Anda di halaman 1dari 16

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT

MAKALAH:
MATA KULIAH AUDITING 1

DOSEN:
HAR AGUS TURJAMAN, SE, MM

Oleh :
DIANA EKA PRATIWI
NIM: 19530005

PROGRAM STUDI S1 AKUTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SWADAYA
JAKARTA
2021

1|Page
DAFTARISI
Halaman

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..


BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1
1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………….... 1

BAB II PERMASALAHAN ……………………………………………………….... 3

BAB III PEMBAHASAN ………………………………………………………..…... 4


1. KONSEP MATERIALITAS ………..………………………………….... 4
2. PENTINGNYA KONSEP MATERIALITAS DALAM AUDIT ATAS
LAPORAN KEUANGAN …………………………………………………. 4
3. PERTIMBANGAN AWAL TENTANG MATERIALITAS ……………. 5
4. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN BUKTI
AUDIT……………………………….……………………………………… 7
5. RISIKO AUDIT ………. ……………………………………………....... 7-10
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN …………………………………………………........ 11
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 12

ii | P a g e
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah tentang “MATERIALITAS DAN RESIKO
AUDIT” ini. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah studi Auditing 1 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Swadaya Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kategori
sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan


ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Bekasi, 16 April 2021

Penulis,

Diana Eka Pratiwi

iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam perkembangannya, jasa profesi auditor semakin dibutuhkan seiring


dengan semakin banyaknya pihak-pihak yang menggunakan informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Pihak-pihak tersebut menuntut penyajian laporan keuangan yang sesuai
dengan standar yang berlaku dan juga dapat dipercaya. Untuk mewujudkan keinginan
tersebut, digunakanlah jasa auditor sebagai pihak yang secara independen memberikan
penilaian terhadap laporan keuangan yang akan dijadikan dasar pengambilan keputusan.

Sebagai pihak yang dipercaya untuk memberikan penilaian secara independen


terhadap sebuah laporan keuangan perusahaan, auditor dituntut melakukan
pekerjaannya seprofesional mungkin dengan menghindari terjadinya kesalahan dalam
penilaian. Karena apabila terdapat kesalahan dalam penilaian, maka akan berdampak
pada pihak-pihak yang menggunakan hasil penilaian auditor sebagai dasar pengambilan
keputusan.

Untuk meminimalisir tingkat kesalahan, auditor diharuskan melakukan


perencanaan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk dapat memahami seluk beluk
perusahaan yang akan diperiksa laporan keuangannya, sehingga penilaian yang
dihasilkan tepat guna dan terhindar dari kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan
pihak-pihak terkait dikemudian hari.

Konsep-konsep dasar dalam auditing digunakan sebagai dasar perencanaan audit.


Diantara konsep-konsep yang ada, konsep materialitas dan risiko termasuk konsep
fundamental yang harus dipahami auditor dalam merencanakan dan melakukan kegiatan
audit. Konsep materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing terutama standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dengan konsep ini, auditor menentukan
standar hal-hal yang tergolong material atau tidak material. Hal ini menjadi sangan
penting karena pendapat yang diberikan auditor merupakan pendapat terhadap hal-hal
yang bersifat material saja. Maka ruang lingkup pemeriksaan dan penentuan pendapat
yang akan diberikan bergantung pada interprestasi dan pemahaman auditor terhadap

1|Page
nilai-nilai yang termasuk dalam hal yang material ataupun tidak material.

Sedangkan konsep risiko merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa
disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.

2|Page
BAB II
PERMASALAHAN

1. Apa definisi dari materialitas ?

2. Mengapa konsep materialitas penting dalam audit atas laporan


keuangan?

3. Apa saja pertimbangan awal tentang materialitas ?

4. Bagaimana hubungan antara materialitas dengan bukti audit ?

5. Apakah saja unsur-unsur resiko audit dan bagaimana hubungan antara


unsur resiko audit tersebut ?

3|Page
BAB III
PEMBAHASAN

1. KONSEP MATERIALITAS

Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar


pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai
pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Dalam
SA Seksi 319 Risiko Audit dan Materialitas Audit dalam Pelaksanaan Audit
mengahruskan auditor untuk mempertimbangkan materialitas dalam perencanaan audit,
dan penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum.

Pengertian materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau
salah saji.

2. PENTINGNYA KONSEP MATERIALITAS DALAM AUDIT ATAS


LAPORAN KEUNANGAN

Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien atau
pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat karena
auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang
diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas,
digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Oleh karena itu,
dalam audit atas laporan keuangan, audito memberikan keyakinan ( assurance ) sebagai berikut :

 Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam


laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan
dan dikompilasi.

 Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit


kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan auditan.

4|Page
 Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat ( atau memberikan
informasi dalam hal terdapat perkecualian ), bahwa laporan keuangan sebagai
keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena
kekeliruan dan ketidakberesan.

Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh
auditor yaitu konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya dan konsep
risiko audit yang menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya
atas laporan keuangan yang sebenernya berisi salah saji material.

3. PERTIMBANGAN AWAL TENTANG MATERIALITAS


Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan
auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif yang berkaitan dengan
hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan dan kuantitatif yang
berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material
dapat secara kualitatif material, karenan penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.
Berikut ini adalah contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor
dalam memertimbangkan materialitas.

1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti :

a. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.

b. Total aktiva dalam neraca.

c. Total aktiva lancer dalam neraca.

d. Total ekuitas pemegang saham dalam neraca.

2. Factor kualitatif, seperti :

a. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hokum.

b. Kemungkinan terjadinya ketidakberesan.

c. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada
tingkat minimum tertentu.

d. Adanya gangguan dalam trend laba.

e. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.

