TRANSAKSI
MAKALAH
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
FEBRUARI 2020
i
KATA PENGANTAR
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung.
2. Ayu Febri Puspitasari, M. ABselaku Dosen pengampu mata kuliah Auditing
yang telah mendukung terselesaikannya makalah ini.
3. Kedua orangtua kami yang senantiasa selalu mendukung, memfasilitasi serta
mendoakan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
4. Dan semua teman-teman yang telah memberikan dukungan serta bantuannya
hingga terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna,
maka saran dan kritik pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan
yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan............................................................................................24
B. Saran......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang
ditarik oleh auditor dalam rangka memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang
diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk
menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian
hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa
dokumentasi (bukti dokumenter) juga penting bagi auditor.
Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan
dalam organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah
karena tidak adanya pengecekan dari pihak luar yang bebas. Dalam makalah
ini berbagai tipe bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor selama auditnya
dan berbagai faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengumpulan
bukti audit. Makalah ini diakhiri dengan pembahasan berbagai pengambilan
keputusan yang harus dilakukan oleh auditor dalam proses pengumpulan
bukti audit.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana jenis-jenis pendapat akuntan?
2. Bagaiman kesimpulan audit dan pelaporan?
3. Bagaimana pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya?
4. Bagaimana sifat bukti audit?
5. Bagaimana tes transaksi audit?
6. Bagaimana cara pemilihan sample?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis pendapat akuntan
2. Untuk mengetahui kesimpulan audit dan pelaporan
1
3. Untuk mengetahui pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya
4. Untuk mengetahui sifat bukti audit
5. Untuk mengetahui tes transaksi audit
6. Untuk mengetahui cara pemilihan sample
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup (sufficient) dan tepat
(appropriate) untukecara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
material.
Laporan auditor harus dalam bentuk tertulis, berisi hal-hal sebagai berikut.
Judul
3
Paragraf pendahuluan
e. Menyebutkan tanggal atau periode yang dicakup oleh setiap laporan yang
menjadi bagian dari laporan keuangan.
4
mengajukan dan mengaudit audit untuk memastikan sesuai dengan keinginan
melaporkan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material.
Opini auditor
Jika auditor bertanggung jawab atas laporan keuangan lainnya sesuai dengan
laporan keuangan, maka pertanggungjawaban pelaporan lain tersebut harus
disetujui dalam beberapa bagian dalam laporan auditor yang berjudul judul
"Pelaporan Lainnya atas Ketentuan Hukum dan Regulasi," atau judul lain
yang ditentukan sesuai dengan isi bagian ini. Auditor harus menandatangani.
1. Tidak terbatas pada unsur, akun, atau pos tertentu laporan keuangan;
5
3. Dalam hubungannya dengan pengungkapan, bersifat fundamental
bagi pemahaman pengguna laporan keuangan.
Opini modifikasian: Suatu opini wajar dengan pengecualian. suatu opini tidak
wajar, atau suatu opini tidak mnenyatakan pendapat.
2. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan
dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan
keuangan, jika ada, dapat bersifat material, tetapi tidak pervasif.
6
Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan
auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian
yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat
material dan pervasif.
SA 570 ini mengatur tanggung jawab auditor dalam audit atas laporan
keuangan yang berkaitan dengan penggunaan dana pertanggungan untuk
masa depan yang dapat diprediksi manajemen yang bertanggung jawab atas
persyaratan perizinan untuk meningkatkan harapananya. Auditor yang
bertanggung jawab untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang ketepatan penggunaan pertanggungan oleh manajemen dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan dan untuk menentukan apakah
memerlukan suatu bahan tentang kebutuhan entitas untuk mendukung
keberlangsungan usahanya.
7
a. Menjelaskan masalah yang memadai atau masalah utama yang dapat
menyebabkan keraguan yang signifikan atas kebutuhan entitas untuk
mempertahankan masalah keuangan dan rencana manajemen untuk
masalah atau kondisi tersebut; dan
b. Semua yang terkait dengan materi yang terkait dengan masalah atau
persyaratan yang dapat menyebabkan keraguan atas entitas untuk
mendukung keselamatan, dan oleh karena itu, entitas yang diperlukan
tidak mampu merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya dalam
kegiatan bisnis normal.
