Disusun oleh :
Kelompok : 4
1. Nor Hidayah (2020610082)
2. Siti Liz Zakia Nurul Hilma (2020610087)
3. Fahrul Ishab Ramadhan (2020610096)
Kelas : C5-AKR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Auditing yang berjudul
“Materialitas, Risiko Audit, dan Pengendalian Internal” ini pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Husnurrosyidah, M.E.SY. selaku
dosen pengampu mata kuliah Auditing. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Materialitas, Risiko Audit, dan Pengendalian Internal.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Husnurrosyidah, M.E.SY. selaku dosen
pengampu mata kuliah Auditing yang telah memberikan tugas ini sehimgga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang mata kuliah Auditing. Kami menyadari, makalah yang kami
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................3
2.1 Materialitas..............................................................................................................3
1.1.1. Tinjauan Umum Materialitas.......................................................................3
1.1.2. Pertimbangan Awal Materialitas.................................................................4
1.1.3. Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan ...........................................6
1.1.4. Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun........................................................6
1.1.5. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit...................................7
1.1.6. Pertimbangan Materialitas Oleh Auditor.....................................................7
2.2 Risiko Audit.............................................................................................................7
2.2.1. Pengertian Risiko Audit...............................................................................8
2.2.2. Tipe-Tipe Risiko Audit................................................................................8
2.2.3. Komponen Risiko Audit..............................................................................9
2.2.4. Hubungan Antar Komponen Risiko Audit..................................................10
2.2.5. Matriks Komponen Audit............................................................................11
2.2.6. Hubungan Risiko Audit Dengan Bukti Audit..............................................12
2.2.7. Hubungan Timbal Balik Antara Materialitas, Risiko Audit, Dan Bukti Audit
.....................................................................................................................12
2.3 Pengendalian Internal..............................................................................................13
2.3.1. Definisi Struktur Pengendalian Internal......................................................13
2.3.2. Pentingnya Pengendalian Internal...............................................................13
2.3.3. Konsep Dasar Pengembangan Internal........................................................14
2.3.4. Perkembangan Konsep Pengembangan Internal.........................................15
2.3.5. Komponen Pengendalian Internal (COSO).................................................17
2.3.6. Identifikasi Sasaran Pengendalian...............................................................20
BAB III................................................................................................................................22
PENUTUP...........................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................22
3.2 Saran........................................................................................................................23
ii
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
11. Bagaimana Matriks Komponen Audit?
12. Bagaimana Hubungan Risiko Audit Dengan Bukti Audit?
13. Bagaimana Hubungan Timbal Balik Antara Materialitas, Risiko Audit, Dan Bukti
Audit?
14. Apa Definisi dari Struktur Pengendalian Internal?
15. Bagaimana Pentingnya Pengendalian Internal?
16. Bagaimana Konsep Dasar Pengembangan Internal?
17. Bagaimana Perkembangan Konsep Pengembangan Internal?
18. Bagaimana Komponen Pengendalian Internal (COSO)?
19. Bagaimana Identifikasi Sasaran Pengendalian?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Auditing.
2. Untuk mengetahui Tinjauan Umum Materialitas.
3. Untuk mengetahui Pertimbangan Awal Materialitas.
4. Untuk mengetahui Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan.
5. Untuk mengetahui Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun.
6. Untuk mengetahui Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit.
7. Untuk mengetahui Pertimbangan Materialitas Oleh Auditor.
8. Untuk mengetahui Pengertian Risiko Audit.
9. Untuk mengetahui Tipe-Tipe Risiko Audit.
10. Untuk mengetahui Komponen Risiko Audit.
11. Untuk mengetahui Hubungan Antar Komponen Risiko Audit.
12. Untuk mengetahui Matriks Komponen Audit.
13. Untuk mengetahui Hubungan Risiko Audit Dengan Bukti Audit.
14. Untuk mengetahui Hubungan Timbal Balik Antara Materialitas, Risiko Audit, Dan
Bukti Audit.
