SKRIPSI
Diajukan Oleh:
EKA AMARANGGANA AS
170402118
PENDAHULUAN
230 juta jiwa. Islam di indonesia merupakan mayoritas terbesar di dunia, islam
tiba di indonesia melalui para pedagang (Wikipedia, 15 Maret Pukul 06:44 wib).
Dapat kita ketahui islam sangat dominan di indonesia terlebih lagi di aceh, di aceh
sendiri islam sangat di junjung tinggi sehingga aceh menjadi kota syariat di
indonesia.
Masuknya islam ke aceh pada abad ketujuh atau kedelapan masehi, banyak
besar, sehingga ada pepatah aceh yang berbunyi : Hukom ngo Adat lagee Zat ngo
1
2
sipheut (Hukum dengan adat seperti benda dengan sifatnya, tidak terpisah). Yang
Ajaran islam yang dibawa oleh Muhammad Saw dengan sumber Ajaran
Islam utamanya al-Qur'an dan Hadits itu jika ditelaah secara mendalam dapat
pemahaman tentang hakikat ini, manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa
sekalian alam. Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu
bumi yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya,
baik yang alamiah maupun yang ijtima'iyah, di mana Tuhan menjadi potensi
sentral perkembangannya.2
1
Mattulada..(et.al.), Agama dan perubaan sosial. (Jakarta: PT Raga Grafindo Persada,
1996), hal. 6
2
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Pada Periode Klasik dan pertengahan,
(Jakarta: PT Raga Grafindo Persada, 2010), hal. 29
3
Sebagai mana yang kita ketahui indonesia sendiri memiliki keaneka ragam
suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan budaya yang beraneka ragam,
hal ini menjadi nilai tersendiri bagi Indonesia. Sebagai bangsa yang majemuk,
menjadi satu kesatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia. Bangsa yang
persatuan bangsa dan bernegara tanpa mudah diadu domba dari berbagai
pengaruh.
yang telah di akui oleh UNESCO antara lain : Wayang, Angklung, Keris, Tari
Saman, Reog Ponorogo,Tari Kecak, Tari Barong, Sendra Tari Ramayana, Tari
Pedet, Batik.
Budaya itu sendiri adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
jug dapat dikatakan suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks,
satu hal yang dapat mengeratkan atau menghancurkan suatu hubungan antar
Dengan budaya kita berkomunikasi dengan orang, saling bertukar cara pikir dan
3
Deddy mulyana, Komunikasi Lintas Budaya. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011)
hal. 3
4
yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang, yang dikomunikasikan dari satu
lain.4
budaya. Disinilah kita sebagai muslim harus cerdas dalam menerima perbedaan
pemikiran satu sama lain, maka dari itu didalam islam kita diajarkan untuk saling
mengenal dan berinteraksi satu sama lainnya. Jangan kita tidak peduli atau acuh
tak acuh kepada orang lain, karena barang kali hari ini engkau tidak peduli
dengan bersuku-suku dan berbangsa bangsa agar saling mengenal satu sama lain,
seperti gambaran dalam surat al-hujarat ayat 13 yang artinya “Wahai manusia!
Sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling bertaqwa. sungguh, Allah maha mengetahui maha
teliti.
4
Diana Ariswati Trining, Konseling Lintas Budaya (CV. AE Media Grafika, 2019) hal. 2
5
besar karna itu tadi perbedaan pendapat antara suku satu dengan suku lainnya.
tepatnya di kota Bogor Kecamatan Tanah Sareal. Ada juga permasalahan lain
seperti yang terjadi baru-baru ini ialah konflik yang terjadi di papua semakin
papua dan pada tahun 2015 dikutip dari Tempo.com terjadi pembakaran geraja di
aceh. Dimana kita tau bahwa aceh adalah kota yang toleransinya sangat tinggi dan
paham akan bagaimana cara menghargai sesama suku dan agama tetapi tetap
Dari apa yang telah kita baca dan kita peroleh ini adalah dampak dari
kesalah pahaman atau kurannya pemahaman antara satu suku dengan suku lain.
untuk mengkaji lebih dalam lagi terkait “Prinsip – Prinsip Layanan Konseling
Lintas Budaya Menurut Al-Qur’an surat Al-Hujurat Ayat 13” Agar orang
paham bahwa gak semua budaya itu gak sama. Agar orang juga tau bagaimana
Zat yang menyerumu dengan seruan ini adalah Zat Yang Telah menciptakan kamu
dari jenis laki-laki dan wanita.dialah yang memperlihatkan kepadamu tujuan dari
menjegal atau bermusuhan, tetapi supaya harmonis dan saling mengenal. Adapun
6
perbedaan bahasa dan warna kulit, perbedaan watak dan akhlak, serta perbedaan
kebutuhan.Warna kulit, ras, bahasa, negara, dan lainnya tidak ada dalam
pertimbangan Allah. Disana hanya ada satu timbangan untuk menguji seluruh
diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi terkait sebuah proposal
B. Rumusan Masalah
budaya?
C. Tujuan Penelitian
5
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an.(Jakarta: Gema Insani Press, 2004) hal : 421-
422
7
D. Signifikansi Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Islam.
E. Definisi Operasional
8
1. Konseling
2. Lintas Budaya
6
J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 114
7
Deliati Latif Hanum, Konseling Lintas Budaya, ( Semarang: Rasail MediaGroup : 2018)
hal.38
8
Ibid. hal 38
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KajianTeoritis
1. Konseling
a. Pengertian Konseling
bentuk mashdar dari “to counsel” secara etimologis berarti “to give advice”
atau memberikan saran dan nasehat. Konseling juga memiliki arti memberikan
nasehat atau anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face). Jadi
conseling berarti pemberian nasehat atau penasehat kepada orang lain secara
pengetahuan yang serba mutakhir dua kata tersebut telah disatukan menjadi
konseling saja11.
ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Pengertian
konseling di atas dikemukakan dengan cara dan gaya berbeda, namun di antara
berikut ini:
3) Interaksi antara konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relatif
klien.
tetapi merupakan teknik inti atau teknik kunci. Hal ini dikarenakan konseling
pemecahan intelektual.
12
Abu Bakar M. Luddin, Dasar-Dasar Konselin, (Bandung : Cipta Pustaka Media
Perintis, 2010) hal. 19
13
Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rajawali Pers, 2016) hal. 2
12
b. Tujuan Konseling
Selain itu, Myers merumuskan bahwa tujuan konseling adalah untuk membantu
orang lain.
14
Prayitno, dkk., Dasar-dasar Bimbingan,……., hal.114
13
bertentangan.
dan interpersonal.
penghancur.
kehidupannya.
yang merusak.
14
14) Reproduksi dan aksi sosial. Menginspirasi dalam diri seseorang hasrat
c. Fungsi Konseling
2. Lintas Budaya
konsep budaya yang digunakan sebagai sudut atau cara pandang. Namun, yang
konseling, dengan kata lain budaya adalah ilmu mengenai perilaku individu
15
Arintoko, Wawancara Konseling di Sekolah, (Yogyakarta : PenerbitAndi,2011).hal.3
16
Jarnawi, Konseling Trauma Untuk,….,hal. 20
15
Joko Tri Prasetyo budaya berasal dari bahasa Sansekerta ”Buddhayah”, yaitu
batin akal budi manusia seperti kesenian, kepercayaan dan adat istiadat” (KKBI,
keseluruhan sistem atau gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang diperoleh
dari hasil belajar dalam kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik manusia itu
sendiri.18
Lintas Budaya dekat sekali dengan isu-isu otonomi daerah, pluralisme ada
multikulturalisme yang sedang hangat saat ini. Itu tidak hanya mengandung
Lintas Budaya adalah studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses
17
Joko Tri Prasetyo, Ilmu Budaya Dasar (MKDU), ceta. Ke-2 (Jakarta: Rineka Cipta,
1998), hal. 6
18
Koetjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Yogyakarta: Djambatan,
1997)
16
sebuah profesi yang menyeluruh konseling sendiri tidakan akan pernah mengenal
perbedaan.
Bagi seorang konselor, konseling lintas budaya ini bekerja memahami dampak
yang mungkin terjadi dari perbedaan budaya ini. Pengetahuan mereka tentang
atau membantu perkembangan dalam proses konseling pada klien, dan bagaimana
mengentaskan permasalahan yang sedang dialami klien akan tetapi tidak berusaha
membantu klien keluar dari saran saja konselor pun berusaha menjaga dan
dan nilai yang dimiliki oleh orang lain, termasuk atribut dan hal-hal yang bersifat
melaksanakan konseling.19
kontesk sosial budaya. Ini berarti seorang konselor harus mengakses atau
19
Deliati Latifah Hanum, Konseling Lintas Budaya, (Semarang: Rasail Media Group,
2018),hal. 42
17
lingkungan.
secara sosial20.
Maka dari itu, sangat penting bagi konselor secara umum (tidak hanya
berbagai hal yang terkait dengan pemahaman individu dan lingkungan. Kesadaran
budaya yang perlu dimiliki konselor diawali juga dengan pemahamannya terhadap
1) Keyakinan dan sikap, hal ini berkaitan dengan keyakinan nilai-nilai yang
dimiliki konselor dengan keyakinan nilai yang dimiliki konseli, dalam hal
ini konselor harus memiliki sikap yang tentunya dapat mendukung proses
ada.
beragam.
dilibatkannya partisipan dari latar belakang kultural yang berbeda dan pengujian
tersebut22.
konseling dalam lintas budaya. Secara singkat, menurut Maliki (2016), konseling
lintas budaya dapat diartikan konseling yang dilakukan dalam ruang lingkup dan
ke-empat setelah psikodinamik, setting budaya yang berbeda, dengan kata lain
konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.
kebiasaan, nilai-nilai, norma, bahasa, keyakinan dan berfikir yang telah terpola
konselor dan konseli yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan
21
Gerald Coray,Theory and Practice of Counseling And Psychotherapry Eighth Edition,
(Belmont : Brooks/Cole Thompson Learning. hal : 24
22
David Matsumoto, Pengantar Psikologi Lintas-Budaya (Ter), (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar), hal.
19
karena itu proses konseling sangat rawan oleh terjadinya bias-bias budaya pada
pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif. Lebih lanjut,
dikemukakan pula agar berjalan efektif maka konselor dituntut untuk memiliki
kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat
Menurut Pedersen (dalam Maliki, 2016), ada tiga elemen dalam konseling
a) konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan
b) konselor dan klien berasal belakang budaya yang berbeda, dan melakukan
c) konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan
dan
20
Adapun tujuan dari konseling lintas budaya ialah agar konselor dapat
sehingga dapat menghargai perbedaan dan hal itu dapat membuat konselor merasa
nyaman dengan perbedaaan yang ada di antara dirinya dan klien baik dalam
Menurut Giyono ada dua tujuan dari konseling lintas budaya yang pertama
ialah tujuan utama dimana tujuan utama tersebut adalah tujuan untuk membatu
23
Deliati Latif Hanum, Konseling Lintas Budaya, ( Semarang: Rasail MediaGroup :
2018) hal.41
24
Giyono, Konseling Lintas Budaya (Yogyakarta: Media Akademi : 2016) hal. 45
21
dari itu dalam melakukan layanan konseling lintas budaya harus di ikuti dengan
disebut dengan asas asas layanan. Ada beberapa asas-asas layanan konseling lintas
budaya yaitu:
data yang disampaikan klien. Asas ini merupakan asas kunci dalam
tanpa harus selalu bergantung pada pihak lain. Maka klien diarahkan dan
22
sendiri.
terpadu. Maka diperlukan kerjasama yang baik dan humoris dari pihak
yang terlibat.
pada klien. Yaitu perubahaan tingkah laku ke arah yang lebih baik, maju
berlaku baik norma adat istiadat, norma sosial, norma agama dsb. Dalam
asas ini diterapkan terhadap tujuan, isi, alat maupun proses konseling
j) Asas keahlian, layanan konseling lintas budaya ini harus dilakukan sesuai
prosedur dan teknik yang memadai. Oleh karena itu konselor harus
Dalam menjalan kan konseling lintas budaya bukan tidak ada hambatan
a) Bahasa
b) Nilai-nilai
Salah satu dari tingkah laku yang paling berkaitan proses konseling adalah
kebanyakan memiliki nilai yang dipegang teguh seperti : Diam itu emas,
tabu mengungkapkan masalah pribadi lalu ada juga istilah Wani ngalah
c) Stereotype
25
Deliati Latif Hanum, Konseling Lintas Budaya, ( Semarang: Rasail MediaGroup :
2018) hal. 55
24
Banyak beberapa ahli yang menulis tentang "stereotype" suatu hal yang
d) Kelas Sosial
kekayaan, (kelas bawah, kelas menengah, kelas atas). Kelas sosial yang
hubungan timbal balik antara kelas sosial dengan ketidak normalan seperti
sosial Dohrenbensd dan Dohrenbensd (1984) . Hal ini sebagai suatu fungsi
Konselor dari masyarakat kelas menengah mungkin belum tabu bahwa apa
25
yang mereka lakukan seringkali tidak memuaskan dari kaum miskin. Hal
masing suku memiliki kebiasaan, gaya hidup, dan nilai budaya yang
berbeda, hal ini yang perlu dipahami oleh konselor. Atas dasar kesadaran
hambatan ini.27
f) Usia
hidup, dan nilai budaya tertentu, yang harus dipahami oleh konselor.
Misalnya konselor yang masih muda membantu klien yang lebih tua
usianya. Hal ini bukan berarti tidak ada problem bagi konselor yang
g) Gaya Hidup
26
Giyono, Konseling Lintas Budaya (Yogyakarta: Media Akademi : 2016). Hal. 75
27
Deliati Latif Hanum, Konseling Lintas Budaya, ( Semarang: Rasail MediaGroup :
2018) hal. 68
28
Ibid, hal 69
26
Pola hidup atau gaya hidup dapat dibagi menjadi gaya hidup tradisional,
dan gaya hidup alternative yang jarang terjadi dan biasanya kurang
konseling lintas budaya dan selalu diaktifkan dengan konteks budaya antara lain:
29
Ibid, hal. 70
30
Ibid
27
mengembangkan program).
31
Masturi, Counselor Encapsulation : Sebuah tantangan Dalam Pelayanan Konseling
Lintas Budaya, Jurnal Konseling, Vol 1, No 2 Oktober 2015
28
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan ini ialah penelitian
tujuan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat beberapa kunci yang
perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah
berarti penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yang rasional, empiris,
dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara masuk
akal, sehingga terjangkau oleh pidana manusia. Empiris berarti cara-cara yang
dilakukan dapat diamati oleh panca indra manusia sehingga dapat mengetahui
cara- cara yang digunakan. Sistematis berarti proses yang digunakan dalam
atau analisis isi, yaitu analisis tentang isi pesan suatu komunikasi. Teknik content
analysis (analisis isi) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi- inferensi
32
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2004), hal. 3
33
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015),
hal. 2
30
atau pertimbangan umum simpulan) yang dapat ditiru (replicable) dan shahih data
menganalısis isi dari pembahasan penelitian yang dikutip dari buku-buku ilmiah
yang berdasarkan daripada buku yang dikumpulkan, dibaca dan dipahami. Maka
melalui beberapa metode yang disebutkan penulis dapat menentukan cara yang
kabar, dan berbagai macam referensi lain yang berkaitan dengan pembahasan
yang dikaji. Biasanya oarang mengenalnya dengan sebutan data primer dan data
sekunder. Dimana data primer yang biasanya lebih bersumber dari Alqur’an
34
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), hal. 78
31
penulis yang bertindak sebagai instrumen atau alat penelitian artinya peneliti
data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.36
yang mana tafsir mawdhuiy itu sendiri ialah menghimpun ayat-ayat al-Qur’an
yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu
topic masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-
ayat.37
data, bahkan teknik pengumpulan data sekaligus menjadi teknik analisis data. 38
Adapun teknik yang dilakukan dalam menganalisis data terkait dengan isi (konten
35
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D,……, hal. 224
36
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan,…., hal. 3
37
Abd, Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’y, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1996).
38
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007),
hal. 222
32
1. Reduksi data
data yang sudah tersedia, maka perlu dilakukan perangkuman data (data
2. Penyajian data
Penyajian data adalah bagian kedua dari tahap ini, peneliti perlu
sinopsis.
39
Tarjo, Metode Penelitian, ( Yogyakarta : CV Budi Utama, 2019) hal. 105-106
DAFTAR PUSTAKA
J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Joko Tri Prasetyo, Ilmu Budaya Dasar (MKDU), ceta. Ke-2 Jakarta: Rineka
Cipta, 1998.
Samsul Munir Amin, M.A, Bimibingan Dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah,
2015.