Anda di halaman 1dari 15

KONSEP MATERIALITAS

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pemasaran Bank


Syariah
Yang Diampu Oleh : Ibu Ira Hasti Priyadi, M.A.

Disusun Oleh :

1. Musfiqur Rahman (21383021102)


2. Linda Puji Permatasari (21383022024)
3. Sulistiana Putri (21383022142)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah sang pencipta alam semesta yang
telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kami yaitu Nabi Muhammad saw yang
kami nanti-nantikan syafa’atnya.

Kami ucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Ira Hasti Priyadi, M.A
selaku dosen mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi yang telah memberikan
pengarahan pada kami serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
makalah ini.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang


penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah ini yang
telah kami susun masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah
lain yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa
memberikan banyak manfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dan
ketidaksesuaian, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Atas kritik dan
sarannya, kami ucapkan terima kasih.

Pamekasan, 18 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Definisi Materialitas .......................................................................... 3


B. Konsep Materialitas ........................................................................... 3
C. Langkah-langkah Dalam Menerapkan Materialitas ............................ 5
D. Pertimbangan Awal Materialitas ........................................................ 6
E. Hubungan Antara Materialitas dengan Bukti Audit ............................ 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 10

A. Kesimpulan ....................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar


pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai
pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan.
SA Seksi 312 Risiko audit dan Materialitas Audit dalam Pelaksanaan Audit
mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan materialitas dalam (1)
perencanaan audit, dan (2) penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
Tujuan dari penetapan materialitas adalah untuk membantu auditor
merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Tidak semua informasi
keuangan diperlukan atau seharusnya dikomunikasikan dalam laporan akuntansi,
hanya informasi yang material yang seharusnya disajikan.

Dalam Iriyadi dan Vannywati (2011) seorang akuntan profesional harus


mentaati peraturan kode etik dalam setiap perilakunya, karena hal tersebut.
berpengaruh pada kualitas jasa yang mereka berikan. Kode etik merupakan
pedoman bagi para akuntan dalam pelaksanaan tugasnya, maka dituntut adanya
pemahaman yang baik mengenai kode etik dalam memberikan jasa akuntansi
tersebut. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan tingkat
materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti antara lain penelitian dari Isgiyarta (2012) hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa pengabdian pada profesi berpengaruh positif terhadap tingkat
materialitas. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari
Febrianty (2012) dan Kurniawanda (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pengabdian pada profesi secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertimbangan
tingkat materialitas.

Konsep penting pertama yang ada dalam auditing adalah materialitas


Materialitas ialah besarnya salah saji informasi keuangan yang dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang

1
mengandalkan informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh salah saji
tersebut. Dalam pelaksanaan pemeriksaan, auditor diharuskan untuk
mempertimbangkan materialitas dalam perencanaan audit dan penilaian terhadap
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi
bertema umum (SA Seksi 319). Apabila auditor gagal menetapkan nilai materialitas
yang ideal, maka bisa saja timbul resiko yang tanpa disadari berpengaruh terhadap
opininya atas laporan keuangan yang di audit.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian dari Materialitas ?
2. Apa Saja Konsep Materialitas ?
3. Apa Saja Langkah Menetapkan Materialitas ?
4. Bagaimana Pertimbangan Awal Materialitas ?
5. Bagaimana Hubungan Materialitas Dengan Bukti Audit ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Materialitas
2. Untuk mengetahui Konsep Materialitas
3. Untuk mengetahui Langkah-langkah Menetapkan Materialitas
4. Untuk mengetahui Pertimbangan Awal Materialitas
5. Untuk mengetahui Hubungan Maeialitas dengan bukti Audiet

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah
saji.
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas
sebagai: “Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang,
dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan
oleh orang yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau
terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.”1
Laporan keuangan mengandung salah saji materiel bila laporan keuangan
tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara in- dividual ataupun secara
keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan
tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang materiel, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Dengan demikian, dalam suatu pengauditan harus
memperhati- kan materialitas karena dampak yang akan diberikan kepada pengguna
laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Pertimbangan atau penentuan
auditor atas materialitas dalam pengauditan adalah masalah pertimbangan
profesional. 2

B. Konsep Materialitas
Dari definisi materialitas di atas mengharuskan auditor untuk
mempertimbangkan baik (1) kedaan yang berkaitan dengan entitas dan (2)
kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan
keuangan auditing. Sebagai contoh, suatu jumlah yang material dalam laporan

1
Noval Muhammad, SEI., SE., M.Si (2019). Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi (Pengantar
Auditing). Penerbit Laksita Indonesia : Semarang.
2
Rahmat Hidayat Lubis, S.E., Ak., M.Si (2020). Pemeriksaan Akuntansi 1(Auditing 1). KENCANA
Rawamangun : Jakarta.