5|Page
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini :

1 Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup


laporan keuangan sebagai keseluruhan.

2 Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.

Factor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang


materialitas pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :

 Materialitas Pada Tingkat Laporan Keuangan


Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama
auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua pada saat
mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanaan audit. Meski demikian sampai saat ini,
tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tentang
ukuran kuantitatif materialitas.

 Materialitas Pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material.
Meskipun auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan secara
keseluruhan, namun ia harus melakukan audit terhadap akun-akun secara
individual dalam mengumpulkan bukti audit yang dipakai sebagai dasar untuk
menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Dalam
mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun auditor harus
mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas
laporan keuangan.

 Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun

Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan


dikuantifikasi, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat
diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan kea kun secara
individual. Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus
dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.

6|Page
4. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT
Materialitas merupakan satu di antara berbagai factor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor tentang kuantitas (kecukupan) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan
antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material
harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang
diperlukan. Semakinbesar atau semakin signifikan suatu saldo akun, semakin banyak jumlah
bukti yang diperlukan.

5. RISIKO AUDIT
Dalam perencaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA Seksi
312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko yang
terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaiman mestinya,
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam
menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya.
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar
bukti yang diperoleh dari verifikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual
atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo
akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan
pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.

6. RISIKO AUDIT PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN DAN TINGKAT


SALDO AKUN
Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketetapan informasi
yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mampertimbangkan
baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadri, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :

I. Risiko Audit Keseluruhan ( Overall Audit Risk )

Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai


keseluruhan. Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus
menentukan risiko audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya
risiko yang dapat ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan
keuangan disajikan secara wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebut

7|Page
berisi salah saji material.

II. Risiko Audit Individual

Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan. Karena audit mencakup pemerikasaan
terhadap akun-akun secara individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan
kepada akun-akun yang berkaitan. Risiko audit individual perlu ditentukan untuk
setiap akun tertentu karena akun tertentu seringkali sangat penting karena besar
saldonya atau frekuensi transaksi perubahan.

7. UNSUR RISIKO AUDIT

 Risiko Bawaan

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.

 Risiko Pengendalian

Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu
asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian intern entitas.

 Risiko Deteksi

Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi.

8. PENGGUNAAN INFORMASI RISIKO AUDIT


Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk
menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian
saldo akun tertentu. Beberapa auditor lebih menyukai pertimbangan kualitatif dalam menaksir
berbagai macam risiko yang membentuk risiko audit. Di samping itu, penggunaan pendekatan
kuantitatif memaksa auditor untuk memikirkan dengan mendalam berbagai pertimbangan
auditnya.

8|Page
9. HUBUNGAN ANTAR RISIKO
Risiko bawan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang
disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan,
sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan
auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan
risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang di yakini oleh
auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya
risiko bawaan dan pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima.

10. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, BUKTI AUDIT


Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut :

 Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas


dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

 Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi


jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

 Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat


menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :

a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah


bukti audit yang dikumpulkan.

b. Menambahkan jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu


tingkat materialitas tetap dipertahankan.

c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat


materialitas secara bersama-sama.

11. STRATEGI AUDIT AWAL


Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau
sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu oendekatan terutama
substantive (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian
taksiran rendah (lower assessed level or control risk approach).

9|Page
1) Unsur Strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, audit


menetapkan empat unsur berikut ini :

 Tingkat risiko pengendalian intern yang direncanakan.

 Luasnya pemahaman atas struktur pengendalian intern yang harus


diperoleh.

 Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko


pengendalian.

 Tingkat pengujian substantive yang direncanakan untuk mengurangi


risiko audit ke tingkat yang cukup rendah.

2) Pendekatan Terutama Substantif

Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hamper semua
bukti audit dengan menggunakan pengujian substantive dan auditor sedikit
meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern.
Pendekatan ini biasanya mengakibatkan penaksiran risiko pengendalian pada
tingkat atau mendekati maksimum.

3) Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah

Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada


tingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya
auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.

10 | P a g e
BAB IV
PENUTUP

4. kesimpulan
Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam penerimaan jenis laporan
audit yang tepat untuk diterbitkan. Tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah
laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian yang material. Alasan penetapan
suatu pertimbangan awal tentang tingkat materialitas adalah untuk membantu auditor
merencanakan bukti-bukti audit yang memadai yang harus dikumpulkan.
Materialitas dibagi menajdi dua golongan yaitu materialitas pada tingkat laporan
keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Sedangkan risiko audit juga
digolongkan menjadi dua yakni risiko audit keseluruhan dan risiko audit individual.
Dalam hal ini risiko audit terdiri dari tiga unsur, antara lain :

 risiko bawaan, yakni kerentanan suatu saldo akun atau golongan


transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak
terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang
terkait.

 risiko pengendalian, yakni risiko terjadinya salah saji material dalam


suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu
oleh struktur pengendalian intern entitas.

 risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat


mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit dan bukti audit, auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau
kelompok asersi.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Arens & Loebbecke. (1999). Auditing Pendekatan Terpadu, Buku 1, Edisi Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.

Boynton, Johnson, & Kell. (2002). Modern Auditing, Edisi 7, Jilid 1, Jakarta: Erlangga

I Gusti Agung Rai. (2008). Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, Studi Kasus.
Jakarta: Salemba Empat

Robert Tampubolon. (2005). Risk and System-Based International Audit. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo

Indra Bastian. (2007). Akuntan Yayasan dan Lembaga Publik. Jakarta: Erlangga

12 | P a g e
13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai