DISUSUN OLEH :
NABILA.R (2210531024)
PENGAUDITAN 1
DOSEN PENGAMPU:
DEPARTEMEN AKUNTANSI
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN AJARAN
2023 / 2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segenap
limpahan rahmat dan karunia-nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT” ini dengan tepat
waktu.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari akan segala kekurangan dan
ketidaksempurnan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena
itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini dimasa yang akan dating.
Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam proses pembuatan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan bagi penulis khusunya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.9 Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan dan Saldo Akun...................9
2.13 Hubungan Antara Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit ................12
3
2.18 Strategi Audit Tambahan............................................................................17
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................21
4
BAB I
PENDAHULUAN
Materialitas adalah dasar dari standar audit, khususnya standar pekerjaan lapangan
dan pelaporan. Besar nilai yang hilang atau salah menggunakan informasi akuntansi
dikenal sebagai "materialitas". Dalam konteks apa pun, kehilangan atau salah
menggunakan informasi ini dapat mengubah atau mempengaruhi persepsi orang yang
mempercayainya.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelakasanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya.
Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang pernyataan yang ada
dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
1
14. Strategi Audit
15. Jenis-Jenis Strategi Audit
16. Pentingnya Strategi Audit
17. Komponen Strategi Audit Pendahuluan
18. Strategi Audit Tambahan
19. Penekanan Pada Risiko Bawaan dan Prosedur Analitis
20. Hubungan Antara Strategi dan Siklus Akuntansi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Materialitas adalah dasar dari standar audit, khususnya standar pekerjaan lapangan
dan pelaporan. Akibatnya, materialitas mempengaruhi semua aspek audit dalam audit
laporan keuangan. Sesuai dengan SA Seksi 319 Risiko Audit dan Materialitas Audit
dalam Pelaksanaan Audit, auditor diharuskan untuk mempertimbangkan materialitas
dalam perencanaan audit dan menilai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.
Besar nilai yang dihilangkan atau salah saji dalam informasi akuntansi, dilihat dari
konteksnya, disebut "materialitas". Hal ini dapat mengubah atau mempengaruhi
pertimbangan orang yang mempercayai informasi tersebut.
Auditor mengikuti lima langkah yang saling terkait erat dalam menerapkan
materialitas.
3
Langkah-Langkah Dalam Menerapkan Materialistas:
A. Merencanakan luas pengujian
Langkah 1 : Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
Langkah 2 : Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas segmen-
segmen
B. Mengevaluasi hasil-hasil
Langkah 3 : Mengestimasi total salah saji dalam segmen
Langkah 4 : Memperkirakan salah saji gabungan
Langkah 5 : Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan
atau yang direvisi tetentang materialitas.
Salah saji material terjadi ketika laporan keuangan tidak disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Salah saji material
terjadi ketika salah saji tersebut secara individual atau keseluruhan memiliki dampak
yang cukup signifikan.Ada kemungkinan salah saji karena kekeliruan atau kecurangan.
Istilah "kekeliruan" mengacu pada jumlah yang salah atau pengungkapan yang tidak
disengaja dalam laporan keuangan. Salah satu jenis kesalahan akuntansi adalah sebagai
berikut:
a) Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menyebabkan laporan
keuangan dibuat;
b) Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang dihasilkan dari salah tafsir atau
kecerobohan; dan
c) Kesalahan dalam menerapkan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan.
Auditor tidak dapat menjamin kepada klien atau pemakai laporan keuangan yang
lain bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat dalam laporan audit.
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi
klien atau pemakai laporan keuangan yang lain bahwa laporan keuangan yang diaudit
adalah akurat karena auditor yang bersangkutan tidak dapat memeriksa semua transaksi
4
dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi telah
dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara akurat ke dalam laporan
keuangan. Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
keyakinan (assurance) sebagai berikut:
Oleh karena itu, ada dua konsep yang mendasari keyakinan auditor: konsep
materialitas, yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya, dan konsep risiko audit,
yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah keyakinannya
tentang laporan keuangan yang sebenarnya mengandung salah saji material.
5
Tingkat materialitas perencanaan audit dipertimbangkan oleh auditor sejak awal.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif mengenai hubungan
salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan dan kualitatif mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan salah saji. Salah saji yang secara kuantitatif tidak
material dapat menjadi material secara kualitatif karena faktor-faktor yang
menyebabkannya. Berikut ini adalah contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif
yang dilakukan auiditor dalam pertimbangan materialitas.
1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti :
a) Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.
b) Total aktiva dalam neraca.
c) Total aktiva lancar dalam neraca.
d) Total ekuitas pemegang saham dalam neraca.
