Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Good Corporate Governance (GCG)


“Whistle Blowing System dan Gratifikasi”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12 :

1. Siti Nurpiyah 11021800057


2. Arju Mahendra 11021800322
3. Nurlita Aprilia 11021800074
4. Ainus Syifa 11021800156
5. Noviyanti 11021800163

Kelas : 6E-APJ

UNIVERSITAS BINA BANGSA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul  “
Whistleblowing system dan Gratifikasi ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Good Corporate Governance (GCG), selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca umumnya dan juga
penulis kususnya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan serta penulisan Makalah Mata Kuliah Good Corporate Governance
(GCG) ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.
Semoga Makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca
umumnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai dan meridhoi
langkah kita semua dalam meraih kesuksesan, Aamiin.

Serang, 05 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

2.1 Whistle Blowing System...........................................................................2

A. Pengertian Whistle Blowing System.........................................................2

B. Dasar Hukum Whistle Blowing System....................................................2

2.2 Gratifikasi..................................................................................................7

A. Pengertian Gratifikasi................................................................................7

B. Dasar Hukum Gratifiakasi.........................................................................8

D. Pengendalian Gratifikasi.........................................................................10

E. Tugas Unit Pengendali Gratifikasi..........................................................10

F. Sanksi Gratifikasi....................................................................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................12

3.1. Kesimpulan..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan senantiasa menerapkan prinsip-prinsip tata kelola


Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) secara konsisten dan
berkelanjutan. Dalam menjalankan kegiatan Perusahaan, perusahaan dituntut
untuk melaksanakan kegiatan usahanya dengan penuh tanggung jawab,
transparan dan akuntabel, serta dengan menghindari aktifitas/kegiatan yang
mengarah kepada tindakan yang tidak beretika atau melanggar pedoman
perilaku, dan benturan kepentingan. Sebagai wujud komitmen Perusahaan
terhadap implementasi tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance), dan dalam rangka mencegah dan melakukan deteksi dini atas
pelanggaran yang mungkin terjadi di lingkungan Perusahaan, maka
Perusahaan memandang penting untuk ditetapkan suatu Pedoman
Whistleblowing System,

1.2 Rumusan Masalah

1. Adanya kerugian yang besar bagi orang-orang yang bekerja pada


perusahaan perbankan dan berkurangnya kepercayaan investor-investor
yang menanamkan dananya pada perusahaan.
2. Semakin kompleksnya kegiatan akuntansi di sektor perbankan.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memenuhi tugas matakuliah Good Corporate Governance (GCG)


2. Memperkaya referensi keilmuan
3. Bahan pembelajaran Good Corporate Governance (GCG)

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Whistle Blowing System

A. Pengertian Whistle Blowing System


Menurut Wikipedia Whistle Blowing System (WBS) adalah
Pelaporan pelanggaran suatu tindakan yang melanggar ketentuan
berarti melanggar hukum, aturan dan persyaratan yang menjadi
ancaman pihak publik atau kepentingan publik.
Whistle Blowing System merupakan tindakan yang dilakukan
oleh seseorang atau beberapa orang karyawan untuk melaporkan
kecurangan yang terjadi dalam organisasi baik yang dilakukan oleh
perusahaan atau atasannya kepada pihak lain (Elias, 2008).
Whistleblowing berasal dari Bahasa inggris yang semakna
dengan Pelaporan pelanggaran, sedangkan Pelapor Pelanggaran di
sebut dengan Whistle Blower, Pelanggaran yang termasuk di
antaranya, seperti korupsi, pelanggaran atas keselamatan kerja, Amdal
dan masih banyak lagi.

B. Dasar Hukum Whistle Blowing System

 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme.

 Perpres RI Nomor 76 Tahun 2013 tentang Pengelolaan


Pengaduan Pelayanan Publik;

 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, sebagaimana telah


diubah dengan UU

2
 No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan


Saksi dan Korban

 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2003 tentang Tata Cara


Perlindungan Khusus Bagi Pelapor dan Saksi Tindak Pidana
Pencucian Uang.
C. Ruang Lingkup Whistle Blowing System
Ruang lingkup pelaporan pelanggaran (Perbuatan yang dapat
dilaporkan), yaitu perbuatan yang dalam pandangan pelapor dengan
iktikad baik adalah perbuatan yang melanggar Perjanjian Kerja
Bersama dan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan.
Seperti :
 Korupsi, Suap/Gratifikasi, Pencurian/penggelapan, Kecurangan,
Ketidakju juran.
 Benturan Kepentingan;
 Penyalahgunaan jabatan/kewenangan
 Perbuatan melanggar hukum (termasuk penggunaan kekerasan
terhadap karyawan atau pimpinan, pemerasan, penggunaan
narkoba, perbuatan asusila, perbuatan kriminallainnya);
 Pelanggaran ketentuan perpajakan, atau peraturan perundang-
undangan lainnya lingkungan hidup, mark-up, under invoice,
ketenagakerjaan, dan lain-lain;
 Pelanggaran prosedur operasi standar (SOP) perusahaan, terutama
terkait dengan pengadaan barang dan jasa, pemberian manfaat dan
remunerasi. dsb
D. Prinsip dasar Whistle Blowing System
 Kerahasiaan

3
Pelapora yang terkait yang dalam penanganan pengaduan wajib
menjaga kerahasiaan identitas pelpor, informasi pengaduan, isi
pengaduan, laporan penelaahan, laporan audit investigative dan
laporan penanganaan pengaduan.
 Kemudahan
Mekanisme pengelolaan WBS harus dirancang untuk memberikan
kemudahan bagi pegawai dan pihak eksternal. Dalam
menyampaikan pengaduan, serta memudahkan pejabat, penerima
aduan dalam menangani aduaan dan memberikan pelayanan baik
kepada pelapor
 Fokus terhadap substansi
Penangan focus terhadap kebenaran substansi pelangaran dan
tidak mengarah kepada kepentingan untuk mencari identitas
pelapor
Perlindungan
Pelapor berhak atas perlindungan dan rasa aman, baik keamanan
pribadi maupunkeluarga, serta bebas dari ancaman dan
pembalasan yang berkenaan dengan pelaporan yang akan, sedang
tau yang telah di berikan,
 Independent
Dalam penangan pengaduan pejabat, yang terlibat dalam
penangan pengaduan bertindak propesional dan bebas dari
pengaruh pihak manapun.

E. Tujuan Whistle Blowing System


 Memberikan wadah dan panduan bagi pelapor untuk
menyampaikan dugaan adanya penyimpangan atau pelanggaran
terhadap peraturan perundangundangan dan/atau ketentuan yang
berlaku di internal perusahaan.
 Membangun sistem penanganan pelaporan yang tanggap,
transparan, aman dan bertanggung jawab.

4
 Sebagai acuan dalam tata cara pelaporan pelangggaran dan
pengelolaan penanganan pelaporan / penyingkapan
(Whistleblowing System) terhadap penyimpangan yang terjadi di
perusahaan.
 Memberikan wadah dan panduan bagi pelapor untuk
menyampaikan dugaan adanya penyimpangan atau pelanggaran
terhadap peraturan perundangundangan dan/atau ketentuan yang
berlaku di internal perusahaan.
 Membangun sistem penanganan pelaporan yang tanggap,
transparan, aman dan bertanggung jawab.
 Mendeteksi secara dini (early warning) atas kemungkinan
terjadinya masalah akibat suatu pelanggaran, sehingga perusahaan
dapat mencegah segala bentuk penyimpangan di perusahaan.
 Menggalakkan pengadu melaporkan dugaan pelanggaran melalui
satu saluran pelaporan secara sistematik.

F. Sasaran Whistle Blowing System


 Menciptakan iklim kerja yang kondusif dan mendorong pelaporan
terhadap halhal yang dapat menimbulkan kerugian finansial maupun
non -finansial, termasuk hal-hal yang dapat merusak reputasi
perusahaan.
 Membangun kebijakan dan infrastruktur untuk memudahkan
penanganan setiap laporan pelanggaran yang dilakukan oleh
karyawan, sekaligus melindungi kerahasiaan identitas pelapor.
 Mempermudah manajemen untuk menangani secara efektif laporan -
laporan pelanggaran dan sekaligus melindungi kerahasiaan identitas
pelapor.
 Berkurangnya potensi kerugian yang timbul akibat pelanggaran
melalui deteksi dini atas suatu kejadian.

5
 Terbangunnya citra positif perusahaan dimata para pemangku
kepentingan.

G. Manfaat Whistle Blowing System

 Tersedianya informasi penting dan kritis bagi perusahaan kepada


pihak yang harus segera menanganinya secara aman.

 Timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran dengan


semakin meningkatnya kesediaan untuk melaporkan terjadinya
pelanggaran, karena kepercayaan terhadap sistem pelaporan yang
efektif.

 Mengurangi risiko yang dihadapi organisasi akibat pelanggaran baik


dari segi keuangan, operasi, hukum, keselamatan kerja dan reputasi.

 Meningkatnya Citra perusahaan di mata pemangku kepentingan


(stakeho/ders), regulator, dan masyarakat umum.

 Memberikan masukan kepada organisasi untuk melihat lebih jauh


area kritikal dan proses kerja yang memiliki kelemahan
pengendalian internal serta untuk merancang tindakan perbaikan
yang diperlukan.
H. Implemantasi Whistle Blowing System
Ternyata jenis dari pelaporan pelanggaran ini sendiri meliputi skala
internal dan eksternal yang melibatkan jenis kalangan yang berbeda.
Nah berikut ini penting menjadi perhatian mengenai ulasan penerapan
pelaporan pelanggaran dalam menjalankan sebuah bisnis.
Beberapa karyawan di dalam perusahaan mengetahui adanya
pelanggaran dan lebih dari separuh keseluruhan karyawan lebih

6
memilih diam dan membiarkan pelanggaran tersebut terus terjadi
(KNKG, 2008). Pedoman ini bukanlah hal yang wajib diikuti, namun
KNKG berharap bahwa pedoman tersebut dapat dijadikan acuan oleh
perusahaan di Indonesia untuk penerapan whistleblowing system
dalam rangka mewujudkan GCG di Indonesia.Hoffman and Robert
(2008)

2.2 Gratifikasi

A. Pengertian Gratifikasi
Pengertian gratifikasi merujuk pada Penjelasan Pasal 12B
ayat (1) UndangUndang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang menyatakan: yang dimaksud dengan
"Gratifikasi" dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni
meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut
baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik.

Apabila dicermati penjelasan Pasal 12B ayat (1) UU No.20/2001 di


atas, kalimat yang termasuk definisi gratifikasi adalah sebatas
kalimat: “pemberian dalam arti luas,” sedangkan kalimat setelah itu
merupakan bentuk-bentuk gratifikasi. Dari penjelasan Pasal 12B ayat
(1) UU No.20/2001 itu juga dapat dilihat bahwa pengertian gratifikasi
mempunyai makna yang netral, artinya tidak terdapat makna tercela
atau negatif.

7
Apabila Penjelasan Pasal 12B ayat (1) UU No.20/2001 itu
dihubungkan dengan rumusan Pasal 12B ayat (1) UU No.20/2001
dapat dipahami bahwa tidak semua gratifikasi itu dilarang atau
bertentangan dengan hukum. Gratifikasi yang dilarang atau
bertentangan dengan hukum hanyalah gratifikasi yang memenuhi
unsur Pasal 12B ayat (1) UU No.20/2001 yang menyatakan, Setiap
gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya
dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.

Penjelasan Pasal 12B ayat (1) UU No.20/2001 dan ketentuan Pasal


12B ayat (1) UU No.20/2001 tersebut merupakan landasan untuk
pemahaman lebih lanjut mengenai gratifikasi.

Meskipun gratifikasi mengandung makna “pemberian dalam arti


luas,” tetapi pemberian yang dimaksud dalam hal ini adalah bukan
pemberian dalam konteks hubungan kerja antara pemberi kerja
(perusahaan) dengan pekerjanya (pegawainya) yang diberikan
berdasarkan perjanjian kerja bersama atau peraturan perusahaan.
Misalnya pemberi kerja (perusahaan) memberikan gaji, tunjangan,
insentif, honorarium, uang penghargaan dan lain sebagainya kepada
pekerjanya (pegawainya) sendiri, maka pemberian semacam itu tidak
termasuk ke dalam pengertian gratifikasi yang dimaksud dalam
Pedoman Pengendalian Gratifikasi ini. Sebab pemberian dalam
konteks hubungan kerja antara pemberi kerja (perusahaan) dengan
pekerjanya (pegawainya) itu diatur berdasarkan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan terkait
lainnya.

8
B. Dasar Hukum Gratifiakasi

 Pasal 12B ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi


"Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya".
 Pasal 12C ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi
"Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B Ayat (1)
tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada KPK".

Penjelasan Aturan Hukum

Pasal 12 UU No. 20/2001:

1. Didenda dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara


paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1
miliar: 
2. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga hadiah
atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya.
3. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima bayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri;

9
C. Klasikfikasi Gratifikasi
Secara Umum Gartifikasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu gratifikasi
wajib lapor dan tidak wajib lapor
 Gratifikasi wajib lapor adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan dalam bentuk apa pun yang tidak wajar.
2. Diduga memiliki keterkaitan dengan jabatan Pegawai.
3. Bertentangan dengan kewajiban/tugas Pegawai
 Gratifikasi Yang Tidak Wajib Dilaporkan
gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan mempunyai karakteristik
sebagai berikut :

A. Berlaku umum : Suatu kondisi penerimaan yang


diberlakukan sama dalam hal jenis, bentuk,
persyaratan/nilai, untuk semua peserta & memenuhi prinsip
kewajaran/kepatutan. Tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

B. Dipandang sebagai wujud ekspresi, keramahtamahan &


penghormatan dalam hubungan sosial antar sesama dalam
batasan nilai yang wajar.

C. Merupakan bentuk penerimaan yang berada dalam ranah adat


istiadat, kebiasaan & norma yang hidup di masyarakat dalam
batasan nilai yang wajar.

D. PENGENDALIAN GRATIFIKASI
Adanya aturan di internal Perusahaan terkait dengan pengendalian
gratifikasi, baik yang bersifat tertulis maupun tidak tertulis
(konvensi), termasuk kode etik dan/atau kode perilaku, akan semakin

10
efektif dalam hal implementasi dan manfaatnya dengan adanya suatu
Unit Pengendali Gratifikasi (UPG)

E. Tugas Unit Pengendali Gratifikasi


 Menyiapkan perangkat kerja dan fasilitas pengendalian
gratifikasi.
 Menerima, memverifikasi & mereviu laporan gratifikasi.
 Melakukan evaluasi kebijakan & pengendalian gratifikasi.
 Memberikan informasi dan data terkait perkembangan sistem
pengendalian gratifikasi kepada Menteri.
 Menyampaikan rekapitulasi laporan gratifikasi setiap semester.
 Meminta keterangan kepada Pelapor dalam hal diperlukan.
 Mencantumkan larangan gratifikasi yang tidak sesuai ketentuan
pada setiap penugasan dan pengumuman .
 Memasang larangan gratifikasi yang tidak sesuai ketentuan pada
tempat layanan publik.
 Melakukan sosialisasi Permen KP ttg gratifikasi di lingkungan
unit kerja, mitra kerja, stakeholders & lainnya.
 Membuat edaran larangan gratifikasi yang tidak sesuai ketentuan
pada hari raya keagamaan.
 Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan di unit
kerjanya & menyampaikan hasil evaluasi serta rekapitulasi
substansi dan jumlah pelaporan gratifikasi.

F. SANKSI GRATIFIKASI
Pasal 12B ayat (2) UU no. 31/1999 jo UU No. 20/2001
Pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 juta
dan paling banyak Rp 1 miliar.

11
12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Akhir-akhir ini organisasi (perusahaan) sangat concern terhadap masalah


pengendalian (control) dan proses tata kelola (governance process). Implementasi
Good Corporate Governance (GCG) di perusahaan tidak dapat berjalan lancar,
apabila internal control system belum terbangun dengan baik, termasuk penerapan
Whistleblowing System. Peranan Whistleblowing System sangat signifikan dalam
rangka mencegah timbulnya kecurangan (fraud) dan pelanggaran lainnya yang
sangat merugikan perusahaan. Whistleblowing adalah pengungkapan tindakan
pelanggaran atau perbuatan melawan hukum atau korupsi/ perbuatan lain yang
dapat merugikan perusahaan maupun pemangku kepentingan (stake holder), yang
disampaikan oleh personil/ badan hukum dari internal/ eksternal kepada Pimpinan
Perusahaan untuk dapat diambil tindakan atas pelanggaran tersebut.
Dalam rangka implementasi prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance), WIKA telah berkomitmen untuk membangun
Sistem pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System). Sistem Pelaporan
Pelanggaran (Whistleblowing System) berfungsi sebagai sarana dalam
pencegahan, pengungkapan pelanggaran atau tindak kecurangan dalam Perseroan
dan telah dituangkan dalam Prosedur Pengaduan Pelanggaran Code of Conduct
atau Whistle Blowing No: WIKA-LDS-PM-02.01 Rev 00 Amd 02 Tanggal 17
November 2020.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=748529&val=5079&title=PENERAPAN%20WHISTLEBLOWING
%20SYSTEM%20DAN%20SURPRISE%20AUDIT%20SEBAGAI
%20STRATEGI%20ANTI%20FRAUD%20DALAM%20INDUSTRI
%20PERBANKAN
https://muhariefeffendi.wordpress.com/2014/07/01/whistleblowing-system-
sebagai-implementasi-gcg
https://id.wikipedia.org/wiki/Gratifikasi
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelapor_pelanggaran
https://www.coursehero.com/file/52653128/MAKALAH-GRATIFIKASIdoc/
https://www.wise.kemenkeu.go.id/#/
https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-whistle-blowing/
http://p4tkmatematika.kemdikbud.go.id/rbi/penguatan-pengawasan/wisle-
blowing-system

14

Anda mungkin juga menyukai