Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Seminar
Akuntansi keuangan yang berkaitan dengan Instrumen derivative
Hedging
senantiasa

dan

dalam PSAK 55 tepat pada waktunya. Shalawat dan salam


tercurahkan

kepada

junjungan

kita

Rasulullah

SAW,

keluarganya, sahabatnya dan semua pengikut-pengikutnya hingga akhir


jaman.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen matakuliah ini
yang telah memberikan bimbingan bagi penulis dalam menyusun
makalah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan
teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah.
Harapan penulis dapat mempermudah pembaca dalam menganalisa
dan

mengetahui

beberapa

informasi

yang

berhubungan

dengan

instrument derivative dan hedging Penulis menyadari makalah ini jauh


dari sempurna. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
sebagai penyempurnaan makalah selanjutnya.

Penulis,

Ciputat, September 2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, IAS 32 diterbitkan pertama kali oleh DSAK-IAI sebagai
PSAK 50 instrumen keuangan: pengukuran dan penyajian di tahun
2006 dan berlaku efektif untuk periode laporan yang dimulai pada
atau setelah 1 januari 2010 ( awalnya berlaku efektif 2009 tepi
kemudian diundur menjadi tahun 2010). IAS 39 diterbitkan oleh
DSAK-IAI sebagai PSAK 55 instrumen keuangan: pengakuan dan
pengukuran ditahun 2006 dan berlaku efektif untuk periode laporan
yang dimulai pada atau setelah 1 januari 2010.
Kemudian pada tahun 2010 , DSAK-IAI merevisi PSAK 50 menjadi
instrument keuangan:penyajian dan secara bersamaan menerbitkan
PSAK 60 instrumen keuangan: pengungkapan yang merupakan
adopsi dari IFRS 7.PSAK 2010 berlaku efektif untuk periode laporan
yang dimulai pada atau setelah 1 januari 2012. Pada akhir tahun
2011 DSAK-IAI juga merevisi PSAK 55 dengan mengadopsi IAS 39
versi

januari

2009 agar sejalan dengan program konvergensi

IFRS.PSAK 55 mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan


pengukuran instrumen keuangan dalam laporan keuangan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana
penerapan PSAK 55 setelah revisi sejalan dengan
program konvergensi IFRS yang mengatur prinsip-prinsip dasara
pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan dalam laporan
keuangan.

C. Tujuan
Penerapan

55 diharapkan dapat mendorong proses harmonisasi

penyusunan dan analisis laporan keuangan dan disiplin pasar.


D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode studi
pustaka, dimana kami membaca dan menelaah buku dan berbagai
jurnal, serta pengumpulan melalui data sekunder yaitu dengan
bantuan internet.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengakuan
Dalam akuntansi pengakuan Merupakan pencatatan jumlah rupiah
secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut
terrefleksi dalam statemen keuangan.
Awal pengakuan
PSAK 55 menetapkan bahwa suatu entitas harus mengakui aset
keuangan atau liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan,
jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam
ketentuan pada instrumen kontrak tersebut.
Penghentian pengakuan kewajiban keuangan
Entitas harus menghapus kewajiban keuangan (atau bagian dari
kewajiban

keuangan)

dari

neraca

jika,

dan

hanya

jika,

itu

dipadamkan-yaitu ketika kewajiban yang ditentukan dalam kontrak


habis atau dibatalkan atau berakhir.
instrumen keuangan merupakan setiap kontrak yang menambah
nilai aset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen
keuangan entitas lain. Instrumen keuangan diukur pada pengakuan
awal sebesar nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi kecuali
untuk instrumen yang diukur dengan menggunakan nilai wajar.

2. Pengukuran
Pengukuran (measurement) merupakan bagian yang sangat penting
dalam suatu penyelidikan ilmiah. Tujuan pengukuran tersebut
adalah untuk menjadikan data yang dihasilkannya lebih informatif
dan oleh karena itu menjadi lebih bermanfaat. Pengukuran dipakai
dalam berbagai disiplin pengetahuan ataupun bidang pekerjaan dan
profesi termasuk bidang akuntansi. Sebagai penyedia informasi
akuntansi

memerlukan

pengukuran

karena

data

kuantitatif

merupakan bagian dominan dari informasi akuntansi. Sedangkan


pengukuran biasanya digunakan untuk menunjuk proses penentuan

jumlah rupiah yang harus diletakkan pada tiap elemen atau pos
laporan keuangan pada saat penyajian laporan keuangan.

