Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH AUDIT DAN ASSURANCES

PENERIMAAN DAN PENGELOLAAN PERIKATAN

Mata Kuliah : Audit & Assurances


Dosen Pengampu :
Dr.Syafrizal Ikram,SE.,M.Si,Ak,CA.,CACP

Tim Penyusun:
Edo William Nemnay :
51622120037

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah Audit dan Assurances dengan judul Penerimaan dan
Pengelolaan Perikatan
Makalah ini kami tujukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Audit Dan
Assurances Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam
penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangandan masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna menyempurnakan makalah ini. Mudah-mudahan dengan adanya
penulisan makalah ini dapat menambah wawasan bagi penulis dan bagi pembaca
berkaitan tentang manajemen perpajakan di Indonesia.

Bandung, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...................................................................................2
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................3
2.1 Standar dan Teori Perikatan.......................................................................3
2.2 Teori Perikatan...........................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………………4
3.1 Penerimaan Perikatan ................................................................................4
3.1.1 Pengertian……………………………………………………………...4
3.1.2 Tahapan Dalam Penerimaan Audit…………………………………….4
3.2 Analisis Risiko. ..........................................................................................7
3.3 Sumber Daya Manusia ...............................................................................8
3.4 Penggunaan Spesialis Dalam Proses Audit ...............................................9
3.4.1 Definisi…………………………………………………………………9
3.4.2 Penentuan Kebutuhan Seorang Pakar Auditor………………………..10
3.5 Surat Perikatan Audit…………………………………………………...10
3.6 Pengelolaan Perikatan…………………………………………………..11
3.6.1 Pengendalian Mutu…………………………………………………...11
3.7 Kepemimpinan…………………………………………………………13
BAB IV PENUTUP ………………………………………………………………….5
4.1 Kesimpulan……………………………………………………………….5
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Audit laporan keuangan dilakukan untuk menilai dan menentukan apakah laporan
keuangan telah disajikan oleh manajemen perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum (terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan dan
laproan arus kas), serta menentukan tingkat kesesuaian dengan kriteria/ketentuan yang telah
ditetapkan dan memastikan bahwa laporan keuangan tidak mengandung salah saji material yang
berpengaruh terhadap laporan keuangan secara keseluruhan. Auditor harus memutuskan tujuan
audit yang tepat dan bukti-bukti yang harus dikumpulkan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk
melakukan ini, auditor harus mengikuti proses audit, yang merupakan metodologi untuk mengatur
jalannya proses audit dan memastikan bahwa bukti audit yang dikumpulkan cukup dan sesuai
dengan tujuan audit.
Standar pekerjaan lapangan mengharuskan audit direncanakan dengan sebaik-baiknya.
Perencanaan audit sangat penting karena ini mengatur urutan setiap tahapan, mulai dari
perencanaan awal sampai pada pengembangan rencana dan pelaksanaan program audit. Akan
tetapi, sebelum melakukan tugas sebagai auditor yaitu memeriksa laporan keuangan suatu
perusahaan dan memberikan opininya, auditor perlu menjalankan suatu prosedur penerimaan
perikatan audit. Penerimaan perikatan audit adalah penerimaan penugasan auditor (dalam
jabatannya sebagai partner) untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan
klien. Seorang partner membutuhkan berbagai pertimbangan dalam menerima suatu perikatan
audit karena terdapat banyak risiko di dalam mengaudit dan mengeluarkan opini atas suatu laporan
keuangan. Penerimaan perikatan audit merupakan tahap paling awal dari audit laporan keuangan
sebelum masuk ke tahap perencanaan.
Dalam tahap ini, auditor harus mengambil keputusan untuk menerima (atau menolak)
kesempatan untuk menjadi auditor dari klien baru atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi
klien yang sudah ada. Petunjuk penerimaan perikatan audit yang dimaksud dapat dilihat pada
Standar Standar Audit (SA) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor dalam menyepakati
ketentuan perikatan audit dengan manajemen dan, jika relevan, dengan pihak yang bertanggung

1
2

jawab atas tata kelola entitas. SA ini juga menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk
suatu audit, tanggung jawab manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola entitas. SA 220 (Revisi 2021) berkaitan dengan aspek penerimaan perikatan yang berada
dalam pengendalian auditor. Berdasarkan pemaparan diatas maka tim peneliti mengkaji lebih
lanjut mengenai topik tentang “ Penerimaan dan Pengelolaan Perikatan”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas makan dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur dalam penerimaan perikatan?


2. Apa yang dimaksud dengan analisis risiko dalam penerimaan perikatan audit?
3. Bagaimana pengelolaan sumber daya manusia dalam proses perencanaan audit?
4. Bagaimana penggunaan spesialis dalam proses audit?
5. Apa yang dimaksud dengan surat perikatan audit?
6. Bagaimana pengelolaan perikatan audit?
7. Bagaimana kepemimpinan dalam proses audit?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan prosedur dalam penerimaan suatu perikatan audit;


2. Menjelaskan mengenai analisis risiko pada proses penerimaan perikatan audit;
3. Menjelaskan bagaimana pengelolaan sumber daya manusia dalam proses audit;
4. Menjelaskan bagaimaan penggunaan spesialis dalam proses audit;
5. Menjelaskan mengenai surat perikatan audit;
6. Menjelaskan mengenai pengelolaan perikatan audit;
7. Menjelaskan bagaimana kepemimpinan dalam proses audit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Standar dan Teori Perikatan

Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencangkup
pertimbangan mengenai kualitas profesional seperti kompetensi dan independen, persyaratan
pelaporan, dan bukti (Arens, 2014: 36). International Standards on Auditing (ISA) adalah salah
satu standar audit yang dikeluarkan oleh International Auditing and Assurance Standards Board
(IAASB) yang di bentuk oleh International Federation Of Accountants (IFAC). IFAC adalah
organisasi profesi akuntansi sedunia, dengan 167 organisasi anggota di 127 negara, yang
mewakili lebih dari 2,5 juta akuntan di seluruh dunia. Indonesia dalam mengadopsi ISA sebagai
wujud komitmen sebagai salah satu anggota dari G-20 yang dapat mendorong setiap anggotanya
untuk menggunakan standar profesi internasional. Mengadopsi ISA ini merupakan respon
terhadap rekomendasi World Bank dan merupakan salah satu cara untuk menjalankan amanah
Undang-Undang No.5 Tahun 2011, tentang Akuntan Publik.

