Anda di halaman 1dari 15

KONSEP MATERIALITAS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi

yang dibina oleh Ibu Ira Hasti Priyadi, S.Pd., MA.

Oleh: Kelompok II/PBS-B

Saiful Anam 19383021045

Zulkifli Dwi Bahtiar 19383021132

Dewi Irayanti 19383022033

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN MADURA

MARET 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya makalah ini yang berjudul “Konsep Materialitas” dapat
diselesaikan sesuai waktu yang diharapkan. Shalawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi
yang dibimbing oleh ibu Ira Hasti Priyadi, S.Pd., MA.. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari teman-teman
mahasiswa dan dosen yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Sehingga kami
dapat memperbaiki makalah ini sehingga menjadi lebih baik kedepannya ataupun
makalah yang selanjutnya.

Kami berharap, semoga dengan makalah yang kami susun ini dapat memberikan
manfaat kepada para pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penulis

Pamekasan, 28 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3

A. Definisi Materialitas........................................................................................3

B. Konsep Materialitas.........................................................................................4

C. Langkah Menetapkan Materialitas..................................................................7

D. Pertimbangan Awal Materialitas.....................................................................8

E. Hubungan Materialitas dengan Bukti Audit....................................................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................10

A. Kesimpulan....................................................................................................10

B. Saran .............................................................................................................11

DAFTARPUSTAKA.........................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, jasa profesi auditor semakin dibutuhkan seiring
dengan semakin bany aknya p ihak-pih ak yang menggun akan infor masi
yang terkandung dalam laporan keuangan sebagai salah satu pertimbangan
dalam p eng ambilan k epu tusan. Pih ak-p ih ak ters ebu t menun tut p eny ajian
lapo rankeuangan yang sesuai dengan standar yang berlaku dan juga dapat
dipercaya.Untuk mewujudkan keinginan tersebut, digunakanlah jasa auditor sebagai
pihakyang secara independen memberikan penilaian terhadap laporan keuangan
yangakan dijadikan dasar pengambilan keputusan.
S e b a g a i p i h a k y a n g d i p er c a y a u n tu k m e m b e r i k a n p e n i l a i a n
s e c a r a independen terhadap sebuah laporan keuangan perusahaan, auditor
dituntut melakukan pekerjaannya seprofesional mungkin dengan menghindari
terjadinyakesalahan dalam penilaian. Karena apabila terdapat kesalahan dalam
penilaian,maka pihak-pihak yang menggunakan hasil penilaian auditor
sebagai dasar pengambilan keputusan.Untuk meminimalisir tingkat kesalahan,
auditor diharuskan melakukan perencanaan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan
untuk dapat memahami selukbeluk perusahaan yang akan diperiksa laporan
keuangannya, sehingga penilaianyang dihasilkan tepat guna dan terhindar dari
kesalahan-kesalahan yang dapatmerugikan pihak-pihak terkait di kemudian
hari.K o n s e p - k o n s e p dasar dalam auditing digunakan sebagai
d a s a r perencanaan audit.
Diantara konsep-konsep yang ada, konsep materialitas t e r m a s u k k o n s e p
f u n d a m e n t a l y a n g h ar u s d i p a h a m i a u d i t o r d a l a m merencanakan dan
melakukan kegiatan audit. Konsep materialitas merupakan dasar penerapan

1
standar auditing terutama standar pekerjaan lapangan danstandar pelaporan.
Dengan konsep ini, auditor menentukan standar hal-hal yang tergolong material
atau tidak material. Hal ini menjadi sangat penting karena Konsep
Materialitas2pendapat yang diberikan auditor merupakan pendapat terhadap
hal-hal yangbersifat material saja. Maka ruang lingkup pemeriksaan dan penentuan
pendapatyang akan diberikan, bergantung pada interprestasi dan pemahaman
auditor terhadap nilai-nilai yang termasuk dalam hal yang material ataupun tidak
material.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Definisi Materialitas?