15. Untuk mengetahui Definisi Struktur Pengendalian Internal.
16. Untuk mengetahui Pentingnya Pengendalian Internal.
17. Untuk mengetahui Konsep Dasar Pengembangan Internal.
18. Untuk mengetahui Perkembangan Konsep Pengembangan Internal.
19. Untuk mengetahui Komponen Pengendalian Internal (COSO).
20. Untuk mengetahui Identifikasi Sasaran Pengendalian.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Materialitas
2.1.1. Tinjauan Umum Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya
penghilangan atau salah saji tersebut.
Materialitas mengukur apa yang dianggap signifikan oleh pemakai
laporan keuangan dalam membuat keputusan ekonomis. Konsep materialitas
mengakui bahwa hal–hal tertentu, terpisah atau tergabung, penting untuk
pembuat keputusan ekonomis berdasarkan laporan keuangan tersebut. Contoh
keputusan ekonomis : menanam modal dalam entitas, bertransaksi bisnis dengan
meminjamkan uang, dan lain-lain.
Materialitas digunakan untuk membuat dan mengaudit laporan keuangan,
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (materialitas yang
menyeluruh) sering kali dijelaskan, misalnya dalam kerangka pelaporan
keuangan.
Situasi yang ada Pertimbangan (judgements) mengenai
materialitas dibuat dengan mamperhatikan situasi
yang ada (surrounding circumstances), dan
mempengaruhi oleh ukuran atau sifat salah saji
atau keduanya (ukuran dan sifat salah saji)
Kebutuhan pemakai Judgements mengenai hal yang material bagi
laporan secara umum pemakai laporan keuangan di dasarkan pada
kebutuhan akan informasi umum dari pemakai
laporan sebagai satu kelompok. Dampaknya
salah saji pada masing – masing pemakai, yang
kebutuhannya bisa sangat bervariasi, tidak ikut
diperhitungkan
Dampak terhadap Salah saji, termasuk kealpaan (omission),
pengambilan keputusan dianggap material jika secara terpisah atau
ekonomis tergabung, yang secara wajar dapat
mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai
yang mendasarkan keputusannya pada laporan
3
keuangan tersebut
Auditor menentukan materialitas berdasarkan persepsinya mengenai
kebutuhan pemakai (laporan). Dalam menerapkan kearifan profesionalnya
(profesional judgement), layak bagi auditor mengasumsikan pemakai laporan
keuangan:
a. Mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan ekonomis,
dan akuntansi, dan punya keinginan untuk mempelajari informasi dalam
laporan keuangan dengan cukup cermat.
b. Memahami bahwa laporan keuangan dibuat dan diaudit pada tingkat
materialitas (dan mengabaikan yang tidak material).
c. Menerima ketidakpastian yang inheren dalam penggunaan estimasi,
judgement, dan pertimbangan mengenai peristiwa di kemudian hari (seperti
potensi resesi ekonomi, potensi bangkrut, potensi nasabah besar tidak bisa
membayar, dan lain – lain).
d. Membuat keputusan ekonomis yang wajar (reasonable economic decisions)
atas dasar informasi dalam laporan keuangan.
4
c. Total aktiva lancar dalam neraca.
d. Total equitas pemegang saham dalam neraca.
2. Faktor kualitatif, seperti:
a. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum.
b. Kemungkinan terjadinya kecurangan.
c. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan
pada tingkat minimum tertentu.
d. Adanya gangguan dalam tren laba.
e. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan..
Materiality menurut FABS No. 2 dalam Boynton et al (2014 :200)
“Materialitas (materiality) adalah besarnya pengabaian atau salah saji informasi
akuntansi dalam kaitannya dengan kondisi di sekitarnya, akan memungkinkan
pertimbangan pihak yang berkepentingan yang mengandalkan informasi tersebut
akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut.” Dikutip
dalam buku Soekrisno Agoes (2014).