Jika laporan keuangan disusun berdasarkan suatu basis usaha, tetapi menurut
pertimbangan auditor, maka pertimbangan keuangan atas
pertanggungjawaban oleh manajemen adalah tidak tepat, maka auditor harus
menyetujui segala pendapat yang tidak masuk akal.
8
Jika manajemen tidak mau membuat laporan penilaian, jika perlu untuk
melakukan hal itu oleh auditor, maka auditor harus mempertimbangkan
implikasinya terhadap laporan auditor.
2. injaman sementara waktu tetap jatuh tempo sementara tanpa masa depan
yang luar biasa; pelunasan; atau pengandalan yang berlebihan pada
jangka waktu pendek untuk mendanai aset jangka panjang.
4. Arus kas operasi yang negatif, yang diindikasikan oleh laporan keuangan
historis atau prospektif.
9
10. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan untuk pengembangan
produk baru yang penting atau investasi penting lainnya.
Operasi:
Lain-Lain:
10
2. Menganalisis dan membahas laporan keuangan interim terakhir yang
tersedia.
8. melakukan prosedur audit atas acara yang terjadi setelah tanggal untuk
pelaporan acara-acara yang memitigasi atau meningkatkan kemampuan
entitas untuk mempertahankan usaha usahanya.
1
Sukrisno Agoes, Auditing : Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Kantor
Akuntan Publik, (Jakarta: Salemba Empat, 2018), Hlm. 109-142
11
B. Kesimpulan Audit Dan Pelaporan
1. Pelaporan audit ketika pengungkapan ketidakpastian material sudah
memadai
Berikut ini merupakan suatu ilustrasi paragraf penekanan ketika auditor
meyakini bahwa pengungkapan dalam laporan keuangan sudah memadai:
a. Paragraf penekanan suatu hal
Tanpa menyatakan pengecualian atas pendapat kami, kami
membawa perhatian saudara pada catatan X atas laporan keuangan
yang mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami rugi bersih
sebesar Rpxx untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
20X1 dan pada tanggal tersebut, liabilitas lancar perusahaan
melampaui total asetnya sebesar Rpyy. Kondisi tersebut, bersama
dengan hal-hal lain sebagaimana dijelaskan dalam catatan X,
mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
b. Pelaporan audit bila mengungkapkan ketidakpastian material tidak
memadai.
Berikut ini disajikan suatu ilustrasi tentang paragraf-paragraf yang
relevan bila suatu opini wajar dengan pengecuallian dinyatakan:
Basis untuk opini wajar dengan pengecualian
Perjanjian pendanaan perusahaan telah jatuh tempo dan jumlah yang
terutang harus dilunasi pada tanggal 19 maret 20X1. Perusahaan
masih belum mampu untuk menegosiasi kembali atau memperoleh
pendanaan pengganti. Situasi ini mengindikasikan adanya suatu
ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya, dan oleh karena itu, perusahaan
kemungkinantidak dapat merealisasikan asetnya dan melunasi
liabilitasnya dalam kegiatan bisnis normal. Laporan keuangan (dan
12
catatan atas laporan keuangan terkait) tidak mengungkapkan fakta
tersebut sepenuhnya.
c. opini wajar dengan pengecualian
Menurut pendapat kami, kecuali untuk pengungkapan yang
tidak lengkap atas informasi yang dirujuk dalam paragraph basis
untuk opini wajar dengan pengecualian, laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan perusahaan tanggal 31 desember 20X0, serta kinerja
keuangan dan arus kas terkait untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia.
d. Opini tidak wajar
Menurut pendapat kami, karena tidak diungkapannya informasi yang
dirujuk dalam paragraph basis untuk opini tidak wajar, laporan
keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan perusahaan
tanggal 31 desember 20X0, serta kinerja keuangan dan arus kas
terkait untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
e. Penggunaan asumsi kelangsungan usaha yang tidak tepat
Jika laporan keuangan keuangan telah disusun dengan menggunakan
basis kelangsungan usaha tetapi, menurut pertimbangan auditor,
penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan
oleh manajemen tidak tepat, maka ketentuan dalam paragraph 21
berlaku bagi auditor untuk menyatakan suatu opini tidak wajar, tanpa
memperhatikan apakah laporan keuangan mencantumkan atau tidak
mencantumkan pengungkapan tentang ketidaktepatan penggunaan
asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen.