2. Bagaimana Konsep Materialitas?
3. Apa saja Langkah Menetapkan Materialitas?
4. Bagaimana Pertimbangan Awal Materialitas ?
5. Bagaimana Hubungan Materialitas dengan Bukti Audit?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi materialitas.


2. Untuk memaparkan konsep materialitas.
3. Untuk mengetahui langkah menetapkan materialitas.
4. Untuk menjelaskan pertimbangan awal materialitas.
5. Untuk mengetahui hubungan materialitas dengan bukti audit.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji.
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai:
“Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan
memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang
yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh
penghapusan atau salah saji tersebut.” 1
Konsep materialitas merupakan faktor yang penting dalam pertimbangan jenis
laporan yang tepat untuk diterbitkan dalam keadaan tertentu. Sebagai contoh, jika ada
salah saji yang tidak material dalam laporan keuangan suatu entitas dan pengaruhnya
terhadap periode tertentu. Kutipan dari ISA 320 Alinea 8 dalam Teodorus M.
Tuanakotta menjelaskan bahwa: “Tujuan auditor adalah menerapkan secara tepat
konsep materialitas dalam merencanakan dan melaksanakan audit.”2
Menurut William F. Messier et al menyatakan bahwa: “Materialitas adalah suatu
pengabaian atau salah saji informasi yang diluar ruang lingkupnya, memungkinkan
bahwa pertimbangan seorang yang mengandalkan pada informasi tersebut akan
berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji.” 3

1 Noval, Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi (Pengantar Auditing), 43.


2Theodorus,Kutipan dari ISA 320 Alinea 8 , 157.
3 F. Messier,Jasa Audit dan Assurance:Pendekatan Sistematis, 15.

3
Dalam Abdul Halim, melalui Statement of Financial Statements Concepts no.2,
mendefinisikan materialitas sebagai: “besarnya kealpaan dan salah saji informasi
akuntansi, yang di dalam lingkungan tersebut membuat kepercayaan seseorang
berubah atau terpengaruh oleh adanya kealpaan dan salah saji tersebut.” 4
Sedangkan menurut Theodorus, materialitas bukanlah angka mutlak (materiality
is not an absolute number). Materialitas berada di dalam “wilayah kelabu” antara
“apa yang sangat boleh jadi tidak material” dan apa “yang sangat boleh jadi material”.
Oleh karena itu penilaian assessment mengenai apa yang material senantiasa
merupakan urusan kearifan professional (a matter of professional judgment). 5
Jadi, materialitas adalah besarya salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi. Standar auditing seksi “Risiko Audit dan Materialitas dalam
pelaksanaan audit” mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan materialitas
dalam:
a. Perencanaan Audit
b. Pengevaluasian akhir apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Menurut Sukrisno Agoes ,materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang
apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya,
mungkin atau mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan atas informasi tersebut.6
B. Konsep Materialitas
Dari definisi materialitas di atas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan
baik
a. kedaan yang berkaitan dengan entitas dan
b. kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas
laporan keuangan auditing.
Sebagai contoh, suatu jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas
tertentu mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki

4 Abdul Halim, Statement of Financial Statements Concepts no.2, 130.


5 Theodorus, Kutipan dari ISA 320 Alinea 8, 162.
6 Sukrisno Agoes,Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan, 149.

