PAJAK
PENGHASILAN
PASAL 21
SISCHA DINI CHANDRA L
B.133.20.0135
PENGERTIAN PPh PASAL 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan. Penghasilan yang dimaksud
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
negeri.(PER No.31/PJ/2009).
Pembayaran PPh 21 dilakukan pada tahun berjalan melalui pemotongan oleh pihak- pihak
tertentu. Jumlah pajak yang telah dipotong dan disetorkan dengan benar oleh pemberi kerja dan
pihak pemotong lainya dapat digunakan oleh Wajib Pajak sebagai kredit pajak (pengurang) atas
PPh yang terutang di akhir tahun.
PEMOTONG / PEMUNGUT PPh PASAL 21
1. Penghasilan yang diterima pegawai secara teratur/tidak teratur berupa gaji, uang pensiun
bulanan, upah yang diterima penerima pensiun secara rutin
berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan-tunjangan, bonus, premi
tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap;
2. Penghasilan Pegawai tidak tetap atau tenaga lepas, upah harian, upah
mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima, serta uang saku
harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan, atau
pemagangan yang merupakan calon pegawai;
3. Menerima uang tebusan pensiun, honorarium, uang saku, hadiah,
uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan komisi, beasiswa, dan pembayaran
Hari Tua, uang pesangon, dan lain sehubungan pekerjaan, jasa, dan
pembayaran lain sejenis sehubungan kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak
dengan pemutusan hubungan kerja; dalam negeri, terdiri atas: peserta
lomba, olahragawan, pengajar,
pemberi jasa, tenaga ahli, peserta
pendidikan, dll
2. Penerimaan dan kenikmatan dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh
Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali diberikan oleh bukan Wajib Pajak
selain Pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan
yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan
berdasarkan norma penghitungan khusus
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan
penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja;
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
10. Pemberian natura dengan nama dan dalam bentuk apapun bukan
menjadi obyek pajak, namun perusahaan juga tidak diperkenankan
mengakui sebagai biaya operasional.
CONTOH PENGHITUNGAN
HONORARIUM, KOMISI, HADIAH,
PENERIMA PENSIUN
1. Penerima Honorarium atau Pembayaran lain
Contoh: Mustofa seorang narasumber memberikan ceramah pada seminar dan
menerima honorarium Rp. 2.000.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 yang
dipotong (tarif Pasal 17): 5%xRp.2.000.000,00 = Rp. 100.000,00
2. Komisi buat penjaja barang dagangan atau petugas dinas luar asuransi
Contoh: Budi seorang penjaja barang dagangan hasil produksi PT Jayakita,
dalam bulan April 2015 menerima komisi sebesar Rp. 1.500.000,00. PPh Pasal
21 = 5% x Rp. 1.500.000,00 = Rp. 75.000,00
3. Penerima Hadiah atau Penghargaan sehubungan dengan Perlombaan
Contoh: Andi pemain badminton yang tinggal di Semarang, menjadi juara
dalam turnamen dan mendapat hadiah penghargaan Rp. 20.000.000,00. PPh
Pasal 21 yang terutang atas hadiah turnamen adalah: 5% x Rp. 20.000.000,-
= Rp. 1.000.000,-
4. Honorarium yang diterima tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas
Contoh: Pada bulan Maret 2015 seorang arsitek menerima honorarium
Rp.10.000.000,00 dari CV. berdikari sebagai imbalan atas jasa desain
bangunan. Penghitungan PPh Pasal 21: 15% x 50% x Rp. 10.000.000,00 =
Rp. 750.000,00
5. Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan
Contoh: Bp. Sardiman (K/2) bekerja sebagai pegawai PT. Jaya
Abadi, pensiun akhir tahun 2014. pada tahun 2015 beliau menerima
pensiun sebulan Rp. 3.000.000,-
Penghitungan PPh Ps. 21 :