Awal pengukuran aset keuangan dan kewajiban keuangan


Ketika aset keuangan atau kewajiban keuangan diakui pada
awalnya, suatu entitas harus mengukurnya pada nilai wajarnya
ditambah, dalam hal aset keuangan atau kewajiban keuangan tidak
pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, biaya transaksi yang
secara langsung dengan akuisisi atau isu dari aset keuangan atau
kewajiban keuangan (paragraf 43).
Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau
kewajiban

diselesaikan,

antara

pihak

yang

memahami

dan

berkeinginan untuk transaksi lengan panjang.


Setelah pengukuran aset keuangan
Untuk tujuan pengukuran aset keuangan setelah pengakuan awal,
Standar ini mengklasifikasikan aset keuangan ke dalam empat
kategori berikut:
1. aset keuangan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi;
2. investasi dimiliki hingga jatuh tempo;
3. kredit dan piutang, dan
4. aset keuangan yang tersedia untuk dijual.
Aset

keuangan

yang

diklasifikasikan

dalam

kelompok

diperdagangkan adalah aset keuangan yang diperoleh atau


dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembalai dalam
waktu dekat.
Aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi adalah aset keuangan yang pada saat
pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada
nilai wajar melalui laba rugi.
Untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan yang dicatat pada
biaya perolehan amortisasi, keuntungan atau kerugian diakui
pada laporan laba rugi komprehensif ketika aset keuangan atau
liabilitas keuangan tersebut dihentikan pengakuannya atau
mengalami

penurunan

amortisasi( paragraf 63 ).
Contoh kasus:

nilai,

serta

melalui

proses

PT ABC mengakuisisi saham berikut diburs efek pada 15


november 20x1 yang hendak dijualnya diawal tahun 20x2 untuk
memanfaatkan perubahan harga saham yang diperkirakan akan
terjadi.
100.000 saham biasa PT LMN seharga Rp 2.000 per saham plus
biaya transaksi sebesar Rp.3000.000
200.000 saham biasa PT XYZ seharga Rp.3.000 persaham plus
biaaya transaksi sebesar Rp 5.000.000
Pada tahun buku yang berakhir pada 31 desember 20x1, saham
tersebut memiliki kuotasi harga di bursa efek sebagai berikut:
Saham biasa PT LMN Rp 1.500 perlembar saham.
Saham biasa PT XYZ Rp. 4.000 perlembar saham.
Dalam contoh ini, saham tersebut akan diklasifikasikan sebagai
kelompok

diperdagangkan

dan

perlakuan

akuntansi

yang

disyaratkan berdasarkan PSAK 55 adalah sebagai berikut:


15/11/xi
Dr. Investasi dalam sekuritas diperdagangkan
Dr.Beban

800.000.000

8.000.000

Cr. Kas

808.000.000

31/12/xi
Dr. Investasi dalam sekuritas diperdagangkan

150.000.000*

Cr. Keuntungan belum terealisasi


150.000.000*
Biaya
Peroleh
an
PT LMN

200.000

Nilai
wajar

Keuntungan/keru
gian

150.0
00

-50.000

PT XYZ

600.000

Total

800.000

800.0
00
950.0
00

200.000
150.000

Dalam laporan posisi keuangan per 31 desember 20x1, Investasi


dalam sekuritas diperdagangkan akan disajikan pada nilai
wajarnya yaitu Rp 950.000.000.
Dalam laporan laba rugi komprehensif untuk tahun yang berakhir
pada 31 desember 20x1, keuntungan belum terealisasi atas
sekuritas diperdagangkan sebesar Rp 150.000.000 dan beban
sebesar

Rp.8.000.000

akan

dicatat

sebagai

bagian

dari

keuntungan neto untuk tahun ini.