3
keuangan entitas tertentu mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas
lain yang memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Begitu juga, kemungkinan terjadi
perubahan materialitas dalam laporan keuangan dalam entitas tertentu dari periode
akuntansi yang satu ke perode akuntansi yang lain. Oleh karena itu, auditor dapat
menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja harus lebih rendah bagi
perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1. Dalam mempertimbangkan kebutuhan
informasi pemakai informasi keuangan, semestinya harus dianggap, sebagai
contoh, bahwa pemakai informasi keuangan adalah para investor yang perlu
mendapatkan informasi memadai sebagai dasar untuk pengambilan keputusan
mereka.
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan
jaminan bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan
keuangan auditan adalah akurat. Audit tidak dapat memberikan jaminan karena ia
tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak
dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat,
diringkas,digolongkan, dan dikompilasi secara mestinya ke dalam laporan
keuangan. Jika auditor diharuskan untuk memberikan jaminan mengenai
keakuratan laporan keuangan auditan, hal ini tidak mungkin dilakukan, karena akan
memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi manfaat yang dihasilkan. Di
samping itu, tidaklah mungkin seseorang menyatakan keakuratan laporan keuangan
(yang berarti ketepatan semua informasi yang disajikan dalam laporan keuangan),
mengingat bahwa laporan keuangan sendiri berisi pendapat, estimasi, dan
pertimbangan tersebut tidak tepat atau akurat seratus persen.
Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
keyakinan berikut ini:
1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-
jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta
pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan,
dan dikompilasi.
2. Auditor dapat memberikan kekayakinan bahwa ia telah
mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup

4
sebagai dasar. memadai untuk memberikan pendapat
atas laporan keuangan auditan.
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk
pendapat ( atau memberikan informasi dalam hal
terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai
keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat
salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.

Dengan demikian ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan
oleh auditor: konsep materialitas dan konsep risiko audit. Karena auditor tidak
memeriksa setiap transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, maka ia
bersedia menerima beberapa jumlah kekeliruan kecil. Konsep materialitas
menunjukan seberapa besar salah saji yang dapat diterima oleh auditor agar
pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. Berapa jumlah
kekeliruan atau salah saji yang auditor bersedia untuk menerimanya dalam laporan
keuangan, namun ia tetap dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian
karena laporan keuangan tidak berisi salah saji material. Konsep risiko audit
menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas
laporan yang sebenarnya berisi salah saji material.

C. Langkah-langkah Dalam Menerapkan Materialitas


1. Merencanakan Luas Pengujian
Langkah 1: Menetapkan pertimbangan Pendahuluan Tentang Materialitas
Langkah 2 : Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
segmen-segmen
2. Mengevaluasi Hasil-hasil
Langkah 1 : Mengestimasi total salah saji dalam segmen
Langkah 2 : Memperkirakan salah saji gabungan
Langkah 3 : Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang direvisi tertentang materialitas

Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan


keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau
keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan

5
tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Salah saji dapat terjadi sebagai akibat
dari kekeliruan atau kecurangan.

Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja
jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup:

1. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber


penyusunan laporan keuangan.
2. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan
atau salah tafsir fakta.
3. Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. 3

D. Pertimbangan Awal Materialitas


Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan
kuantitatif yang berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu
dalam laporan keuangan dan kualitatif yang berkaitan dengan penyebab salah saji.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada
dua tingkat berikut ini :
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran
mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam
mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal


tentang materialitas pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :

1. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan


Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas.
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit
dan kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.

3
Noval Muhammad, SEI., SE., M.Si (2019). Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi (Pengantar
Auditing). Penerbit Laksita Indonesia : Semarang.

6
Pada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi
materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah dalam
laporan keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah
pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan
keuangan
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan
tersebut berisi kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara
individual atau secara gabungan, sedemikian signifikan sehingga
mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji
dapat terjadi sebagai akibat penerapan secara keliru prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia, penyimpangan dari fakta, atau
penghilangan informasi yang diperlukan.
Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa
terdapat lebih dari satu tingkat materialitas yang berkaitan dengan
laporan keuangan. Kenyataannya, setiap laporan keuangan dapat
memiliki dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-rugi,
materialitasnya dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih
usaha, laba bersih sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk
neraca, materialitas dapat didasarkan pada total aktiva, aktiva lancar,
modal kerja, atau modal saham.
Pertimbangan awal auditor tentang materialitas seringkali dibuat
enam sampai dengan sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Oleh
karena itu, pertimbangan tersebut dapat didasarkan atas data laporan
keuangan yang dibuat tahunan. Sebagai alternatif, pertimbangan
tersebut dapat didasarkan atas hasil keuangan satu tahun atau lebih yang
telah lalu, yang disesuaikan dengan perubahan terkini, seperti keadaan
ekonomi umum dan trend industri.
Sampai dengan saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang
diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif
materialitas. Berikut ini diberikan contoh beberapa panduan kuantitatif
yang digunakan dalam praktik :

