01-03
Page
1
Pokok Bahasan:
PPh Pasal 21
Referensi:
1. Siti Resmi (2017), Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta
2. Waluyo dan Wirawan B. Ilyas (2016), Perpajakan Indonesia, Buku 1
dan 2 edisi revisi, Jakarta: Salemba Empat
3. UU no 17 tahun 2000 tentang tentang Pajak Penghasilan (PPh)
sebagaimana dirubah terakhir dengan UU no 36 tahun 2008
4. UU no 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
5. UU no 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
6. Peraturan – peraturan terkait (PP, KMK, SE )
Perpajakan Lanjutan
Minggu
01-03
Page
2 Cara pelunasan PPH / Saat Pelunasan PPh
(PP no 138 tahun2000)
1. Melalui Pihak Lain
terhadap pemotongan PPh pasal 21, 23, 24, 26, pasal 4 (2), pasal 15 serta
pemungutan pasal 22
2. Langsung oleh wajib pajak sendiri
terhadap
A. Selama tahun berjalan
a. OP dengan pekerjaan di tempat yang tidak melakukan pemotongan,
penyetoran dan pelaporan PPh 21,
b. PPh Pasal 25 (khusus utk Badan dan OP usahawan omzet >4,8M per tahun)
c. pembayaran sendiri oleh WP atas penghasilan seperti diatur dalam pasal 4
ayat (2) jika belum dipotong oleh pemberi penghasilan
B. Saat sesudah akhir tahun pajak
Perpajakan Lanjutan
Minggu
01-03
Page
3
Keterangan :
I. Melalui Pemotongan dan pemungutan Pihak lain
a. PPh pasal 21
adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayarn lainnya sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa
dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam
negeri
Dasar Hukum :
UU PPh no 36 tahun 2008
Per no 16/PJ./2016 tentang pedoman pemotongan PPh 21
Perpajakan Lanjutan
Pengertian PPh Pasal 21/26
Pajak Penghasilan
Sehubungan Dengan
• Pekerjaan atau jabatan
• Jasa dan
• Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang Pribadi
1. Pemberi kerja
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah
3. Dana Pensiun, Badan penyelenggara Jaminaan Sosial Tenaga Kerja,
dan badan-badan lain yang membayar uang pensión dan Tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua
4. OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar honorarium
5. Penyelenggara kegiatan , termasuk badan pemerintah, organisasi
yang bersifat nasional dan internacional, perkumpulan, OP, serta
lembaga Lainnya
Perpajakan Lanjutan
Minggu
01-03
Page
6
Kewajiban pemotong:
1. Mendaftarkan diri
2. Menghitung,memotong dan menyetorkan
3. Menghitung kembali PPh pasal 21 terhutang
4. Mengisi, menandatangani dan menyampaikan SPT masa PPh 21
Hal & kewajiban Penerima Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21:
5. Menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong pajak
6. Menyerahkan bukti pemotongan PPh pasal 21
7. Bila Penghasilan neto tidak melebihi jumlah PTKP, tidak wajib menyampaikan SPT masa PPh pasal 25
dan SPT Tahunan
8. Penerima penghasilan sebagai subjek WP, wajib mengisi dan menyampaikan SPT
9. PPh pasal 21 yang telah dipotong oleh pemotong pajak merupakan kredit pajak bagi penerima
penghasilan , kecuali PPh pasal 21nya bersifat final.
10. Penerima penghasilan yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas bila dalam satu tahun
menerima penghasilan melebihi PTKP setahun wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh PTKP
11. Penerima penghasilan yang diwajibkan untuk punya NPWP sepanjang tidak menjalankan usaha atau
melakukan pekerjaan bebas tidak wajib menyampaikan SPT pasal 25 , pegawai tersebut hanya wajib
mengisi dan
Perpajakan menyampaikan SPT Tahunan OP
Lanjutan
7
03/21/2023
8
Kewajiban pemotong:
1. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
2. Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal
21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
3. PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank
paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
4. Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir.
5. Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26
Untuk Setiap Masa Pajak
6. Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
7. Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima
Penghasilan
03/21/2023
9
03/21/2023
Minggu
01-03
Page
10
Bukan Subjek Pajak
Yaitu penerima penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21:
pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka dengan
syarat bukan WNI dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut, negara
yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
Pejabat perwakilan organisasi internasional yang telah ditetapkan
oleh Menteri Keuangan dengan syarat bukan WNI dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia
Perpajakan Lanjutan
Minggu
01-03
Page
11 Objek PPh pasal 21:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap baik berupa penghasilan yang bersifat teratur
maupun tidak teratur
2. Penghasilan yang diterima atau dipeoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau
penghasilan sejenisnya
3. penghasilan sehubungan dengan PHK dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara
sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT atau JHT, dan pembayaran lain sejenis
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah
satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan
5. Imbalan kepada bukan pegawai antara lain berupa honorarium, komisi, fee dan imbalan sejenisnya
dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan
yang dilakukan
6. Imbalan kepada peserta kegiatan : antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat,
honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun dan imbalan sejenis
dengan nama apapun
7. Penerimaan dalam bentuk Natura dan atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang diberikan oleh :
Bukan wajib pajak
Wajib pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final atau
Wajib pajak yang dikenakan PPh berdasarkan Norma Perhitungan Khusus (deemed profit)
Perpajakan Lanjutan
12
Penghasilan yang Bukan Objek PPh 21 (Tidak Dipotong PPh pasal 21):
Khusus utk wanita yang sudah menikah jika bekerja, maka PTKP nya hanya diakui TK/0. Tapi Misalnya si
suami tidak bekerja (karena sakit menahun) sehingga wanita tulang punggung keluarga, maka si wanita
tersebut harus minta surat keterangan minimal dari kecamatan, Surat ini kasih kekantor sehingga nanti diawal
tahun status wanita menikah tadi menjadi K/…(tergantung tanggungan maks 3)
b. Untuk Perhitungan PPh Tahunan (Pilihan status PTKP Tidak Kawin, Kawin istri tidak penghasilan, Kawin
15
SIFAT PEMOTONGAN PPh 21
a. TIDAK FINAL
b. FINAL
03/21/2023
16
Tarif PPh pasal 21
Tarif pajak untuk penghitungan PPh pasal 21 untuk WP yang punya NPWP, adalah
a. Tarif Umum PPh OP (Orang Pribadi) sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat 1
UU PPh no 36 tahun 2008. Berlaku sampai 31 desember 2021
0-50 juta 5%
>50-250 juta 15%
>250-500 juta 25%
>500 juta 30%
03/21/2023
18
Pemotongan PPh pasal 21/26 dalam prakteknya yang bisa
dilakukan :
1. Ditanggung oleh WP penerima penghasilan ( dimana akan dipotong dari
penghasilan yang diterimanya )
2. Ditanggung oleh pemberi kerja
3. Diberi tunjangan pajak yang jumlahnya ditentukan oleh pemberi kerja dan akan
menjadi komponen penambah penghasilan bruto,
4. Diberi tunjangan dalam bentuk Gross UP dimana tunjangan yang diberikan
tersebut dihitung dengan rumus tertentu sehingga nantinya jumlah tunjangan
pajak yang diterima WP akan sama persis jumlahnya dengan PPh pasal 21 yang
akan dipotong dari penghasilannya
03/21/2023
CARA MENGHITUNG PPh Pasal 21
19 (secara lengkap dijelaskan dalam Lampiran Per 16 tahun 2016)
Badu mengikuti sebuah kegiatan Workshop yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga. Atas
kegiatan ini Badu menerima uang saku sebesar Rp. 300.000 per hari. Badu mengikuti kegiatan ini
selama 5 hari. Pembayaran uang saku dilakukan pada hari terakhir workshop.
Diminta :
a. Apakah atas penghasilan uang saku dari kegiatan tersebut terhutang PPh pasal 21
b. Jika ya berapa jumlahnya , jika tidak berikan alasannya
JAWAB:
c. Karena Badu menerima penghasilan dari kegiatan yang dia lakukan di maka atas penghasilan
yang diterima Badu terhutag (dikenakan Pemotongan PPh Pasal 21
d. Besarnya PPH 21 adalah = tarif PP OP x Penghasilan yang diterima
Besarnya penghasilan – 1.500.000, berarti masih berada di lapisan tarif pertama 5% maka:
PPh pasal 21 = 5% x 1.500.000 = 75.000
2. PPh PASAL 21 BAGI ANGGOTA DEWAN PENGAWAS ATAU DEWAN
KOMISARIS YANG TIDAK MERANGKAP SEBAGAI PEGAWAI TETAP, MANTAN
PEGAWAI YANG MENERIMA JASA PRODUKSI, TANTIEM, GRATIFIKASI,
BONUS ATAU IMBALAN LAIN YANG BERSIFAT TIDAK TERATUR, DAN
PESERTA PROGRAM PENSIUN YANG MASIH BERSTATUS SEBAGAI PEGAWAI
YANG MENARIK DANA PENSIUN
Untuk ketiga kelompok penerima penghasilan diatas maka menghitung PPh pasal 21 nya
adalah sbb:
PPh Pasal 21 = Tarif PPh OP x Kumulatif jumlah penghasilan bruto yang diterima atau
diperoleh selama 1 (satu) tahun kalender.
Contoh. Budi anggota dewan komisaris PT. Selalau untung, yang bukan merangkap sebagai
pegawai tetap. Menerima penghasilan selama tahun 2020 sebesar Rp. 150 juta tiap 4 bulan
(Tiap Jan, Mei, Sept) Hitunglah PPh pasal 21 atas penghasilan tersebut. Budi status kawin
punya 2 anak yang masih sekolah
JAWAB :
Perhitungan PPh pasal 21 Budi :
a. Penghasilan yang diterima Januari 2020 = 150 juta
Penghasilan Kumulatif s/d Januari tahun tersebut 2020 = 150 juta
PPh 21 atas penghasilan kumulatif s/d Januari :
PPh 21 kumulatif s/d Januari
5% x 50 juta = 2.500.000
15% x100 juta =15.000.000+
PPh 21 kumulatif s/d januari =17.500.000
PPh 21 sebelumnya =0 -
PPh 21 Penghasilan Januari = 17.500.000
JAdi waktu budi menerima penghasilan di bulan januari sebesar 150 juta maka Budi akan dipotong
PPh 21 sebesar 17.500.000
b. Penghasilan yang diterima bulan Mei 2020 = 150 juta
Penghasilan Kumulatif s/d Mei 2020= 150 juta + 150 juta = 300 jt
PPh 21 atas penghasilan kumulatif s/d Mei :
5% x 50 juta = 2.500.000
15% x200 juta =30.000.000
25% x 50 juta = 12.500.000
PPh 21 kumulatif s/d Mei =45.000.000
PPh 21 sebelumnya Kumulatif s/d jan =17.500.000 -
PPh 21 Penghasilan Mei =.27.500.000
JAdi waktu budi menerima penghasilan di bulan Mei sebesar 150 juta maka Budi
akan dipotong PPh 21 sebesar 27.500.000
c. Penghasilan yang diterima bulan September 2020 = 150 juta
Penghasilan Kumulatif s/d September 2020= 150 juta + 150 juta + 150 juta = 450 jt
PPh 21 atas penghasilan kumulatif s/d September :
5% x 50 juta = 2.500.000
15% x200 juta =30.000.000
25% x 200 juta = 50.000.000+
PPh 21 kumulatif s/d September =82.500.000
PPh 21 sebelumnya kumulatif s/d Mei =45.000.000 -
PPh 21 Penghasilan September =36.500.000
JAdi waktu budi menerima penghasilan di bulan September sebesar 150 juta maka Budi
akan dipotong PPh 21 sebesar Rp.36.500.000
3. PENERIMA UANG PESANGON, UANG TEBUSAN PENSIUN , UANG JHT/THT YANG
DIBAYARKAN SEKALIGUS MAUPUN BERTAHAP DALAM JANGKA PALING LAMA 2 (DUA)
TAHUN KALENDER
Untuk pembayaran melebihi 2 tahun kalender maka mulai tahun ketiga berlaku tarif :seperti pasal 17 UU PPh
b. Tarif KHUSUS PPh untuk penerima Uang tebusan pensiun, Uang JHT/THT adalah:
0 – 50.000.000 0%
> 50.000.000 5%
PPh 21 untuk Penerima Pesangon, Tebuan Pensiun, Uang TJT/JHT adalah FINAL
4. BUKAN PEGAWAI YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA ATAU KEGIATAN
1. Untuk Penerima penghasilan yang tidak bersifat berkesinambungan
PPh 21 adalah sebesar = Tarif umum pasal 17 berlapis x ( 50% x Penghasilan Bruto )
2. Penerima penghasilan yang bersifat berkesinambungan (WP mempunyai NPWP dan hanya
memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan pemotong PPh pasal 21/26 serta tidak
memperoleh penghasilan lainnya)
PPh 21 adalah sebesar = Tarif umum pasal 17 berlapis x jumlah kumulatif PKP { (50%
x Penghasilan Bruto) –PTKP / bulan }
3. Untuk Penerima penghasilan yang bersifat berkesinambungan (WP tidak mempunyai NPWP atau
memperoleh penghasilan selain dari hubungan kerja dengan pemotong PPh pasal 21/26 serta
memperoleh penghasilan lainnya)
PPh 21 adalah sebesar = tarif umum pasal 17 berlapis x jumlah kumulatif PKP {50% x Penghasilan
Bruto }
5. PEGAWAI TIDAK TETAP ATAU TENAGA KERJA LEPAS, PEMAGANG DAN CALON PEGAWAI
YANG MENERIMA UPAH HARIAN, UPAH SATUAN, UPAH BORONGAN, UANG SAKU HARIAN
ATAU MINGGUAN
SELANJUTNYA JIKA :
1. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian belum melebihi Rp. 450.000 dan
jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi
(sampai dengan) Rp. 4.500.000, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang harus dipotong.
2. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang harian telah melebihi Rp. 450.000,00 dan
sepanjang jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan
belum melebihi (sampai dengan) Rp. 4.500.000, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah :
PPh 21 = (Upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah dikurangi Rp. 450.000 ) x
5%.
3. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang
bersangkutan telah melebihi Rp. 4.500.000 dan kurang dari Rp 10.200.000 maka :
PPh Pasal 21 = upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah dikurangi
PTKP sehari ) x 5%.
4. Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp 10.200.000,00
(sepuluh juta dua ratus ribu rupiah), PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.
( Upah yang diterima/diperoleh per bulan x 12) xx
PTKP/tahun xx -
PKP xx
PPh 21/tahun = PKP x Tarif PPh OP pasal 17 berlapis
PPh 21/ bulan = PPh 21/tahun : 12
6. Pegawai Tetap
a. Hanya Menerima Penghasilan teratur setiap bulan
Penghasilan Bruto /bulan:
(gaji dan segala tunjangan dan pembayaran teratur lainnya termasuk lembur dan
xx
pembayaran sejenisnya) dalam bentuk uang
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK) ,Jaminan Pelayanan
Kesehatan (JPK) ke BPJS Ketenagakerjaan yang dibayar pemberi kerja xx
Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan
xx +
asuransi lainnya
Total Penghasilan Bruto per bulan Xx
Dikurangi dengan:
- Biaya Jabatan (5% x total penghasilan bruto, maksimal Rp. 500.000/bulan ) (xx)
- Iuran pensiun, THT atau JHT yang dibayar sendiri oleh pegawai melalui pemberi kerja
kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Men Keu
(xx)
Catatan
Jika Pegawai tetap menerima Penghasilan Teratur nya nya per Minggu atau per Hari maka tetap
dihitung dalam bulan ketika menghitung PPh pasal 21 yaitu dengan cara dikali dengan 4 kalau
gajinya mingguan atau dikali 26 kalau gajinya harian
Jika Gajinya dalam Mata uang asing maka harus dijadikan Rupiah waktu menghitung PPh Pasal
21 dengan cara = Gaji dan atau penghasilan lain x Kurs KMK
Jika Pegawai tetap tsb belum mempunyai NPWP maka akan dikenaka sanksi 20% lebih
tinggi dari PPh pasal 21 yang seharusnya.
Untuk Menghitung Take Home Pay per bulan dengan cara semua Penghasilan yang
diterima tunai perbulan – dikurangi semua biaya yang dikeluarkan tunai per bulan –
PPh pasal 21/bulan (jika PPh 21 ditanggung oleh Karyawan)
03/21/2023
33
Jika Pegawai Tetap Menerima Natura atau Fasilitas Kenikmatan
(Benefit in Kind/Fringe Benefit),
Berdasarkan UU No 7 tahun 2021 tentang HPP: pemberian natura kemudian menjadi
penghasilan yang merupakan objek PPh, mulai berlaku tahun 2022. (Jadi menambah
Penghasilan Bruto)
Namun demikian, tidak semua natura menjadi objek PPh. Terdapat beberapa
pengecualian sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPh sebagai
berikut:
“Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan, meliputi:
1. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh
pegawai;
2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan;
03/21/2023
34
4. Natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; atau
Jenis fasilitas atau natura yang kena pajak dan ambang batas
atau threshold natura kena pajak akan ditetapkan dalam peraturan
pelaksana dari UU HPP No. 7/2021.
“
03/21/2023
35
6. b. PPh Pasal 21 Pegawai Tetap atas Penghasilan Tidak
Teratur
Penghasilan Tidak Teratur ( jasa produksi, Tantiem, Gratifikasi, Atas Tunjangan
Hari Raya, Bonus, Premi dan penghasilan sejenis yang diterima tidak setiap bulan
bahkan pada umumnya setahun sekali)
Cara menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan tidak teratur yang diterima
Pegawai Tetap tersebut adalah :
- Hitung PPh pasal 21/ tahun atas seluruh pengasilan (teratur dan tidak teratur)
- Hitung PPh pasal 21/ tahun atas penghasilan teratur
- Hitung PPh pasal 21 atas penghasilan Tidak Teratur dengan cara =
PPh pasal 21/tahun atas seluruh penghasilan – PPh pasal 21/tahun
atas penghasilan teratur (Langkah 1 – Langkah 2)
Format untuk menghitung PPh 21nya KARENA PEGAWAI TETAP MASIH 03/21/2023
03/21/2023
37
6.d Pegawai tetap Mulai bekerja di dalam tahun berjalan, dan kewajiban
subjektifnya sudah ada sejak awal tahun. (khusus untuk SPDN Indonesia
asli dari awal)
Cara menghitung PPh pasal 21nya sama dengan point 1.a tapi pada waktu
menghitung penghasilan netto setahun tidak dikali 12 (hanya sebanyak bulan
mulai dia bekerja sampai dengan desember.)
6.e. Pegawai tetap Mulai bekerja di dalam tahun berjalan, dan kewajiban
subjektifnya baru mulai di dalam tahun berjalan tersebut
Cara menghitung PPh pasal 21nya sama dengan point 1.a tapi pada waktu
menghitung penghasilan netto setahun dikali 12 (disetahunkan)
03/21/2023
38
6.f Pegawai tetap berhenti bekerja dalam tahun berjalan , dan masih
mempunyai kewajiban pajak subjektifnya
Cara menghitung PPh pasal 21 selama dia bekerja di perusahaan tersebut adalah:
a. Hitung PPh pasal 21 / tahun dan per bulan (dengan asumsi berkerja setahun
penuh) yang telah dipotong tiap bulan selama dia bekerja jika selama dia
bekerja dapat penghasilan tidak tertaur juga harus diperhitungkan PPh pasal
21nya)
b. Hitung PPh pasal 21 selama dia bekerja (januari sampai bulan terakhir sebelum
berhenti). Dimana penghasilan nettonya tidak disetahunkan (hanya
sebanyak bulan dia dia bekerja), tapi PTKP dihitung penuh 1 (satu) tahun.
c. Hitung apakah terjadi lebih potong, kurang potong atau nihil dengan cara
langkah 2 – langkah 1
03/21/2023
39
6.g. Pegawai tetap berhenti bekerja dalam tahun berjalan , dan tidak
mempunyai kewajiban pajak subjektif lagi ( karena meninggalkan
Indonesia untuk selama-lamanya atau meninggal dunia)
Cara menghitung PPh pasal 21 selama dia bekerja di perusahaan tersebut
adalah
a. Hitung PPh pasal 21 / tahun dan per bulan (dengan asumsi berkerja setahun
penuh) yang telah dipotong tiap bulan selama dia bekerja (jika selama dia
bekerja dapat penghasilan tidak tertaur juga harus diperhitungkan PPh pasal
21nya)
b. Hitung PPh pasal 21 selama dia bekerja (januari sampai bulan terakhir
sebelum berhenti) Dimana Biaya jabatan dihitung sebanyak bulan dia
bekerja saja dan penghasilan nettonya akan disetahunkan dan PTKP
dihitung penuh 1 (satu) tahun.
c. Hitung apakah terjadi lebih potong, kurang potong atau nihil dengan cara
langkah 2 – langkah 1
03/21/2023
7. Penerima Pensiun secara Berkala
Dikurang :
PTKP (xx)