Anda di halaman 1dari 40

Minggu MINGGU 1 - 3

01-03
Page
1
Pokok Bahasan:
PPh Pasal 21

Tujuan Instruksional Khusus:


Agar mahasiswa mampu memahami, menyebutkan, menjelaskan
dan menghitung PPh pasal 21.

Referensi:
1. Siti Resmi (2017), Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta
2. Waluyo dan Wirawan B. Ilyas (2016), Perpajakan Indonesia, Buku 1
dan 2 edisi revisi, Jakarta: Salemba Empat
3. UU no 17 tahun 2000 tentang tentang Pajak Penghasilan (PPh)
sebagaimana dirubah terakhir dengan UU no 36 tahun 2008
4. UU no 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
5. UU no 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
6. Peraturan – peraturan terkait (PP, KMK, SE )
Perpajakan Lanjutan
Minggu
01-03
Page
2 Cara pelunasan PPH / Saat Pelunasan PPh
(PP no 138 tahun2000)
1. Melalui Pihak Lain
terhadap pemotongan PPh pasal 21, 23, 24, 26, pasal 4 (2), pasal 15 serta
pemungutan pasal 22
2. Langsung oleh wajib pajak sendiri
terhadap
A. Selama tahun berjalan
a. OP dengan pekerjaan di tempat yang tidak melakukan pemotongan,
penyetoran dan pelaporan PPh 21,
b. PPh Pasal 25 (khusus utk Badan dan OP usahawan omzet >4,8M per tahun)
c. pembayaran sendiri oleh WP atas penghasilan seperti diatur dalam pasal 4
ayat (2) jika belum dipotong oleh pemberi penghasilan
B. Saat sesudah akhir tahun pajak
Perpajakan Lanjutan
Minggu
01-03
Page
3
Keterangan :
I. Melalui Pemotongan dan pemungutan Pihak lain
a. PPh pasal 21
adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayarn lainnya sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa
dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam
negeri

Dasar Hukum :
UU PPh no 36 tahun 2008
Per no 16/PJ./2016 tentang pedoman pemotongan PPh 21

Perpajakan Lanjutan
Pengertian PPh Pasal 21/26
Pajak Penghasilan
Sehubungan Dengan
• Pekerjaan atau jabatan
• Jasa dan
• Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang Pribadi

Atas Penghasilan Berupa:


Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan
nama/bentuk apapun

Subjek Pajak DN Subjek Pajak LN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26


Minggu
01-03
Page
5 PEMOTONG PPh pasal 21

1. Pemberi kerja
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah
3. Dana Pensiun, Badan penyelenggara Jaminaan Sosial Tenaga Kerja,
dan badan-badan lain yang membayar uang pensión dan Tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua
4. OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar honorarium
5. Penyelenggara kegiatan , termasuk badan pemerintah, organisasi
yang bersifat nasional dan internacional, perkumpulan, OP, serta
lembaga Lainnya

Perpajakan Lanjutan
Minggu
01-03
Page
6
Kewajiban pemotong:
1. Mendaftarkan diri
2. Menghitung,memotong dan menyetorkan
3. Menghitung kembali PPh pasal 21 terhutang
4. Mengisi, menandatangani dan menyampaikan SPT masa PPh 21
Hal & kewajiban Penerima Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21:
5. Menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong pajak
6. Menyerahkan bukti pemotongan PPh pasal 21
7. Bila Penghasilan neto tidak melebihi jumlah PTKP, tidak wajib menyampaikan SPT masa PPh pasal 25
dan SPT Tahunan
8. Penerima penghasilan sebagai subjek WP, wajib mengisi dan menyampaikan SPT
9. PPh pasal 21 yang telah dipotong oleh pemotong pajak merupakan kredit pajak bagi penerima
penghasilan , kecuali PPh pasal 21nya bersifat final.
10. Penerima penghasilan yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas bila dalam satu tahun
menerima penghasilan melebihi PTKP setahun wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh PTKP
11. Penerima penghasilan yang diwajibkan untuk punya NPWP sepanjang tidak menjalankan usaha atau
melakukan pekerjaan bebas tidak wajib menyampaikan SPT pasal 25 , pegawai tersebut hanya wajib
mengisi dan
Perpajakan menyampaikan SPT Tahunan OP
Lanjutan
7

Dikecualikan sebagai pemotong :


1) Kantor perwakilan negara asing
2) Organisasi internasional yang telah ditetapkan dengan oleh
Menteri Keuangan.
Contoh : IMF, ILO dll
3) Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan
OP untuk melakukan pekerjaan RT atau pekerjaan dalam
rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

03/21/2023
8

Kewajiban pemotong:
1. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
2. Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal
21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
3. PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank
paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
4. Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir.
5. Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26
Untuk Setiap Masa Pajak
6. Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
7. Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima
Penghasilan

03/21/2023
9

Subjek Pajak PPh pasal 21


Yang dimaksud dengan subjek pajak disini adalah pihak yang
menerima penghasilan yang akan dipotong PPh pasal 21, yaitu
 
1. Pegawai
2. Penerima uang pesangon, uang pensiun atau uang manfaat pensiun,
THT atau JHT termasuk ahli warisnya
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan , jasa atau kegiatan
4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaanya dalam suatu kegiatan

03/21/2023
Minggu
01-03
Page
10
Bukan Subjek Pajak
Yaitu penerima penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21:
 pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka dengan
syarat bukan WNI dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut, negara
yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
 Pejabat perwakilan organisasi internasional yang telah ditetapkan
oleh Menteri Keuangan dengan syarat bukan WNI dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia

Perpajakan Lanjutan
Minggu
01-03
Page
11 Objek PPh pasal 21:

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap baik berupa penghasilan yang bersifat teratur
maupun tidak teratur
2. Penghasilan yang diterima atau dipeoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau
penghasilan sejenisnya
3. penghasilan sehubungan dengan PHK dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara
sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT atau JHT, dan pembayaran lain sejenis
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah
satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan
5. Imbalan kepada bukan pegawai antara lain berupa honorarium, komisi, fee dan imbalan sejenisnya
dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan
yang dilakukan
6. Imbalan kepada peserta kegiatan : antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat,
honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun dan imbalan sejenis
dengan nama apapun
7. Penerimaan dalam bentuk Natura dan atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang diberikan oleh :
 Bukan wajib pajak
 Wajib pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final atau
 Wajib pajak yang dikenakan PPh berdasarkan Norma Perhitungan Khusus (deemed profit)

Perpajakan Lanjutan
12
Penghasilan yang Bukan Objek PPh 21 (Tidak Dipotong PPh pasal 21):

1. Pembayaran manfaat atas santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan


dengan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan beasiswa
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan
oleh WP atau pemerintah
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disyahkan
oleh Men Keu , Iuran THT atau JHT, kepada badan penyelenggara Jamsostek yang
dibayar oleh pemberi kerja
4. Zakat yang diterima oleh OP yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang
dibentuk dan disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh OP yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha. Pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak
yang bersangkutan.
5. Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh
6. PPh yang ditangung pemberi kerja/pemerintah merupakan penerimaan dalam bentuk
natura
03/21/2023
13
PTKP untuk Perhitungan PPh pasal 21
Perhitungan Besarnya PTKP ada 2:
a. Untuk perhitungan PPh tahunan
b. Untuk perhitungan PPh 21
.
 1. Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut :
c. Rp 54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;
d. Rp 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
e. Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga)
orang untuk setiap keluarga.
 2. Khusus untuk karyawati, maka PTKP digunakan adalah menurut ketentuan sebagai berikut:
f. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri (TK/0);
g. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk keluarga
yang menjadi tanggungan sepenuhnya (TK/0 atau TK/1 dst)
Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat
serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan suaminya tidak menerima atau memperoleh
penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk status kawin dan
PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Jadi dari TK/0 akan berubah jadi
03/21/2023
Status PTKP untuk Perhitungan PPh :
a. Untuk Perhitungan PPh 21
- Tidak Kawin
Tdk punya tanggungan =TK /0 (54 juta), Tdk Kawin Punya tanggungan 1 =TK/1(54jt + 4,5jt), Tdk Kawin
Punya tanggungan2 =TK/2 (4,5jt + 2x4,5jt), Tdk Kawin Punya tanggungan 3 =TK/3 (54jt + 3x4,5jt)
- Kawin
Kawin Tidak Punya Tanggungan = K/0(54jt + 4,5jt), Kawin Punya tanggungan 1=K/1 (54jt+4,5Jt +4,5jt)
Kawin Punya tanggungan 2=K/2 (54jt + 4,5Jt +2x4,5jt), Kawin Punya tanggungan 3=K/3(54jt + 4,5Jt
+3x4,5jt)
Status sesorang ditentukan dari Kondisi di awal tahun 2022. Misalnya awal tahun belum kawin tidak punya
tanggungan, 15 Januari nikah, Desember lahir anak kembar 2.
PTKP = TK/0

Khusus utk wanita yang sudah menikah jika bekerja, maka PTKP nya hanya diakui TK/0. Tapi Misalnya si
suami tidak bekerja (karena sakit menahun) sehingga wanita tulang punggung keluarga, maka si wanita
tersebut harus minta surat keterangan minimal dari kecamatan, Surat ini kasih kekantor sehingga nanti diawal
tahun status wanita menikah tadi menjadi K/…(tergantung tanggungan maks 3)

b. Untuk Perhitungan PPh Tahunan (Pilihan status PTKP Tidak Kawin, Kawin istri tidak penghasilan, Kawin
15
SIFAT PEMOTONGAN PPh 21

a. TIDAK FINAL
b. FINAL

SAAT TERHUTANGNYA PPh 21


PPh Pasal 21 terutang bagi Penerima Penghasilan pada saat dilakukan
pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
PPh Pasal 21 terutang bagi Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
untuk setiap Masa Pajak.
Saat terutang untuk setiap Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada poin 2
adalah pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan
terutangnya penghasilan yang bersangkutan.

03/21/2023
16
Tarif PPh pasal 21
 
Tarif pajak untuk penghitungan PPh pasal 21 untuk WP yang punya NPWP, adalah
 
a. Tarif Umum PPh OP (Orang Pribadi) sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat 1
UU PPh no 36 tahun 2008. Berlaku sampai 31 desember 2021
0-50 juta 5%
>50-250 juta 15%
>250-500 juta 25%
>500 juta 30%

Tarif menurut UU No 7 Harmonisasi Peraturan Perpajakan mulai Januari 2022


0-60 juta 5%
>60-250 juta 15%
>250-500 juta 25%
>500 juta – 5 M 30%
>5M 35%
03/21/2023
 
17
b. Tarif lain, apabila ditetapkan lain dengan peraturan pemerintah
 
Tarif pajak untuk penghitungan PPh pasal 21 untuk WP yang tidak punya NPWP
adalah: 
a. Bagi penerima penghasilan yang tidak mempunyai NPWP akan dikenakan
pemotongan PPh 21 dengan tarif yang lebih tinggi 20% dari pada tarif yang
diterapkan kepada WP yang mempunyai NPWP. Jadi PPhnya 120% dari
jumlah PPh 21 wajib pajak yang punya NPWP.
b. Tarif lebih tinggi 20% ini hanya berlaku untuk pemotongan PPh pasal 21
yang bersifat Tidak Final
c. Jika WP yang tidak punya NPWP tersebut dan sudah dipotong PPh 21 lebih
tinggi tersebut mengurus NPWP paling lama sebelum desember pada tahun
tersebut, maka kelebihan 20% yang telah dipotong sebelumnya tersebut dapat
diperhitungkan dengan PPh 21 yang terutang bulan-bulan selanjutnya setelah
memiliki NPWP.

03/21/2023
18
Pemotongan PPh pasal 21/26 dalam prakteknya yang bisa
dilakukan :
1. Ditanggung oleh WP penerima penghasilan ( dimana akan dipotong dari
penghasilan yang diterimanya )
2. Ditanggung oleh pemberi kerja
3. Diberi tunjangan pajak yang jumlahnya ditentukan oleh pemberi kerja dan akan
menjadi komponen penambah penghasilan bruto,
4. Diberi tunjangan dalam bentuk Gross UP dimana tunjangan yang diberikan
tersebut dihitung dengan rumus tertentu sehingga nantinya jumlah tunjangan
pajak yang diterima WP akan sama persis jumlahnya dengan PPh pasal 21 yang
akan dipotong dari penghasilannya

03/21/2023
CARA MENGHITUNG PPh Pasal 21
19 (secara lengkap dijelaskan dalam Lampiran Per 16 tahun 2016)

1. PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BAGI PESERTA KEGIATAN (lihat Lampiran


Per 16/2016 No VI)
2. PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BAGI ANGGOTA DEWAN PENGAWAS ATAU
DEWAN KOMISARIS YANG TIDAK MERANGKAP SEBAGAI PEGAWAI
TETAP, MANTAN PEGAWAI YANG MENERIMA JASA PRODUKSI, TANTIEM,
GRATIFIKASI, BONUS ATAU IMBALAN LAIN YANG BERSIFAT TIDAK
TERATUR, DAN PESERTA PROGRAM PENSIUN YANG MASIH BERSTATUS
SEBAGAI PEGAWAI YANG MENARIK DANA PENSIUN
3. PENERIMA UANG PESANGON, UANG TEBUSAN PENSIUN , UANG JHT/THT
YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS MAUPUN BERTAHAP DALAM JANGKA
PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN KALENDER
4. BUKAN PEGAWAI YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA ATAU KEGIATAN
5. PEGAWAI TIDAK TETAP ATAU TENAGA KERJA LEPAS, PEMAGANG DAN
CALON PEGAWAI YANG MENERIMA UPAH HARIAN, UPAH SATUAN, UPAH
BORONGAN, UANG SAKU HARIAN ATAU MINGGUAN
6. PEGAWAI TETAP
7. PENERIMA PENSIUN SECARA BERKALA (BULANAN)
03/21/2023
PEMBAHASAN :

1. Perhitungan 21 untuk Peserta Kegiatan


Sifat Pemotongan TIDAK FINAL.

Peseerta Kegiatan meliputi :


1. peserta perlombaan dalam segala bidang antara lain perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu
pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya
2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan kerja
3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu
4. Peserta pendidikan, pelatihan, magang
5. Peserta kagiatan lainnya

PPh 21 = Tarif PPh OP x Jumlah Penerimaan Bruto

Penghasilannya Tidak diakumulasi.


Contoh :

Badu mengikuti sebuah kegiatan Workshop yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga. Atas
kegiatan ini Badu menerima uang saku sebesar Rp. 300.000 per hari. Badu mengikuti kegiatan ini
selama 5 hari. Pembayaran uang saku dilakukan pada hari terakhir workshop.
Diminta :
a. Apakah atas penghasilan uang saku dari kegiatan tersebut terhutang PPh pasal 21
b. Jika ya berapa jumlahnya , jika tidak berikan alasannya
JAWAB:
c. Karena Badu menerima penghasilan dari kegiatan yang dia lakukan di maka atas penghasilan
yang diterima Badu terhutag (dikenakan Pemotongan PPh Pasal 21
d. Besarnya PPH 21 adalah = tarif PP OP x Penghasilan yang diterima

Besarnya penghasilan – 1.500.000, berarti masih berada di lapisan tarif pertama 5% maka:
PPh pasal 21 = 5% x 1.500.000 = 75.000
2. PPh PASAL 21 BAGI ANGGOTA DEWAN PENGAWAS ATAU DEWAN
KOMISARIS YANG TIDAK MERANGKAP SEBAGAI PEGAWAI TETAP, MANTAN
PEGAWAI YANG MENERIMA JASA PRODUKSI, TANTIEM, GRATIFIKASI,
BONUS ATAU IMBALAN LAIN YANG BERSIFAT TIDAK TERATUR, DAN
PESERTA PROGRAM PENSIUN YANG MASIH BERSTATUS SEBAGAI PEGAWAI
YANG MENARIK DANA PENSIUN

Sifat Pemotongan : TIDAK FINAL

Untuk ketiga kelompok penerima penghasilan diatas maka menghitung PPh pasal 21 nya
adalah sbb:

PPh Pasal 21 = Tarif PPh OP x Kumulatif jumlah penghasilan bruto yang diterima atau
diperoleh selama 1 (satu) tahun kalender.

Contoh. Budi anggota dewan komisaris PT. Selalau untung, yang bukan merangkap sebagai
pegawai tetap. Menerima penghasilan selama tahun 2020 sebesar Rp. 150 juta tiap 4 bulan
(Tiap Jan, Mei, Sept) Hitunglah PPh pasal 21 atas penghasilan tersebut. Budi status kawin
punya 2 anak yang masih sekolah
JAWAB :
Perhitungan PPh pasal 21 Budi :
a. Penghasilan yang diterima Januari 2020 = 150 juta
Penghasilan Kumulatif s/d Januari tahun tersebut 2020 = 150 juta
PPh 21 atas penghasilan kumulatif s/d Januari :
PPh 21 kumulatif s/d Januari
5% x 50 juta = 2.500.000
15% x100 juta =15.000.000+
PPh 21 kumulatif s/d januari =17.500.000
PPh 21 sebelumnya =0 -
PPh 21 Penghasilan Januari = 17.500.000
JAdi waktu budi menerima penghasilan di bulan januari sebesar 150 juta maka Budi akan dipotong
PPh 21 sebesar 17.500.000
 
b. Penghasilan yang diterima bulan Mei 2020 = 150 juta
Penghasilan Kumulatif s/d Mei 2020= 150 juta + 150 juta = 300 jt
 
PPh 21 atas penghasilan kumulatif s/d Mei :
5% x 50 juta = 2.500.000
15% x200 juta =30.000.000
25% x 50 juta = 12.500.000
PPh 21 kumulatif s/d Mei =45.000.000
PPh 21 sebelumnya Kumulatif s/d jan =17.500.000 -
PPh 21 Penghasilan Mei =.27.500.000
JAdi waktu budi menerima penghasilan di bulan Mei sebesar 150 juta maka Budi
akan dipotong PPh 21 sebesar 27.500.000
c. Penghasilan yang diterima bulan September 2020 = 150 juta
Penghasilan Kumulatif s/d September 2020= 150 juta + 150 juta + 150 juta = 450 jt
 
PPh 21 atas penghasilan kumulatif s/d September :
5% x 50 juta = 2.500.000
15% x200 juta =30.000.000
25% x 200 juta = 50.000.000+
PPh 21 kumulatif s/d September =82.500.000
PPh 21 sebelumnya kumulatif s/d Mei =45.000.000 -
PPh 21 Penghasilan September =36.500.000
JAdi waktu budi menerima penghasilan di bulan September sebesar 150 juta maka Budi
akan dipotong PPh 21 sebesar Rp.36.500.000
3. PENERIMA UANG PESANGON, UANG TEBUSAN PENSIUN , UANG JHT/THT YANG
DIBAYARKAN SEKALIGUS MAUPUN BERTAHAP DALAM JANGKA PALING LAMA 2 (DUA)
TAHUN KALENDER

PPh pasal 21 = Tarif Khusus x Penghasilan Bruto

a. Tarif PPh pasal 21 KHUSUS untuk penerima Uang Pesangon adalah :


0- 50.000.000 = 0%
>50.000.000 – 100.000.000 = 5%
>100.000.000 – 500.000.000 = 15%
>500.000.000 = 25%
Sifatnya Berlapis

Untuk pembayaran melebihi 2 tahun kalender maka mulai tahun ketiga berlaku tarif :seperti pasal 17 UU PPh

b. Tarif KHUSUS PPh untuk penerima Uang tebusan pensiun, Uang JHT/THT adalah:
0 – 50.000.000 0%
> 50.000.000 5%

PPh 21 untuk Penerima Pesangon, Tebuan Pensiun, Uang TJT/JHT adalah FINAL
4. BUKAN PEGAWAI YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA ATAU KEGIATAN
1. Untuk Penerima penghasilan yang tidak bersifat berkesinambungan
 
PPh 21 adalah sebesar = Tarif umum pasal 17 berlapis x ( 50% x Penghasilan Bruto )
 

2. Penerima penghasilan yang bersifat berkesinambungan (WP mempunyai NPWP dan hanya
memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan pemotong PPh pasal 21/26 serta tidak
memperoleh penghasilan lainnya)
 
PPh 21 adalah sebesar = Tarif umum pasal 17 berlapis x jumlah kumulatif PKP { (50%
x Penghasilan Bruto) –PTKP / bulan }
 
3. Untuk Penerima penghasilan yang bersifat berkesinambungan (WP tidak mempunyai NPWP atau
memperoleh penghasilan selain dari hubungan kerja dengan pemotong PPh pasal 21/26 serta
memperoleh penghasilan lainnya)

 
PPh 21 adalah sebesar = tarif umum pasal 17 berlapis x jumlah kumulatif PKP {50% x Penghasilan
Bruto }
 
5. PEGAWAI TIDAK TETAP ATAU TENAGA KERJA LEPAS, PEMAGANG DAN CALON PEGAWAI
YANG MENERIMA UPAH HARIAN, UPAH SATUAN, UPAH BORONGAN, UANG SAKU HARIAN
ATAU MINGGUAN

Ketentuan untuk menghitung PPh pasal 21 adalah:


Pertama Kali kita hitung dulu upah / hari
Tentukan jumlah upah/uang saku harian, atau rata-rata upah/uang saku yang diterima atau diperoleh dalam sehari :
a. Upah/uang saku mingguan dibagi banyaknya hari bekerja dalam seminggu;
b. Upah satuan dikalikan dengan jumlah rata-rata satuan yang dihasilkan dalam sehari;
c. Upah borongan dibagi dengan jumlah hari yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan borongan.

SELANJUTNYA JIKA :
1. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian belum melebihi Rp. 450.000 dan
jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi
(sampai dengan) Rp. 4.500.000, maka tidak ada PPh Pasal 21 yang harus dipotong.
 
2. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang harian telah melebihi Rp. 450.000,00 dan
sepanjang jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan
belum melebihi (sampai dengan) Rp. 4.500.000, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah :

PPh 21 = (Upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah dikurangi Rp. 450.000 ) x
5%.

3. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender yang
bersangkutan telah melebihi Rp. 4.500.000 dan kurang dari Rp 10.200.000 maka :

PPh Pasal 21 = upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah dikurangi
PTKP sehari ) x 5%.

4. Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp 10.200.000,00
(sepuluh juta dua ratus ribu rupiah), PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.
( Upah yang diterima/diperoleh per bulan x 12) xx
PTKP/tahun xx -
PKP xx
PPh 21/tahun = PKP x Tarif PPh OP pasal 17 berlapis
PPh 21/ bulan = PPh 21/tahun : 12
6. Pegawai Tetap
a. Hanya Menerima Penghasilan teratur setiap bulan
Penghasilan Bruto /bulan:    
 (gaji dan segala tunjangan dan pembayaran teratur lainnya termasuk lembur dan  
xx
pembayaran sejenisnya) dalam bentuk uang
 Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK) ,Jaminan Pelayanan    
Kesehatan (JPK) ke BPJS Ketenagakerjaan yang dibayar pemberi kerja xx
 Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan    
asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan  
xx +
asuransi lainnya
Total Penghasilan Bruto per bulan Xx  
Dikurangi dengan:    
- Biaya Jabatan (5% x total penghasilan bruto, maksimal Rp. 500.000/bulan ) (xx)  
- Iuran pensiun, THT atau JHT yang dibayar sendiri oleh pegawai melalui pemberi kerja    
kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Men Keu  
(xx)
 

Penghasilan netto / bulan xx  


 
Penghasilan Netto /tahun (penghasilan netto per bulan x 12)   Xx
PTKP/ tahun   (xx)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) per tahun   xx
PPh 21 per tahun = Tarif PPh OP x PKP per tahun
32
PPh 21 Perbulan = PPh 21 per tahun : 12

Catatan
Jika Pegawai tetap menerima Penghasilan Teratur nya nya per Minggu atau per Hari maka tetap
dihitung dalam bulan ketika menghitung PPh pasal 21 yaitu dengan cara dikali dengan 4 kalau
gajinya mingguan atau dikali 26 kalau gajinya harian

Jika Gajinya dalam Mata uang asing maka harus dijadikan Rupiah waktu menghitung PPh Pasal
21 dengan cara = Gaji dan atau penghasilan lain x Kurs KMK

Jika Pegawai tetap tsb belum mempunyai NPWP maka akan dikenaka sanksi 20% lebih
tinggi dari PPh pasal 21 yang seharusnya.

Untuk Menghitung Take Home Pay per bulan dengan cara semua Penghasilan yang
diterima tunai perbulan – dikurangi semua biaya yang dikeluarkan tunai per bulan –
PPh pasal 21/bulan (jika PPh 21 ditanggung oleh Karyawan)

03/21/2023
33
Jika Pegawai Tetap Menerima Natura atau Fasilitas Kenikmatan
(Benefit in Kind/Fringe Benefit),
Berdasarkan UU No 7 tahun 2021 tentang HPP: pemberian natura kemudian menjadi
penghasilan yang merupakan objek PPh, mulai berlaku tahun 2022. (Jadi menambah
Penghasilan Bruto)

Namun demikian, tidak semua natura menjadi objek PPh. Terdapat beberapa
pengecualian sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d UU PPh sebagai
berikut:
“Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan, meliputi:
1. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh
pegawai;
2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan;
03/21/2023
34
4. Natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; atau

5. Natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan


tertentu.”

Jenis fasilitas atau natura yang kena pajak dan ambang batas
atau threshold natura kena pajak akan ditetapkan dalam peraturan
pelaksana dari UU HPP No. 7/2021.

03/21/2023
35
6. b. PPh Pasal 21 Pegawai Tetap atas Penghasilan Tidak
Teratur
Penghasilan Tidak Teratur ( jasa produksi, Tantiem, Gratifikasi, Atas Tunjangan
Hari Raya, Bonus, Premi dan penghasilan sejenis yang diterima tidak setiap bulan
bahkan pada umumnya setahun sekali)

Cara menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan tidak teratur yang diterima
Pegawai Tetap tersebut adalah :
 
- Hitung PPh pasal 21/ tahun atas seluruh pengasilan (teratur dan tidak teratur)
- Hitung PPh pasal 21/ tahun atas penghasilan teratur
- Hitung PPh pasal 21 atas penghasilan Tidak Teratur dengan cara =
PPh pasal 21/tahun atas seluruh penghasilan – PPh pasal 21/tahun
atas penghasilan teratur (Langkah 1 – Langkah 2)

Format untuk menghitung PPh 21nya KARENA PEGAWAI TETAP MASIH 03/21/2023

MENGGUNAKAN FORMAT PERHITUNGAN DI POIN 1.a


6. c. PPh Pasal 21 Pegawai Tetap Jika ada Kenaikan Gaji
36
• Kenaikan Gajinya di RAPEL
Jika pegawai tetap mengalami kenaikan gaji dimana pengumuman kenaikan gaji baru
dilakukan bukan pada bulan januari,sementara pelaksanaanya berlaku surut mulai bulan
januari., sehingga selisih kenaikan gaji mulai januari sampai dengan bulan pengumuman akan
dibayarkan sekaligus di bulan pengumuman tersebut atau disebut juga menerima uang
Rapel atas kenaikan gaji. Atas uang rapel tersebut akan dikenakan dikenakan PPh 21:

PPh 21/bulan setelah kenaikan Gaji xx


PPh 21/bulan sebelum kenaikan Gaji xx –
Selisih PPh 21 /bulan xx

PPh 21 uang rapel = Selisih PPh 21/bulan x Banyaknya bulan Rapel

• Kenaikan Gaji tidak di RAPEL


Jika Kenaikan Gaji tidak dirapel. Berarti PPh 21 per bulan dihitung dengan cara biasa seperti
menghitung PPh 21 1.a dengan gaji yang baru.

03/21/2023
37

6.d Pegawai tetap Mulai bekerja di dalam tahun berjalan, dan kewajiban
subjektifnya sudah ada sejak awal tahun. (khusus untuk SPDN Indonesia
asli dari awal)
 
Cara menghitung PPh pasal 21nya sama dengan point 1.a tapi pada waktu
menghitung penghasilan netto setahun tidak dikali 12 (hanya sebanyak bulan
mulai dia bekerja sampai dengan desember.)
 
6.e. Pegawai tetap Mulai bekerja di dalam tahun berjalan, dan kewajiban
subjektifnya baru mulai di dalam tahun berjalan tersebut
 
Cara menghitung PPh pasal 21nya sama dengan point 1.a tapi pada waktu
menghitung penghasilan netto setahun dikali 12 (disetahunkan)

03/21/2023
38

6.f Pegawai tetap berhenti bekerja dalam tahun berjalan , dan masih
mempunyai kewajiban pajak subjektifnya
 
Cara menghitung PPh pasal 21 selama dia bekerja di perusahaan tersebut adalah:
a. Hitung PPh pasal 21 / tahun dan per bulan (dengan asumsi berkerja setahun
penuh) yang telah dipotong tiap bulan selama dia bekerja jika selama dia
bekerja dapat penghasilan tidak tertaur juga harus diperhitungkan PPh pasal
21nya)
b. Hitung PPh pasal 21 selama dia bekerja (januari sampai bulan terakhir sebelum
berhenti). Dimana penghasilan nettonya tidak disetahunkan (hanya
sebanyak bulan dia dia bekerja), tapi PTKP dihitung penuh 1 (satu) tahun.
c. Hitung apakah terjadi lebih potong, kurang potong atau nihil dengan cara
langkah 2 – langkah 1

03/21/2023
39
6.g. Pegawai tetap berhenti bekerja dalam tahun berjalan , dan tidak
mempunyai kewajiban pajak subjektif lagi ( karena meninggalkan
Indonesia untuk selama-lamanya atau meninggal dunia)
 
Cara menghitung PPh pasal 21 selama dia bekerja di perusahaan tersebut
adalah
a. Hitung PPh pasal 21 / tahun dan per bulan (dengan asumsi berkerja setahun
penuh) yang telah dipotong tiap bulan selama dia bekerja (jika selama dia
bekerja dapat penghasilan tidak tertaur juga harus diperhitungkan PPh pasal
21nya)
b. Hitung PPh pasal 21 selama dia bekerja (januari sampai bulan terakhir
sebelum berhenti) Dimana Biaya jabatan dihitung sebanyak bulan dia
bekerja saja dan penghasilan nettonya akan disetahunkan dan PTKP
dihitung penuh 1 (satu) tahun.
c. Hitung apakah terjadi lebih potong, kurang potong atau nihil dengan cara
langkah 2 – langkah 1
03/21/2023
7. Penerima Pensiun secara Berkala

Penghasilan bruto: pensiun /bulan xx  

     

Dikurang :    

-biaya pensiun 5% dari penghasilan bruto maksimum 200.000/bulan (xx)  

Penghasilan neto sebulan xx  

Penghasilan neto/ tahun : Penghasilan neto/bulan x 12   Xx

PTKP (xx)

Penghasilan kena pajak/tahun Xx


PPh pasal 21 /tahun pensiun = PKP x tarif pasal 17   Xx

Anda mungkin juga menyukai