Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN II

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Ketentuan Pasal 21 Undang-undang pajak Penghasilan mengatur tentang pembayaran


pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan
jasa, dan kegiatan.

WAJIB PAJAK PPh PASAL 21

Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :


1. Pejabat Negara. Adalah :
a. Presiden dan Wakil Presiden
b. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota DPR/MPR, DPRD Propinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota
c. Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung
e. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung
f. Menteri dan Menteri Negara
g. Jaksa Agung
h. Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah propinsi
i. Bupati dan wakil bupati Kepala Derah Kabupaten
j. Walikota dan Wakil Walikota.

2. Pegawai Negeri Sipil (PNS)


3. Pegawai.
4. Pegawai Tetap
5. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri
6. Pegawai Lepas
7. Penerima Pensiun
8. Penerima Honorarium
9. Penerima Upah

Tidak Termasuk Obyek PPh 21


1. Pejabat Perwakilan Diplomatik dan Konsulat atau pejabat lain dari Negara asing.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional

OBYEK PAJAK PPH PASAL 21


Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh pasal 21 adalah
1. Penghasilan yang diterima secara teratur seperti, gaji, uang pension bulanan,
upah, honorarium, premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu,
uang ganti rugi, tunjangn istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan
jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan
pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja,
dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
2. Penghasilan yang diperoleh atau diterima secara tidak teratur berupa jasa
produksi, tantiu, gratiikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun
baru, bonus, premi tahunan dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak
tetap dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun.
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan.
4. Uang tebusan pension, uang tabungan hari tua atau tunjangan hari tua, uang
pesangon, dan pembayaran lain sejenis.
5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan bentuk
apapun dan imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang
dilakukan Wajib Pajak dalam negeri, terdiri dari
a. Tenaga ahli
b. Pemain musik, penyanyi, pelawak, bintang film, sutradara, foto model,
peragawan/i, pemain drama, pelukis, seniman dll
c. Olah ragawan
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah
f. Pemberi jasa dalam bidang teknik, koputer, dll
g. Agen iklan
h. Pengawas, pengelola proyek
i. Peserta perlombaan
j. Petugas penjaja barang dagangan
k. Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan
l. Distributor perusahaan
6. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang
diterima oleh pejabat PNS
7. Uang pension dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang
pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda, atau duda dan atau anak-
anak
8. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama dan
bentuk apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak

PENGHASILAN YANG DIKECUALIKAN DARI PENGENAAN PPh PASAL 21


1. Pembayaran Asuransi Kesehatan
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali yang diberikan oleh
Wajib Pajak
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pension yang pendiriannya telah
disahkan oleh menteri Keuangann serta Tabungan hari tua atau tunjangan hari tua
kepada badan penyelenggara jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja
4. Peneriaman dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun
yang diberikan oleh pemerintah
5. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja
6. Pebayaran THT-Taspen dan THT Asabri dari PT Taspen dan PT Asabri kepada
para pensiunan yang berhak menerimanya
7. Zakat yang diterima oleh pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
BIAYA JABATAN DAN BIAYA PENSIUN
Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya 1.296.000 setahun atau
108.000 sebulan.

TARIF PAJAK DAN PENERAPANNYA


Tarif pajak yang berlaku beserta penerapannya menurut ketentuan dalam Pasal 21
Undang-undang Pajak penghasilan adalah sebagai berikut:
1. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas penghasilan kena pajak dari:
a. Pegawai tetap termasuk pejabat negara, PNS, Anggota TNI/Polri, pejabat negara
lainnya. Pegawai BUMN dan BUMD, dan anggota dewan komisaris, tau dewan
pengawas yang merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama
b. Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan
c. Pegawai tidak tetap, pemagang dan calon pegawai
d. Distributor perusahaan MLM atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya

Penghasilan Kena Pajak dihitung sebesar:


Bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan bruto dikurangi dengan:
- Biaya jabatan
- Iuran pensiun yang dibayar sendiri oleh pegawai (termasuk iuran tabungan
hari tua/tunjangan hari tua) kecuali iuran THT
- Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Bagi Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan adalah sebesar


penghasilan bruto dikurangi dengan:
- Biaya pensiun
- PTKP

Bagi pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai adalah sebesar
penghasilan bruto dikurangi PTKP
Bagi distributor perusahaan MLM atau direct selling dan kegiatan sejenis
lainnya adalah penghasilan bruto setiap bulan dikurangi dengan PTKP per bulan.