Tingkatan Materialitas dalam audit yaitu:
1. Tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor mengenai kewajaran
meluas sampai laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh
kesimpulan keseluruhan kewajaran laporan keuangan.
Tahap-tahap Materialitas Dalam Proses Audit.
TAHAP AUDITOR MELAKSANAKAN
Risk Assessment (penilaian Menentukan dua macam materialitas, yakni
risiko) materialitas untuk laporan keuangan secara
menyeluruh dan performance materiality
(materialitas pelaksanaan)
Merencanakan prosedur penilaian risiko apa
yang harus dilaksanakan.
Mengidentifikasi dan menilai risiko salah
saji yang material.
Risk Response (menanggapi Menentukan sifat (nature), waktu (timing),
risiko) dan luasnya (extent) prosedur audit
slanjutnya (further audit procedures).
Merevisi angka materialitas karena adanya
perubahan situasi (change in circumstances)
selama audit berlangsung.
Reporting (pelaporan) Mengevaluasi salah saji yang belum
5
dikoreksi oleh entitas itu.
Merumuskan pendapat auditor.
2.1.4. Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun (Account balance, class of transaction
and disclosures level)
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang
mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material.
Konsep materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampur adukan dengan
istilah saldo akun material. Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang
tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang
dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan.
6
Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor
harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan
materialitas laporan keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk
merencanakan audit guna mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material
secara individual, namun jika digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun
yang lain, dapat material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
7
menghadapi risiko. Secara hukum dan etika profesi auditor dituntut untuk
memberikan pendapat atas laporan keuangan atas dasar kebenaran dalam arti
kewajaran. Auditor mungkin saja salah dalam memberikan pendapatnya, dan
dapat dituntut oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadarinya, tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Audit Risk and
Materiality in Condusting an Audit (SAS No. 47 dan 82), AU 312.02,
mendeskripsikan risiko audit (audit risk) adalah risiko bahwa auditor mungkin
tanpa sengaja telah gagal untuk memodifikasi pendapat secara tepat mengenai
laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit yang mau
diterima auditor mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat keinginannya
mengekspresikan pendapat yang tepat.
Standar auditing seksi 312 “Risiko Audit dan Materialitas dalam
pelaksanaan Audit” mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan risiko audit
dalam:
e. Perencanaan audit dan perancangan program audit.
f. Pengevaluasian akhir apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum.
Auditor harus mempertimbangkan risiko audit untuk merencanakan audit
dan merancang prosedur audit. Dengan mempertimbangkan risiko audit, auditor
dapat merancang prosedur audit secara efisien dan efektif. Semakin kecil risiko
audit, semakin banyak bukti yang diperlukan. Oleh karena itu, semakin kecil
risiko audit, semakin banyak dan semakin intensif prosedur audit yang harus
diterapkan. Dengan demikian, prosedur audit tersebut dapat digunakan untuk
menghimpun bukti audit kompeten yang cukup. Bukti audit kompeten yang
cukup dapat dijadikan dasar memadai untuk mengevaluasi terhadap kewajaran
laporan keuangan.
8
bawaan dan risiko pengendalian. Kedua risiko ini tidak dapat dikendalikan
oleh auditor tapi dapat dinilai.
b. Risiko tipe II
Adanya risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi adanya kesalahan
seperti risiko tipe I di atas. Risiko ini merupakan risiko deteksi. Risiko ini
dapat dan harus dikendalikan auditor.
9
semua salah saji material akan dapat dideteksi ataupun dicegah. Penetapan
risiko pengendalian didasarkan atas kecukupan bukti audit yang menyatakan
bahwa struktur pengendalian intern klien adalah efektif.
Ada dua macam risiko pengendalian, yaitu:
1. Actual level of control risk
2. Assessed level of control risk
c. Risiko deteksi (detection risk)
Risiko deteksi merupakan risiko ketika auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi tergantung
atas penetapan auditor terhadap risiko audit, risiko bawaan, dan risiko
pengendalian. Semakin besar risiko audit, semakin besar pula risiko deteksi.
Sedangkan semakin besar risiko bawaan ataupun risiko pengendalian,
semakin kecil risiko deteksi. Risiko deteksi dapat ditekan atau diturunkan
oleh auditor dengan cara melakukan perencanaan yang memadai, supervisi
atau pengawasan yang tepat, dan penerapan prosedur audit yang efektif, serta
penerapan standar pengendalian mutu.
Ada perbedaan yang mendasar antara risiko bawaan dan risiko
pengendalian dengan risiko deteksi. Kedua risiko terdahulu ada terlepas dari
dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi
berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor
sendiri. Risiko deteksi dapat dibagi ke dalam dua jenis risiko, yaitu:
1. Risiko Review Analitis
2. Risiko Tes Substantif
Risiko di dalam audit dapat pula dibagi atas Risiko Sampling (Sampling
Risk) dan Risiko Non Sampling (Non Sampling Risk).
10
DR = AR : (IR x CR)
Sebagai contoh, keinginan kepastian ketepatan pendapat adalah 95%,
risiko bawaannya 50%, risiko pengendaliannya 50%, maka risiko deteksinya
dapat dihitung sebagai berikut:
Risiko auditnya adalah satu atau 100% dikurangi 95% yaitu sama dengan 5%.
DR = AR : (IR x CR)
= 0,05 : (0,5 x 0,5)
= 0,2 = 20%
Apabila auditor memutuskan bahwa risiko bawaan tidak dapat
dikuantifikasi, maka IR-nya adalah 1. Dengan demikian, risiko deteksinya adalah:
DR = AR : (IR x CR)
= 0,05 : (1 x 0,5)
= 0,1 = 10%
Apabila auditor memutuskan bahwa risiko bawaan tidak dapat
dikuantifikasi, dan evaluasi terhadap efektivitas struktur pengendalian intern
tidak efisien, maka risiko deteksinya besarnya sama dengan risiko audit. Dengan
model di atas berarti:
DR = AR : (IR x CR)
= 0,05 : (1 x 1)
= 0,05 = 5%
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berkatan dengan kondisi klien.
Risiko deteksi dikendalikan oleh auditor. Oleh karena itu, auditor mengendalikan
risiko audit dengan cara menyesuaikan risiko deteksi sesuai dengan assessed
level of inherent risk and control risk. Pemahaman model risiko audit ini sangat
penting dalam menentukan planned acceptable level of detection risk.
11
Tinggi Sangat Rendah Rendah Rendah Moderat
Moderat Rendah Rendah Moderat Tinggi
Rendah Rendah Moderat Tinggi *
*Tes substantif mungkin tidak diperlukan untuk asersi tertentu.
Matriks di atas menunjukkan konsistensi dari model risiko audit yakni
tingkat risiko deteksi yang dapat diterima berhubungan terbalik dengan tingkat
risiko bawaan dan risiko pengendalian. Misalnya: jika risiko bawaan ditentukan
tinggi, dan risiko pengendalian ditentukan moderat, maka tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima adalah rendah.
2.2.7. Hubungan Timbal Balik Antara Materialitas, Risiko Audit, Dan Bukti Audit
Terdapat suatu hubungan timbal balik antara materialitas dan bukti audit
juga antara risiko audit dan bukti audit.
12
2.3.Pengendalian Internal
2.3.1. Definisi Struktur Pengendalian Internal
Struktur Pengendalian Intern (SPI) adalah suatu hal yang sangat
memegang peranan penting dalam auditing. Dalam Standar Profesional Akuntan
Publik pada SA 319. par 06 dikemukakan bahwa:
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk
emberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektifitas dan
efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku.
Dengan demikian struktur pengendalian intern merupakan rangkaian
proses yang dijalankan entitas, yang mana proses tersebut mencakup berbagai
kebijakan dan prosedur sistematis, bervariansi, dan memiliki tujuan utama:
a. Menjaga keandalan pelaporan keuangan entitas
b. Menjaga efektivitas dan efisiensi operasi yang dijalankan
c. Menjaga kepatuhan hukum dan peraturan yang berlaku.
Dari berbagai macam kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan
dijalankan oleh entitas ada beberapa yang benar-benar relevan dengan audit atas
laporan keuangan. Relevansi kebijakan dan prosedur terhadap audit atas laporan
keuangan yang misalnya adalah kemampuan satuan usaha untuk mencatat,
memproses, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan sesuai dengan
asersi termuat dalam laporan keuangan. Yang tidak relevan seperti kebijakan dan
prosedur mengenai efektivitas proses pengambilan keputusan manajemen
tertentu, misal tentang penentuan harga produk yang layak, penentuan besarnya
aktivitas pengiklanan, dan lain-lain. Hal tersebut memang penting bagi entitas
namun tidak berkaitan langsung dengan audit atas laporan keuangan, sehingga
tidak perlu dipertimbangkan.
13
c. Pengendalian intern yang baik akan mengurangi beban pelaksanaan audit
sehingga dapat mengurangi biaya ataupun fee audit.
Bagi perusahaan, struktur pengendalian intern dapat digunakan secara
efektif untuk mencegah penggelapan maupun penyimpangan. Dengan kata lain,
struktur pengendalian intern memberikan kepastian bahwa penggelapan laporan
keuangan dapat dicegah atau dideteksi lebih dini.
Auditor berkepentingan untuk memperoleh pemahaman atas struktur
pengendalian intern, yang akan digunakan kemudian untuk melakukan
penaksiran risiko pengendalian untuk asersi yang terdapat dalam saldo akun,
golongan transaksi, dan komponen pengungkapan dalam laporan keuangan.
Setelah memperoleh pemahaman dan menaksir risiko pengendalian, auditor dapat
mencari pengurangan lebih lanjut tingkat risiko pengendalian taksiran untuk
asersi tertentu. Pemahaman auditor terhadap pengendalian intern ini berkenaan
dengan standar pekerjaan lapangan kedua.
14
1. Kriteria biaya-manfaat merupakan suatu titik kritis bagi manajemen dalam
setiap pengambilan keputusan ekonomi. Pada kenyataannya, nilai
hubungan antara manfaat dan biaya tersebut merupakan hasil suatu
estimasi atau judgement, dan bukan hasil pengukuran secara absolut.
2. Realisasi bahwa pengendalian tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap efisiensi dan profitabilitas perusahaan.
c. Keterbatasan Bawaan
Struktur pengendalian intern mempunyai keterbatasan bawaan yang
melekat pada struktur pengendalian intern tersebut. Keterbatasan bawaan
tersebut diakibatkan antara lain oleh:
1. Faktor manusia yang melakukan fungsi prosedur pengendalian.
Keterbatasan ini hanya dapat diminimumkan, tidak dapat dihilangkan
sama sekali oleh orang dari dalam maupun dari luar yang independen.
Sebaik-baiknya sistem bagaimanapun, akan dapat dikalahkan oleh kolusi.
2. Pengendalian tidak dapat mengarah pada seluruh transaksi. Pengendalian
tidak dapat diterapkan pada transaksi yang bersifat tidak rutin, seperti
kejadian luar biasa, bonus, dan lain sebagainya.
d. Metode pengolahan data
Konsep pengendalian dapat diterapkan baik untuk sistem pengolahan data
manual maupun terkomputerisasi atau electronic data processing (EDP).
Sistem manual biasanya dipakai dalam perusahaan kecil. Sedangkan sistem
EDP banyak digunakan dalam bisnis pemanufakturan internasional dan
perusahaan multi nasional dan atau mengglobal.
Di samping itu, pengendalian mempunyai sifat yang dinamis.
Pengendalian tidak bersifat statis. Perubahan kondisi lingkungan mungkin
akan mengakibatkan perlunya modifikasi atas struktur pengendalian.
15
untuk menyediakan jaminan yang dapat dipercaya untuk mencapai tujuan
perusahaan, yang digolongkan menjadi
a. Dapat dipercayainya pelaporan keuangan
b. Kepatuhan terhadap hukum dan aturan yang berlaku
c. Efisiensi dan efektivitas operasi
Berdasarkan definisi tersebut dapat diuraikan beberapa konsep dasar
pengendalian intern:
a. Pengendalian Intern adalah suatu proses. Pengendalian intern berupa
serangkaian tindakan yang mempengaruhi dan menyatu dengan infrastruktur
suatu organisasi.
b. Pengendalian Intern berfungsi efektif karena manusia. Pengendalian intern
bukan semata-mata kebijakan bersifat manual dan melibatkan berbagai
macam formulir tetapi melibatkan orang-orang yang ada di dalam organisasi
termasuk dewan direksi, manajemen, dan personel yang lainnya.
c. Pengendalian Intern tidak dimaksudkan untuk memberi jaminan yang mutlak
tetapi memberikan jaminan yang memadai karena kelemahan inheren yang
ada dalam setiap sistem pengendalian intern. Sebagus apapun pengendalian
intern diciptakan, pasti memiliki kelemahan.
d. Pengendalian Intern diharapkan mencapai tujuan yang meliputi pelaporan
keuangan, kepatuhan dan operasional.
Sistem pengendalian intern yang diciptakan di dalam suatu entitas
memiliki kelemahan inheren. Kelemahan inheren tersebut dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
a. Kesalahan di dalam Judgement
Manajemen atau personel yang lain mungkin memberikan judgement
yang salah dalam mengambil keputusan atau dalam menyusun tugas-tugas
rutin. Kesalahan ini dapat diakibatkan oleh kurangnya informasi, terbatasnya
waktu atau tekanan-tekanan yang lain.
b. Kegagalan
Kegagalan masih mungkin dialami meskipun pengendalian sudah
dilakukan. Kegagalan ini dapat diakibatkan karena kesalahpahaman antar
personel atau karena kesembronoan dan ketidakhati-hatian di dalam
menjalankan tugas.
c. Kolusi
Fungsi-fungsi yang ada di dalam organisasi yang seharusnya tidak boleh
dipegang oleh satu individu diserahkan pada satu individu atau bagian.
Kemudian individu atau bagian tersebut melakukan tindakan baik dengan
16
pegawai yang lain, konsumen maupun supplier sehingga data-data keuangan
tidak mencerminkan fakta yang sesungguhnya.
d. Pelanggaran Manajemen
Manajemen dapat melanggar kebijakan yang telah ditentukan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk merekayasa kondisi keuangan.
e. Cost VS Benefit
Biaya untuk sistem pengendalian intern hendaknya jangan melebihi
benefit yang diharapkan akan diperoleh. Permasalahannya sangat sulit untuk
mengukur secara pasti besarnya biaya dan benefit-nya. Manajemen
hendaknya membuat perkiraan baik kuantitatif maupun kualitatif untuk
mengevaluasi biaya dan benefit yang diperoleh dengan menyusun sistem
pengendalian intern.
17
kelemahan dalam berbagai faktor lingkungan pengendalian terhadap
lingkungan pengendalian Kekuatan dan kelemahan manajemen dapat
berdampak pervasive terhadap pengendalian intern.
b. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko
yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk
menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Penentuan risiko tujuan laporan
keuangan adalah identifikasi organisasi, analisis, dan manajemen risiko yang
berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum. Manajemen risiko menganalisis
hubungan risiko asersi spesifik laporan keuangan dengan aktivitas seperti
pencatatan, pemrosesan, pengikhtisaran, dan pelaporan data-data keuangan.
Taksiran manajemen risiko hendaknya juga mempertimbangkan risiko-risiko
yang muncul dari perubahan lingkungan seperti pembukaan bisnis baru,
penanganan transaksi yang menuntut perlakuan akuntansi yang khusus,
perubahan standar akuntansi, peraturan hukum yang baru, perubahan
penggunaan teknologi informasi, dan perubahan personel.
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan
keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif
mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas dan
melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan
keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:
1. Perubahan dalam lingkungan operasi
2. Personel baru
3. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
4. Teknologi baru
5. Lini produk, produk, atau aktivitas baru
6. Restrukturisasi korporasi
7. Operasi luar negeri
8. Standar akuntansi baru.
Auditor harus memperoleh pemahaman pengetahuan memadai tentang
proses penaksiran risiko entitas memahami bagaimana manajemen
mempertimbangkan risiko yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan
dan memutuskan tentang tindakan yang ditujukan ke risiko tersebut.
Pengetahuan ini mungkin mencakup pemahaman tentang bagaimana
manajemen mengidentifikasi risiko, melakukan estimasi signifikansinya
risiko, menaksir kemungkinan terjadinya, dan menghubungkannya dengan
pelaporan keuangan.
18
c. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan
pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan
orang melaksanakan tanggung jawab mereka. Sistem informasi yang relevan
dalam pelaporan keuangan yang meliputi sistem akuntansi yang berisi metode
untuk mengidentifikasikan, menggabungkan, menganalisa, mengklasifikasi,
mencatat dan melaporkan transaksi serta menjaga akuntabilitas aset dan
kewajiban.
Komunikasi meliputi penyediaan deskripsi tugas individu dan tanggung
jawab berkaitan dengan struktur pengendalian intern dalam pelaporan
keuangan. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang
peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern
terhadap pelaporan keuangan.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem
informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
1. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan
keuangan.
2. Bagaimana transaksi tersebut dimulai.
3. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan
keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
4. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai
dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik
(seperti komputer dan electronic data interchange) yang digunakan untuk
mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.
d. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut
membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk
menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas
pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai tingkat
organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin
relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan berikut ini:
1. Review terhadap kinerja
2. Pengolahan informasi
3. Pengendalian fisik
4. Pemisahan tugas
e. Pemantauan/Monitoring
19
Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja
pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan
desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan
koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara
terus menerus (on going activities), evaluasi secara terpisah (separate
periodic evaluations), atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya.
Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan
pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas.
Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi
dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan dan respon dari badan pengatur
yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang
memerlukan perbaikan.
20
Aktiva dan dokumen dapat dijaga/diamankan dan diakses hanya oleh
pihak yang sesuai dengan autorisasi manajemen. Tidak ada pihak yang tidak
berwenang dapat melakukan akses terhadap aktiva dan dokumen.
e. Purna Tanggung Jawab (subsequent accountability)
Saldo tercatat atas setiap aktiva dan hutang dibandingkan dengan wujud
yang nyata dari setiap aktiva dan hutang. Pembandingan tersebut harus
dilakukan pada setiap selang waktu tertentu.
Selain itu, menurut Arens, sasaran/tujuan rinci dari suatu struktur
pengendalian intern yang harus dicapai untuk mencegah kesalahan pada
pencatatan akuntansi (jurnal dan catatan) ada tujuh, yaitu:
a. Transaksi yang dicatat adalah sah/valid (validity).
b. Transaksi telah mendapat autorisasi (authorization).
c. Transaksi yang sah telah dicatat (completeness).
d. Transaksi telah dinilai dengan memadai (valuation).
e. Transaksi telah diklasifikasikan dengan best (classification).
f. Transaksi telah dicatat pada waktunya (timing).
g. Transaksi telah dicatat di buku pembantu dan diringkas dengan benar
(posting and summarization).
21
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESMPULAN
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan
terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang sering kali disebut dengan
materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang
digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan
audit karena keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan tentang klien dapat
diperoleh selama berlangsungnya audit. Kemudian audit yang telah dilaksanakan dapat
memastikan bahwa karena sumber pembelanjaan tersebut, solvabilitas klien dalam
periode yang diaudit telah mengalami peningkatan secara signifikan.
Materialitas laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji minimum
dalam suatu laporan keuangan yg cukup penting sehingga membuat laporan keuangan
menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang
mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep
materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampur adukkan dengan istilah saldo
akun material. Dalam membuat generalisasi hubungan antara materalitas dengan bukti
audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus tetap diperhatikan,
karena semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya, tidak
memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Menurut taylor dan Glezer, tipe risiko audit pada
dasarnya ada dua, yaitu: Risiko tipe I (risiko bawaan dan risiko pengendalian) dan Risiko
tipe II (risiko deteksi).
Komponen risiko audit teridi atas tiga, yaitu: risiko bawaan (inherent risk), risiko
pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk). Hubungan antar
komponen risiko audit dapat dirumuskan dalam satu model sebagai berikut: AR = IR x
CR x DR.
Risiko audit mempunyai hubungan timbal balik dengan bukti audit. Semakin
tinggi risiko audit dan risiko deteksi, maka semakin sedikit bukti audit yang diperlukan.
Risiko bawaan dan risiko pengendalian mempunyai hubungan searah dengan kecukupan
22
bukti audit. Semakin tinggi risiko bawaan maupun risiko pengendalian, maka semakin
banyak bukti audit yang harus dihimpun auditor.
Jika kita menerapkan risiko audit konstan dan mengurangi tingkat materialitas,
maka bukti audit harus ditingkatkan untuk melengkapi lingkaran. Jika kita menetapkan
tingkat materialitas konstan dan mengurangi bukti audit maka risiko audit harus
ditingkatkan untuk melengkapi lingkaran.
Struktur Pengendalian Intern (SPI) adalah kebijakan dan prosedur yang
diterapkan untuk memberi keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan
dicapai. SPI harus dipahami melalui prosedur audit oleh para auditor di dalam
melaksanakan auditnya.
SPI dirancang dengan tujuan pokok menjaga kekayaan dan catatan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijakan manajemen. SPI didasari konsep dasar pertanggungjawaban
manajemen, kewajaran atau keyakinan rasional yang memadai, dan metode pengolahan
data.
SPI terdiri atas lima unsur atau elemen yakni lingkungan pengendalian,
penaksiran risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan.
Sasaran pengendalian mencakup validitas, kelengkapan, keabsahan pencatatan,
pengamanan, dan purna tanggung jawab. Sasaran pengendalian ini berkaitan erat dengan
prosedur pengendalian, seperti autorisasi berkaitan erat dengan validitas, keabsahan,
penjagaan dan purna tanggung jawab. Pemahaman mengenai SPI mencakup pemahaman
atas elemen-elemen struktur pengendalian intern.
3.2 SARAN
Kami sebagai pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan, baik dari segi penyusunan maupun lainnya. Oleh karena itu, apabila ada salah
kata yang kurang berkenan mohon dimaafkan. Disamping itu, makalah ini dapat menjadi
referensi pembaca untuk lebih mengetahui apa yang dibahas di makalah ini.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A. Dkk. 2014. Auditing dan Jasa Assurance. Edisi: 15. Jakarta: Erlangga.
Halim, Abdul. 2015. Auditing: Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Edisi: 5. Yogyakarta:
Unit Penerbitan dan Percerakan AMP YKPN.
Setiadi, Bintang. B. Sibarani. 2019. Materialitas Pada Proses Audit. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Unsurya. 4 (2): 88-93.
24