan bagi manajemen yaitu:

1. Budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi


a. Teladan dari pemimpin
b. Menciptakan lingkungan kerja yang positif

18
c. Mempekrjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat
d. Pelatihan
e. Konfirmasi
f. Disiplin

2. Tanggug jawab manjemen untuk mengevaluasi risiko-risiko kecurangan


a. Mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan
b. Menangani risiko kecurangan
c. Pengawasan dalam program-program dan pengendalian-
pengendalianpencegahan kecurangan

3. Pengawasan dari komite audit


a. Pelaporan langsung atas temuan-teuan kunci oleh internal audit kepada
komite audit
b. Laporan berkala oleh petugas etika mengenai pengaduan yang ada
c. Laporan lainnya mengenai perilaku yang tidak etis atau kecurangan yang
dicurigai telah terjadi.

2.14 Menghadapi Risiko Kecurangan


Dalam menghadapi resiko kecurangan respons auditor meliputi hal-hal
berikut:
1. Mengubah keseluruhan pelaksanaan audit
Auditor dapat memilih dari beberapa respons secara keseluruhan atas
meningkatnya riiko kecurangan.Jika risiko salah saji yang disebabkan oleh
kecurangan meningkat, lebih banyak personel yang berpengalaman
ditugaskan dalam pengauditan.Pelaku kecurangan sering kali memiliki
pengetahuan yang baik dalam prosedur audit.Untuk itu, PSA 70
mengharuskan auditor untuk menerapkan rencana audit yang tidak dapat
diprediksi.
2. Merancang dan melakukan prosedur audit untuk menghadapi risiko
kecurangan tersebut
Prosedur audit yang tepat digunakan untuk mengatasi risiko audit spesifik
bergantung pada akun yang sedang diaudit dan jenis risiko kecurangan yang
teridentifikasi.
3. Merancang dan melakukan prosedur-prosedur untuk mengatasi dominasi
manajemen terhadap pengendalian
a. Memeriksa ayat-ayat jurnal dan penyesuaian-penyesuaian lainnya sebagai
sebagai bukti adanya kemungkinan salah saji yang disebabkan oleh
kecurangan.
b. Menelaah estimasi akuntansi untuk setiap hal yang tidak wajar
c. Mengevaluasi rasionalitas bisnis untuk transaksi-transaksi yang tidak
biasa

19
d. Memutakhirkan proses penilaian risiko

Bagian-bagian Risiko Kecurangan Spesifik


1. Risiko kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Dagang
a. Risiko kecurangan dalam laporan keuangan untuk akun pendapatan
 Pendapatan fiktif
 Pengakuan pendapatan yang prematur
 Manipulasi penyesuaian – penyesuaian pendapatan
Tanda-tanda peringatan kecurangan dalam pendapatan
 Prosedur analitis
 Ketidakcocokan dokumen
b. Penyalahgunaan bukti penerimaan yang melibatkan pendapatan
 Tidak dicatatnya sebuah penjualan
 Pencurian penerimaan kas setelah sebuah penjualan dicatat
Tanda-tanda peringatan penyalahgunaan pendapatan dan penerimaan kas
Untuk jumlah yang kecil dicegah dengan pengendalian internal
yang diranang untuk meminimalisasi kesempatan untuk melakukan
kecurangan untuk kecurangan yang lebih besar digunakan prosedur
analitis dan perbandingan lainnya.
2. Risiko kecurangan dalam persediaan
a. Risiko kecurangan laporan keuangan untuk persediaan
Banyak perusahaan yang memiliki persediaan beragam dengan jumlah
yang banyak dan berbeda lokasi, hal ini membuat relative menambah
persediaan fiktif dalam pencatatan akuntansi.
b. Tanda–tanda peringatan untuk kecurangandalam persediaan
Prosedur analitis, khususnya persentase margin laba kotor dan perputaran
persediaan membantu dalam mengungkapkan kecurangan dalam
persediaan.
3. Risiko kecurangan pada akun pembelian dan utang dagang
Pengurangsajian utang dagang yang disengaja umumnya mengakibatkan
kurang saji dalam pembelian dan beban pokok penjualan serta lebih saji
dalam laba bersih penyalah gunaan yang melibatkan pembelian dalam bentuk
pembayaran kepada pemasok fiktif, pemberian suap atau kesepakatan ilegal
lainnya dengan para pemasok.

4. Bagian-bagian risiko kecurangan lainnya


a. Aset tetap
b. Beban gaji

Sumber-sumber informasi untuk mengukur risiko kecurangan:

20
1. Komunikasi diantara sesama tim audit.
2. Tanya jawab dengan manajemen.
3. Faktor-faktor resiko.
4. Prosedur analitis.
5. Informasi lainnya.