2. Laporan auditor independen tentang dampak memburuknya kondisi
ekonomi indonesia terhadap kelangsungan hidup entitas.
Berikut ini peraturan lain tentang dampak memburuknya kondisi
ekonomi indonesia.
13
Komite standar profesional akuntan publik, di bulan maret 1998
telah mengeluarkan interpretasi pernyatan standar auditing (IPSA) No.
30.01 yang berjudul “laporan auditor independen tentang dampak
memburuknya kondisi ekonomi indonesia terhadap kelangsungan hidup
entitas” yang berlaku efektif untuk laporan audit yang diterbitkan setelah
tanggal 2 maret 1998.
Memburuknya kondisi ekonomi indonesia dan wilayah regional
asia fasifik pada umumnya, yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997
sebagai akibat terjadinya depresi mata uang di negara-negara tersebut,
berdampak terhadap laporan keuangan perusahaan di indonesia pada
umumnya untuk tahun buku 1997. Dampak tersebut perlu
dipertimbangkan oleh auditor dalam penyususnan laporan auditnya,
sehingga pengguna laporan auditor dapat mengetahui dampak tersebut
terhadap laporan keuangan dan kelangsungan hidup perusahaan.
Berikut ini contoh mengenai penjelasan atas dampak
memburuknya kondisi ekonomi indonesia terhadap kelangsungan hidup
perusahaan, baik di catatanatas laporan keuangan maupun di lembar
opini.
Contoh penjelasan di laporan auditor independen:
14
Contoh penjelasan di catatan atas laporan keuangan:
Gambaran umum memburuknya kondisi ekonomi indonesia dan
wilayah regional asia fasifik pada umumnya banyak negara di wilayah
regional asia pasifik termasuk indonesia mengalami dampak
memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang
negara-negara tersebut. Akibat utamanya adalah sangat langkanya
likuiditas, tingginya tingkat bunga dan kurs mata uang. Kondisi ini
mencakup pula penurunan drastis harga saham, pengetatan penyediaan
kredit, dan penghentian atau penundaan pelaksanaan proyek kontruksi
tertentu. dampak memburuknya kondisi ekonomi indonesia terhadap
customer perusahaan telah menurunkan jumlah penjualan dan
mengakibatkan meningkatnya risiko kredit bawaan dalam piutang usaha.2
C. Pertimbangan Auditor Atas Kemampuan Entitas Dalam
Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya.
Dalam PSA No. 30 (IAPI, 2011; 341.1 - 342.7)
1. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat
kesaingan besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu
tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya
periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas). Evaluasi
auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang
ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai.
Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari penerapan
prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang
terkandung dalam laporan keuangan yang sedang di audit.
2 Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kesaingan besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas denga cara sebagai berikut:
2
Ibid, Hlm. 143-148
15
a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan
dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan
audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan
atau peristiwa yang secara keseluruhan, menunjukan adanya
kesaingan besar mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan
mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti- bukti yang
mengandung informasi yang mengurangi kesaingan auditor.
b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesaingan besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas, ia harus:
1. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditunjukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut, dan
2. menentukan apakah kemungkingan bahwa rencana tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan.
c. setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesaingan besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas.
3. Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau
peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan
berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor
yang tidak memperlihatkan kesiangan besar, dalam jangka waktu satu
tahun setelah tanggal laporan keuangan, oleh karena itu, tidak
dicantumkan nya kesaingan besar dalam laporan auditor tidak seharusnya
dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya. auditor tidak perlu merancang
prosedur audit dengan tujuan tunggal untuk mengindentifikasi kondisi
dan peristiwa yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan,
16
menunjukkan bahwa terdapat kesaingan besar mengenai kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka
waktu pantas. Hasil prosedur audit yang dirancang dan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan tersebut.
Berikut ini adalh contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi
atau peristiwa tersebut:
a. Prosedur analitik.
b. Review terhadap peristiwa kemudian.
c. Review terhadap kepatuhan terhadap syarat- syarat utang dan
perjanjian penarikan utang.
d. Pembacaan notulen rapat pemegang islam, dewan komisaris, dan
komite atau panitia penting yang dibentuk.
e. Permintaan keterangan kepada penasihat hukum, entitas tentang
perkara pengadilan, tuntutan, dan pendapatnya mengenai hasil satu
perkara pengadilan yang melibatkan entitas tersebut.
f. Konfirmasi dengan pihak- pihak yang mempunyai hubungan
istimewa dan pihak ketiga mengenai rincian perjanjian penyediaan
atau pemberian bantuan keuangan.
4. Jika, setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah
didefinisikan secara keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesaingan
besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu panta, ia harus
mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak
merugikan dari kondisi atau peristiwa tersebut. Auditor harus
memperoleh informas tentang rencana manajemen tersebut, dan
mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif
merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu pantas.
Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen
dapat meliputi:
a. rencana untuk menjual aset
17
1) Pembatasan terhadap penjualan aset, seperti adanya pasal yang
membatasi transaksi tersebut dalam perjanjian penarikan uang
atau perjanjian yang serupa.
2) Kenyataan dapat dipasarkannya aset yang direncanakan akan
dijual oleh manajemen.
3) Dampak langsung dan tidak langsung yang kemungkinan timbul
dari penjualan aset.
b. Rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang
1) Tersedianya pembelajaan melalui utang, termasuk perjanjian
kredit yang telah ada atau yang telah disanggupi ,perjanjian
penjualan piutang atau jual-kemudian-sewa aset (sale-leaseback
of assets).
2) Perjanjian untuk merestrukturisasi atau menyerahkan utang yang
ada maupun yang telah disanggupi atau untuk meminta jaminan
utang dan entitas.
3) Dampak yang mungkin timbul terhadap rencana manajemen
untuk penarikan utang dengan adanya batasan yang ada
sekarang dalam menambah pinjaman atau cukup atau tidaknya
jaminan yang dimiliki oleh entitas.
18
Berikut ini adalah contoh laporan auditor independen yang berisi
pernyataan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
19
IPSA No. 30.01 telah dicabut dan diganti dengan IPSA No.30.02 yang
berlaku efektif untuk laporan auditor yang diterbitkan sejak tanggal 1 April
2009. Penerapan lebih awal sebelum tanggal efektif pemberlakuan IPSA
30.02 diperbolehkan.
Dalam SA seksi 9341, yang bersumber dari ISPA No. 30.02 (IAPI;
2011, 341.11) dinyatakan antara lain :
IPSA 30.01 sudah tidak lagi relevan untuk dapat diterapkan pada
periode, kondisi, dan wilayah geografis yang lain secara umum mengingat
kekhususan yang diatur didalamnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu IPSA
baru untuk menggantikan IPSA 30.01, yang dapat memberikan suatu
pedoman lebih lanjut bagi auditor dalam mempertimbangkan kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya pada periode, kondisi
dan wilayah geografis secara umum. Sehubungan dengan hal tersebut,
dikeluarkan IPSA No. 30.02 mengenai “Pertimbangan Auditor atas
Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya:
Interpretasi atas Pernyataan Standar Auditing No. 30”(Selanjutnya disebut
“IPSA 30.02”), yang bertujuan untuk memberikan interpetasi, klarifikasi, dan
pedoman lebih lanjut bagi auditor dalam menerapkan Pernyataan Standar
Auditing No.30 mengenai “Pertimbangan Auditor atas kemampuan Entitas
dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya” (selanjutnya disebut “PSA
30”), terutama atas hal- hal yang terkait dengan: (i) pertimbangan auditor atas
laporan keuangan, (ii) dokumentasi audit yang diperlukan, dan (iii) bentuk
dan contoh laporan auditor, yang terkait dengan kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Seiring dengan dikeluarkannya
IPSA 30.02, IPSA 30.01 dinyatakan tidak berlaku lagi, kecuali pada masa
transisi pemberlakuan secara efektif IPSA 30.02.
Berdasarkan PSA No.78 (SA Seksi 412) yang berlaku efektif sejak 1
juni 2010. Frasa “Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia “ yang terdapat
dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia harus dibaca sebagai frasa “Standar Akuntansi
20
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik” bagi perikatan yang dilakukan
oleh praktisi atas entitas yang telah menerapkan SAKETAP.3
21
penguat. Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur,
surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis.
Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan
data akuntansi dan informasi penguat. Kompetensi data akuntansi
dipengaruhi secara langsung oleh efektifitas pengendalian intern.5
E. Tes Transaksi
Compliance test (tes ketaatan) adalah tes terhadap bukti-bukti
pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk
mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah di proses dan dicatat
sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen.
Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus
mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Kelangkaan bukti pendukung
2. Kebenaran perhitungan matematis
3. Otorisasi dan pejabat perusahaan yang berwenang
4. Kebenaran nomor perkiraan yang di debit/ dikredit
5. Kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar.
Compliance test bisa dilakukan pada waktu intern audit dan dilanjutkan
setelah perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun.
Compliance test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan
keuangan (neraca dan laba rugi).
5
Eni Puspita, Skripsi: “Penerapan Statistical Sampling Dalam Pemeriksaan Untuk
Menilai Kewajaran Saldo Piutang Dagang Pada Pt. Coca-Cola Bottling Indonesia Cabang
Bandar Lampung”, (Lampung: Fakultas Ekonomi, 2010) Hlm. 24-25
22
6. Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain.
F. Cara Pemilihan Sample
Dalam pemilihan sampel, sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang
bisa dipertanggungjawabkan sehingga sampel tersebut benar-benar
representative. Dalam proses audit, ada beberapa cara pemilihan sampel yang
sering digunakan:
1. Judgement sampling
Dalam pemilihan sampel dilakukan dengan cara random atau acak
dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan si auditor. Pemilihan
sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan komputer.
2. Blok sampling
Dalam hal ini auditor memilih transaksi-transaksi pada waktu-
waktu tertentu, misalnya pada bulan-bulan tertentu misalnya bulan
januari, juni, dan Desember.
3. Statistikal sampling
Pemilihan sample dilakukan secara ilmiah atau dengan statistic.
Sehingga walaupun lebih sulit namun sampel yang dipilih lebih
representative. Karena membutuhkan waktu yang lebih banyak, statistical
sampling lebih banyak digunakan dalam audit di perusahaan yang sangat
besar dan mempunyai internal control yang cukup baik. 6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
6
Eni Puspita, Skripsi: “Penerapan Statistical Sampling Dalam Pemeriksaan Untuk
Menilai Kewajaran Saldo Piutang Dagang Pada Pt. Coca-Cola Bottling Indonesia Cabang
Bandar Lampung”, (Lampung: Fakultas Ekonomi, 2010) Hlm. 26-27
23
1. Menurut SA 700 (IAPI, 700) dan SA 705 (IAPI, 705) yang berlaku untuk
audit atas laporan keuangan tahun 2013, opini auditor dibagi menjadi dua
yaitu : Opini tanpa modifikasi (unmodified opinion) dan Opini dengan
modifikasian (modified opinion).
2. Kesimpulan audit dan pelporan dibagi menjadi 2 yaitu Pelaporan audit
ketika pengungkapan ketidakpastian material sudah memadai dan
Laporan auditor independen tentang dampak memburuknya kondisi
ekonomi indonesia terhadap kelangsungan hidup entitas.
3. Dalam PSA No. 30 (IAPI, 2011; 341.1 - 342.7) dibagi menjadi 4 yaitu
Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat
kesaingan besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu
tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit; Auditor harus
mengevaluasi apakah terdapat kesaingan besar mengenai kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya; Auditor tidak
bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan
datang; auditor yakin bahwa terdapat kesaingan besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas.
4. Bukti audit merupakan informasi yang akan digunakan oleh auditor
untuk menentukan kesesuaian antara yang diaudit dan kriteria tertentu
yang telah ditetapkan. Bukti audit dapat berupa informasi yang sangat
persuasif (sangat meyakinkan) maupun informasi yang kurang persuasif
(kurang meyakinkan).
5. Compliance test (tes ketaatan) adalah tes terhadap bukti-bukti
pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk
mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah di proses dan
dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen.
6. Dalam pemilihan sampel, sampel harus dipilih dengan cara tertentu yang
bisa dipertanggungjawabkan sehingga sampel tersebut benar-benar
representative. Dalam proses audit, ada beberapa cara pemilihan sampel
24
yang sering digunakan yaitu : Judgement sampling, Blok sampling, dan
Statistikal sampling
B. Saran
Kami sebagai penulis mengetahui bahwa makalah yang telah kami buat
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan penulis untuk mendukung terwujudnya
penulisan makalah yang lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
25
Hery. 2015. Auditing 1: Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi. Jakarta: Kencana
26