Puji Sukur atas kehadirat Allah Swt, atas karunianya penulis dapat menyelsaikan
tugas maklah ini guna memenuhi tugas Ujian Akhir matakuliah perpajakan,
Solawat dan salam semoga senatiasa dilimpahkan atas nabi Muhammad SAW.
Penulis sadar dalam menyusun makalah ini terdapat berbagai kekurangan oleh
karenanya kritik dan saran membangun penulis harpakan, guna perbaikan dimasa
mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAAN...............................................................................................1
I. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
II. Rumusan Masalah....................................................................................................1
III. Tujuan Penulisan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Definisi Pajak.........................................................................................................2
B. Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21...................................................3
C. Pemotong PPh Pasal 21..........................................................................................4
D. Penerima Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21....................................5
E. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21..............................................................5
F. Yang Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21..........................7
G. PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21....................................7
H. Contoh Soal............................................................................................................9
BAB III PENUTUP..........................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
Daftar Pustaka............................................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pajak
PPh Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan atas jasa. Subjek
Pajak PPh Pasal 21 (Wajib Pajak PPh Pasal 21) Wajib pajak yang dipotong PPh
pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan:
1. Pegawai, karyawan atau karyawati tetap adalah orang pribadi yang bekerja
pada pemberi kerja dan atas jasanya itu ia memperoleh gaji dalam jumlah
tertentu secara berkala.
2. Pegawai, karyawan atau karyawati lepas adalah orang pribadi yang berkeja
untuk pemberi kerja dan hanya menerima upah jika ia bekerja.
3. Penerima honorarium adalah orang pribadi atau sekelompok orang pribadi
yang memberikan jasanya, dan atas jasanya ia memperoleh imbalan tertentu
sesuai dengan jasa yang diberikan.
4. Penerima upah adalah orang pribadi yang atas jasanya ia memperoleh upah,
seperti upah harian, upah borongan, upah satuan dll.
2
memotong PPh Pasal 21. Termasuk pemotong PPh Pasal 21 dalam peraturan
Menteri Keuangan No. 252/KMK.03/2008 adalah: Pemberi kerja yang terdiri
dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun cabang,
perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau
bukan pegawai.
3. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau
pemegang kas yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.
Pegawai tetap.
3. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi
bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direktorat Jenderal
Pajak No. PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c yang menerima imbalan yang
tidak bersifat berkesinambungan.
3
4. Jumlah penghasilan bruto yang berlaku bagi penerima penghasilan selain
penerima penghasilan di atas.
5. Penerima upah.
6. Tenaga ahli ( Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris,
Penilai, dan Aktuaris ).
7. Peserta Kegiatan.
4
D. Penerima Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara
asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat:
a. Bukan warga negara Indonesia dan
b. Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh Keputusan
Menteri Keuangan sepanjang bukan warga negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.
5
5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri, terdiri atas:
a. Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan, Notaris,
Penilai, dan Aktuaris).
c. Olahragawan.
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
6
F. Yang Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
3. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa.
4. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apa pun
yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh
bukan Wajib Pajak selain Pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan
Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak
Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit).
5. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua
kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.
6. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
7. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu (Pasal 3 ayat 1 UU PPh).
Ketentuannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 246/PMK.03/2008:
Penerima harus memenuhi dua syarat, yaitu:
a. Penerima adalah Warga Negara Indonesia, dan
b. Pendidikan berada di Indonesia.
7
c. Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai: Penghasilan bruto
dikurangi PTKP yang diterima atau diperoleh untuk jumlah yang
disetahunkan.
d.Distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis: penghasilan bruto
tiap bulan dikurangi PTKP per bulan.
2. Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea
siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan yang
jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk
menyelesaikan jasa atau kegiatan; mantan pegawai yang menerima jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, bonus; peserta program pensiun yang menarik
dananya pada dana pensiun; dikenakan tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-
undang PPh dikalikan dengan penghasilan bruto.
5. Penerima pesangon, tebusan pensiun, Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari
Tua yang dibayarkan sekaligus dikenakan tarif PPh final sebagai berikut:
8
d.25% dari penghasilan bruto di atas Rp 200.000.000.
6. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/Polri yang menerima honorarium dan
imbalan lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau
Keuangan Daerah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif 15% dari penghasilan
bruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. II/d ke
bawah, anggota TNI/Polri berpangkat Peltu atau Aiptu ke bawah.
H. Contoh Soal
8. Bapak Ahmad bekerja di PT. Trans Retail dengan gaji sebulan Rp. 4.000.000,-
Perusahaan ikut program BPJS sebesar 1% yang dibayar oleh perusahaan
setiap bulannya. Bapak Ahmad membayar iuran pensiun sebesar Rp.
100.000,-. Dalam tahun yang bersangkutan menerima THR sebesar 1 bulan
gaji. Berapa PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulannya dan hitunglah PPh
Pasal 21 bila menerima THR?
Jawab:
PPh Pasal 21 atas gaji dan THR
Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
THR 4.000.000
BPJS (1% x 4.000.000)
40.000 x 12 480.000 +
Penghasilan Brutto setahun 52.480.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 52.480.000 2.624.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000 +
3.824.000 –
Penghasilan Netto setahun 48.656.000
9
PPH Pasal 21 Terhutang
5% x 12.656.000 = 632.800 =52.733
12
9. PPH Pasal 21 atas gaji setahun.
Gaji setahun (12 x 4.000.000) 48.000.000
BPJS (12 x 40.000) 480.000 +
Penghasilan Brutto Setahun 48.480.000
Pengurangan:
Biaya Jabatan
5% x 48.480.000 2.424.000
Iuran Pensiun
12 x 100.000 1.200.000 +
3.624.000 –
Penghasilan Netto Setahun 44.856.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Untuk WP Sendiri 36.000.000 –
Pengghasilan Kena Pajak (PKP) 8.856.000
PPH Pasal 21 terhutang
5% x 8.856.000 = 442.800 = 36.900
12
PPH Pasal 21 atas THR
632.800 – 442.800 = 190.000
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa: PPh Pasal 21
merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri. Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan
yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terbaru pada tahun 2013 untuk
memotong PPh Pasal 21.
B. Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian
agar manfaat dari pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 dapat
memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang Pajak Penghasilan Pasal 21
tersebut dan sisi kurang baiknya bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk
menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dari pembaca.
11
Daftar Pustaka
12