PPh pasal 21 = Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17 UU PPh

2. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas penghasilan bruto berupa:


a. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apapun sebagai imbalan atas jasa atau kegiatan yang jumlahnya dihitung
tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau
kegiatan yang diberikan.
b. Honorarium yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan
pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang
sama
c. Jasa produksi, tantiem, gratifitasi, bonus yang diterima atau diperoleh mantan
pegawai
d. Penarikan dana pada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, oleh peserta pensiun

PPh pasal 21 = Penghasilan Bruto x tarif pasal 17 UU PPh

3. Tarif sebesar 15%, diterapkan atas perkiraan penghasilan neto yang dibayarkan atau
terutang kepada tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris). Besarnya perkiraan
penghasilan neto adalah 50% dari penghasilan bruto barupa honorarium atau
imbalan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.

PPh pasal 21 = (Penghasilan Bruto x 50%) x 15%

4. Tarif sebesar 5%, diterapkan atas upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah
borongan, dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp 24.000 sehari tetapi
tidak melebihi Rp 240.000 dalam satu bulan takwim dan atau tidak dibayarkan secara
bulanan.

PPh pasal 21 sehari = (Penghasilan Bruto sehari – 24.000) x 5%

TARIF PPh PASAL 21 YANG BERSIFAT FINAL


Untuk beberapa jenis penghasilan, akan dikenakan PPh pasal 21 yang bersifat final.
Besarnya tariff dan penghasilan adalah:
1. Atas uang pesangon, uang tebusan pension yang dibayar oleh dana pension yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan Tunjangan Hari Tua atau
Jaminan Hari Tua, yang dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggara Pensiun
atau Badan Penyelenggara Jamsostek, dipotong pajak penghasilan yang bersifat
final dengan ketentuan sebagai berikut:
- Atas penghasilan bruto sebesar Rp 25.000.000 atau kurang tidak dikenakan
pajak penghasilan
- Atas jumlah di atas 25.000.000 diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


Di atas Rp 25.000.000,00 s.d Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 100.000.000,00 10 %
Di atas Rp 100.000.000,00 s.d Rp 200.000.000,00 15 %
Di atas Rp 200.000.000,00 25

2. Tarif sebesar 10% dan bersifat final diterapkan atas komisi yang diterima atau
diperoleh petugas dinas luar asuransi danpetugas peajaja barang dagangan,
sepanjang petugas tersebut bukan pegawai tetap.

PPh pasal 21 FINAL = Penghasilan Bruto x 10%

3. Tarif sebesar 15% dan bersifat final diterapkan atas penghasilan bruto berupa
honorarium yang diterima oleh pejabat Negara, PNS dan Anggota TNI/POLRI
yang sumber dananya berasal dari keuangan Negara atau keuangan daerah,
kecuali yang dibayarkan kepada PNS golongan IId ke bawah dan anggota
TNI/POLRI berpangkat pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur
Tingkat Satu kebawah.

PPh pasal 21 FINAL = Penghasilan Bruto x 15 %

PEMOTONG PAJAK PPh PASAL 21


1. Pemberi Kerja teridir dari : orang pribadi dan badan, termasuk bentuk usaha tetap,
baik induk maupun cabang, perwakilan atau unit termasuk badan dan organisasi
internasional yang tidak dikecualikan sebagai pemotong pajak berdasarkan
keputusan menteri keuangan
2. Bendaharawan pemerintah baik pusat maupun daerah atau lembaga dan
kedutaan besar RI di luar negeri.
3. Dana pension, BPJS serta badan-badan lain yang membayar uang pension.
4. Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap
5. Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap yang membayar wajib pajak dengan
status wajib pajak luar negeri
6. Yayasaan termasuk, lembaga, kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, dan organisasi
dalam bentuk apapun sehubungan dengan jasa ataau pekerjaan, kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi
7. Perusahaan atau badan dan bentuk usaha tetap yang membayarakan honor atau
imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan
8. Penyelenggara kegiatan yang membayar wajib pajak orang pribadi dalam negeri
berkenaan dengan suatu kegiatan.
CARA MENGHITUNG PPh PASAL 21

Menghitung PPh Pasal 21 Bulanan atas Penghasilan Teratur Pegawai Tetap

1. Cari penghasilan neto sebulan, penghasilan neto sebulan diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto dengan biaya jabatan, iuran pensiun, Tabungan Hari
tua atau tunjangan hari tua yang dibayar pegawai, kemudian disetahunkan
2. a. Untuk memperoleh penghasilan neto setahun penghasilan neto sebulan dikalikan
12
b. Dalam hal seorang pegawai tetap kewajiban pajak subyeknya sebagai wajib pajak
dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan
Januari, maka penghasilan neto yang disetahunkan tersebut dihitung dengan
mengalikan penghasilan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai
yang bersangkutan mulai bekerja sampai dengan bulan Desember.
c. Penghasilan neto yang disetahunkan pada huruf c atau d di atas, selanjutnya
dikurangi dengan PTKP untuk memperoleh Penghasilan Kena Pajak. Atas dasar
Penghasilan Kena Pajak tersebut kemudian dihitung PPh pasal 21 setahun.
d. Untuk memperoleh jumlah PPh pasal 21 sebulan atas penghasilan sebagaimana
dimaksud pada huruf c, jumlah PPh pasal 21 setahun dibagi dengan 12.
e. Untuk memperoleh jumlah PPh pasal 21 sebulan atas penghasilan sebagaimana
dimaksud pada huruf d, jumlah PPh pasal 21 setahun dibagi dengan banyaknya
bulan pegawai yang bersangkutan bekerja.

3.a. Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa gaji
sebulan, maka untuk perhitungan PPh pasal 21 jumlah penghasilan tersebut terlebih
dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan mempergunakan factor perkalian
sebagai berikut:
1) Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4;
2) Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26
a. Selanjutnya dilakukan perhitungan Pph pasal 21 sebulan dengan cara seperti
angka 2 di atas
b. PPh pasal 21 atas penghasilan seminggu dihitung berdasarkan PPh pasal 21
sebulan pada huruf b di bagi 4, sedangkan PPh pasal 21 atas penghasilan
sehari dihitung berdasarkan PPh Pasal 21 sebulan pada huruf b dibagi 26.
4.Jika kepada pegawai disamping dibayar gaji bulanan juga dibayar kenaikan gaji yang
berlaku surut (rapel), misalnya untuk 4 bulan, maka perhitungan PPh pasal 21 atas
rapel tersebut adalah sebagai berikut:
a) Rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel tersebut (dalam hal ini 4
bulan)
b) Hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum
adanya kenaikan gaji yang sudah dikenakan pemotongan pemotongan PPh
pasal 21
c) PPh pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung kembali
atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan
d) PPh pasal 21 terutang atas tambahan gaji untuk bulan-bulan dimaksud adalah
selisih antara jumlah pajak yang dihitung berdasarkan huruf c dikurangi jumlah
pajak yang telah dipotong berdasarkan huruf b.

2. Apabila kepada pegawai disamping dibayar gaji yang yang berdasarkan masa gaji
kurang dari satu bulan juga dibayar gaji lain mengenai masa yang lebih lama dari satu
bulan (rapel) seperti tersebut pada angka 4, maka cara penghitungan PPh pasal 21-
nya adalah sesuai dengan yang telah ditetapkan pada angka 4 dengan
memperhatikan ketentuan pada angka 3.
3. Pemotongan Pph pasal 21 atas lembur dan panghasilan lain yang sejenis yang
diterima atau diperoleh pegawai bersamaan dengan gaji bulanannya, yaitu dengan
menggabungkan dengan gaji bulanannya.
4. Penghitungan PPh pasal 21 atas uang pension bulanan yang diterima atau diperoleh
penerima pension pada tahun pertama adalah sebagai berikut:
a) Terlebih dahulu dihitung penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pension, kemudian dikalikan
banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan menerima pension sampai
dengan bulan Desember
b) Penghasilan neto yang disetahunkan tersebut ditambah dengan penghasilan neto
dalam tahun yang bersangkutan yang diterima atau diperoleh dari pemberi kerja
pegawai yang bersangkutan pension sesuai dengan yang tercantum dalam bukti
pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pension;
c) Untuk menghitung penghasilan kena pajak, jumlah penghasilan pada huruf b
tersebut dikurangi dengan PTKP, dan selanjutnya dihitung PPh pasal 21 atas
penghasilan kena pajak tersebut;
d) PPh pasal 21 atas uang pension dalam tahun yang bersangkutan dihitung dengan
cara mengurangi PPh pasal 21 pada huruf c dengan PPh pasal 21 yang terutang
dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan pension sesuai dengan
yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh pasal 21 sebelum pension
e) PPh pasal 21 atas uang pension bulanan adalah sebesar PPh pasal 21 seperti
tersebut pada huruf d dibagi dengan banyaknya bulan sebagaimana pada huruf a.
5. Penghitungan PPh pasal 21 atas uang pensiun bulanan untuk tahun kedua dan
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1) Terlebih dahulu dihitung penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun
2) Selanjutnya PPh pasal 21 dihitung dengan cara seperti tersebut pada angka 2
huruf a,c, dan d.

Cara menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur

1. Apabila kepada pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem gratifikasi, atau bonus,
premi ,tunjangan hari raya, dan penghasilan lain semacam itu yang sifatnya tidak
tetap dan biasanya dibayarkan sekali setahun, maka PPh pasal 21 dihitung dan
dipotong dengan cara sebagai berikut :
a. Dihitung PPh pasal 21 atas penghasilan teratur dan disetahunkan dan di tambah
dengan penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.
b. Dihitung PPh pasal 21 atas penghasilan teratur dan disetahunkan tanpa tantiem,
jasa produksi, dan sebagainya.
c. Selisih PPh pasal 21 menurut perhitungan huruf a dan huruf b adalah PPh Pasal
21 atas penghasilan tidaka teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.

2. Dalam hal penerimaan penghasilan tersebut pada angka 1 adalah mantan pegawai,
maka PPh Pasal 21 dihitung dengan cara menerapkan tariff pasal 17 UU PPh atas
jumlah penghasilan bruto.
3. Untuk perusahaan yang masuk program BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan, Premi Asuransi Kecelakaan Kerja, Premi Asuransi Kematian yang
dibayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagia pegawai. Ketentuan yang
sama diberlakukan juga untuk premi asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, jiwa dan
asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada
perusahaan asuransi lainnya.
Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi tersebut digabungkan dengan penghasilan
yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai.

4. Atas penarikan dana dari dana pension lembaga keuangan oleh peserta program
pensiun dipotong PPh Pasal 21 oleh dana pension lembaga keuangan yang
bersangkutan dari jumlah bruto yang dibayarkan tanpa memperhatikan penghasilan
lainnya dari peserta yang bersangkutan.
Rumus Perhitungan PPh Pasal 21

PPh Psl 21 Jumlah Biaya Jabatan dan / Penghasilan Neto


= Gaji Bruto - biaya pensiun =
Terutang

Penghasilan Neto Penghasilan Penghasilan


- Tidak Kena = Kena Pajak
Pajak (PKP)
(PTKP)

Penghasilan Tarif Pasal Pajak PPh


Kena Pajak X 21 = Pasal 21
(PKP) Terutang
Penjelasan :
1. PPh pasal 21 terutang:
adalah jumlah nilai pajak yang harus disetor atau dibayarkan ke kas negara
melalui bank-bank persepsi atau kantor pos yang ditunjuk oleh pemerintah
2. Jumlah Gaji Bruto:
adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh pegawai/karyawan dalam
satu bulan atau dalam satu tahun (gaji pokok dan tunjangan apapun)
3. Biaya Jabatan:
adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
besarnya:
- 5% dari penghasilan bruto, atau
- maksimal 6.000.000 setahun atau
- maksimal 500.000 sebulan
4. Biaya Pensiun:
adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara uang pensiun yang
besarnya:
- 5% dari penghasilan bruto, atau
- maksimal 2.400.000 setahun atau
- maksimal 200.000 sebulan
5. PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
adalah penghasilan yang menjadi batasan tidak kena pajak bagi wajib pajak orang
pribadi, dengan kata lain apabila penghasilan neto wajib pajak orang pribadi
jumlahnya dibawah PTKP tidak akan terkena Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21/26.
6. Tabel Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

STATUS Setahun Sebulan


UNTUK DIRI PEGAWAI (TK/-) 54.000.000,- 4.500.000,-
UNTUK DIRI PEGAWAI YG 58.500.000,- 2.193.750,-
KAWIN/NIKAH (K/-)
UNTUK PEGAWAI YG KAWIN & 67.500.000,- 2.362.500,-
MEMILIKI 1 TANGGUNGAN (K/1)
UNTUK PEGAWAI YG KAWIN & 72.000.000,- 2.531.250,-
MEMILIKI 2 TANGGUNGAN (K/2)
UNTUK PEGAWAI YG KAWIN & 76.500.000,-
MEMILIKI 2 TANGGUNGAN (K/3) 2.700.000,-
CONTOH PENGHITUNGN PPh PASAL 21
1. Penghasilan Pegawai Tetap dengan Gaji Bulanan:
Hasan bekerja pada perusahaan PT ABC dengan memperoleh gaji sebulan
8.500.000 dan membayar iuran pensiun sebesar 300.000. Hasan menikah dan
mempunyai 1 anak.
Hitunglah PPh Pasal 21 Terutangnya per bulan !
JAWAB :
Perhitungan PPh Pasal 21 :
1. Gaji bruto sebulan = 8.500.000
Pengurangan:
2. Biaya Jabatan:
5% x 8.500.000 = 425.000
3. Iuran Pensiun
5% x 8.500.000 (max.200 rb) = 200.000
= 625.000
Penghasilan neto sebulan = 7.875.000
Penghasilan neto setahun :
12 x 7.875.000 = 94.500.000
4. PTKP setahun
WP sendiri 54.000.000
Kawin 4.500.000
Anak 1 4.500.000
Jumlah PTKP = 63.000.000
5.Penghasilan Kena Pajak PKP setahun = 31.500.000
PPh pasal 21 terutang setahun :
5% x 31.500.000 = 1.575.000
10% x - = -
15% x - = -
= 1.575.000
PPh pasal 21 sebulan :
1.575.000 : 12 = 131.250 (tambah 20% bila tdak punya NPWP)
TUGAS :
Purnomo bekerja pada perusahaan PT Harapan dengan memperoleh gaji sebulan
7.500.000. PT Harapan mengikuti program Jamsostek, premi Asuransi Kecelakaan Kerja
dan Premi Asuransi Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing
200.000 dan 50.000 sebulan. Purnomo membayar iuran THT sebesar 75.000 setiap
bulan. Di samping itu PT Harapan juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya.
Purnomo membayar iuran pensiun sebesar 25.000. Purnomo sudah menikah tapi belum
mempunyai anak.
Hitunglah PPh Pasal 21 Terutangnya setiap bulan !

Anda mungkin juga menyukai