Anda di halaman 1dari 25

MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT

DISUSUN OLEH :

NABILA.R (2210531024)

ECHI SEPTI SUARTIKA (2210531006)

KETRYN RISKA IRAWAN (2210531003)

PENGAUDITAN 1

DOSEN PENGAMPU:

Yuskar, Dr, MA, Ak, CA

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN AJARAN

2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segenap
limpahan rahmat dan karunia-nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT” ini dengan tepat
waktu.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Pengauditan 1 yang diampu oleh Bapak Yuskar, Dr, MA, Ak, CA. Di samping itu,
penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sarana pembelajaran serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita tersama.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari akan segala kekurangan dan
ketidaksempurnan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena
itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini dimasa yang akan dating.

Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam proses pembuatan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan bagi penulis khusunya.

Padang, 05 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Konsep Materialitas........................................................................................3

2.2 Pentinganya Konsep Materialitas Dalam Audit Laporan Keuangan..............4

2.3 Pertimbangan Awal Tentang Materialitas......................................................5

2.4 Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan...............................................6

2.5 Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun...........................................................7

2.6 Mengolokasikan Materialitas Laporan Keuangan Pada Akun- Akun............7

2.7 Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit......................................8

2.8 Defenisi Risiko Audit.....................................................................................8

2.9 Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan dan Saldo Akun...................9

2.10 Model Risiko Audit......................................................................................9

2.11 Komponen Risiko Audit ............................................................................10

2.12 Pengendalian Risiko Audit.........................................................................11

2.13 Hubungan Antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit ................12

2.14 Strategi Audit.............................................................................................13

2.15 Jenis-Jenis Strategi Audit ..........................................................................14

2.16 Pentingnya Strategi Audit .........................................................................14

2.17 Komponen Strategi Audit Pendahuluan.....................................................15

3
2.18 Strategi Audit Tambahan............................................................................17

2.19 Penekanan Pada Risiko Bawaan dan Prosedur Analitis ............................18

2.20 Hubungan Antara Strategi dan Siklus Akuntansi.......................................18

BAB III PENUTUP...........................................................................................20

3.1 Kesimpulan...................................................................................................20

3.2 Saran.............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................21

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Materialitas adalah dasar dari standar audit, khususnya standar pekerjaan lapangan
dan pelaporan. Besar nilai yang hilang atau salah menggunakan informasi akuntansi
dikenal sebagai "materialitas". Dalam konteks apa pun, kehilangan atau salah
menggunakan informasi ini dapat mengubah atau mempengaruhi persepsi orang yang
mempercayainya.

Risiko audit adalah ketika auditor tidak menyadari mengubah pendapatnya


tentang laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin tepat pendapat
auditor, semakin rendah resiko audit yang dia bersedia menanggung.

Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelakasanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya.
Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang pernyataan yang ada
dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Konsep Materialitas
2. Pentingnya Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan Keuangan
3. Pertimbangan Awal Tentang Materialitas
4. Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan
5. Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun
6. Mengalokasikan Materialitas Laporan Keuangan Pada Akun-Akun
7. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
8. Defenisi Risiko Audit
9. Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan dan Saldo Akun
10. Model Risiko Audit
11. Komponen Risiko Audit
12. Pengendalian Risiko Audit
13. Hubungan Antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit

1
14. Strategi Audit
15. Jenis-Jenis Strategi Audit
16. Pentingnya Strategi Audit
17. Komponen Strategi Audit Pendahuluan
18. Strategi Audit Tambahan
19. Penekanan Pada Risiko Bawaan dan Prosedur Analitis
20. Hubungan Antara Strategi dan Siklus Akuntansi

1.3 Tujuan Penulisan


1. Konsep Materialitas
2. Pentingnya Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan Keuangan
3. Pertimbangan Awal Tentang Materialitas
4. Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan
5. Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun
6. Mengalokasikan Materialitas Laporan Keuangan Pada Akun-Akun
7. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
8. Defenisi Risiko Audit
9. Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan dan Saldo Akun
10. Model Risiko Audit
11. Komponen Risiko Audit
12. Pengendalian Risiko Audit
13. Hubungan Antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit
14. Strategi Audit
15. Jenis-Jenis Strategi Audit
16. Pentingnya Strategi Audit
17. Komponen Strategi Audit Pendahuluan
18. Strategi Audit Tambahan
19. Penekanan Pada Risiko Bawaan dan Prosedur Analitis
20. Hubungan Antara Strategi dan Siklus Akuntansi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Materialitas

Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai


:“Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang
yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut.”

Menurut definisi di atas, auditor harus mempertimbangkan situasi yang berkaitan


dengan satuan usaha, juga dikenal sebagai perusahaan klien, serta informasi yang
diperlukan oleh mereka yang akan bergantung pada laporan keuangan yang telah
diaudit. Karena tanggung jawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara
material, auditor harus, berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal
itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi.

Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal penting untuk penyajian


laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Namun, ada beberapa hal yang tidak penting.

Materialitas adalah dasar dari standar audit, khususnya standar pekerjaan lapangan
dan pelaporan. Akibatnya, materialitas mempengaruhi semua aspek audit dalam audit
laporan keuangan. Sesuai dengan SA Seksi 319 Risiko Audit dan Materialitas Audit
dalam Pelaksanaan Audit, auditor diharuskan untuk mempertimbangkan materialitas
dalam perencanaan audit dan menilai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.

Besar nilai yang dihilangkan atau salah saji dalam informasi akuntansi, dilihat dari
konteksnya, disebut "materialitas". Hal ini dapat mengubah atau mempengaruhi
pertimbangan orang yang mempercayai informasi tersebut.

Auditor mengikuti lima langkah yang saling terkait erat dalam menerapkan
materialitas.

3
Langkah-Langkah Dalam Menerapkan Materialistas:
A. Merencanakan luas pengujian
Langkah 1 : Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
Langkah 2 : Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas segmen-
segmen
B. Mengevaluasi hasil-hasil
Langkah 3 : Mengestimasi total salah saji dalam segmen
Langkah 4 : Memperkirakan salah saji gabungan
Langkah 5 : Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan
atau yang direvisi tetentang materialitas.

Salah saji material terjadi ketika laporan keuangan tidak disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Salah saji material
terjadi ketika salah saji tersebut secara individual atau keseluruhan memiliki dampak
yang cukup signifikan.Ada kemungkinan salah saji karena kekeliruan atau kecurangan.
Istilah "kekeliruan" mengacu pada jumlah yang salah atau pengungkapan yang tidak
disengaja dalam laporan keuangan. Salah satu jenis kesalahan akuntansi adalah sebagai
berikut:
a) Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menyebabkan laporan
keuangan dibuat;
b) Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang dihasilkan dari salah tafsir atau
kecerobohan; dan
c) Kesalahan dalam menerapkan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan.

Auditor tidak dapat menjamin kepada klien atau pemakai laporan keuangan yang
lain bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat dalam laporan audit.

2.2 Pentingnya Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan Keuangan

Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi
klien atau pemakai laporan keuangan yang lain bahwa laporan keuangan yang diaudit
adalah akurat karena auditor yang bersangkutan tidak dapat memeriksa semua transaksi

4
dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi telah
dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara akurat ke dalam laporan
keuangan. Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
keyakinan (assurance) sebagai berikut:

a) Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam


laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan,
dan dikompilasi.
b) Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit
yang cukup untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
c) Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan
informasi, jika ada perkecualian), bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam
laporan.

Oleh karena itu, ada dua konsep yang mendasari keyakinan auditor: konsep
materialitas, yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya, dan konsep risiko audit,
yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah keyakinannya
tentang laporan keuangan yang sebenarnya mengandung salah saji material.

2.3 Pertimbangan Awal Tentang Materialitas


SAS 107 (AU 312) mewajibkan auditor untuk menentukan jumlah salah saji
gabungan dalam laporan keuangan; ini akan dianggap material pada awal audit.
Keputusan ini disebut sebagai pertimbangan materialitas pendahuluan. Karena,
meskipun ini adalah pendapat profesional, hal itu mungkin saja berubah selama
penugasan. Semua pertimbangan ini harus dicatat dalam file audit.
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah tingkat tertinggi yang
membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah tetapi tidak berdampak
pada keputusan yang bijaksana para pemakai. Auditor menetapkan pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas untuk membantu merencanakan pengumpulan bukti
yang tepat. Semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan, semakin rendah nilai uang
pertimbangan pendahuluan ini. Auditor sering mengubah pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas selama audit.