2.15 Tanggung Jawab Ketika Kecurangan Dicurigai Telah Terjadi


1. Merespon salah saji yang mungkin disebabkan oleh kecurangan
a. Jenis Teknik-teknik wawancara meliputi tanya jawab informal, tanya
jawab evaluasi, tanya jawab interogatif.
b. Mengevaluasi respons tanya jawab
c. Teknik mendengarkan
d. Mengamati tanda-tanda perilaku.
2. Tanggung jawab lainnya ketika dicurigai adanya kecurangan
PSA 70 mengharuskan auditor untuk mendapatkan bukti tambahan untuk
menentukan apakah kecurangan yang signifikan telah terjadi. Beberapa hal
yang dilakukan auditor:
a. Wawancara
b. Menggunakan perangkat lunak audit
c. Menggunakan program kertas kerja dasar
d. Memperluas prosedur substantive lainnya untuk menangani tingginya
risiko
e. Mengunakan jasa ahli
f. Mempertimbangkan implikasi pada aspek-aspek audit lainnya.

PERTIMBANGAN ATAS KECURANGAN DALAM AUDIT


LAPORAN KEUANGAN PSA NO. 70.
01 SA Seksi 110 [PSA No. 01] Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor
Independen, menyatakan bahwa "Auditor bertanggung jawab dalam
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai
tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan." 1Seksi ini memberikan panduan bagi
auditor untuk memenuhi tanggung jawab tersebut, yang berkaitan dengan
kecurangan, dalam audit terhadap laporan keuangan yang dilaksanakan berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

GAMBARAN DAN KARAKTERISTIK KECURANGAN


Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan
auditor berkaitan secara khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap
salah saji material dalam laporan keuangan. Faktor yang membedakan antara
kecurangan dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang

21
berakibat terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang
disengaja atau tidak disengaja.2Ada dua tipe salah saji yang relevan dengan
pertimbangan auditor tentang kecurangan dalam audit atas laporan keuangan-salah
saji yang timbul sebagai akibat dari kecurangan dalam pelaporan keuangan
dan kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap
aktiva.3Kedua salah saji ini dijelaskan lebih lanjut dalam paragraf berikut ini.

Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan


adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan
dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.
Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti yang
disajikan berikut ini:
a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan
b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan
c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap


aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan
dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk


pemalsuan tanda tangan.Sebagai contoh, manajemen yang melakukan kecurangan
dalam pelaporan keuangan dapat mencoba menyembunyikan salah saji dengan
menciptakan faktur fiktif; karyawan atau manajemen yang memperlakukan kas
secara tidak semestinya dapat mencoba menyembunyikan tindakan pencurian
mereka dengan memalsu tanda tangan atau menciptakan pengesahan elektronik
yang tidak sah di atas dokumen otorisasi pengeluaran kas.Audit yang
dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia jarang berkaitan dengan keaslian dokumentasi, atau auditor tidak
terlatih sebagai atau diharapkan sebagai seorang yang ahli dalam menguji
keaslian seperti itu.

Kecurangan juga disembunyikan melalui kolusi di antara manajemen,


karyawan atau pihak ketiga sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu bahwa
pengendalian aktivitas telah dilaksanakan secara efektif dapat disajikan kepada
auditor. Contoh lain, auditor dapat menerima konfirmasi palsu dari pihak ketiga
yang melakukan kolusi dengan manajemen. Kolusi dapat menyebabkan auditor
percaya bahwa suatu bukti dapat meyakinkan, meskipun kenyataannya palsu.

22
Meskipun kecurangan biasanya disembunyikan, adanya faktor risiko atau
kondisi lain dapat memperingatkan auditor tentang kemungkinan adanya kecurangan.
Sebagai contoh, suatu dokumen yang hilang, buku besar yang tidak seimbang,
atau hubungan analitik yang tidak masuk akal.Namun, kondisi tersebut mungkin
juga sebagai akibat dari keadaan selain kecurangan.Dokumen mungkin hilang
secara sah; buku besar mungkin tidak seimbang karena kekeliruan akuntansi yang
tidak disengaja; dan hubungan analitik mungkin sebagai akibat dari perubahan
faktor-faktor ekonomi yang tidak diketahui.Bahkan laporan tentang
kecurangan yang diduga keras terjadi belum tentu selalu dapat dipercaya, karena
karyawan atau pihak luar mungkin salah atau mungkin didorong untuk
melakukan tuduhan palsu.

PENGERTIAN UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM PSA


No.31
Istilah unsur tindakan pelanggaran hukum dalam Seksi ini berarti pelanggaran
terhadap hukum atau peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Unsur
tindakan melanggar hukum oleh klien adalah unsur tindakan pelanggaran yang
dapat dihubungkan dengan entitas yang laporan keuangannya diaudit, atau tindakan
manajemen atau karyawan yang bertindak atas nama entitas. Pengertian unsur
tindakan pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk pelanggaran perorangan yang
dilakukan oleh manajemen dan karyawan entitas yang tidak berkaitan dengan kegiatan
bisnis entitas.
Ketergantungan atas Pertimbangan Hukum
Penentuan apakah secara nyata suatu perbuatan disebut melanggar hukum biasanya di
luar kompetensi profesional seorang auditor.Auditor dalam hubungannya dengan
penyajian laporan keuangan menempatkan dirinya sebagai pihak yang cakap dalam
akuntansi dan ua diting.Latihan, pengalaman, dan pemahaman auditor atas
usaha klien dan lingkungan industrinya dapat memberikan dasar guna mengenali
adanya perbuatan klien yang merupakan unsur tindakan pelanggaran
hukum.Namun, penentuan apakah suatu perbuatan merupakan pelanggaran
hukum atau bukan biasanya didasarkan atas hasil penilaian atau nasihat ahli
hukum yang telah mempelajari pokok persoalannya dan memiliki keahlian
untuk itu atau penentuannya menunggu sampai adanya keputusan pengadilan.

Hubungan dengan Laporan Keuangan


Tindakan melanggar hukum yang dikaitkan dengan laporan keuangan
sangat bervariasi pada umumnya semakin jauh unsur pelanggaran hukum
terpisah dari kejadian dan transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan,
semakin kecil kemungkinan audi-tor menyadari atau mengenali adanya unsur
tindakan pelanggaran hukum tersebut.

23
Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang
dipahaminya sebagai hal yang memiliki pengaruh langsung dan material dalam
penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh,
peraturan perpajakan mempengaruhi besarnya accrual dan besarnya jumlah yang
diperlakukan sebagai beban dalam suatu periode akuntansi; demikian pula halnya
dengan penerapan hukum dan peraturan akan mempengaruhi jumlah piutang
pendapatan dalam kontrak kerja dengan pihak pemerintah. Namun, auditor lebih
mempertimbangkan hukum dan peraturan dari sudut pandang hubungan hukum
dan peraturan dengan tujuan audit yang ditentukan atas dasar pernyataan dalam
laporan keuangan, daripada tinjauan semata-mata dari sudut pandang hukum.
Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi dan melaporkan salah saji sebagai akibat
adanya unsur tindakan pelanggaran hukum yang berdampak langsung dan material
terhadap penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan
adalah sama dengan tanggung jawab auditor untuk mendeteksi adanya salah saji
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan sebagaimana dijelaskan dalam
SA Seksi 110 [PSA No. 02] Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen..

Suatu entitas mungkin dipengaruhi oleh banyak hokum atau peraturan,


termasuk di dalamnya peraturan perdagangan sekuritas, ketenagakerjaan dan
keselamatan kerja, kesehatan, lingkungan hidup, dan peraturan lainnya.Umumnya
hukum dan peraturan tersebut lebih berkaitan dengan aspek operasi daripada aspek
keuangan dan akuntansi suatu entitas, sehingga dampaknya terhadap laporan
keuangan bersifat tidak langsung.Auditor biasanya tidak memiliki dasar
memadai untuk mengenali kemungkinan unsur tindakan pelanggaran hukum dan
peraturan tersebut.Dampak tidak langsung tersebut di atas biasanya berupa
pengungkapan kewajiban bersyarat yang diperlukan oleh manajemen karena
adanya tuntutan atau penentuan adanya unsur tindakan pelanggaran hukum
berdasarkan informasi andal.Sebagai contoh, efek yang mungkin dibeli atau
dijual berdasarkan informasi orang dalam.Sementara dampak langsung
pembelian atau penjualan efek tersebut mungkin telah dicatat secara benar,
dampak tidak langsungnya yang berupa kewajiban bersyarat yang disebabkan
adanya unsur pelanggaran peraturan efek mungkin tidak diungkapkan secara
memadai.

24
BAB III
PEMBAHASAN

KASUS
SUNBEAM CORP.

Latar Belakang
 Perusahaan Sunbeam terletak di Boca Raton, Florida yang bergerak di
bidang peralatan camping yang dipimpin oleh Albert Dunlap
 Pada tahun 1996 perusahaan ini mengalami kemunduran dengan
memberhentikan 12.000 pekerja dan menutup kantor dan gudang -
gudangnya
 tahun 1997 Sunbeam dilaporkan menghasilkan $ 109. 4 juta atau $ 141 per
saham setiap penjualan $ 1.2 miliyar
 pada tahun 1998 Sunbeam jatuh bangkrut dengan kehilangan $ 44.6 juta
dengan mengalami kemunduran penjualan 3.6%.