Teori keagenan menurut Prof. R. Subekti, S.H. mengatakan bahwa: “Suatu Perikatan adalah
hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak
menuntut sesuatu hak dari pihak lain, dan pihak lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”.
Definisi tersebut di atas mengandung dua segi yakni segi aktif (hak) dan segi pasif (kewajiban)

2.2 Teori Kualitas Audit


Kualitas audit adalah kemampuan auditor untuk mendeteksi dan melaporkan salah saji
material dalam sampel yang diteliti selama proses audit (Vanstraelen, 2000). Sedangkan
Wedemeyer (2010) berpendapat bahwa kualitas audit merujuk kepada tingkatan seorang auditor
itu percaya bahwa laporan keuangan itu tidak mengandung salah saji setelah selesainya pekerjaan
audit. Tidak hanya menemukan namun auditor harus melaporkan kesalahan sistem akuntansi
maupun pelanggaran standar akuntansi yang berlaku. Kualitas audit dalam hal ini mengacu pada
kredibilitas opini audit yang merupakan pengukuran tingkat pengguna kepercayaan tempat pada
informasi yang diberikan oleh auditor

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerimaan Perikatan

3.1.1 Pengertian

Perikatan (verbintenis) adalah hubungan hukum antara dua pihak di dalam lapangan harta
kekayaan, di mana pihak yang satu (kreditur) berhak atas suatu prestasi, dan pihak yang lain
(debitur) berkewajiban memenuhi prestasi itu. Oleh karena itu, dalam setiap perikatan terdapat
“hak” di satu pihak dan “kewajiban” di pihak yang lain. (Riduan Syahreni, 2009 dalam Setiawan,
2015). Sementara itu menurut Sari, Hastuti, & Ratnawati (2020) menyebutkan bahwa perikatan
(engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Perikatan
merupakan suatu kesepakatan kedua belah pihak. Dalam hal audit maka kedua belah pihak ini
adalah pihak auditor dan perusahaan yang biasanya diwakili oleh manajemen perusahaan.
Sebelum melaksanakan audit, maka harus ada sebuah kesepakatan yang harus dibuat dan disetujui
bersama. Manajemen atau klien menyerahkan laporan keuangan kepada auditor dan auditor
menyanggupi audit laporan keuangan sesuai dengan kompetensinya. Penerimaan perikatan audit
dinyatakan dalam surat perikatan audit.

3.1.2 Tahapan Dalam Penerimaan Audit

Dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak, auditor
menempuh suatu proses yang terdiri dari 6 (enam) tahap, yaitu antara lain:

1. Mengevaluasi integritas manajemen

a. Pertimbangan atas hal-hal signifikan yang mungkin timbul dan implikasinya dalam
melanjutkan hubungan perikatan.

b. Komunikasi dengan pemberi jasa akuntansi professional kepada klien, baik yang sekarang
maupun yang terdahulu.

c. Meminta keterangan dari personil KAP atau pihak ketiga lainnya.

d. Pencarian latar belakang melalui berbagai sumber.

4
5

2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko luar biasa

a. Menilai apakah terdapat kondisi yang memerlukan revisi terhadap ketentuan perikatan audit
dan apakah perlu untuk mengingatkan entitas yang bersangkutan tentang ketentuan perikatan
audit yang masih berlaku.

b. Mengidentifikasi apakah terdapat alasan yang memadai untuk melakukan perubahan dalam
ketentuan perikatan audit.

c. Mengidentifikasi apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan diterapkan dalam


penyusunan laporan keuangan dapat diterima.

d. Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan memahami


tanggung jawabnya.

e. Mengidentifikasi apakah terdapat pembatasan ruang lingkup audit oleh manajemen.

f. Menilai apakah terdapat pertimbangan lainnya dalam penerimaan perikatan audit.

3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit

a. Pemahaman dan pengalaman praktik atas perikatan audit.

b. Pemahaman standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.

c. Keahlian teknis (bidang teknologi dan informasi) dan keahlian tertentu (bidang akuntansi atau
audit).

d. Pengetahuan industri yang relevan dengan bidang usaha klien.

e. Kemampuan menggunakan pertimbangan profesional.

f. Pemahaman tentang kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP.

4. Menilai independensi.

a. Memperoleh informasi yang relevan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan yang
menciptakan ancaman terhadap independensi.

b. Mengevaluasi informasi tentang pelanggaran yang teridentifikasi apakah menciptakan


pelanggaran terhadap independensi.
6

c. Melakukan Tindakan yang tepat untuk menghilangkan atau menguranginya ke tingkat yang
dapat diterima.

5. Keputusan untuk menerima atau menolak.

a. Perubahan atas ketentuan perikatan audit dapat diterima atau tidak terdapat perubahan
ketentuan perikatan audit.

b. Tidak terdapat pembatasan ruang lingkup audit.

c. Kerangka pelaporan keuangan klien yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan
diterima.

d. Manajemen menyetujui tanggung jawabnya.

e. Pertimbangan lainnya dalam penerimaan perikatan telah disetujui bersama manajemen atau
tidak terdapat pertimbangan lainnya dalam penerimaan perikatan.