5
Tingkat materialitas perencanaan audit dipertimbangkan oleh auditor sejak awal.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif mengenai hubungan
salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan dan kualitatif mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan salah saji. Salah saji yang secara kuantitatif tidak
material dapat menjadi material secara kualitatif karena faktor-faktor yang
menyebabkannya. Berikut ini adalah contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif
yang dilakukan auiditor dalam pertimbangan materialitas.

1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti :
a) Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
b) Total aktiva dalam neraca.
c) Total aktiva lancar dalam neraca.
d) Total ekuitas pemegang saham dalam neraca.

2. Faktor kualitatif, seperti :


a) Kemungkinan pembayaran yang melanggar hukum
b) Kemungkinan terjadinya ketidakberesan.
c) Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada
tingkat minimum tertentu.
d) Adanya gangguan dalam trend laba.
e) Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.

2.4 Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan


Auditor menerapkan materialitas dalam dua cara: Pertama, dalam perencanaan
audit dan Kedua, saat mengevaluasi bukti audit selama pelaksanaan audit. Dalam
merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi materialitas karena ada hubungan
yang terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang dianggap material oleh
auditor dan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran
laporan keuangan. Auditor akan menghabiskan waktu dan usaha yang tidak diperlukan
jika mereka menemukan jumlah materialitas terlalu rendah. Sebaliknya, jika mereka
menemukan jumlah materialitas terlalu tinggi, mereka akan mengabaikan salah saji

6
yang signifikan dan memberikan pendapat yang wajar, kecuali untuk laporan keuangan
yang sebenarnya mengandung salah saji material.
Laporan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan
atau kecurangan yang dampaknya, secara indifidual atau secara gabungan. Dalam
perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat
materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan tersebut. Kenyataannya setiap
laporan keuangan dapat memiliki lebih dari satu materialitas. Meski demikian sampai
saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
tentang ukuran kuantitatif materialitas.

2.5 Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun


Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin ada
dalam saldo akun yang dianggap material. Tidak boleh menggabungkan konsep
materialitas pada tingkat saldo akun dengan saldo akun material. Karena saldo akun
material adalah total saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan
dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi
keungangan. Saldo akun biasanya menunjukkan batas atas lebih saji dalam akun
tersebut.
Auditor harus mempertimbangkan materialitas laporan keuangan dan materialitas
pada tingkat saldo akun. Menurut pertimbangan ini, auditor harus merencanakan audit
untuk menemukan salah saji yang mungkin tidak signifikan secara individu, tetapi jika
digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun lainnya, dapat signifikan untuk laporan
keuangan secara keseluruhan.

2.6 Mengalokasikan Materialitas Laporan Keuangan Pada Akun-Akun


Jika pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan
diklasifikasikan, materialitas laporan keuangan dapat dialokasikan ke masing-masing
akun secara terpisah. Pengalokasian ini dapat dilakukan baik untuk akun neraca maupun
akun laba-rugi. Namun, karena akun neraca lebih sedikit dan hampir semua salah saji
laporan laba-rugi mempengeruhi akun neraca, auditor seringkali melakukan alokasi atas
dasar akun neraca dan mempertimbangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk
memverifikasi akun tersebut.

7
2.7 Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit

Jika materialitas rendah jumlah salah saji yang kecil dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi keuangan, auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompoten dalam
jumlah banyak. Sebaliknya, jika materialitas tinggi jumlah salah saji besar baru dapat
mempegaruhi keputusan pemakai informasi keuangan, auditor perlu mengumpulkan
bukti audit kompoten dalam jumlah sedikit. Berbagai kemungkinan antara materialitas,
bukti audit, dan resiko audit digambarkan sebagai berikut:

1. Jika resiko audit tetap ada dan tingkat materialitas menurun, auditor harus
menambah jumlah bukti audit.
2. Jika tingkat materialitas tetap ada dan jumlah bukti audit menurun, resiko audit
menjadi meningkat.
3. Jika auditor ingin mengurangi resiko audit dengan salah satu dari tiga cara
berikut:
a. Menambah tingkat materialtas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah setiap jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat
materialitas secara bersama-sama.

2.8 Defenisi Risiko Audit

Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit,
yang menyatakan risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam
menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya.

Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan


atas dasar bukti yang diperoleh dari verifikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun
secara individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko

8
audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko
audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan
berada pada tingkat yang rendah.

2.9 Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan Dan Tingkat Saldo Akun

Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan


informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor
mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Risiko audit dibagi menjadi dua bagian :

a) Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)


Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai
keseluruhan. Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan
risiko audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang
dapat ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan
secara wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji
material.

b) Risiko Audit Individual


Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan. Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap
akun-akun secara individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepada
akunakun yang berkaitan. Risiko audit individual perlu ditentukan untuk setiap akun
karena akun tertentu seringkali sangat penting karena besar saldonya dan/atau frekuensi
transaksi perubahannya. Dari pengalaman audit di tahun sebelumnya, auditor dapat
menaksir risiko audit atas akun tertentu.

2.10 Model Risiko Audit

Model Risiko Audit Risiko audit sendiri merupakan suatu tingkat kepastian
tertentu yang terjadi dalam pelaksanaan audit. Model risiko audit membantu auditor
memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang harus dikumpulkan pada setiap
siklusnya. Model risiko audit dinyatakan dalam :

AR = IR x CR X DR

9
Dimana : DR = Risiko Deteksi

AR = Risiko Audit

IR = Risiko Inheren

CR = Risiko Pengendalian

Untuk mnegilustrasikan penggunaan dari model tesebut, asumsikan bahwa auditor telah
membuat penilaian risiko berikut untuk suatu asersi tertentu seperti asersi Kelengapan
untuk persedian.

AR = 5% , IR = 75%, CR = 50%

Risiko deteksi dapat ditentukan sebagai berikut :

DR = AR = 5% = 13%

IR x CR 75% x 50%

Risiko deteksi sebesar 13%, berarti auditor perlu merencanakan pengujian


substansif dengan suatu cara yang akan menghasilkan risiko yang dapat diterimna
bahwa terdapat kemungkinan kegagalan sekitar sebesar 13% dalam mendeteksi salah
saji yang material. Risiko ini dapat diterima jika auditor memiliki keyakinan dari
sumber-sumber lain untuk mendukung penilaian risiko bawaan dan risiko pengendalian.

2.11 Komponen Risiko Audit

SAS NO. 47 (AU 312.20) menyatakan bahwa risiko audit terdiri dari 3
komponen: risiko bawaan, risiko pengendalian, risiko deteksi.

1) Risiko Bawaan Risiko bawaan (Inherent risk)


merupakan kerentanan asersi terhadap salah saji (misstatement) yang material, dengan
mengasumsikan bahwa tidak ada suatu pengendalian yang berhubungan. Risiko salah
saji (misstatement) seperti itu lebih besar dalam beberapa asersi laporan keuangan dan
saldo-saldo atau pengelompokan yang berhubungan daripada yang lainnya. Risiko ini
dipertimbangkan pada tahap perencanaan audit. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit
lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana.

10
Akun yang terdiri dari jumlah yang berasal estimasi akuntansi cenderung mengandung
risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data
berupa fakta.

2) Risiko Pengendalian Risiko Pengendalian (control risk)


merupakan risiko bahwa suatu salah saji yang material yang akan terjadi dalam asersi
tidak dapat dicegah atau di deteksi secara tepat waktu oleh pengendalian perusahaan.
Risiko ini merupakan fungsi ke efektifan perancangan dan operasi pengendalian internal
dalam mencapai tujuan entitas yang relevan untuk menyusun laporan keuangan entitas.
Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan yang melekat pada
pengendalian internal.

3) Risiko Deteksi Risiko Deteksi (detection risk)


merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji yang material dalam
suatu perusahaan. Risiko ini merupakan fungsi ke efektifan prosedur audit dan
aplikasinya oleh auditor. Hal sebagian muncul dari ketidakpastian yang ada ketika
auditor tidak memeriksa semua saldo akun atau kelompok transaksi untuk
mengumpulkan bukti tentang asersi lainnya.