6
yang signifikan dan memberikan pendapat yang wajar, kecuali untuk laporan keuangan
yang sebenarnya mengandung salah saji material.
Laporan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan
atau kecurangan yang dampaknya, secara indifidual atau secara gabungan. Dalam
perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat
materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan tersebut. Kenyataannya setiap
laporan keuangan dapat memiliki lebih dari satu materialitas. Meski demikian sampai
saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
tentang ukuran kuantitatif materialitas.
7
2.7 Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit
Jika materialitas rendah jumlah salah saji yang kecil dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi keuangan, auditor perlu mengumpulkan bukti audit kompoten dalam
jumlah banyak. Sebaliknya, jika materialitas tinggi jumlah salah saji besar baru dapat
mempegaruhi keputusan pemakai informasi keuangan, auditor perlu mengumpulkan
bukti audit kompoten dalam jumlah sedikit. Berbagai kemungkinan antara materialitas,
bukti audit, dan resiko audit digambarkan sebagai berikut:
1. Jika resiko audit tetap ada dan tingkat materialitas menurun, auditor harus
menambah jumlah bukti audit.
2. Jika tingkat materialitas tetap ada dan jumlah bukti audit menurun, resiko audit
menjadi meningkat.
3. Jika auditor ingin mengurangi resiko audit dengan salah satu dari tiga cara
berikut:
a. Menambah tingkat materialtas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah setiap jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat
materialitas secara bersama-sama.
Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit,
yang menyatakan risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam
menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya.
8
audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko
audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan
berada pada tingkat yang rendah.
2.9 Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan Dan Tingkat Saldo Akun
Model Risiko Audit Risiko audit sendiri merupakan suatu tingkat kepastian
tertentu yang terjadi dalam pelaksanaan audit. Model risiko audit membantu auditor
memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang harus dikumpulkan pada setiap
siklusnya. Model risiko audit dinyatakan dalam :
AR = IR x CR X DR
9
Dimana : DR = Risiko Deteksi
AR = Risiko Audit
IR = Risiko Inheren
CR = Risiko Pengendalian
Untuk mnegilustrasikan penggunaan dari model tesebut, asumsikan bahwa auditor telah
membuat penilaian risiko berikut untuk suatu asersi tertentu seperti asersi Kelengapan
untuk persedian.
AR = 5% , IR = 75%, CR = 50%
DR = AR = 5% = 13%
IR x CR 75% x 50%
SAS NO. 47 (AU 312.20) menyatakan bahwa risiko audit terdiri dari 3
komponen: risiko bawaan, risiko pengendalian, risiko deteksi.
10
Akun yang terdiri dari jumlah yang berasal estimasi akuntansi cenderung mengandung
risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data
berupa fakta.
1) Menghindari risiko
Menolak memiliki, menerima, atau melaksanaan kegiatan itu walaupun hanya
untuk sementara.
Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan
kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko.
2) Mengendalian kerugian
11
Memindahkan kas untuk terjadinya kerugian
Mengurangi keparahan jika kerugian itu memang terjadi.
3) Pemisahan
Mengurangi jumlah kerugian untuk satu peristiwa
Dengan menambah banyaknya independent exposure unit maka probabilitas
kerugian diperecil.
Menyebarkan harta yang menghadapi resiko yang sama, menggantikan penempatan dalam
satu lokasi.
4) Kombinasi
Salah satu caranya adalah dengan perembangan internal (memperbanyak unit,
merger dengan perusahaan lain)
Menambah banyanya exposure unit dalam batas kendali perusahaan yang bersangutan
dengan tujuan agar erugian yang akan dialami lebih dapat diramalkan.
5) Pemindahan Resiko
Resiko itu sendiri yang dipindahkan
Demikian pula hubungan antara risiko audit dengan bukti audit. Jika risiko audit
lebih rendah, auditor lebih bersedia untuk menanggung risiko audit yang lebih rendah,
sehingga tingkat kepastian yang diinginkan auditor adalah lebih tinggi dan auditor harus
mengumpulkan lebih banyak bukti audit yang kompeten. Sebaliknya, semakin tinggi
risiko audit, auditor bersedia untuk menanggung risiko audit tinggi sehingga tingkat
kepastian yang di inginkan oleh auditor adalah rendah, auditor perlu mengumpulkan
bukti audit kompeten dalam jumlah kecil saja. Berbagai kemungkinan hubungan antara
materialitas, bukti audit, dan risiko audit digambarkan sebagai berikut :
12
1) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas di
kurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan,
2) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat,
3) Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini:
a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat
materialitas secara bersama-sama.