4
ukuran dan sifat yang berbeda. 7 Begitu juga, kemungkinan terjadi perubahan
materialitas dalam laporan keuangan dalam entitas tertentu dari periode akuntansi
yang satu ke perode akuntansi yang lain. Oleh karena itu, auditor dapat
menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja harus lebih rendah bagi
perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1. Dalam mempertimbangkan kebutuhan
informasi pemakai informasi keuangan, semestinya harus dianggap, sebagai contoh,
bahwa pemakai informasi keuangan adalah para investor yang perlu mendapatkan
informasi memadai sebagai dasar untuk pengambilan keputusan mereka.
Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi
klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan
adalah akurat. Audit tidak dapat memberikan jaminan karena ia tidak memeriksa
setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan
apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas,digolongkan, dan
dikompilasi secara mestinya ke dalam laporan keuangan. Jika auditor diharuskan
untuk memberikan jaminan mengenai keakuratan laporan keuangan auditan, hal ini
tidak mungkin dilakukan, karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh
melebihi manfaat yang dihasilkan. Di samping itu, tidaklah mungkin seseorang
menyatakan keakuratan laporan keuangan (yang berarti ketepatan semua informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan), mengingat bahwa laporan keuangan sendiri
berisi pendapat, estimasi, dan pertimbangan tersebut tidak tepat atau akurat seratus
persen.
Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
keyakinan berikut ini:
1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan
dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas,
digolongkan, dan dikompilasi. 8
2. Auditor dapat memberikan kekayakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti
audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan auditan.

7 Noval, Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi (Pengantar Auditing), 43.


8 Noval, Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi (Pengantar Auditing), 44.
5
3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat ( atau
memberikan informasi dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan
sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material
karena kekeliruan dan kecurangan.
Dengan demikian ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh
auditor: konsep materialitas dan konsep risiko audit. Karena auditor tidak memeriksa
setiap transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, maka ia bersedia
menerima beberapa jumlah kekeliruan kecil. Konsep materialitas menunjukan
seberapa besar salah saji yang dapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan
keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut. Berapa jumlah kekeliruan atau
salah saji yang auditor bersedia untuk menerimanya dalam laporan keuangan, namun
ia tetap dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian karena laporan
keuangan tidak berisi salah saji material. Konsep risiko audit menunjukan tingkat
risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan yang sebenarnya
berisi salah saji material. 9
Menurut Sukrisno Agoes ,konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik
secara individual atau keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia,
sedangkan beberapa lainnya adalah tidak penting. Frasa “menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia” menunjukkan keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara
keseluruhan tidak mengandung salah saji material. 10
Menurut Theodorus, ada empat konsep materialitas dengan mengenal istilah baru
(bukan istilah yang dipakai oleh ISA), yaitu:
1. “Overall”
materiality Overall materiality didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan
berdampak terhadap keputusan yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan.
Jika auditor memperoleh informasi yang menyebabkan ia menentukan angka

9 Noval, Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi (Pengantar Auditing), 45.


10 Sukrisno Agoes,Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan, 148.
6
materialitas yang berbeda dari yang ditetapkan semula, angka materialitas
semula harusnya direvisi.
2. “Overall” performance materiality
Performance materiality ditetapkan lebih rendah dari overall materiality.
Performance materiality memungkinkan auditor menanggapi penilaian resiko
tertentu (tanpa mengubah overall materiality), dan menurunkan ke tingkat
rendah yang tepat (appropriately low level) probabilitas salah saji yang tidak
dikoreksi dan salah saji yang tidak tereteksi secara agregat (aggregate of
uncorrected and undetected misstatements) melampaui overall materiality.
Performance materiality perlu diubah berdasarkan temuan audit.
3. “Specific”
materiality Specific materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau
disclosures tertentu dimana jumlah salah sajinya akan lebih rendah dari
overall materiality.
4. “Specific”
performance materiality Specific performance materiality ditetapkan lebih
rendah dari specific materiality. Hal ini memungkinkan auditor menanggapi
penilaian resiko tertentu, dan memperhitungkan kemungkinan adanya salah
saji yang tidak terdeteksi dan salah saji yang tidak material, yang secara
agregat dapat berjumlah material. 11
C. Langkah Menetapkan Materialitas
➢ Merencanakan luas pengujian
• Langkah 1 : Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas

• Langkah 2 : Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas


segmen-segmen.

➢ Mengevaluasi hasil-hasil
• Langkah 1 : Mengestimasi total salah saji dalam segmen
• Langkah 2 : Memperkirakan salah saji gabungan

11 Theodorus,Kutipan dari ISA 320 Alinea 8 , 167.


7
• Langkah 3: Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan
pendahuluan atau yang direvisi tetentang materialitas Laporan keuangan
mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung
salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan
sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari kekeliruan atau kecurangan. Istilah
kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup:
1. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber
penyusunan laporan keuangan.
2. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan
atau salah tafsir fakta.
3. Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan
jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.12
D. Pertimbangan Awal Materialitas
Auditor menggunakan 2 cara dalam menerapkan materialitas;
a. pada saat perencanaan audit, dan
b. pada saat menegvaluasi bukti audit dalam pelaksanaan audit.

Penetuan materialitas dapat berbeda dengan tingkat materialitas yg


digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi
temuan audit karena keadaan yang melingkupi berubah dan informasi tambahan
tentangklien yang diperoleh saat audit berlangsung. Sebagai contoh, klien
mungkin dapat memperoleh sumber pembelanjaan untuk melanjutkan usahanya,
yang pada saat audit direncanakan, audit meragukan kemampuan klien dalam
mempertahankan kelangsungan hidup usaha klien. Kemudian, audit yang telah
dilaksankan dapat memastikanbahwa karena sumber pembelanjaan tersebut,
solvabilitas klien dalam periode yang diaudit telah mengalami peningkatan secara

12 Noval, Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi (Pengantar Auditing), 45-46.


8
signifikan. Dalam keadaan ini, tingkat materialitas yang digunakan oleh auditor
dalam mengevaluasi temuan audit dapat lebih tinggi dibandingkan dengan
materialitas perencanaan.

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas


pada dua tingkat berikut ini:

1. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran


mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.

2. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam


mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan. 13

E. Hubungan Materialitas dengan Bukti Audit


Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi
pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi
hubungan antara materialisasi dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan
saldo akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas,
semakin besar jumlah bukti untuk memperoleh keyakinan memadai saldo sediaan
yang tercatat tidak disajikan salah lebih dari Rp200.000. semakin besar atau semakin
signifikan suatu saldo akun, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan. Sebagai
contoh, lebih banyak bukti diperlukan untuk sediaan yang berjumlah 30% dari total
aktiva dibandingkan bila sediaan hanya berjumlah 10% dari total aktiva. 14

13 Noval, Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi (Pengantar Auditing), 46-47.


14 Ibid, 54-55.
9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi,
yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji.

Dari definisi materialitas di atas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan baik

1. kedaan yang berkaitan dengan entitas dan


2. kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan
atas laporan keuangan auditing.

Langkah Menetapkan Materialitas:

➢ Merencanakan luas pengujian


• Langkah 1 : Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas

10
• Langkah 2 : Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas
segmen-segmen.

➢ Mengevaluasi hasil-hasil
• Langkah 1 : Mengestimasi total salah saji dalam segmen
• Langkah 2 : Memperkirakan salah saji gabungan

• Langkah 3: Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan

Pertimbangan Awal Materialitas

Auditor menggunakan 2 cara dalam menerapkan materialitas;


1. pada saat perencanaan audit, dan
2. pada saat menegvaluasi bukti audit dalam pelaksanaan audit.

Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan


auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara
materialisasi dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material
harus tetap diperhatikan.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah yang diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar bisa
memperbaiki makalah tersebut dan sebagai tolak ukur untuk memperbaiki karya-karya ilmiah
yang lain di masa yang akan mendatang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Noval, Muhammad. Dasar-Dasar Akuntansi (Pengantar Auditing). Serang: Laksita Indonesia,


2019.

Theodorus.Kutipan dari ISA 320 Alinea 8. 2014.

F. Messier.Jasa Audit dan Assurance:Pendekatan Sistematis. Jakarta:salemba Empat, 2014.

Abdul Halim. Statement of Financial Statements Concepts no.2.


Agoes, Sukrisno. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan.Salemba Empat, 2014.

12

Anda mungkin juga menyukai