6. Membuat surat perikatan.

Surat perikatan audit (audit engagementletter) adalah surat persetujuan antara auditor dengan
kliennya tentang syarat-syarat pekerjaan audit yang akan dilaksanakan oleh auditor. Bentuk danisi
surat perikatan audit dapat bervariasi di antara klien, namun surat tersebut umumnya berisi:

a. Tujuan audit atas laporan keuangan.

b. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.

c. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan dari badan


professional yang harus dianut oleh auditor.

d. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk
menyampaikan hasil perikatan.

e. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan kecurangan material
tidak akan terdeteksi.

f. Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan.

g. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalma


pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam auditnya.
7

h. Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam kaitannya
dengan audit.
i. Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan pengaturan penagihannya.
Auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat perikatan auditnya:
a. Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya.
b. Harapan untuk menerima penegasan tertulis dari manajemen tentang representasi yang dibuat
dalam hubungannya dengan audit.
c. Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-syarat perikatan telah sesuai dengan
membuat tanda penerimaan surat perikatan audit.
d. Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh auditor untuk diterbitkan bagi
kliennya.

3.2 Analisis Risiko

Salah satu tahap yang penting dalam proses penerimaan perikatan adalah analisis risiko.
Identifikasi risiko merupakan pondasi dari suatu audit. Identifikasi risiko merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari prosedur yang dilaksanakan auditor untuk memahami entitas dan
lingkungannya. Tanpa pemahaman mendalam tentang entitas, auditor akan mengabaikan faktor
risiko tertentu. Perusahaan asurans atau KAP akan melakukan sebuah analisis risiko sebelum
menerima klien. Hal ini sebagian untuk menentukan berapa biaya jasa audit yang mereka kira
sesuai untuk perikatan tersebut (semakin tinggi risiko klien, semakin besar manfaat yang
diinginkan oleh perusahaan asurans dari melakukan perikatan) dan sebagian lagi juga untuk
meletakkan dasar bagi pemahaman risiko yang terkait dengan perikatan tersebut apabila periaktan
diambil dan jumlah pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko asurans ke tingkatan
yang dapat diterima untuk perikatan tersebut. Bisa jadi bahwa sebuah perikatan terlalu berisiko
bagi perusahaan untuk mengambil risikonya (Ikatan Akuntan Indonesia, 2020).
Tujuan dari tahap penilaian risiko adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko, dan
kemudian menilai apakah risiko-risiko ini mungkin menjadi sebab salah saji yang material dalam
laporan keuangan. Arens, Elder, Beasley, & Hogan (2017) menyebutkan ada 3 (tiga) macam risiko
yang secara signifikan mempengaruhi pelaksanaan dan biaya audit. Banyak perencanaan awal dari
kesepakatan audit dimulai dengan mengumpulkan informasi untuk membantu auditor menilai
8

risiko-risiko ini. Tiga macam risiko tersebut adalah diantaranya:


1. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) Risiko audit yang dapat diterima adalah
ukuran seberapa besar kesalahan atau salah saji laporan keuangan yang dapat diterima oleh auditor
setelah audit selesai dan opini dikeluarkan. Ketika auditor memutuskan risiko rendah untuk risiko
audit yang dapat diterima, artinya auditor ingin lebih yakin bahwa laporan keuangan tidak
mengandung salah saji material. Risiko nol berarti kepastian dan risiko 100 persen berarti
ketidakpastian.
2. Risiko bisnis klien (clientbusinessrisk) Risiko bisnis klien adalah risiko kegagalan entitas dalam
mencapai tujuannya atau melaksanakan strateginya. Risiko bisnis dapat timbul dari faktor-faktor
seperti perubahan yang signifikan dari kondisi industri seperti perubahan peraturan atau dari
kesalahan dalam penentuan strategi. Misalnya, auditor dapat mengidentifikasi penurunan kondisi
ekonomi yang berdampak buruk pada penjualan dan kolektibilitas piutang.
3. Risiko salah saji material (theriskof material misstatement) Risiko salah saji material adalah
risiko yang terdapat dalam laporan keuangan berupa salah saji material karena kecurangan atau
kesalahan sebelum audit yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh auditor terutama
terkait dengan penentuan opini atas kewajaran pelaporan keuangan. Menilai risiko-risiko audit di
atas merupakan bagian penting dari perencanaan audit karena membantu menentukan prosedur
audit dan jumlah bukti yang perlu dikumpulkan, serta tingkat pengalaman staf yang dibutuhkan
untuk penugasan. Misalnya, jika auditor mengidentifikasi risiko salah saji material untuk nilai
persediaan karena masalah penilaian, bukti tambahan akan diperlukan untuk penilaian persediaan
dan staf yang lebih berpengalaman akan ditugaskan untuk melakukan pengujian di area ini.

3.3 Sumber Daya Manusia


Dalam Standar Pengendalian Mutu No. 1 (SPM 1) Paragraf 29 – 31 menyatakan bahwa:
1. KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa KAP memiliki jumlah personil yang cukup dengan kompetensi, kemampuan, dan
komitmen terhadap prinsip etika profesi yang diperlukan untuk:
a. Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku;
b. Memungkinkan KAP atau rekan perikatan untuk menerbitkan laporan yang tepat dengan
kondisinya.
9

2. KAP harus melimpahkan tanggung jawab atas setiap perikatan kepada seorang rekan perikatan
dan harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang mengatur hal-hal sebagai berikut:
a. Identitas dan peran dari rekan perikatan tersebut dikomunikasikan kepada anggota manajemen
kunci klien dan pihak klien yang bertanggung jawab atas tata Kelola;
b. Rekan perikatan memiliki kompetensi, kemampuan, dan wewenang yang tepat untuk
melaksanakan fungsinya.
c. Tanggung jawab sebagai rekan perikatan ditetapkan secara jelas dan dikomunikasikan kepada
rekan perikatan tersebut.
3. Setiap KAP juga harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk menugaskan personil yang
tepat dengan kompetensi yang dibutuhkan, serta memiliki kemampuan untuk:
a. Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku; dan
b. Memungkinkan KAP atau rekan perikatan untuk menerbitkan laporan yang sesuai dengan
kondisinya.

3.4 Penggunaan Spesialis Dalam Proses Audit


3.4.1 Definisi
Standar audit (SA) 620 Paragraf 6 menyatakan bahwa spesialis atau pakar auditor adalah
individuatau organisasi yang memiliki keahlian dalam suatu bidang selain akuntansi dan audit,
yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan oleh auditor untuk membantu auditor tersebut
dalam memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Seorang pakar auditor dapat merupakan
seorang pakar internalnya (seorang rekan atau staf, termasuk staf temporer dari KAP atau jaringan
KAP auditor tersebut) atau seorang pakar ekternal.
Dalam paragraf yang sama bagian c juga disebutkan bahwa pakar manajemen adalah
individu atau organisasi yang memiliki keahlian dalam suatu bidang selain akuntansi dan audit,
yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan oleh entitas untuk membantu entitas dalam
penyusunan laporan keuangan. Auditor bertanggung jawab tunggal terhadap opini audit yang
dinyatakan, dan tanggung jawab tersebut tidak berkurang dengan penggunaan pekerjaan seorang
pakar auditor. Meskipun demikian, jika auditor menggunakan pekerjaan pakar auditor, mengikuti
SA ini, disimpulkan bahwa pekerjaan pakar tersebut memadai untuk tujuan auditor tersebut,
auditor mungkin dapat menerima temuan pakar atau kesimpulan dalam bidang keahlian pakar
10

sebagai bukti audit yang tepat.


Contoh pakar auditor diantaranya:
 Juru hitung persediaan dengan spesialisasi tertentu.
 Penilaian asset seperti tanah, bangunan, pabrik, pekerjaan seni, batu berharga, persediaan, dan
instrument keuangan yang rumit.
 Pengukuran kuantitas atau kondisi fisik suatu asset, seperti mineral yang disimpan dalam
tumpukan, mineral di bawah tanah dan cadangan minyak bumi serta sisa umur pabrik.
 Pengukuran pekerjaan yang sudah selesai dan yang masih harus dikerjakan untuk kontrak-
kontrak dalam penyelesaian.
 Penentuan nilai dengan Teknik khusus seperti penilaian aktuari.
 Analisis atas masalah kepatuhan perpajakan yang rumit dan luar biasa.
 Pendapat hukum untuk menginterpretasikan perjanjian, statute dan peraturan.

3.4.2 Penentuan Kebutuhan Seorang Pakar Auditor


Seorang pakar auditor mungkin diperlukan untuk membantu auditor dalam satu atau lebih
hal berikut:
 Pemerolehan suatu pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internalnya.
 Pengidentifikasian dan penilaian risiko-risiko kesalahan penyajian material.
 Penentuan dan penerapan respons menyeluruh untuk menilai risiko di tingkat laporan keuangan.
 Desain dan pelaksanaan prosedur audit lanjutan untuk merespons risiko yang telah dinilai pada
tingkat asersi, yang terdiri dari pengujian pengendalian atau prosedur substantif.
 Pengevaluasian kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh dalam perumusan suatu
opini atas laporan keuangan.

3.5 Surat Perikatan Audit


Surat perikatan audit (engagement letter) adalah surat persetujuan antara auditor dengan
kliennya tentang syarat-syarat pekerjaan audit yang akan dilaksanakan oleh auditor. Surat
perikatan audit sudah harus dibuat sebelum perencanaan pemeriksaan (audit plan) disusun baik
klien maupun auditor berkepentingan untuk mengirim surat perikatan, lebih baik sebelum
11

dimulainya perikatan, untuk menghindari salah paham berkenaan dengan perikatan yang dibuat.
Dalam SA 210 Paragraf 10 disebutkan bahwa ketentuan perikatan audit yang disepakati harus
dicatat dalam surat perikatan audit atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang sesuai dan harus
mencakup:
(a) Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan;
(b) Tanggung jawab auditor;
(c) Tanggung jawab manajemen;
(d) Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam penyusunan laporan keuangan;
(e) Pengacuan pada bentuk dan isi laporan yang akan diterbitkan oleh auditor; dan
(f) Suatu pernyataan bahwa terdapat kondisi tertentu yang bentuk dan isi laporannya mungkin
berbeda dengan yang diharapkan.