Strategi audit adalah aktivitas yang pertama kali dilakukan dari seluruh rangkaian
kegiatan audit. Strategi audit dapat didefinisikan sebagai proses penyusunan arahan atau
petunjuk audit dan penyelarasan antara pemahaman auditor atas kegiatan auditan
dengan fokus audit yang akan dilakukan. Auditor harus mempertimbangkan kegiatan
utama (main activity) auditan dan indikator kinerja untuk industri atau perusahaan
sejenis yang dapat berpengaruh terhadap proses audit. Auditor perlu juga
mengidentifikasi faktor-faktor penting bagi keberhasilan pelaksanaan audit, baik dalam
menyusun program audit untuk merumuskan opini audit maupun dalam menyediakan
jasa pelayanan profesional bermutu lainnya yang diharapkan auditan.
Auditor bertanggung jawab untuk mengembangkan strategi audit dan
mengkomunikasikan strategi tersebut kepada anggota tim audit lainnya. Auditor juga
dapat mendelegasikan unsur-unsur tertentu ketika mempersiapkan strategi audit dan
meminta nasihat dari pihak lain yang lebih berpengetahuan. Untuk audit yang
melibatkan beberapa departemen atau divisi dengan operasi atau aktivitas berbeda,
pertimbangan dapat diberikan untuk mengembangkan strategi audit yang berbeda untuk
setiap departemen atau divisi.
13
Auditor mengidentifikasi pengendalian dan kemudian membuat keputusan tentang
sejauh mana pengendalian tersebut berkaitan dengan pengujian substantif.
Dua alternatif strategi audit mungkin dikembangkan untuk asersi terkait saldo
akun yang signifikan atau penggolongan transaksi.
1. Primarily substantive approach ( Pendekatan Terutama Substantif )
Auditor mengumpulkan hampir semua bukti audit, dan hampir atau sama sekali tidak
mempercayai Internal Control. Pada dasarnya ada tiga alasan auditor menggunakan
pendekatan ini :
a) Hanya ada sedikit (jika ada) kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang
relevan dengan perikatan audit atas Laporan Keuangan.
b) Kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang berkaitan dengan asersi
untuk akun dan golongan transaksi signifikan tidak efektif.
c) Peletakan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk
asersi tertentu.
2. Lower control risk approach.
Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau tingkat kepercayaan penuh terhadap
pengendalian internal, akibatnya audit hanya sedikit melaksanakan pengujian
substantif.
14
Strategi audit adalah elemen fundamental dalam pelaksanaan audit. Proses penyusunan
strategi memungkinkan auditor untuk:
1. Dapat diungkapkan dengan cara-cara yang relevan bagi manajemen auditan.
2. Memahami kegiatan auditan, dalam sektor atau industri apa auditan bergerak dan
tujuan kegiatan auditan.
3. Memahami keefektifan pengendalian internal dan merancang pendekatan audit.
4. Mendapatkan bukti audit yang efektif.
5. Memperlancar komunikasi dengan manajemen auditan dan antar anggota tim audit
itu sendiri.
Karena hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor dapat
memilih strategi audit awal dalam merencanakan audit untuk suatu asersi individual
atau sekelompok asersi.Strategi audit awal dibagi menjadi dua kategori, yaitu
pendekatan dasar dan pendekatan penilaian risiko pengendalian pada tingkat yang lebih
rendah.
15
Pedoman audit AICPA mengenai Consideration of Internal Control Structur in a
Financial Statement Audit memperkalkan dua strategi audit utama yang ekuivalen
dengan (1) suatu pendekatan substantif utama yang menekankan pengujian rincian dan
(2) suatu tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah.
Auditor dapat memilih pendekatan ini ketika auditor mengetahui sejak awal, mungkin
dari pengalaman sebelumnya dengan klien atau dari tahap perencanaan awal, bahwa
pengendalian internal tidak ada atau tidak efektif.
Strategi ini juga dapat dipilih ketika auditor menyimpulkan bahwa biaya pelaksanaan
prosedur tambahan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai
pengendalian internal dan pengujian pengendalian untuk mendukung tingkat risiko
audit Pengendalian yang lebih tinggi akan lebih besar daripada biaya yang lebih tinggi.
Dilaksanakan secara menyeluruh dan praktis. Kondisi ini mungkin melibatkan
penyertaan rekening dengan jumlah rekening yang relatif sedikit atau transaksi yang
tidak sering terjadi.
16
Menurut pendekatan tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah (lower
assessed level of control risk), auditor mensfesifikasikan komponen-komponen dari
strategi audit sebagai berikut :
1) Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat yang tinggi.
2) Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
sedang atau rendah.
3) Rencanakan pengujian pengendalian, mungkin pengujian pengendalian komputer
yang berada dalam sistem klien.
4) Rencanakan pengujian substantif atas transaksi atau saldo yang terbatas
berdasarkan tingkat risiko deteksi yang direncanakan untuk diterima pada tingkat
sedang atau tinggi
Auditor dapat memilih strategi ini jika ia yakin bahwa pengendalian yang terkait
dengan asersi tersebut dirancang dengan baik dan beroperasi dengan sangat efektif.
Selain itu, auditor harus yakin bahwa biaya pelaksanaan prosedur yang lebih luas untuk
memahami pengendalian internal, termasuk aspek TI dalam pengendalian internal dan
pengujian pengendalian, akan dikompensasi.Lebih dari sekadar dikompensasi oleh
penghematan biaya yang dihasilkan dari penerapan prosedur pemeriksaan latar belakang
pada transaksi dan saldo lebih baru.
17
4) Rencanakan untuk memperoleh suatu pemahaman minimum mengenai bagian
relevan dari pengendalian intern.
5) Rencanakan untuk memperoleh suatu pemahaman minimum mengenai bagian
relevan dari pengendalian intern.
6) Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
7) Rencanakan pengujian substantive atas transaksi dan saldo yang lebih sempit
sebagai akibat dari pengurangan risiko yang diberikan dari pengurangan risiko yang
diberikan prosedur analitis.
2.19 Penekanan pada risiko Bawaan dan prosedur Analitis
Penekanan pada risiko bawaan dan prosedur analitis juga mngasumsikan bahwa
prosedur analitis lebih murah dari pada prosedur audit lainnya, oleh karena itu,
pendekatan auditor menspesifikasikan komponen-komponen strategi audit sebagai
berikut ;
1) Risiko bawaan dinilai pada tingkat di bawah maksimum.
2) Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai serendah
mungkin.
3) Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
yang tinggi (atau pada tingkat maksimum)
4) Rencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai bagian yang
relevan dari pengendalian intern.
5) Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
6) Rencanakan pengujian substantive atas transaksi dan saldo yang lebih sempit
sebagai akibat dari pengurangan risiko yang diberikan dari pengurangan risiko
bawaan dan prosedur analitis yang lebih rendah
18
SIKLUS GOLONGAN TRANSAKSI UTAMA
Pendapatan Penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan
Pengeluaran Pembelian dan pengeluaran kas
Jasa Personel Penggajian
Produksi Memproses persediaan
Investasi Investasi dalam aktiva jangka panjang atau investasi
moneter dari kelebihan kas
Pembiayaan Pembiayaan dari hutang lancar dan hutang jangka panjang
serta modal saham
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam makalah ini, kami telah menguraikan bahwa materialitas adalah faktor
kunci dalam menentukan ruang lingkup audit dan penentuan risiko audit yang relevan.
Selain itu, strategi audit juga dipengaruhi oleh pemahaman yang mendalam tentang
materialitas dan risiko yang mungkin timbul dalam laporan keuangan klien.
Dengan memahami hubungan antara ketiga konsep ini, auditor dapat melakukan
audit yang lebih efektif dan memberikan keyakinan yang lebih besar terkait dengan
kewajaran laporan keuangan yang diaudit. Audit yang efektif harus mempertimbangkan
tingkat materialitas yang tepat, mengidentifikasi risiko audit, dan merancang strategi
audit yang sesuai untuk mengatasi risiko tersebut. Dengan demikian, pemahaman yang
baik tentang hubungan antara ketiga konsep ini adalah kunci keberhasilan dalam audit
keuangan yang akurat dan andal.
3.2 Saran
20
Untuk berhasil dan memberikan keyakinan yang diperlukan kepada pemangku
kepentingan, auditor harus memiliki pemahaman yang baik tentang materialitas audit,
risiko audit, dan strategi audit.
DAFTAR PUSTAKA
Lobo, M.T. 2014. Materialitas, Risiko Audit, Dan Strategi Audit Awal. Academia.Edu.
[Online]
Available at: Materialitas, Risiko Audit, Dan Strategi Audit Awal | Maxyanus
Taruk Lobo' - Academia.Edu [Accessed 05 November 2023]
Available at: Materialitas, Risiko, Dan Strategi Audit Awal | Ufthi A Maingak -
Academia.Edu [Accessed 05 November 2023]
21