7
a. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji
material jika terdapat salah saji 5 % sampai 10 % dari laba
sebelum pajak.
b. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji
material jika terdapat salah saji ½ % sampai 1 % dari total
aktiva.
c. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji
material jika terdapat salah saji 1 % dari total pasiva.
d. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji
material jika terdapat
2. Materialitas pada tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum
yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah
saji material.
Konsep materialitas pada timgkat saldo akun tidak boleh
dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material. Saldo akun
material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep
materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat
mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan.
Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas
atas lebih saji ( overstatement ) dalam akun tersebut. Oleh krena itu,
akun dengan saldo yang jauh lebih kecil dibandingkan materialitas
seringkali disebut sebagai tidak material mengenai risiko lebih saji.
Namun, tidak ada batas jumlah kurang saji dalam suatu akun dengan
saldo tercatat yang sangat kecil. Oleh karena itu, harus disadari oleh
auditor, bahwa akun yang kelihatannya bersaldo tidak material, dapat
berisi kurang saji ( understatement ) yang melampaui materialitasnya.
3. Alokasi Materilitas Laporan Keuangan ke Akun
Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan
keuangan dikuantifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas
untuk setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan materialitas
laporan keuangan kea kun secara individual. Dalam melakukan alokasi,

8
auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji
dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
memverifikasi akun tersebut.4

E. Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti


Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi
pertimbangan auditor tentang kuantitas (kecukupan) bukti audit. Dalam membuat
generalisasi hubungan antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah
materialitas dan saldo akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah
tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti untuk memperoleh keyakinan
memadai bahwa saldo sediaan yang tercatat tidak disajikan salah lebih dari
Rp200.000. semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun, semakin
banyak jumlah bukti yang diperlukan. Sebagai contoh, lebih banyak bukti
diperlukan untuk sediaan yang berjumlah 30% dari total aktiva dibandingkan bila
sediaan hanya berjumlah 10% dari total aktiva. 5

4
Iwan Koerniawan, S.E., M.Th., M.Si. (2021). AUDITING Konsep dan Teori Pemeriksaan
Akuntansi, Yayasan Prima Agus Teknik : Semarang.
5
Noval Muhammad, SEI., SE., M.Si (2019). Dasar-dasar Pemeriksaan Akuntansi (Pengantar
Auditing). Penerbit Laksita Indonesia - Semarang.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang
yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya
penghilangan atau salah saji.
2. Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan
bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan
auditan adalah akurat. Audit tidak dapat memberikan jaminan karena ia tidak
memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak
dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat,
diringkas,digolongkan, dan dikompilasi secara mestinya ke dalam laporan
keuangan.
3. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan
tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau
keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
4. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif yang berkaitan
dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan
keuangan dan kualitatif yang berkaitan dengan penyebab salah saji.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal
tentang materialitas pada setiap tingkat
a. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas.
Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan
kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
b. Materialitas pada tingkat Saldo Akun

10
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang
mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji
material.
Konsep materialitas pada timgkat saldo akun tidak boleh
dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material. Saldo akun material
adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas
berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi keuangan.
5. Dalam membuat generalisasi hubungan antara materialitas dengan bukti audit,
perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus tetap diperhatikan.
Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa saldo sediaan yang tercatat tidak
disajikan salah lebih dari Rp200.000. semakin besar atau semakin signifikan
suatu saldo akun, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan.
6. Saran
Demikian makalah kami yang berisikan tentang Konsep materialitas Sebagai
manusia kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Makalah inipun tak luput dari target yang ingin
dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik maupun saran yang dapat digunakan
sebagai penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima
kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Noval Muhammad, SEI., SE., M.Si (2019). Dasar-dasar Pemeriksaan


Akuntansi (Pengantar Auditing). Penerbit Laksita Indonesia : Semarang.
Rahmat Hidayat Lubis, S.E., Ak., M.Si (2020). Pemeriksaan Akuntansi
1(Auditing 1). KENCANA Rawamangun : Jakarta.
Iwan Koerniawan, S.E., M.Th., M.Si. (2021). AUDITING Konsep dan Teori
Pemeriksaan Akuntansi, Yayasan Prima Agus Teknik : Semarang.

12

Anda mungkin juga menyukai