Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERPAJAKAN

“ Perhitungan Pajak Penghasilan 21”

Disusun oleh : Arju Mahendra (11021800322)

UNIVERSITAS BINA BANGSA


TAHUN 2021-2022
JL Raya Serang - Jakarta, KM. 03 No. 1B, Panancangan, Kec. Cipocok Jaya, Kota
Serang, Banten 42124
KATA PENGANTAR

Puji Sukur atas kehadirat Allah Swt, atas karunianya penulis dapat menyelsaikan
tugas maklah ini guna memenuhi tugas Ujian Akhir matakuliah perpajakan,
Solawat dan salam semoga senatiasa dilimpahkan atas nabi Muhammad SAW.

Terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah perpajakan


Bapak Ibrohim,SE, M.Ak, atas bimbingannya penulis dapat menyelasikan
makalah ini dengan baik, makalah ini membahas secara konferhensif tentang
“Pajak Penghasilan 21” atau lebih dikenal dengan PPh 21.

Penulis sadar dalam menyusun makalah ini terdapat berbagai kekurangan oleh
karenanya kritik dan saran membangun penulis harpakan, guna perbaikan dimasa
mendatang.

Serang, 06 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAAN...............................................................................................1
I. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
II. Rumusan Masalah....................................................................................................1
III. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Definisi Pajak.........................................................................................................2
B. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21...................................................3
C. Pemotong PPh Pasal 21..........................................................................................4
D. Penerima Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21....................................5
E. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21..............................................................5
F. Yang Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21..........................7
G. PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21....................................7
H. Contoh Soal............................................................................................................9
BAB III PENUTUP..........................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
Daftar Pustaka............................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAAN

I. Latar Belakang Masalah


Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang
diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan negara, pajak
memiliki 2 fungsi yaitu fungsi anggaran dan fungsi mengatur, dalam
proses pemungutanya agar tidak menimbukan perlawanan dan hambatan
terdapat syarat yang harus dipenuhi, setidaknya ada 5 syarat yaitu :
Pemungutan pajak harus Adil, Berdasrkan Undang-undang (secara
yuridis), tidak menggangu perekonomian, efesien, dan harus sederhana,
system yang berlaku pada pemungutan pajak di Indonessia menggunakan
Self Assassment dimana suatu sistem pemungutan yang memberi
wewenang terhadap wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
terutang, dalam praktinya tidak sedikit wajib pajak yang belum
memahami bagaimana cara perhitungan pajak, khususnya pajak
penghasilan orang pribadi atau PPh 21 orang pribadi.

II. Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah, sebagi
berikut:
a. Apakah yang dimaksud pajak penghasilan orang pribadi pasal 21
(PPh21)?
b. Bagaimana perhitungan PPh 21?

III. Tujuan Penulisan


Tujuaan penulisan makalaj ini adalah sebagai pemenuhan tugas Ujian
Akhir Semester, manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah:
a. Sebagi referensi untuk penulisan makalah
b. Mengetahui perhitngan Pajak Penghasilan pasal 21 atau Pph 21

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pajak
PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan atas jasa. Subjek
Pajak PPh Pasal 21 (Wajib Pajak PPh Pasal 21) Wajib pajak yang dipotong PPh
pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan:
1. Pegawai, karyawan atau karyawati tetap adalah orang pribadi yang bekerja
pada pemberi kerja dan atas jasanya itu ia memperoleh gaji dalam jumlah
tertentu secara berkala.
2. Pegawai, karyawan atau karyawati lepas adalah orang pribadi yang berkeja
untuk pemberi kerja dan hanya menerima upah jika ia bekerja.
3. Penerima honorarium adalah orang pribadi atau sekelompok orang pribadi
yang memberikan jasanya, dan atas jasanya ia memperoleh imbalan tertentu
sesuai dengan jasa yang diberikan.
4. Penerima upah adalah orang pribadi yang atas jasanya ia memperoleh upah,
seperti upah harian, upah borongan, upah satuan dll.

Yang tidak termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 yaitu:


1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara
asing dan orang– orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga
Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. 

2.  Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)


huruf c Undang– Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 Pemotong
PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terakhir UU No 36 tahun 2008 untuk

2
memotong PPh Pasal 21. Termasuk pemotong PPh Pasal 21 dalam peraturan
Menteri Keuangan No. 252/KMK.03/2008 adalah: Pemberi kerja yang terdiri
dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang,
perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau
bukan pegawai.
3. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau
pemegang kas yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan. 

B. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21.


Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 terbaru adalah sebagai
berikut:
1. Penghasilan kena pajak yang berlaku bagi:

 Pegawai tetap.

 Penerima pensiun berkala.

 Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau


jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan
kalender telah melebihi Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

 Bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, yang


menerima imbalan bersifat berkesinambungan. 
2. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah)
sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang
menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan,
sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender
telah melebihi Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

3. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi
bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktorat Jenderal
Pajak No. PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c yang menerima imbalan yang
tidak bersifat berkesinambungan.

3
4. Jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi penerima penghasilan selain
penerima penghasilan di atas.

5. Dasar  Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 26 adalah jumlah penghasilan


bruto.

C. Pemotong PPh Pasal 21


Pemotong pajak yang memotong PPh Pasal 21 adalah:
1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.

2. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah.


3. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek), PT Taspen, PT Asabri.
4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain kepada jasa
tenaga ahli, orang pribadi subjek pajak luar negeri, dan peserta pendidikan,
pelatihan, dan magang.

5. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.


6. Penyelenggara kegiatan.

Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah:


1. Pegawai tetap.

2. Tenaga lepas (seniman, olahragawan, penceramah, pemberi jasa, pengelola


proyek, peserta perlombaan, petugas dinas luar asuransi), distributor
MLM/direct selling dan kegiatan sejenis.
3. Penerima pensiun, mantan pegawai, termasuk orang pribadi atau ahli
warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.
4. Penerima honorarium.

5. Penerima upah.
6. Tenaga ahli ( Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris,
Penilai, dan Aktuaris ).
7. Peserta Kegiatan.

4
D. Penerima Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat:
a. Bukan warga negara Indonesia dan
b. Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan
Menteri Keuangan sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.

E. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21


1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun
secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk
honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi
bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi,
tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan,
tunjangan khusus, tunjangan transpot, tunjangan pajak, tunjangan iuran
pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar
pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apa pun.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau
mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem,
gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus,
premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima
atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku
harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan, atau
pemagangan yang merupakan calon pegawai.
4. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang
pesangon, dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan
hubungan kerja.

5
5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri, terdiri atas:
a. Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris,
Penilai, dan Aktuaris).

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang


sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya.

c. Olahragawan.
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.


f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial.
g. Agen iklan.

h. Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu


kepanitiaan, dan peserta sidang atau rapat.

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.


j. Peserta perlombaan.
k. Petugas penjaja barang dagangan.
l. Petugas dinas luar asuransi.

m. Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau


bukan sebagai calon pegawai.

6. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan


sejenis lainnya.
7. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan
honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh
Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil serta uang pensiun dan tunjangan-
tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh
pensiunan termasuk janda/duda atau anak-anaknya.

6
F. Yang Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
3. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.
4. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apa pun
yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh
bukan Wajib Pajak selain Pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan
Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak
Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).
5. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua
kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.
6. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
7. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu (Pasal 3 ayat 1 UU PPh).
Ketentuannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 246/PMK.03/2008:
Penerima harus memenuhi dua syarat, yaitu:
a. Penerima adalah Warga Negara Indonesia, dan
b. Pendidikan berada di Indonesia.

G. PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21


Tarif dan Penerapannya:
1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemagang dan
calon pegawai, serta distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis,
dikenakan tarif Pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan dengan Penghasilan
Kena Pajak (PKP). PKP dihitung berdasarkan sebagai berikut:
a. Pegawai Tetap: Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari
penghasilan bruto, maksimum Rp 6.000.000 setahun atau Rp 500.000
sebulan); dikurangi iuran pensiun/iuran jaminan hari tua, dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
b.Penerima Pensiun Bulanan: Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun
(5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 2.400.000 setahun atau
Rp 200.000 sebulan); dikurangi PTKP.

7
c. Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai: Penghasilan bruto
dikurangi PTKP yang diterima atau diperoleh untuk jumlah yang
disetahunkan.
d.Distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis: penghasilan bruto
tiap bulan dikurangi PTKP per bulan.
2. Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea
siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan yang
jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk
menyelesaikan jasa atau kegiatan; mantan pegawai yang menerima jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, bonus; peserta program pensiun yang menarik
dananya pada dana pensiun; dikenakan tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-
undang PPh dikalikan dengan penghasilan bruto.

3. Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek,


dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris) dikenakan tarif berdasarkan
Pasal 17 Undang-undang PPh x 50% dari perkiraan penghasilan bruto
dikurangi PTKP perbulan.

4. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai, serta


pegawai tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah mingguan,
upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang besarnya melebihi Rp
150.000 sehari tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp
1.320.000 atau tidak dibayarkan secara bulanan, maka PPh Pasal 21 yang
terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan
bruto setelah dikurangi Rp 150.000. Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya
melebihi Rp 1.320.000, maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk
satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP sebenarnya dari penerima
penghasilan yang bersangkutan dibagi 360.

5. Penerima pesangon, tebusan pensiun, Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari
Tua yang dibayarkan sekaligus dikenakan tarif PPh final sebagai berikut:

a. 5% dari penghasilan bruto di atas Rp 25.000.000 s.d. Rp 50.000.000.


b.10% dari penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000.

c. 15% dari penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000 s.d. Rp


200.000.000.

8
d.25% dari penghasilan bruto di atas Rp 200.000.000.
6. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/Polri yang menerima honorarium dan
imbalan lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau
Keuangan Daerah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif 15% dari penghasilan
bruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. II/d ke
bawah, anggota TNI/Polri berpangkat Peltu atau Aiptu ke bawah.

H. Contoh Soal
8. Bapak Ahmad bekerja di PT. Trans Retail dengan gaji sebulan Rp. 4.000.000,-
Perusahaan ikut program BPJS sebesar 1% yang dibayar oleh perusahaan
setiap bulannya. Bapak Ahmad membayar iuran pensiun sebesar Rp.
100.000,-. Dalam tahun yang bersangkutan menerima THR sebesar 1 bulan
gaji. Berapa PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulannya dan hitunglah PPh
Pasal 21 bila menerima THR?
Jawab:
PPh Pasal 21 atas gaji dan THR
Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
THR 4.000.000
BPJS (1% x 4.000.000)
40.000 x 12 480.000 +
Penghasilan Brutto setahun 52.480.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 52.480.000 2.624.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000 +

3.824.000 –
Penghasilan Netto setahun 48.656.000

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Untuk WP Sendiri 36.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 12.656.000

9
PPH Pasal 21 Terhutang
5% x 12.656.000 = 632.800 =52.733
12
9. PPH Pasal 21 atas gaji setahun.
Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
BPJS (12 x 40.000) 480.000 +
Penghasilan Brutto Setahun 48.480.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 48.480.000 2.424.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000 +
3.624.000 –
Penghasilan Netto Setahun 44.856.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Untuk WP Sendiri 36.000.000 –
Pengghasilan Kena Pajak (PKP) 8.856.000
PPH Pasal 21 terhutang
5% x 8.856.000 = 442.800 = 36.900
12
PPH Pasal 21 atas THR
632.800 – 442.800 = 190.000

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa: PPh Pasal 21
merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri. Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan
yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terbaru pada tahun 2013 untuk
memotong PPh Pasal 21.

B. Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian
agar manfaat dari pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 dapat
memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang Pajak Penghasilan Pasal 21
tersebut dan sisi kurang baiknya bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk
menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dari pembaca.

11
Daftar Pustaka

Mardiasmono. (2018). Perpajakan. Yogyakarta: Andi .

Safri Nurmantu (2005). Pengantar Perpajakan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia


http://www.pajak.go.id/content/article/cara-penghitungan-pph-pasal-21-terbaru
https://sites.google.com/site/referensipajak/Contoh-cara-menghitung-pajak-
penghasilan-PPh-pasal-21-Pegawai-Tetap-berNPWP-TidakberNPWP-Dengan-Gaji-
Bulanan/Contoh-Cara-Menghitung-Pajak-Penghasilan-PPh-Pasal-21-Pegawai-Tetap-
Penerima-Uang-Pensiun-Manfaat-Pensiun-Tunjangan-Jaminan-Hari-Tua-Pesangon-
Diterima-Bertahap-Sekaligus

12

Anda mungkin juga menyukai