2.12 Pengendalian Risiko Audit

Setelah mengidentifikasi dan mengukur potensi bahaya yang dihadapi


perusahannya, manajer risiko harus memutuskan bagaimana mengatasi risiko tersebut.
Dengan kata lain, pengendalian risiko ( risk control) adalah suatu tindakan untuk
menyelamatkan perusahaan dari kerugian.

Pengendalian Risiko dijalankan dengan metode berikut :

1) Menghindari risiko
 Menolak memiliki, menerima, atau melaksanaan kegiatan itu walaupun hanya
untuk sementara.
 Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan
kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko.
2) Mengendalian kerugian

11
 Memindahkan kas untuk terjadinya kerugian
 Mengurangi keparahan jika kerugian itu memang terjadi.
3) Pemisahan
 Mengurangi jumlah kerugian untuk satu peristiwa
 Dengan menambah banyaknya independent exposure unit maka probabilitas
kerugian diperecil.
 Menyebarkan harta yang menghadapi resiko yang sama, menggantikan penempatan dalam
satu lokasi.
4) Kombinasi
 Salah satu caranya adalah dengan perembangan internal (memperbanyak unit,
merger dengan perusahaan lain)
 Menambah banyanya exposure unit dalam batas kendali perusahaan yang bersangutan
dengan tujuan agar erugian yang akan dialami lebih dapat diramalkan.
5) Pemindahan Resiko
 Resiko itu sendiri yang dipindahkan

2.13 Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit

Di awal telah diuraikan bahwa terdapat hubungan berlawanan antara materialitas


dan bukti audit. Jika materialitas rendah jumlah salah saji yang kecil saja dapat
mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan auditor perlu mengumpulkan
bukti audit kompeten dalam jumlah banyak. Sebaliknya, jika materialitas tinggi jumlah
salah saji besar baru dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan
auditor hanya perlu mengumpulkan bukti audit kompeten dalam jumlah sedikit.

Demikian pula hubungan antara risiko audit dengan bukti audit. Jika risiko audit
lebih rendah, auditor lebih bersedia untuk menanggung risiko audit yang lebih rendah,
sehingga tingkat kepastian yang diinginkan auditor adalah lebih tinggi dan auditor harus
mengumpulkan lebih banyak bukti audit yang kompeten. Sebaliknya, semakin tinggi
risiko audit, auditor bersedia untuk menanggung risiko audit tinggi sehingga tingkat
kepastian yang di inginkan oleh auditor adalah rendah, auditor perlu mengumpulkan
bukti audit kompeten dalam jumlah kecil saja. Berbagai kemungkinan hubungan antara
materialitas, bukti audit, dan risiko audit digambarkan sebagai berikut :

12
1) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas di
kurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan,
2) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat,
3) Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini:
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat
materialitas secara bersama-sama.

2.14 Strategi Audit

Strategi audit adalah aktivitas yang pertama kali dilakukan dari seluruh rangkaian
kegiatan audit. Strategi audit dapat didefinisikan sebagai proses penyusunan arahan atau
petunjuk audit dan penyelarasan antara pemahaman auditor atas kegiatan auditan
dengan fokus audit yang akan dilakukan. Auditor harus mempertimbangkan kegiatan
utama (main activity) auditan dan indikator kinerja untuk industri atau perusahaan
sejenis yang dapat berpengaruh terhadap proses audit. Auditor perlu juga
mengidentifikasi faktor-faktor penting bagi keberhasilan pelaksanaan audit, baik dalam
menyusun program audit untuk merumuskan opini audit maupun dalam menyediakan
jasa pelayanan profesional bermutu lainnya yang diharapkan auditan.
Auditor bertanggung jawab untuk mengembangkan strategi audit dan
mengkomunikasikan strategi tersebut kepada anggota tim audit lainnya. Auditor juga
dapat mendelegasikan unsur-unsur tertentu ketika mempersiapkan strategi audit dan
meminta nasihat dari pihak lain yang lebih berpengetahuan. Untuk audit yang
melibatkan beberapa departemen atau divisi dengan operasi atau aktivitas berbeda,
pertimbangan dapat diberikan untuk mengembangkan strategi audit yang berbeda untuk
setiap departemen atau divisi.

Auditor menggunakan berbagai teknik untuk menentukan tingkat keyakinan


relatif untuk melakukan pengendalian substantif dan pengujian untuk penemuan bukti.

13
Auditor mengidentifikasi pengendalian dan kemudian membuat keputusan tentang
sejauh mana pengendalian tersebut berkaitan dengan pengujian substantif.

2.15 Jenis Jenis Strategi Audit

Dua alternatif strategi audit mungkin dikembangkan untuk asersi terkait saldo
akun yang signifikan atau penggolongan transaksi.
1. Primarily substantive approach ( Pendekatan Terutama Substantif )
Auditor mengumpulkan hampir semua bukti audit, dan hampir atau sama sekali tidak
mempercayai Internal Control. Pada dasarnya ada tiga alasan auditor menggunakan
pendekatan ini :
a) Hanya ada sedikit (jika ada) kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang
relevan dengan perikatan audit atas Laporan Keuangan.
b) Kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang berkaitan dengan asersi
untuk akun dan golongan transaksi signifikan tidak efektif.
c) Peletakan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk
asersi tertentu.
2. Lower control risk approach.
Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau tingkat kepercayaan penuh terhadap
pengendalian internal, akibatnya audit hanya sedikit melaksanakan pengujian
substantif.

Dalam memilih alternatif strategi audit tersebut, auditor mempertimbangkan


faktor-faktor sebagai berikut:

1. Planned assessed level of control risk


2. Luas pemahaman auditor terhadap struktur pengendalian interaln yang dihimpun
3. Test of control yang dilaksanakan dalam menentukan risiko pengendalian
4. Planned assessed level of substantive test yang dilaksanakan auditor untuk
mengurangi risiko audit pada tingkat serendah mungkin.

2.16 Pentingnya strategi audit

14
Strategi audit adalah elemen fundamental dalam pelaksanaan audit. Proses penyusunan
strategi memungkinkan auditor untuk:
1. Dapat diungkapkan dengan cara-cara yang relevan bagi manajemen auditan.
2. Memahami kegiatan auditan, dalam sektor atau industri apa auditan bergerak dan
tujuan kegiatan auditan.
3. Memahami keefektifan pengendalian internal dan merancang pendekatan audit.
4. Mendapatkan bukti audit yang efektif.
5. Memperlancar komunikasi dengan manajemen auditan dan antar anggota tim audit
itu sendiri.

Karena hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor dapat
memilih strategi audit awal dalam merencanakan audit untuk suatu asersi individual
atau sekelompok asersi.Strategi audit awal dibagi menjadi dua kategori, yaitu
pendekatan dasar dan pendekatan penilaian risiko pengendalian pada tingkat yang lebih
rendah.

2.17 Komponen Strategi Audit Pendahuluan


Dalam mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk asersi-asersi, auditor
menspesifikasikan empat kompopnen sebagai berikut:
a) Tingkat risiko bawaan yang dinilai
b) Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai dengan
mempertimbangkan :
 Luas pemahaman mengenai pengendalian intern yang diperoleh
 Pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam mengukur risiko pengendalian
c) Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai dengan
mempertimbangkan:
 Luas pemahaman tentang bisnis dan industri yang diperoleh
 Prosedur analitis yang akan dilaksanakan yang menyediakan bukti mengenai
penyajian wajar dari suatu asersi.
d) Tingkat pengujian rincian yang direncanakan, apabila dikombinasikan dengan
prosedur lain, mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai.

15
Pedoman audit AICPA mengenai Consideration of Internal Control Structur in a
Financial Statement Audit memperkalkan dua strategi audit utama yang ekuivalen
dengan (1) suatu pendekatan substantif utama yang menekankan pengujian rincian dan
(2) suatu tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah.

a. Pendekatan Substantif Utama dengan Penekanan terhadap Pengujian Terinci


Menurut pendekatan substantif utama yang menekankan pengujian terinci
(primarily substantive approach emphasizing tests of details), auditor menspesifikasikan
komponen-komponen strategi audit sebagai berikut :
1) Gunakan tingkat risiko prosedur analisis yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat yang tinggi.
2) Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
yang tinggi (atau pada tingkat maksimum).
3) Rencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai bagian-bagian
yang relevan dari pengendalian intern.
4) Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
5) Rencanakan pengujian substantif yang luas atas transaksi dan saldo berdasarkan
pada tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat diterima yang rendah.

Auditor dapat memilih pendekatan ini ketika auditor mengetahui sejak awal, mungkin
dari pengalaman sebelumnya dengan klien atau dari tahap perencanaan awal, bahwa
pengendalian internal tidak ada atau tidak efektif.

Strategi ini juga dapat dipilih ketika auditor menyimpulkan bahwa biaya pelaksanaan
prosedur tambahan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai
pengendalian internal dan pengujian pengendalian untuk mendukung tingkat risiko
audit Pengendalian yang lebih tinggi akan lebih besar daripada biaya yang lebih tinggi.
Dilaksanakan secara menyeluruh dan praktis. Kondisi ini mungkin melibatkan
penyertaan rekening dengan jumlah rekening yang relatif sedikit atau transaksi yang
tidak sering terjadi.

b. Tingkat Risiko Pengendalian yang Dinilai Lebih Rendah

16
Menurut pendekatan tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah (lower
assessed level of control risk), auditor mensfesifikasikan komponen-komponen dari
strategi audit sebagai berikut :
1) Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat yang tinggi.
2) Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
sedang atau rendah.
3) Rencanakan pengujian pengendalian, mungkin pengujian pengendalian komputer
yang berada dalam sistem klien.
4) Rencanakan pengujian substantif atas transaksi atau saldo yang terbatas
berdasarkan tingkat risiko deteksi yang direncanakan untuk diterima pada tingkat
sedang atau tinggi

Auditor dapat memilih strategi ini jika ia yakin bahwa pengendalian yang terkait
dengan asersi tersebut dirancang dengan baik dan beroperasi dengan sangat efektif.
Selain itu, auditor harus yakin bahwa biaya pelaksanaan prosedur yang lebih luas untuk
memahami pengendalian internal, termasuk aspek TI dalam pengendalian internal dan
pengujian pengendalian, akan dikompensasi.Lebih dari sekadar dikompensasi oleh
penghematan biaya yang dihasilkan dari penerapan prosedur pemeriksaan latar belakang
pada transaksi dan saldo lebih baru.

2.18 Strategi Audit Tambahan


Pendekatan substantif utama yang menekankan pada prosedur analitis. Menurut
pendekatan substantive utama yang menekankan pada prosedur analitis, auditor
menspesifikasikan komponen-komponen strategi audit berikut:
1) Memperoleh pengetahuan yang luas mengenai proses bisnis klien yang releven
dengan asersi
2) Auditor mengantisipasi bahwa dia dapat memperoleh bukti kompeten dari prosedur
analitis untuk mendukung suatu penilaian risiko sedang atau rendah dari bukti
tersebut.
3) Gunakan suatu tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai

17
4) Rencanakan untuk memperoleh suatu pemahaman minimum mengenai bagian
relevan dari pengendalian intern.
5) Rencanakan untuk memperoleh suatu pemahaman minimum mengenai bagian
relevan dari pengendalian intern.
6) Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
7) Rencanakan pengujian substantive atas transaksi dan saldo yang lebih sempit
sebagai akibat dari pengurangan risiko yang diberikan dari pengurangan risiko yang
diberikan prosedur analitis.
2.19 Penekanan pada risiko Bawaan dan prosedur Analitis
Penekanan pada risiko bawaan dan prosedur analitis juga mngasumsikan bahwa
prosedur analitis lebih murah dari pada prosedur audit lainnya, oleh karena itu,
pendekatan auditor menspesifikasikan komponen-komponen strategi audit sebagai
berikut ;
1) Risiko bawaan dinilai pada tingkat di bawah maksimum.
2) Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai serendah
mungkin.
3) Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
yang tinggi (atau pada tingkat maksimum)
4) Rencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai bagian yang
relevan dari pengendalian intern.
5) Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
6) Rencanakan pengujian substantive atas transaksi dan saldo yang lebih sempit
sebagai akibat dari pengurangan risiko yang diberikan dari pengurangan risiko
bawaan dan prosedur analitis yang lebih rendah

2.20 Hubungan antara Strategi dan Siklus Transaksi


Seringkali suatu strategi yang serupa diterapkan pada sekelompok asersi yang
dipengaruhi oleh golongan transaksi dalam suatu siklus transaksi. Logikanya adalah
bahwa banyak pengendalian intern berfokus pada pemrosesan satu jenis transaksi dalam
satu siklus. Meskipun, kantor akuntan menggunakan nama yang berbeda untuk
golongan transaksi, dan dalam beberapa kasus bahkan berbeda dalam menspesifikasikan
golongan transaksi mana yang masuk dalam siklus tertentu.

18
SIKLUS GOLONGAN TRANSAKSI UTAMA
Pendapatan Penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan
Pengeluaran Pembelian dan pengeluaran kas
Jasa Personel Penggajian
Produksi Memproses persediaan
Investasi Investasi dalam aktiva jangka panjang atau investasi
moneter dari kelebihan kas
Pembiayaan Pembiayaan dari hutang lancar dan hutang jangka panjang
serta modal saham

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dalam makalah ini, kami telah menguraikan bahwa materialitas adalah faktor
kunci dalam menentukan ruang lingkup audit dan penentuan risiko audit yang relevan.
Selain itu, strategi audit juga dipengaruhi oleh pemahaman yang mendalam tentang
materialitas dan risiko yang mungkin timbul dalam laporan keuangan klien.

Makalah ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana


materialitas dan risiko audit harus dipertimbangkan dalam perencanaan dan pelaksanaan
audit, sehingga memastikan bahwa audit dapat dilakukan dengan efisien dan efektif
dalam mendeteksi kesalahan atau penipuan dalam laporan keuangan. Kesimpulannya,
pemahaman yang baik tentang materialitas, risiko audit, dan strategi audit adalah hal
penting bagi auditor untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan memberikan
keyakinan yang diperlukan kepada pemangku kepentingan. Keseluruhan, makalah ini
menekankan pentingnya keseimbangan antara materialitas, risiko audit, dan strategi
audit dalam mencapai tujuan audit yang akurat dan efisien.

Dengan memahami hubungan antara ketiga konsep ini, auditor dapat melakukan
audit yang lebih efektif dan memberikan keyakinan yang lebih besar terkait dengan
kewajaran laporan keuangan yang diaudit. Audit yang efektif harus mempertimbangkan
tingkat materialitas yang tepat, mengidentifikasi risiko audit, dan merancang strategi
audit yang sesuai untuk mengatasi risiko tersebut. Dengan demikian, pemahaman yang
baik tentang hubungan antara ketiga konsep ini adalah kunci keberhasilan dalam audit
keuangan yang akurat dan andal.

3.2 Saran

20
Untuk berhasil dan memberikan keyakinan yang diperlukan kepada pemangku
kepentingan, auditor harus memiliki pemahaman yang baik tentang materialitas audit,
risiko audit, dan strategi audit.

DAFTAR PUSTAKA

Lobo, M.T. 2014. Materialitas, Risiko Audit, Dan Strategi Audit Awal. Academia.Edu.
[Online]

Available at: Materialitas, Risiko Audit, Dan Strategi Audit Awal | Maxyanus
Taruk Lobo' - Academia.Edu [Accessed 05 November 2023]

Maingak,UA, Kasmirawati, Dan Hasnita. 2014. Makalah Materialitas, Risiko, Dan


Strategi Audit Awal. Academia.Edu. [Online].

Available at: Materialitas, Risiko, Dan Strategi Audit Awal | Ufthi A Maingak -
Academia.Edu [Accessed 05 November 2023]

Apipah, F. 2014. Risiko Audit. Studocu. [Online].

Available at: https://www.scribd.com/doc/230901446/Risiko-Audit [Accessed 5


November 2023]

21

Anda mungkin juga menyukai