Permasalahan.

a. Biaya restrukturisasi perusahaan tahun 1996 sebesar $337 juta sebelum


pajak termasuk $90 juta dari persediaan produk yang dihentikan
diturunkan ke nol. Jika produk ini terjual di tahun 1997 dengan penurunan
harga 50 persen, hasilnya akan mempengaruhi sepertiga dari laba
Sunbeam tahun 1997.

b. Pada akhir tahun neraca 1997, biaya dibayar dimuka danaktiva lancar
lainnyamenurun turun menjadi $17.2 juta dari $40.4 juta pada tahun 1996.
Bagian dari biaya restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus
beberapa biaya yang mempunyai manfaat ekonomi di masa depan sampai
tahun 1997.

c. Jumlah yang disediakan untuk product warranty allowances dan cadangan


lainnya sebagai bagian dari restrukturisasi tahun 1996 dibalik pada tahun
1997, yang membuat penambahan sekitar $25 juta ke laba perusahaan.

25
d. Bagian dari biaya restrukturisasi tahun 1996, Sunbeam menghapus nilai
properti, pabrik, dan peralatan sebesar $92 juta. Beberapa dari
penghapusan ini berlaku untuk aset perusahaan yang terjual, tetapi
sebagian besar berlaku untuk asset yg digunakan dalam operasi yang
sedang berjalan.

e. Pengiklanan sunbeam’sdanbiaya promositurun dari $ 71,5 juta pada tahun


1996 ke $56.4 pada tahun 1997 sebagaihasil dari kapitalisasi peningkatan
iklan dan biaya promosi produk.

f. penyisihanpiutang tak tertagihturun dari23,4 juta pada tahun 1996


menjadi8,4 juta pada tahun 1997, menunjukkan kurangnya pendekatan
konservatif pada penilaian piutang.

g. Persediaan Sunbeam meningkat 40 percent selama tahun 1997-an,


peningkatan tidak dibenarkan oleh backlogs. Namun dengan adanya
peningkatan produksi perusahaan diizinkan untuk mengkapitalisasi
manufacturing overhead ke dalam persediaan yang seharusnya telah
dibebankan pada laba tahun 1997 sebagai kerugian kapasitas.

h. Perusahaan menunda pencatatan penjualan tahun 1996 (tahun kerugian)


danpendapatan diakui di tahun 1997. Pada akhir tahun 1997, $35 juta dari
penjualan telah dibukukan, dengan terdapat penjualan “bill and hold”
belum meninggalkan gudang pada akhir tahun.

Item yang dijelaskan di atasmenambahkansekitar $120 juta


untukpendapatansunbeam. laporanarus kasnya dimana mencerminkan arus kas
operasi negatif sebesar $8.2 juta perusahaan memecat Dunlap pada bulan Juni
1998 dan SEC meluncurkan investigasi ke dalam praktek akuntansi perusahaan.
sementara itu, arthur andersen, auditor independen sunbeam itu menyarankan
perusahaan itu tetap bertahan dengan pendapat wajar tanpa pengecualian pada
tahun 1997 di dalam laporan keuangan sunbeam tsb. meskipun dewan direksi puas
bahwa akuntansi perusahaan dikonfirmasi ke GAAP, komite audit menyatakan
keprihatinan tentang quality of the numbers.

KESIMPULAN

Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melalui strategi penipuan


akuntansi. perusahaan ini juga melakukan hal yang tidak benar melakukan
transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan depan dari

26
pengiriman sebenarnya dan tagihannya. Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan
kembali laporan keuangan selama enam kuartal.
Pelaporan keuangan yang tidak biasa ini telah membuat direktur utama
Sunbeam Al Dunlap mengundurkan diri. Tahun 2001, SEC menuntut lima bekas
ekesekutif Sunbeam dan Andersen LLP, atas pekerjaan auditnya untuk Sunbeam,
dan setuju untuk membayar $ 110 juta untuk menyelesaikan tuntutan hukum atas
kecurangan akuntansi di atas.

SARAN

Perusahaan sebaiknya menerapkan sistem Good Corporate Governance


(GCG) secara lebih intensif, sehingga dapat meningkatkan kualitas perusahaan
dengan adanya prinsip-prinsip Transparancy, akuntabilitas, responbilitas,
independensi, kesetaran.
Selanjutnya meningkatkan internal control perusahaan agar tidak terjadi
kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.

27

Anda mungkin juga menyukai