3.6 Pengelolaan Perikatan


3.6.1 Pengendalian Mutu
Dalam perikatan jasa profesional, KAP bertanggung jawab untuk mematuhi SPAP. Dalam
pemenuhan tanggung jawab tersebut, KAP wajib mempertimbangkan integritas stafnya dalam
menentukan hubungan profesionalnya; bahwa KAP dan para stafnya akan independen terhadap
kliennya sebagaimana diatur oleh Kode Etik Profesi Akuntan Publik; dan bahwa staf KAP
kompeten secara profesional, objektif, dan akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama (dueprofessionalcare). Oleh karena itu, KAP harus memiliki sistem
pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan
profesional dengan SPAP.
Menurut Standar Professional Akuntan Publik (2011:16000.1), Kantor Akuntan Publik
wajib memiliki sistem pengendalian mutu dan menjelaskan unsur-unsur pengendalian mutu dan
hal terkait dengan implementasi secara efektif. KAP juga harus memahami tentang kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu KAP (SA 220:A11). Tuanna kota (2012) menyebutkan tujuan KAP
menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu ialah untuk memberikan asurans
kepada kliennya atas kinerja auditor. Tujuan tersebut dibagi menjadi tujuan KAP dan tujuan
auditor, yaitu:
 Tujuan KAP menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu adalah untuk
memberikan assurans yang layak bahwa :
12

a) KAP dan personalianya mematuhi standar profesional serta kewajiban hukum / ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang ditetapkan regulator.
b) Laporan yang diterbitkan KAP atau partnernya, sudah tepat sesuai dengan situasi yang dihadapi.
 Tujuan auditor adalah mengimplementasi prosedur pengendalian mutu pada tingkat penugasan
yang memberikan assurans yang layak bahwa:
a) Auditnya sudah mematuhi standar profesional serta kewajiban hukum / ketentuan perundang-
undangan yang berlaku dan kewajiban yang ditetapkan regulator.
b) Laporan auditor yang telah diterbitkan, sudah tepat dalam situasi yang dihadapi. Kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu ditetapkan oleh KAP tergantung dari berbagai faktor seperti, ukuran,
karakteristik operasi dan pertimbangan biaya-manfaat (ISQC 1, par 4). Secara detail dalam SPM
1 (2013), menyebutkan bahwa sistem pengendalian mutu terdiri dari 6 (enam) elemen yaitu:
(1) Tanggung jawab kepemimpinan KAP atas mutu: merumuskan prosedur dan kebijakan yang
dapat mengakui pentingnya mutu dengan mendukung budaya internal saat melaksanakan suatu
perikatan, dan dalam kebijakan tersebut pimpinan KAP harus bertanggung jawab atas mutu KAP
secara keseluruhan (SPM 1, 2013).
(2) Ketentuan etika profesi yang berlaku: Merumuskan prosedur dan kebijakan yang dapat
meyakinkan bahwa KAP dan personelnya telah mematuhi semua ketentuan etika profesi yang
berlaku (SPM 1, 2013).
(3) Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan tertentu:
merumuskan prosedur dan kebijakan dalam penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien
dan perikatan tertentu, yang dapat memberikan keyakinan memadaibahwa KAP hanya akan
menerima atau melanjutkan hubungan dengan klien dan perikatan, jika:
(a) KAP memiliki kompetensi, sumber daya, dan waktu untuk melaksanakan perikatan;
(b) KAP dapat mematuhi ketentuan etika profesi; dan
(c) KAP telah mempertimbangkan integritas klien, dan tidak memiliki informasi yang dapat
mengarahkan KAP untuk menyimpulkan tidak memadainya integritas klien tersebut (SPM 1,
2013).
(4) Sumber daya manusia: Merumuskan prosedur dan kebijakan yang dapat memberikan
keyakinan yang memadai bahwa KAP telah memiliki total personil yang cukup atas kemampuan,
kompetensi, dan komitmen terhadap prinsip etika profesi untuk:
(a) Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum dan peraturan
13

yang berlaku; dan


(b) Menerbitkan laporan yang tepat dengan kondisinya (SPM 1, 2013).
(5) Pelaksanaan perikatan: Merumuskan prosedur dan kebijakan yang dapat memberikan
keyakinan memadai bahwa perikatan dilaksanakan sesuai ketentuan hukum dan peraturan yang
berlaku, serta telah mengeluarkan laporan yang sesuai dengan kondisinya. Prosedur dan kebijakan
tersebut yaitu:
(a) Hal yang relevan untuk mendukung konsistensi atas kualitas pelaksanaan perikatan;
(b) Tanggung jawab atas penyeliaan; dan
(c) Tanggung jawab atas penelaahan (SPM 1, 2013).
(6) Pemantauan: merumuskan suatu proses pemantauan yang didesain untuk memberikan
keyakinan bahwa prosedur yang berkaitan dengan sistem pengendalian mutu sudah relevan dan
memadai. Proses pemantauan tersebut harus:
(a) Mencakup evaluasi dan pertimbangan berkesinambungan atas sistem pengendalian mutu KAP;
(b) Memberikan tanggung jawab terhadap proses pemantauan hanya kepada rekan atau individu
lain di dalam KAP atau di luar KAP yang memiliki wewenang dan pengalaman yang cukup dan
tepat; dan
(c) Mensyaratkan tidak boleh terlibatnya mereka yang melaksanakan perikatan atau menelaah
pengendalian mutu perikatan dalam inspeksi perikatan (SPM 1, 2013).

