Anda di halaman 1dari 19

Makalah mata kuliah Auditing

MATERALITAS RESIKO DAN STRATEGI AUDIT


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Auditing

Dosen Pembimbing :
Cut Rusmina, S.E., M.Si., AK,CA .

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Muhammad Abdi : 190603373


Fitria rizki nurmanda : 190603401
Atikah Chaira : 190603388
Irwan Syahputra : 190603394
Muhammad iqbal : 190603412

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI AR-RANIRY
BANDA ACEH, 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang selalu memberikan
berkah dan karunia yang melimpah kepada hamba-hamba-Nya yang tidak dapat
terhitung banyaknya. Semoga dengan rahmat-Nya kita tetap dalam lindungan
Allah, dan menambah rasa syukur dan taqwa kita di hadapan-Nya. Sholawat serta
salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Syukur Alhamdulillah atas izin Allah yang Maha segala-Nya dan berkah
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Materalitas
Resiko Dan Strategi Audit”
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa serta bantuan berbagai pihak lain
untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan dan
penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa proses penyusunan dalam penyelesaian
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang kami miliki sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan oleh karenanya,
kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan
usul guna penyempurnaan makalah ini dan juga dalam penyelesaian tugas-tugas
serta makalah berikutnya.
Kami sebagai penyusun makalah ini yang berkaitan dengan materialitas,
risiko, dan strategi audit awal, berharap dapat berguna dikemudian hari.

Banda Aceh, 17 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
BAB II PEMBAHSAN.............................................................................. 4
A. Konsep Materialitas....................................................................... 4
B. Pentingnya Materialitas Dalam Audit Atas Laporan Keuangan.... 4
C. Pertimbangan Awal Tentang Materialitas..................................... 5
D. Hubungan Antara Materialitas Denga Bukti Audit....................... 8
E. Resiko Audit.................................................................................. 10
BAB III PENUTUP................................................................................... 14
A. KESIMPULAN............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangannya, jasa profesi auditor semakin dibutuhkan seiring dengan

semakin banyaknya pihak-pihak yang menggunakan informasi yang terkandung dalam

laporan keuangan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pihak-

pihak tersebut menuntut penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang

berlaku dan juga dapat dipercaya. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, digunakanlah

jasa auditor sebagai pihak yang secara independen memberikan penilaian terhadap

laporan keuangan yang akan dijadikan dasar pengambilan keputusan.

Sebagai pihak yang dipercaya untuk memberikan penilaian secara independen

terhadap sebuah laporan keuangan perusahaan, auditor dituntut melakukan pekerjaannya

seprofesional mungkin dengan menghindari terjadinya kesalahan dalam penilaian.

Karena apabila terdapat kesalahan dalam penilaian, maka akan berampak pada pihak-

pihak yang menggunakan hasil penilaian auditor sebagai dasar pengambilan keputusan.

Untuk meminimalisir tingkat kesalahan, auditor diharuskan melakukan

perencanaan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk dapat memahami seluk beluk

perusahaan yang akan diperiksa laporan keuangannya, sehingga penilaian yang

dihasilkan tepat guna dan terhindar dari kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan

pihak-pihak terkait di kemudian hari.

Konsep-konsep dasar dalam auditing digunakan sebagai dasar perencanaan audit.

Diantara konsep-konsep yang ada, konsep materialitas dan risiko termasuk konsep

1
fundamental yang harus dipahami auditor dalam merencanakan dan melakukan kegiatan

audit. Konsep materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing terutama standar

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dengan konsep ini, auditor menentukan

standar hal-hal yang tergolong material atau tidak material. Hal ini menjadi sangat

penting karena pendapat yang diberikan auditor merupakan pendapat terhadap hal-hal

yang bersifat material saja. Maka ruang lingkup pemeriksaan dan penentuan pendapat

yang akan diberikan, bergantung pada interprestasi dan pemahaman auditor terhadap

nilai-nilai yang termasuk dalam hal yang material ataupun tidak material.

Sedangkan konsep risiko merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa

disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan

keuangan yang mengandung salah saji material.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Materialitas?

2. Mengapa konsep materialitas penting dalam audit atas laporan keuangan?

3. Apa saja pertimbangan awal tentang materialitas?

4. Bagaimana hubungan antara materialitas denga bukti audit?

5. Apakah yang dimaksud dengan resiko audit?

6. Apakah saja unsur-unsur resiko audit dan bagaimana hubungan antara unsur

risiko audit tersebut?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MATERIALITAS

Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai

pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Dalam

SA Seksi 319 Risiko Audit dan Materialitas Audit dalam Pelaksanaan Audit

mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan materialitas dalam perencanaan audit,

dan penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan

prinsip akuntansi berterima umum.

Pengertian Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji

informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan

perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan

kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

B. PENTINGNYA KONSEP MATERIALITAS DALAM AUDIT ATAS

LAPORAN KEUANGAN

Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi

klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah

akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi

dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang

terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam

3
laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor

memberikan keyakinan (assurance) sebagai berikut:

 Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam

laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan,

dan dikompilasi.

 Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit

kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas

laporan keuangan auditan.

 Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan

informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai

keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena

kekeliruan dan ketidakberesan.

Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh

auditor yaitu konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya dan

konsep risiko audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah

pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.

C. PERTIMBANGAN AWAL TENTANG MATERIALITAS

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam

perencanaan auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif

yang berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan

keuangan dan kualitatif yang berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang

secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang

4
menimbulkan salah saji tersebut. Berikut ini adalah contoh pertimbangan kuantitatif dan

kualitatif yang dilakukan oleh auiditor dalam mempertimbangan materialitas.

1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti :

a. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan.

b. Total aktiva dalam neraca.

c. Total aktiva lancar dalam neraca.

d. Total ekuitas pemegang saham dalam neraca.

2. Faktor kualitatif, seperti :

a. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hokum.

b. Kemungkinan terjadinya ketidakberesan.

c. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang

mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan

pada tingkat minimum tertentu.

d. Adanya gangguan dalam trend laba.

e. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua

tingkat berikut ini :

5
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan

keuangan sebagai keseluruhan.

b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai

kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang

materialitas pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :

 Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor

menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi

bukti audit dalam pelaksanaan audit. Meski demikian sampai saat ini, tidak terdapat

panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif

materialitas.

 Materialitas pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin

terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Meskipun auditor

memberikan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan, namun ia harus

melakukan audit terhadap akun-akun secara individual dalam mengumpulkan bukti audit

yang dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan

auditan. Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus

mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan

keuangan.

 Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun


6
Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan

dikuantifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh

dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan kea kun secara individual. Dalam

melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji

dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun

tersebut.

 Penggunaan Materialitas dalam Mengevaluasi Bukti Audit

D. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT

Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi

pertimbangan auditor tentang kuantitas (kecukupan) bukti audit. Dalam membuat

generalisasi hubungan antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah

materialitas dan saldo akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat

materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan. Semakin besar atau semakin

signifikan suatu saldo akun, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan.

E. RISIKO AUDIT

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut

SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah

risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya

sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji

material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko

audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya.

7
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan

atas dasar bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun

secara individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko

audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko

audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan

berada pada tingkat yang rendah.

F. RISIKO AUDIT PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN DAN

TINGKAT SALDO AKUN

Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan

informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor

mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak

memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang

mengandung salah saji material. Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua

bagian :

1. Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)

Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai

keseluruhan. Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan

risiko audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat

ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara

wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material.

8
2. Risiko Audit Individual

Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang

dicantumkan dalam laporan keuangan. Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap

akun-akun secara individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-

akun yang berkaitan. Risiko audit individual perlu ditentukan untuk setiap akun karena

akun tertentu seringkali sangat penting karena besar saldonya atau frekuensi transaksi

perubahan.

G. UNSUR RISIKO AUDIT

1. Risiko Bawaan

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi

terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan

prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.

2. Risiko Pengendalian

Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi

yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian

intern entitas.

3. Risiko Deteksi

Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah

saji material yang terdapat dalam suatu asersi.

9
H. PENGGUNAAN INFORMASI RISIKO AUDIT

Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor

untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran

penyajian saldo akun tertentu. Beberapa auditor lebih menyukai pertimbangan kualitatif

dalam menaksir berbagai macam risiko yang membentuk risiko audit. Di samping itu,

penggunaan pendekatan kuantitatif memaksa auditor untuk memikirkan dengan

mendalam berbagai pertimbangan auditnya.

I. HUBUNGAN ANTAR UNSUR RISIKO

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua

risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan

keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah

oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik

dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko

pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat

diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang

diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

J. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, BUKTI

AUDIT

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit

digambarkan sebagai berikut :

10
 Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas

dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

 Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah

bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

 Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat

menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :

a. Menambah tingkat meterialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti

audit yang dikumpulkan.

b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat

materialitas tetap dipertahankan.

c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat

materialitas secara bersama-sama.

K. STRATEGI AUDIT AWAL

Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit,

auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual

atau sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan

terutama substantif (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko

pengendalian taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach).

1. Unsur Strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor

menetapkan empat unsur berikut ini :

11
 Tingkat risiko pengendalian intern yang direncanakan.

 Luasnya pemahaman atas struktur pengendalian intern yang harus diperoleh.

 Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko

pengendalian.

 Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke

tingkat yang cukup rendah.

2.Pendekatan Terutama Substantif

Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti

audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan

kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern. Pendekatan ini biasanya

mengakibatkan penaksiran risiko pengendalian pada tingkat atau mendekati maksimum.

3.Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah

Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat

kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya

melaksanakan sedikit pengujian substantif.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam penerimaan jenis

laporan audit yang tepat untuk diterbitkan. Tanggung jawab auditor adalah menentukan

apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian yang material. Alasan

penetapan suatu pertimbangan awal tentang tingkat materialitas adalah untuk membantu

auditor merencanakan bukti-bukti audit yang memadai yang harus dikumpulkan.

Materialitas dibagi menjadi dua golongan yaitu materialitas pada tingkat laporan

keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Sedangkan Risiko audit juga

digolongkan menjadi dua yakni risiko audit keseluruhan dan risiko audit individual.

Dalam hal ini risiko audit terdiri dari tiga unsur (1) risiko bawaan, yakni kerentanan suatu

saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi

bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait,

(2) risiko pengendalian, yakni risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi

yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian

intern entitas dan (3) risiko deteksiadalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat

mandeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.

Adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit dan bukti audit, auditor

dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau

kelompok asersi.

D. STRATEGI AUDIT AWAL

13
1 Unsur strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor

menetapkan empatunsur berikut ini :

1. Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.

2. Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.

3. Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko

pengendalian.

4. Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit

ke tingkatyang cukup rendah.

2 Pendekatan Terutama Substantif

Auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan

menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak

mempercayai pengendalian intern. Keuntungannya:

o Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan atau prosedur pengendalian intern

yangrelevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.

o Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk

akun dangolongan transaksi signifikan tidak efektif.

o Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk

asersitertentu.

14
3 Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah

Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh

terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit

pengujian substantif.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arens & Loebbecke. (1999). Auditing Pendekatan Terpadu, Buku 1, Edisi

Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Boynton, Johnson, & Kell. (2002). Moderen Auditing, Edisi 7, Jilid 1, Jakarta:

Erlangga

I Gusti Agung Rai. (2008). Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, Studi

Kasus. Jakarta: Salemba Empat

Robert Tampubolon. (2005). Risk and System-Based International Audit. Jakarta: PT

Elex Media Komputindo

Indra Bastian. (2007). Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Jakarta: Erlangga

16

Anda mungkin juga menyukai