Setelah pengukuran kewajiban keuangan


Setelah pengakuan awal, suatu entitas harus mengukur semua
kewajiban keuangan pada biaya perolehan diamortisasi dengan
menggunakan metode bunga efektif, kecuali:
1. kewajiban keuangan pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi. Kewajiban tersebut, termasuk derivatif yang kewajiban,
harus diukur pada nilai wajar kecuali untuk kewajiban derivatif
yang

terkait

dengan

dan

harus

diselesaikan

dengan

penyerahan instrumen ekuitas kuotasi nilai wajarnya tidak


dapat diukur secara andal, yang harus diukur sebesar biaya
perolehan.
2. kewajiban keuangan yang muncul ketika pengalihan aset
keuangan

tidak

memenuhi

syarat

untuk

penghentian

pengakuan atau ketika pendekatan terlibat secara berlaku.


Paragraf 29 dan 31 berlaku untuk pengukuran kewajiban
keuangan tersebut.
Keuntungan dan kerugian
Keuntungan atau kerugian dari perubahan nilai wajar dari aset
keuangan atau kewajiban keuangan yang bukan bagian dari
hubungan lindung nilai, diakui, sebagai berikut :

(a) keuntungan atau kerugian dari aset keuangan atau kewajiban


keuangan yang

diklasifikasikan pada nilai wajar melalui laporan

laba rugi diakui dalam laporan laba rugi.


(b) keuntungan atau kerugian atas aset keuangan yang tersedia
untuk dijual harus diakui langsung dalam ekuitas melalui laporan
perubahan ekuitas, kecuali untuk kerugian penurunan nilai dan
keuntungan dan kerugian selisih kurs, sampai aset keuangan tidak
lagi diakui, pada yang waktu keuntungan atau kerugian kumulatif
yang sebelumnya telah diakui dalam ekuitas harus diakui dalam
laporan laba rugi. Namun demikian, bunga dihitung dengan
menggunakan metode bunga efektif diakui dalam laporan laba rugi.
Dividen atas instrumen ekuitas tersedia untuk dijual diakui dalam
laporan laba rugi ketika hak entitas untuk menerima pembayaran
ditetapkan.
Untuk aset keuangan dan kewajiban keuangan yang dicatat pada
biaya perolehan diamortisasi keuntungan atau kerugian diakui
dalam laporan laba rugi pada saat aset keuangan atau kewajiban
keuangan tidak lagi diakui atau mengalami penurunan nilai, dan
melalui proses amortisasi.
Penurunan dan tidak tertagihnya aset keuangan
Suatu entitas harus menilai pada setiap tanggal neraca untuk
menentukan apakah terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan
atau kelompok aset keuangan terganggu.
3. Penghentian Pengakuan
Penghentian Pengakuan Aset Keuangan
PSAK
55
menetapkan
bahwa

suatu

entitas

harus

menghentikan pengakuan aset keuangan atau bagian dari aset


keuangan jika, dan hanya jika(paragraph 17);
a.
Hak kontraktual atas kas yang berasal dari aset keuangan
tersebut berakhir; atau
b.
Entitas mentransfer aset keuangan dan transfer tersebut
memenuhi penghentian pengakuan.
Jadi,
berdasarkan
PSAK
55,

tidak

semua

transfer

mengakibatkan penghentian pengakuan aset keuangan. Entitas


tersebut harus melakukan pengujian di paragraph 20(yang akan

dibahas dibawah ini) untuk menentukan apakah transfer itu


mengakibatkan penghentian pengakuan .
Ketika entitas mentrasfer aset keuangan , maka entitas harus
mengevaluasi sejauh

mana entitas tetap memiliki risiko dan

manfaat atas kepemilikan aset keuangan tersebut(paragraph 20).


Dalam hal ini:
Jika entitas secara substansial mentransfer seluruh resiko dan
manfaat atas kepemilikan aset keuangan, maka entitas harus
menghentikan pengakuan aset keuangan;
Jika aset secara substansial memiliki seluruh risiko dan
manfaat atas kepemilikan aset keuangan, maka entitas harus tetap
mengakui aset keuangan.
Jika entitas secara substansial tidak mentransfer dan tidak
memilikli

seluruh

risiko

dan

manfaat

atas

kepemilikan

aset

keuangan tersebut, maka entitas harus mementukan apakah entitas


masih memiliki pengandalian atas aset keuangan tersebut(paragraf
(20) ) :
Jika entitas tidak lagi memiliki pengendalian, maka entitas
harus menghentikan pengakmuan aset keuangan tersebut.
Jika entitas masih memiliki pengendalian, maka entitas harus
tetap mengakui aset keuangan tersebut.
PSAK 55 menetapkan bahwa transfer atas risiko dan manfaat
atas harus dievaluasi dengan membandingkan eksposur entitas,
sebelum dan sesudah transfer dilakukan, dengan variabilitas
dengan jumlah dan waktu terjadinya arus kas neto yang berasal dari
aset yang ditransfer(paragraph 21).
Entitas secara substansial masih memiliki seluruh risiko dan
manfaat atas kepemilikan aset keuangan jika eksposur entitas
terhadap variabilitas dalam nilai kini atas arus kas neto masa depan
yang berasal dari aset keuangan, tidak berubah secara signifikan
sebagai akibat dari transfer tersebut.
Ilustrasi
Pada 30 desember 20X1, PT ABC(dengan tahun buku yang berakhir
pada 31 desember) menjual investasinya dalam sekuritas tersedia
untuk dijual kepada PT XYZ seharga Rp. 10.000.000.000 dengan
ketentuan PT ABC memiliki kewajiban untuk membeli kembali

investasi tersebut seharga Rp. 11.000.000.000 pada atau sebelum


30 desenber 20X2.
Dalam contoh ini, karena eksposur PT ABC terhadap variabilitas
dalam nilai kini atas arus kas neto yang

berasal dari investasi

tersebut tidak berubah, PT ABC secara substansial dianggap tetap


memiliki seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan sekuritas
tersedia untuk dijual ini. Akibatnya , perusahaan ini tidak harus
menghentikan pengakuan akun investasinya.
Berdasarkan

substansi

mengguguli

bentuk,

transaksi

ini

harus,justru,dicatat sebagai transaksi pembiayaan, dan bukan


sebagai transaksi penjualan. Oleh karena itu, ayat jurnalnya adalah
sebagai berikut(dengan asumsi bahwa PT ABC membeli kembali
investasinya pada 30 desember 20X2):
30 desember 20X1
Kas
Utang pinjaman
30 desember 20X2
Beban bunga
Kas

10.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000
10.000.000.000

Utang pinjaman
Kas

10.000.000.000
10.000.000.000

Disisi lain, entitas secara substansial telah mentransfer


seluruh risiko dan manfaat atas kpemilikan aset keuangan, jika
eksposur

entitas

terhadap

variabilitas

tersebut

sudah

tidak

signifikan lagi dibandingkan dengan total perubahan nilai kina arus


neto masa depan yang berasal dari aset keuangan tersebut.
Ilustrasi
Pada 30 desember 20X1, PT ABC(yang tahun bukunya berakhir
pada 31 desember) menjual investasinya dalam sekuritas yang
diperdagangkan, yang dicatat dalam bukunya Rp. 10.000.000.000,
kepada PT XYZ seharga Rp. 11.000.000.000.
Dalam contoh ini, karena PT ABC tidak lagi terekspos dengan
perubahan nilai kini arus kas neto investasi tersebut,, PT ABC secara
substansial telah mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas

kepemilikan sekuritas diperdagangkan kepada PT XYZ. Akibatnya,


PT ABC harus menghentikan pengakuan akun investasinya, sebagai
berikut:
Kas

11.000.000.000
Investasi dalamSekuritas diperdagangkan.
Laba atas pelepasan investasi

10.000.000.000
1.000.000.000

Ilustrasi
Pada 30 desember 20X1, PT DEF(yang tahun bukunya

berakhir

pada 31 desember) menjual investasinya dalam sekuritas yang


diperdagangkan, yang dicatat dalam bukunya Rp. 20.000.000.000,
kepada PT RST seharga Rp 22.000.000.000. PT DEF diberikan pilihan
untuk membeli kembali investasinya sebesar nilai wajarnya pada
atau sebelum 30 desember 20X2.
Dalam contoh ini, karena eksposur PT DEF terhadap variabilitas nilai
kini arus kas neto investasi tersebu sudah tidak signifikan lagi jika
dibandingkan dengan total variabilitas , PT def secara substansial
telah mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan
sekuritas diperdagangkan kepada PT XYZ. Akibatnya, PT ABC harus
menghentikan pengakuan akun investasinya, sebagai berikut:
Kas

22.000.000.000
Investasi dalamSekuritas diperdagangkan.
Laba atas pelepasan investasi

20.000.000.000
2.000.000.000

Sebagaimana disebutkan diatas, PSAK 55 menetapkan bahwa


ketika entitas secara substansial tidak mentransfer dan tidak
memiliki

seluruh

risiko

dan

manfaat

atas

kepemilikan

aset

keuangan, maka entitas harus mencantumkan apakah entitas masih


memiliki pengendalian atas aset keuangan tersebut.
Penentuan apakah entitas masih memiliki pengendalian atas
aset yang ditransfer bergantung pada kemampuan pihak penerima
transfer untuk menjual aset tersebut. Jika pihak penerima transfer
memiliki kemampuan praktis untuk menjual aset tersebut, serta

dapat melaksanakan kemampuan tersebut, maka entitas sudah


tidak lagi memiliki pengendalian(paragraph 23).
Pada saat penghentian pengakuan, PSAK 55 menetapkan
bahwa selisih antara a) nilai tercatat dari aset yang ditransfer
kepada pihak lain dan b) jumlah dari pembayaran yang diterima
atau puitang dan setiap keuntungan atau kerugian kumilatif yang
diakui secara langsung dalam ekuitas harus diakui dalam laparoan
laba rugi untuk periode tersebut(paragraph 26).
Penghentian Pengakuan Liabilitas Keuangan
PSAK 55 menetapkan bahwa entitas harus menghentikan
pengakuan liabilitas keuangan( atau bagian dari liabilitas keuangan)
jika dan hanya jika liabilitas keuangan tersebut berakhir, yaitu ketika
kewajiban yang telah ditetapkan dalam kontrak dilepaskan, dilepas,
atau kedaluarsa (paragraph 39).
PSAK 55 lebih lanjut menetapkan bahwa pertukaran diantara
pihak

peminjam

dan

pemberi

pinjaman

yang

saat

ini

ada

atasinstrumen utang dengan persyaratan yang berbeda secara


substansial(misalnya, dalam transaksi pembiayaan kembali) adalah
suatu penghapusan liabilitas keuangan awal yang mengakibatkan
pengehentian pengakuan liabilitas tersebut dan pengakuan liabilitas
keuangan baru(pragraf 40).
Demikian juga, modifikasi secara substansial atas ketentual
instrument

utang

saat

ini

ada

(terlepas

ada

atau

tidak

keterkaitannya dengan kesulitan keuangan debitur) harus dicatat


sebagai penghapusan liabilitas keuangan awal dan pengakuan
liabilitas keuangan baru(paragraph 40).
Pada saat penghrntian pengakuan liabilitas keuangan, PSAK
55

menetapkan

bahwa

selisih

antara

nilai

tercatat

liabilitas

keuangan dengan jumlah yang dibayarkan untuk liabilitas keuangan


harus diakui dalam laporan laba rugi komprehensif untuk periode
tersebut (paragraph 41).
4. Tanggal Efektif.
Entitas harus menerapkan Pernyataan ini secara prospektif
untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1
Januari

2012.

Penerapan

dini

diperkenankan.

Jika

entitas

menerapkan dini Pernyataan ini, maka entitas mengungkapkan


fakta tersebut.(paragraph 112)
Jadi, Tanggal efektif untuk PSAK 55 revisi2011 adalah 1 januari
2012.

Penerapan

memutuskan

untuk

dini

diperkenankan

menerapkan

dini

dan

bila

maka

perusahaan

fakta

tersebut

diungkapkan.
5. Akuntansi Lindung Nilai
Pengaruh fluktuasi kurs mata uang asing sering menimbulkan masalah. Naik atau
turunnya nilai satu mata uang asing dibandingkan dengan mata uang pelaporan akan
memberikan akibat tersendiri bagi entitas pelaporan. Untuk menghindari risiko volatilitas
kurs, pemerintah dapat melakukan kegiatan lindung nilai (hedging).Kegiatan lindung nilai
(hedging) didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan untuk melindungi sebuah
pemerintah dari exposure terhadap nilai tukar. Exposure terhadap nilai tukar adalah risiko
pemerintah akibat fluktuasi nilai tukar.
Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing telah dilindungi dalam suatu kontrak
maka maka nilai transaksi yang dilindungi tersebut akan dicatat sebesar nilai kontrak.
Misalnya pemerintah memiliki utang dalam mata uang asing dan utang tersebut telah di
hedge, maka secara otomatis utang tersebut akan dicatat sebesar nilai yang di hedge dan
tidak diperlukan lagi penyesuaian atas utang tersebut terkait dengan perubahan kurs.
Suatu kegiatan hedging umumnya diikuti dengan biaya-biaya yang terkait dalam
proses hedging tersebut. Ketika suatu entitas melakukan hedging, maka biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam proses hedging diperlakukan sebagai pengeluaran operasional.
Terhadap transaksi ini perlu disajikan pengungkapan yang memadai.
Transaksi hedging di satu sisi memberikan manfaat dengan membuat kurs menjadi
tetap. Namun konsekuensi dari transaksi hedging adalah diperlukannya biaya yang
besarnya kadangkala cukup signifikan. Biaya tersebut antara lain mencakup biaya komisi
yang dapat dibayarkan secara tunai ataupun nontunai. Dengan demikian, apabila
pemerintah berniat untuk melakukan hedging, pemerintah diharapkan terlebih dahulu
melakukan analisis kebijakan atas biaya dan manfaat atas pelaksanaan kegiatan hedging.
Suatu entitas yang menerapkan hedging disarankan untuk mengungkapkan
keuntungan/kerugian dari pelaksanaan hedging. Pengungkapan tersebut mencakup

analisis perbandingan antara hasil hedging dan nilai sebelum hedging ditambah biayabiaya yang dikeluarkan.
Jika ada hubungan nilai lindung yang ditunjuk antara instrumen nilai
lindung dan item yang nilai dilindungi seperti yang dijelaskan dalam
paragraf 85-88, akuntansi untuk keuntungan atau kerugian atas
instrumen nilai lindung dan kewajiban yang dilindungi harus mengikuti
ayat 89-102 Hubungan nilai lindung dari tiga jenis:
(a) nilai lindung atas nilai wajar: instrumen nilai lindung terhadap
risiko perubahan nilai wajar suatu aktiva atau kewajiban yang diakui
atau terhadap komitmen teguh yang belum diakui, atau bagian
diidentifikasi seperti komitmen aset, kewajiban atau perusahaan,
yang disebabkan risiko tertentu dan dapat mempengaruhi laba rugi.
Ilustrasi
PT M (sebuah perusahaan yang dikelola di Indonesia dengan Rp
sebagai mata uang fungsionalnya dan 31 Desember sebagai akhir
tahun bukunya) pada 1 April 20X1 telah menjual barang kepada PT
S ( sebuah perusahaan yang dikelola di Singapura dengan S$
sebagai

mata

uang

fungsionalnya),

yang

ditagihkan

sebesar

S$10.000 pada 30 September 20X1.


Nilai tukar antara S$ dan Rp pada tanggal penyesuaian adalah
sebagai berikut.
Pada 1 April 20X1:
Kurs Spot (saat ini):
S$1 = Rp2.200
Kurs 6-bulan ke depan S$1 = Rp2.100
Pada 30 September 20X1:
Kurs spot:
S$1 = Rp2.050
Skenario A
PT M memutuskan untuk tidak melindung nilai eksposur nilai tukar.
Ayat jurnal yang sesuai adalah sebagai berikut.
1 April 20X1
Dr. Piutang dagang
22.000.000
Cr. Penjualan
22.000.000
(mencatat penjualan)
30 September 20X1
Dr. Kas
Dr. Kerugian nilai tukar
Cr. Piutang dagang
22.000.000

20.500.000
1.500.000

(mencatat penerimaan S$10.000 dari PT S)


Perhatikan bahwa akibat perubahan nilai tukar yang tidak
menguntungkan, PT M menderita kerugian nilai tukar sebesar
Rp1.500.000.
Skenario B
PT M memutuskan untuk melindung nilai eksposur nilai tukar
dengan memiliki kontrak forward kurs pada 1 April 20X1 untuk
menjual S$10.000 pada 30 September 20X1.
PT M juga memutuskan untuk menerapkan akuntansi lindung nilai
berdasarkan PSAK 55. Dengan menggunakan kurs forward sebagai
dasar pengukuran, ayat jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah
sebagai berikut.
1 April 20X1
Dr. Piutang Dagang
Cr. Penjualan

21.000.000

21.000.000
(mencatat penjualan)
Tidak ada ayat jurnal yang dibutuhkan untuk kontrak forward
kurs. Hanya memorandum yang dibutuhkan untuk mencatat fakta
bahwa kontrak forward kurs telah dimasukkan ke dalam lindung nilai
atas nilai wajar.
30 September 20X1
Dr. Kas
Dr. Kerugian nilai tukar
Cr. Piutang Dagang

20.500.000
500.000

21.000.000
(mencatat penerimaan S$10.000 dari PT S)
Dr. Piutang lainnya
500.000
Cr. Keuntungan nilai tukar
500.000
(penyesuaian nilai wajar untuk utang kontrak)
Dr. Kas
500.000
Cr. Piutang lainnya
500.000
(penyelesaian sekaligus atas kontrak forward kurs)
Perhatikan bahwa, dengan akuntansi lindung nilai atas nilai
wajar, PT M dilindungi dari risiko nilai tukar. Berapa pun nilai tukar
yang berlaku pada 30 September 20X1, penjualan ini akan dicatat

pada angka Rp21.000.000 (harga penjualan S$10.000 pada nilai


tukar yang sudah ditetapkan sebesar S$1 = Rp2.100), dan
penerimaan kas neto adalah Rp21.000.000 (Rp20.500.000 +
Rp500.000). Selain itu, kerugian nilai tukar atas piutang dagang
akan saling hapus dengan keuntungan atas kontrak forward kurs.
Namun perhatikan bahwa terdapat biaya yang terkait dalam
lindung nilai (yaitu, laba yang dibuat oleh pedagang efek nilai tukar
sebesar Rp100 (Rp2.200 Rp2.100)). Hal ini akan dijelaskan lebih
rinci dalam perlakuan alternative di bawah ini.
Sebagai alternatif lain, kurs spot dapat digunakan, maka ayat jurnal
untuk mencatat transakasi di atas adalah sebagai berikut.
1 April 20X1
Dr. Piutang dagang
22.000.000
Cr. Penjualan
22.000.000
(mencatat penjualan)
Dr. Piutang kontrak
21.000.000
Dr. Premi
1.000.000
Cr. Utang kontrak
22.000.000
(mencatat kontrak forward kurs)
30 September 20X1
Dr. Kas
20.500.000
Dr. Kerugian nilai tukar
1.500.000
Cr. Piutang dagang
22.000.000
(mencatat penerimaan sebesar S$10.000)
Dr. Kas
500.000
Dr. Utang Kontrak
20.500.000
Cr. Keuntungan nilai tukar
21.000.000

(penyelesaian sekaligus atas kontrak

forward kurs)
Perhatikan bahwa, karena lindung nilai atas nilai wajar, PT M
mampu mengunci kurs S$1 = Rp2.100. Dalam laporan laba rugi
komprehensif, akan ada penjualan sebesar RP22.000.000, beban
premi sebesar RP1.000.000, dan tidak ada keuntungan/kerugian
nilai

tukar.

Penerimaan

kas

neto

sebesar

Rp21.000.000(Rp20.500.000 + Rp500.000). Premi Rp1.000.000


menunjukkan biaya lindung nilai.

Sebagaimana
menerapkan

disebutkan

akuntansi

lindung

diatas,
nilai,

ketika

suatu

aturan-aturan

entitas

akuntansi

lindung nilai (yaitu aturan di paragraph 97 untuk lindung nilai atas


nilai wajar) harus diterapkan. PSAK 55 menetapkan bahwa, dalam
lindung nilai atas nilai wajar, nilai tercatat item yang dilindung nilai
harus

disesuaikan

untuk

keuntungan

atau

kerugian

yang

diatribusikan pada risiko lindung nilai bahkan jika item yang


dilindung

nilai

diukur

pada

biaya

perolehan

sebagaimana

disyaratkan oleh PSAK terkait lainnya. Selain itu, keuntungan atau


kerugian pada item yang dilindungi nilai yang diatribusikan pada
risiko yang dilindungi nilai harus diakui secara langsung dalam
laporan laba rugi komprehensif bahkan jika item yang dilindungi
nilai diukur pada nilai wajar dengan perubahan nilai wajar yang
diakui secara langsung dalam ekuitas.
(b) nilai lindung arus kas: instrumen nilai lindung terhadap eksposur
terhadap variabilitas arus kas yang :
(i) adalah dihubungkan dengan risiko tertentu yang dihubungkan
dengan pengakuan aset atau kewajiban (seperti semua atau
beberapa pembayaran bunga masa depan utang variable rate) atau
yang diperkirakan dalam transaksi dan
(ii) dapat mempengaruhi laba rugi.
(c) melakukan nilai lindung atas investasi bersih dalam operasi
asing sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 21.
Jika nilai lindung atas nilai wajar memenuhi persyaratan dalam ayat
88 dalam periode tertentu, hal itu akan dicatat sebagai berikut:
(a) keuntungan atau kerugian dari penilaian instrumen lindung nilai
pada nilai wajar (untuk instrumen lindung nilai) atau komponen
mata uang asing dari nilai tercatatnya diukur sesuai dengan IAS 21
(untuk instrumen lindung nilai non-derivatif) harus diakui dalam laba
rugi; dan
(b) keuntungan atau kerugian atas item yang dilindung nilai yang
berhubungan dengan risiko lindung nilai wajib menyesuaikan nilai
tercatat dari item yang dilindung nilai dan diakui dalam laporan laba

rugi. Hal ini berlaku jika item yang dilindung nilai dinyatakan
berdasarkan biaya. Pengakuan keuntungan atau kerugian yang
berhubungan dengan risiko lindung nilai dalam laporan laba rugi
berlaku jika item yang dilindung nilai merupakan aset keuangan
tersedia untuk dijual.
Jika nilai lindung arus kas memenuhi persyaratan dalam ayat 88
dalam periode tertentu, hal itu akan dicatat sebagai berikut:
(a) Bagian keuntungan atau kerugian instrumen nilai lindung yang
ditentukan untuk menjadi nilai lindung efektif (lihat paragraf 88)
diakui langsung dalam ekuitas melalui laporan perubahan ekuitas,
dan
(b) bagian yang tidak efektif dari keuntungan atau kerugian
instrumen nilai lindung diakui dalam laporan laba rugi.
Nilai lindung investasi bersih pada kegiatan operasi luar negeri,
termasuk instrumen nilai lindung suatu pos moneter yang dicatat
sebagai

bagian

dari

investasi

bersih

(lihat

IAS

21),

harus

diperlakukan sama seperti pada nilai lindung arus kas: (a) Bagian
keuntungan atau kerugian instrumen nilai lindung yang ditentukan
untuk menjadi nilai lindung efektif (lihat paragraf 88) diakui
langsung dalam ekuitas melalui laporan perubahan ekuitas, dan (b)
bagian yang tidak efektif akan diakui dalam laporan laba rugi.
6. Perbedaan dengan standard IASB

BAB IV
PENUTUP
(http://syamsidiq.wordpress.com/2012/01/01/konstruksi-dan-pengukuranteori-akuntansi/), 1 Januari 2012
(http://deasyhusdayanti.blogspot.com/2012/06/ias-39-instrumenkeuangan-pengakuandan.html), Juni 2012

(https://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:C8lErYIuMV4J:www.ksap.org/files/Selisih_Kurs__edit), 30 Mei
2012
Juan, N.E., & Wahyuni E.T. (2012). Standar Akuntansi Keuangan Edisi 2,
Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai