Disusun oleh ;
FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian PPh Pasal 21
B. Subjek Pajak PPh Pasal 21 (Wajib Pajak PPh
C. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
D. Hak dan kewajiban Wajib Pajak PPh pasal 21
E. Hak Dan Kewajiban Pemotong Pajak PPh Pasal 21
F. Objek Pajak PPh Pasal 21
G. Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 2 1
H. Pengertian PPh Pasal 26
I. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 26
J. Tarif dan Objek PPh Pasal 26
K. Saat Terutang, Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan PPh Pasal 26
L. Contoh soal
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
2
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga para penulis dapat menyusun makalah
ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas pengenaan pajak PPh Pasal 21 dan PPh
Pasal 26 kepada wajib pajak.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh
karena itu, para penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Para penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk
membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan
pribadi individu seperti kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat,
kemakmuran rakyat dan sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat
untuk mencapai tujuan Negara.
PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
PPh Pasal 26 merupakan pajak atas wajib pajak luar negeri selain bentuk
usaha tetap, pajak tersebut dikenakan apabila Wajib Pajak luar negeri tersebut
mendapat nilai maupun pendapatan dari negara Indonesia, maka dari itu
dikenakan pajak kepada wajib pajak pribadi luar negeri tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui segala hal mengenai PPh pasal 21
Untuk mengetahui segala hal mengenai PPh pasal 26 atas pengenaan
pajak kepada wajib pajak luar negeri
Menambah wawasan para pembaca dan dapat menjadi referensi untuk
penulis-penulis lainnya
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
C. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang
diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terakhir UU No 36 tahun 2008
untuk memotong PPh Pasal 21. Termasuk pemotong PPh Pasal 21 dalam
peraturan Menteri Keuangan No. 252/KMK.03/2008 adalah :
1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat
maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh
pegawai atau bukan pegawai.
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang
kas yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran
lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa dan kegiatan.
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja dan badan –
badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan
hari tua.
4. Perusahaan dan badan yang membayar honorarium atau pembayaraan lain
atas jasa yang dilakukan di Indonesia oleh tenaga ahli dan atau kelompok
tenaga ahli sebagai wajib pajak dlam negeri yang melakukan pekerjaan bebas.
6
dengan peraturan yang berlaku dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal
pemotongan.
c. Wajib pajak berhak mengajukan banding kepada badan peradilan pajak
dalam jangka waktu 3 bulan sejak diterbitkannya surat keputusan Direktur
Jendral Pajak yang berhubungan dengan keberatannya.
7
e. Pemotong pajak berhak mengajukan banding kepada badan peradilan pajak
terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Inspeksi Pajak mengenai
keberatan.
8
pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua dan
pembayaran lain jenis;
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan
secara bulanan;
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan;
6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun;
9
Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak 2013
sebagai berikut
PTKP
Untuk wajib pajak Rp 24.300.000,-
Tambahan WP kawin Rp 2.025.000,-
Tambahan istri bekerja Rp 24.300.000,-
Tambahan tanggunan Rp 2.025.000,-
2. Tarif Pajak
Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:
10
c) Jumlah tidak dibatasi
3) Biaya pensiun. Khusus untuk penerima pensiun berkala bulanan
besarnya 5% dari uang pensiun maksimal yang diperkenannkan adalah
Rp. 2.400.000,- setahun dan Rp. 200.000,- sebulan
A. Penghitunga
Gaji sebulan
Pengurangan
B. Penghitun
Gaji sebul
11
Penguran
C. Penghitu
Gaji seta
Bonus
Penghas
12 Pengura
H. Pengertian PPh Pasal 26
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas
penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, adalah
Negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang
sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).
1. Badan Pemerintah;
2. Subjek Pajak dalam negeri;
3. Penyelenggara Kegiatan;
4. BUT;
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT di Indonesia.
13
2. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa :
a. penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;
b. premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun
melalui pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
3. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau pengalihan
saham perusahaan antara conduit company atau spesial purpose company
yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan
perlindungan pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia;
4. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu
BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia.
5. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara
Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan.
14
4. SPT Masa PPh Pasal 26, dengan dilampiri SSP lembar kedua, bukti
pemotongan lembar kedua dan daftar bukti pemotongan disampaikan ke KPP
setempat paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
L .Contoh soal
PT ABC memiliki perwakilan di luar negeri dan mengasuransikan bangunan
bertingkat ke perusahaan asuransi di luar negeri dengan membayar jumlah premi pada
tahun 1995 sebesar Rp1 miliar. Dengan demikian, penghitungan PPh Pasal 26-nya
adalah sebagai berikut.
Sering kali untuk memudahkan proses,PT ABC bisa saja asuransi melalui perusahaan
aa di indonesia,misal PT XYZ dengan membayar jumplah premi yang sama sebesar
Rp 1 Milyar,Pt XYZ mengikutkan (reasuransi) perusahaan tersebut ke perusahaan
asuransi diluar negeri,misalnya PT KLM dengan membayar premi sebesar Rp. 500
juta maka ketentuan PPh pasal 26-nya adalah
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Pemotong PPh pasal 21 adalah
setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17 tahun
2000 dan terbarupada tahun 2013 untuk memotong PPh Pasal 21.
Dan PPh Pasal 21 merupakan pajak yang dikenakan/dipotong atas penghasilan
yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP)
luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. Yang dimana Wajib
Pajak tersebut masih belum terdaftar dalam NPWP karena subjek nya sesungguh
nya adalah orang luar negeri yang dinyatakan masih belum menetap di Indonesia
16
17