3.7 Kepemimpinan
Dalam melaksanakan pengendalian mutu dimulai dari kepemimpinan yang mempunyai
komitmen kuat terhadap standar etika tertinggi (Tuannakota, 2012). pemberian audit dan jasa
terkait lain yang bermutu, sangat penting, hal ini dikarenakan untuk memastikan kepatuhan
terhadap standar profesi dan mengembangkan dan mempertahankan reputasi profesional. Salah
satu standar profesi menyatakan bahwa Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan audit
dengan skeptisisme profesional dengan menyadari bahwa mungkin ada situasi yang menyebabkan
laporan keuangan disalahsajikan secara material (ISA 200.15). Oleh karena itu KAP memiliki
peran dalam membantu auditor untuk menumbuhkan skeptisisme profesional yang tepat (IAPI,
2014).
Gaya kepemimpinan KAP atau “Toneatthe top” memberikan pesan yang konsisten tentang
pentingnya kontrol kualitas mutu atas audit, dimana auditor dalam setiap perikatan wajib
14

bertanggung jawab atas mutu yang ditugaskan kepada rekan yang bersangkutan dengan
menyediakan dan memelihara pedoman pengendalian mutu KAP dan semua piranti praktis lainnya
yang diperlukan, serta pedoman yang diperlukan untuk mendukung mutu perikatan. Komitmen
rekan terhadap tujuan ini merupakan suatu keharusan jika KAP ingin berhasil dalam
mengembangkan dan memelihara pengendalian mutu, gaya kepemimpinan yang buruk
menimbulkan kesan tidak profesional, mendorong pemberian layanan yang buruk, berpotensi
tuntutan hukum, sanksi regulator, kehilangan reputasi, dan tentunya akan berdampak pada kualitas
hasil audit (Permana & Satyawan, 2018).
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Standar pekerjaan lapangan mengharuskan audit direncanakan dengan sebaik-baiknya.


Perencanaan audit sangat penting karena ini mengatur urutan setiap tahapan, mulai dari
perencanaan awal sampai pada pengembangan rencana dan pelaksanaan program audit. Akan
tetapi, sebelum melakukan tugas sebagai auditor yaitu memeriksa laporan keuangan suatu
perusahaan dan memberikan opininya, auditor perlu menjalankan suatu prosedur penerimaan
perikatan audit.

Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam
perikatan audit, klien memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan
auditor. Penerimaan perikatan audit adalah penerimaan penugasan auditor (dalam jabatannya
sebagai partner) untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan klien yang
dinyatakan dalam surat perikatan audit.

Dalam perikatan jasa profesional, KAP bertanggung jawab untuk mematuhi SPAP. Untuk
memberi keyakinan memadai (reasonable assurance) bahwa KAP dan personelnya mematuhi
standar profesi dan peraturan perundang-undangan, laporan yang disampaikan oleh KAP atau
rekan perikatan sesuai dengan keadaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adityasih, T. (2017, Januari 16). Sistem Pengendalian Mutu Dalam Kantor Jasa Akuntansi.
Diambil kembali dari Ikatan Akuntansi Indonesia:
http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_publikasi/IAI-PengendalianMutu(Final).pdf
Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., & Hogan, C. E. (2017). Auditing and Assurance
Services An Integrated Approach Sixteenth Edition Global Edition. England: Pearson
Education.
I.A.I. (2019). Audit dan Assurans. Diambil kembali dari Ikatan Akuntansi Indonesia:
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/aa
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2013). Standar Pengendalian Mutu Nomor 1. Jakarta:
Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 200
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 210
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 220
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 620
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Permana, H. S., & Satyawan, D. M. (2018). Pengaruh Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Mutu
Kap Terhadap Kualitas Hasil Audit. Jurnal Akuntansi AKUNESA, 4 - 9.
Sari, R. P., Hastuti, S., & Ratnawati, D. (2020). Pemeriksaan Akuntansi Berbasis International
Standards On Auditing (ISA). Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Setiawan, I. O. (2015). Hukum Perikatan. Jakarta: Sinar Grafika.
Tuanakotta, T. M. (2012). Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta:
Salemba Empat.

16
PENERIMAAN DAN
PENGELOLAAN PERIKATAN

EDO WILLIAM NEMNAY


(51622120037)
PEMBAHASAN
PENERIMAAN DAN PENEGELOLAAN
PERIKATAN
q ANALISIS RISIKO
q SUMBER DAYA MANUSIA
q PENGGUNAAN SPESIALIS DALAM PROSES AUDIT
q SURAT PERIKATAN AUDIT
q KEPEMIMPINAN
• Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu
auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit
atas laporan keuangan historis. Standar ini mencangkup
pertimbangan mengenai kualitas profesional seperti
kompetensi dan independen, persyaratan pelaporan, dan bukti
(Arens, 2014: 36).
LANDASAN
• Kualitas audit adalah kemampuan auditor untuk mendeteksi
dan melaporkan salah saji material dalam sampel yang diteliti
selama proses audit (Vanstraelen, 2000). TEORI
• Teori keagenan menurut R.subekti mengatakan bahwa: suatu
perikatan adalah hubungan hokum antara dua orang atau dua
pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut
sesuatu hak dari pihak lain,dan pihak lain berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan itu. Definisi tersebut di atas mengandung
dua segi yakni segi aktif (hak) dan segi pasif (kewajiban).
PENERIMAAN PERIKATAN
PENGERTIAN
P E R I K A T A N (V E R B I N T E N I S ) A D A L A H H U B U N G A N H U K U M A N T A R A D U A
PIHAK DI DALAM LAPANGAN HARTA KEKAYAAN, DI MANA PIHAK YANG
SATU (KREDITUR) BERHAK ATAS SUATU PRESTASI, DAN PIHAK YANG LAIN
(DEBITUR) BERKEWAJIBAN MEMENUHI PRESTASI ITU. OLEH KARENA ITU,
DALAM SETIAP PERIKATAN TERDAPAT “HAK” DI SATU PIHAK DAN
“KEWAJIBAN” DI PIHAK YANG LAIN.

PERIKATAN MERUPAKAN SUATU KESEPAKATAN KEDUA BELAH PIHAK.


DALAM HAL AUDIT MAKA KEDUA BELAH PIHAK INI ADALAH PIHAK
AUDITOR DAN PERUSAHAAN YANG BIASANYA DIWAKILI OLEH MANAJEMEN
PERUSAHAAN. SEBELUM MELAKSANAKAN AUDIT, MAKA HARUS ADA
SEBUAH KESEPAKATAN YANG HARUS DIBUAT DAN DISETUJUI BERSAMA.
TAHAPAN PENERIMAAN PERIKATAN

1. Mengevaluasi integritas manajemen

2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko luar biasa

3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit

4. Menilai independensi.

5. Keputusan untuk menerima atau menolak.

6. Membuat surat perikatan.


ANALISIS RISIKO
PENGERTIAN
Salah satu tahap yang penting dalam proses penerimaan perikatan adalah analisis risiko. Identifikasi
risiko merupakan pondasi dari suatu audit. Identifikasi risiko merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari prosedur yang dilaksanakan auditor untuk memahami entitas dan lingkungannya.
Tanpa pemahaman mendalam tentang entitas, auditor akan mengabaikan faktor risiko tertentu.
Perusahaan asurans atau KAP akan melakukan sebuah analisis risiko sebelum menerima klien.

TUJUAN
Tujuan dari tahap penilaian risiko adalah mengidentifikasi sumber-sumber risiko, dan kemudian
menilai apakah risiko-risiko ini mungkin menjadi sebab salah saji yang material dalam laporan
keuangan.

Menurut Arens, dkk (2017) menyebutkan ada 3 (tiga) macam risiko yang secara signifikan mempengaruhi
pelaksanaan dan biaya audit.
1. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)
2. Risiko bisnis klien (clientbusinessrisk)
3. Risiko salah saji material (theriskof material misstatement)
SUMBER DAYA MANUSIA
Dalam Standar Pengendalian Mutu No. 1 (SPM 1) Paragraf 29 – 31 menyatakan bahwa:

1. KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bahwa KAP memiliki

jumlah personil yang cukup dengan kompetensi, kemampuan, dan komitmen terhadap prinsip etika profesi yang diperlukan

untuk:

a. Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku;

b. Memungkinkan KAP atau rekan perikatan untuk menerbitkan laporan yang tepat dengan kondisinya.

2. KAP harus melimpahkan tanggung jawab atas setiap perikatan kepada seorang rekan perikatan dan harus menetapkan

kebijakan dan prosedur yang mengatur hal-hal sebagai berikut:

a. Identitas dan peran dari rekan perikatan tersebut dikomunikasikan kepada anggota manajemen kunci klien dan pihak klien

yang bertanggung jawab atas tata Kelola;

b. Rekan perikatan memiliki kompetensi, kemampuan, dan wewenang yang tepat untuk melaksanakan fungsinya.

c. Tanggung jawab sebagai rekan perikatan ditetapkan secara jelas dan dikomunikasikan kepada rekan perikatan tersebut.

3. Setiap KAP juga harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk menugaskan personil yang tepat dengan kompetensi yang

dibutuhkan, serta memiliki kemampuan untuk:

a. Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku; dan

b. Memungkinkan KAP atau rekan perikatan untuk menerbitkan laporan yang sesuai dengan kondisinya.
 
PENGGUNAAN SPESIALIS AUDIT DALAM
PROSES AUDIT
Standar audit (SA) 620 Paragraf 6 menyatakan bahwa spesialis atau pakar auditor adalah individuatau organisasi yang memiliki
keahlian dalam suatu bidang selain akuntansi dan audit, yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan oleh auditor untuk membantu
auditor tersebut dalam memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Seorang pakar auditor dapat merupakan seorang pakar internalnya
(seorang rekan atau staf, termasuk staf temporer dari KAP atau jaringan KAP auditor tersebut) atau seorang pakar ekternal. Auditor
bertanggung jawab tunggal terhadap opini audit yang dinyatakan, dan tanggung jawab tersebut tidak berkurang dengan penggunaan
pekerjaan seorang pakar auditor. Meskipun demikian, jika auditor menggunakan pekerjaan pakar auditor, mengikuti SA ini, disimpulkan
bahwa pekerjaan pakar tersebut memadai untuk tujuan auditor tersebut, auditor mungkin dapat menerima temuan pakar atau kesimpulan
dalam bidang keahlian pakar sebagai bukti audit yang tepat.
Contoh pakar auditor diantaranya:
· Juru hitung persediaan dengan spesialisasi tertentu.
· Penilaian asset seperti tanah, bangunan, pabrik, pekerjaan seni, batu berharga, persediaan, dan instrument keuangan yang rumit.
· Pengukuran kuantitas atau kondisi fisik suatu asset, seperti mineral yang disimpan dalam tumpukan, mineral di bawah tanah dan
cadangan minyak bumi serta sisa umur pabrik.
· Pengukuran pekerjaan yang sudah selesai dan yang masih harus dikerjakan untuk kontrak-kontrak dalam penyelesaian.
· Penentuan nilai dengan Teknik khusus seperti penilaian aktuari.
· Analisis atas masalah kepatuhan perpajakan yang rumit dan luar biasa.
· Pendapat hukum untuk menginterpretasikan perjanjian, statute dan peraturan.
Penentuan Kebutuhan Seorang Pakar Auditor
Seorang pakar auditor mungkin diperlukan untuk membantu auditor dalam satu atau lebih hal
berikut:
· Pemerolehan suatu pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internalnya.
· Pengidentifikasian dan penilaian risiko-risiko kesalahan penyajian material.
· Penentuan dan penerapan respons menyeluruh untuk menilai risiko di tingkat laporan
keuangan.
· Desain dan pelaksanaan prosedur audit lanjutan untuk merespons risiko yang telah dinilai pada
tingkat asersi, yang terdiri dari pengujian pengendalian atau prosedur substantif.
· Pengevaluasian kecukupan dan ketepatan bukti audit yang diperoleh dalam perumusan suatu
opini atas laporan keuangan.
SURAT PERIKATAN AUDIT
Surat perikatan audit (engagement letter) adalah surat

persetujuan antara auditor dengan kliennya tentang syarat-syarat

pekerjaan audit yang akan dilaksanakan oleh auditor. Surat

perikatan audit sudah harus dibuat sebelum perencanaan

pemeriksaan (audit plan) disusun baik klien maupun auditor

berkepentingan untuk mengirim surat perikatan, lebih baik sebelum

dimulainya perikatan, untuk menghindari salah paham berkenaan

dengan perikatan yang dibuat.

Dalam SA 210 Paragraf 10 disebutkan bahwa ketentuan

perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat

perikatan audit atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang sesuai

dan harus mencakup:

(a) Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan;

(b) Tanggung jawab auditor;

(c) Tanggung jawab manajemen;

(d) Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam

penyusunan laporan keuangan;

(e) Pengacuan pada bentuk dan isi laporan yang akan diterbitkan

oleh auditor; dan


PENGELOLAAN PERIKATAN
Pengendalian Mutu

Dalam perikatan jasa profesional, KAP bertanggung jawab untuk mematuhi SPAP. Dalam pemenuhan tanggung jawab

tersebut, KAP wajib mempertimbangkan integritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya; bahwa KAP dan para

stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur oleh Kode Etik Profesi Akuntan Publik; dan bahwa staf KAP

kompeten secara profesional, objektif, dan akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama

(dueprofessionalcare). Oleh karena itu, KAP harus memiliki sistem pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai

tentang kesesuaian perikatan profesional dengan SPAP. Menurut Tuanna kota (2012) menyebutkan tujuan KAP menetapkan dan

memelihara suatu sistem pengendalian mutu ialah untuk memberikan asurans kepada kliennya atas kinerja auditor. Tujuan tersebut dibagi

menjadi tujuan KAP dan tujuan auditor, yaitu:

· Tujuan KAP menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu adalah untuk memberikan assurans yang layak bahwa :

a) KAP dan personalianya mematuhi standar profesional serta kewajiban hukum / ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan

kewajiban yang ditetapkan regulator.

b) Laporan yang diterbitkan KAP atau partnernya, sudah tepat sesuai dengan situasi yang dihadapi.

· Tujuan auditor adalah mengimplementasi prosedur pengendalian mutu pada tingkat penugasan yang memberikan assurans yang layak

bahwa:

a) Auditnya sudah mematuhi standar profesional serta kewajiban hukum / ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang

ditetapkan regulator.

b) Laporan auditor yang telah diterbitkan, sudah tepat dalam situasi yang dihadapi. Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
ditetapkan oleh KAP tergantung dari berbagai faktor seperti, ukuran, karakteristik operasi dan pertimbangan biaya-manfaat (ISQC 1, par
DALAM SPM 1 (2013), MENYEBUTKAN BAHWA SISTEM PENGENDALIAN
MUTU TERDIRI DARI 6 (ENAM) ELEMEN YAITU:
(1) TANGGUNG JAWAB KEPEMIMPINAN KAP ATAS MUTU
(2) KETENTUAN ETIKA PROFESI YANG BERLAKU
(3) PENERIMAAN DAN KEBERLANJUTAN HUBUNGAN DENGAN KLIEN DAN
PERIKATAN TERTENTU
(4) SUMBER DAYA MANUSIA
(5) PELAKSANAAN PERIKATAN
(6) PEMANTAUAN

 
KEPEMIMPINAN
DALAM MELAKSANAKAN PENGENDALIAN MUTU DIMULAI DARI KEPEMIMPINAN YANG

MEMPUNYAI KOMITMEN KUAT TERHADAP STANDAR ETIKA TERTINGGI (TUANNAKOTA, 2012).

PEMBERIAN AUDIT DAN JASA TERKAIT LAIN YANG BERMUTU, SANGAT PENTING, HAL INI

DIKARENAKAN UNTUK MEMASTIKAN KEPATUHAN TERHADAP STANDAR PROFESI DAN

MENGEMBANGKAN DAN MEMPERTAHANKAN REPUTASI PROFESIONAL. SALAH SATU STANDAR

PROFESI MENYATAKAN BAHWA AUDITOR WAJIB MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN AUDIT

DENGAN SKEPTISISME PROFESIONAL DENGAN MENYADARI BAHWA MUNGKIN ADA SITUASI YANG

MENYEBABKAN LAPORAN KEUANGAN DISALAHSAJIKAN SECARA MATERIAL (ISA 200.15). OLEH

KARENA ITU KAP MEMILIKI PERAN DALAM MEMBANTU AUDITOR UNTUK MENUMBUHKAN

SKEPTISISME PROFESIONAL YANG TEPAT (IAPI, 2014). GAYA KEPEMIMPINAN KAP ATAU

“TONEATTHE TOP” MEMBERIKAN PESAN YANG KONSISTEN TENTANG PENTINGNYA KONTROL

KUALITAS MUTU ATAS AUDIT, DIMANA AUDITOR DALAM SETIAP PERIKATAN WAJIB

BERTANGGUNG JAWAB ATAS MUTU YANG DITUGASKAN KEPADA REKAN YANG BERSANGKUTAN

DENGAN MENYEDIAKAN DAN MEMELIHARA PEDOMAN PENGENDALIAN MUTU KAP DAN SEMUA

PIRANTI PRAKTIS LAINNYA YANG DIPERLUKAN, SERTA PEDOMAN YANG DIPERLUKAN UNTUK

MENDUKUNG MUTU PERIKATAN.


THANK YOU
DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai