PASAL 21
D R . H J . A R N A S U R YA N I
PPH 21
• Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015, PPh 21
adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi sebagai
subjek pajak dalam negeri.
• Dasar hukum perhitungan dan pemotongan PPh ini merujuk pada:
• UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
• Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016
• Peraturan Menteri Keuangan No. 101/PMK.010/2016 dan 102/PMK.010/2016
• dan Peraturan/UU lainnya yang memuat tentang Pajak Penghasilan.
PPH 21
• Pajak Penghasilan Pasal 21 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh
pemotong pajak, yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah,
dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.
• Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong dan disetorkan
secara benar oleh pemberi kerja atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh sehubungan dengan pekerjaan dari satu pemberi kerja
merupakan pelunasan pajak terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan.
PESERTA WAJIB PAJAK PPH 21
• Wajib pajak adalah orang (atau disebut peserta) yang dikenai pajak atas penghasilannya.
Peserta wajib pajak ini terbagi menjadi beberapa kategori menurut PER-32/PJ/2015 Pasal 3, yaitu:
a. Pegawai atau karyawan.
b. Penerima uang pesangon, pensiun (atau uang manfaat pensiun), tunjangan hari tua (atau jaminan hari tua), termasuk ahli
waris yang juga merupakan wajib pajak PPh 21.
c. Bukan pegawai (freelancer atau pekerja lepas) yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa,
d. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap di perusahaan yang sama.
e. Mantan pegawai.
f. Peserta kegiatan yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaan dalam suatu kegiatan, meliputi:
• Peserta perlombaan di segala bidang, seperti perlombaan olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
perlombaan lain.
• Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, dan kunjungan kerja.
• Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu.
• Peserta pendidikan dan pelatihan.
• Peserta kegiatan lainnya.
PESERTA WAJIB PAJAK PPH 21
Bukan pegawai (freelancer atau pekerja lepas) yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pemberian jasa,
meliputi:
• Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, seperti pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai,
dan aktuaris.
• Seniman, seperti pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan,
sutradara, kru film, foto model, peragawan atau peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan semacamnya.
• Olahragawan.
• Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
• Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
• Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasi, telekomunikasi, elektronika,
fotografi, ekonomi, sosial, serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.
• Agen iklan.
• Pengawas atau pengelola proyek.
• Pembawa pesanan atau yang menjadi perantara.
• Petugas penjaja barang dagangan.
• Petugas dinas luar asuransi.
• Distributor perusahaan MLM (Multi Level Marketing) atau direct selling, dan kegiatan sejenis lainnya.
KOMPONEN PERHITUNGAN PPH 21
a. Penghasilan bruto
Dalam hal ini yang termasuk ke dalam penghasilan bruto (penghasilan kotor) yaitu penghasilan rutin yang diterima oleh
wajib pajak orang pribadi dalam jangka waktu tertentu, meliputi gaji pokok dan tunjangan/insentif (tunjangan makan,
tunjangan transportasi, dan semacamnya).
b. Penghasilan tidak rutin
Beberapa penghasilan yang masuk dalam kategori ini yaitu upah dalam bentuk bonus, THR (Tunjangan Hari Raya
Keagamaan), serta upah lembur.
c. Iuran BPJS atau premi asuransi pegawai yang dibayar perusahaan
Setiap Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA) yang tinggal di Indonesia selama lebih dari enam
bulan, wajib memiliki dan menjadi anggota BPJS.
d. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah sebuah kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan
kerja terhitung mulai berangkat kerja sampai tiba kembali di rumah, atau menderita penyakit lain yang berkaitan dengan
pekerjaan.
e. Jaminan Kematian (JK)
Jaminan ini diperuntukkan bagi ahli waris dari anggota program BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena
kecelakaan kerja. Dalam hal ini, kamu wajib menanggung iuran program Jaminan Kematian (JK) sebesar 0,3% dari gaji
bulanan yang kamu peroleh.
KOMPONEN PERHITUNGAN PPH 21
f. Jaminan Kesehatan
Terhitung sejak Juli 2015, tarif iuran Jaminan Kesehatan yaitu sebesar 5% dari gaji bulanan (gaji
pokok dan tunjangan tetap). Di mana 4% dibayar oleh perusahaan (pemberi kerja) dan 1% dibayar
oleh pegawai.
g. Tunjangan PPh 21 (jika ada)
Bagi perusahaan yang memberi tunjangan PPh 21 kepada para pegawainya (penuh atau sebagian),
maka jumlah tunjangan PPh 21 ini dijadikan komponen tambahan dari penghasilan bruto.
h. Tunjangan BPJS (jika ada)
Bagi perusahaan yang memberi tunjangan BPJS (JKK, JK, JP, atau Jkes) secara penuh, maka
tunjangan BPJS ini dijadikan komponen tambahan dari penghasilan bruto. Metode perhitungannya
juga menggunakan metode gaji bersih.
i. Pengurang penghasilan bruto
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
500.000
TARIF PPH PSL 21 MENURUT
PASAL 17 UU PPH
Penghasilan Tarif
Rp 0 sampai dengan Rp60.000.000 5%
di atas Rp60.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 15%
di atas 250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000 25%
Di atas 500.000.000 sampai Rp5Milyar 30%
Di atas Rp5M 35%
CONTOH
• Song Jongki memiliki gaji Rp30.000.000/bulan (neto) dengan status yang sudah menikah dan
memiliki dua orang anak. Maka :
PKP Rp292.500.000
5% x 60.000.000 = 3.000.000
15% x 232.500.000 = 34.875.000
PPh 21 = 37.875.000
Jadi Pph 21 yg harus dibayar Song Jongku adalah 37.875.000/tahun
CONTOH:MENGHITUNG GAJI MASIH BRUTO ATAU KOTOR
CONTOH:1
• Pegawai A menerima gaji dari kantornya sebesar Rp 6.000.000 setiap bulan. Kantornya
tersebut mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan bagi para karyawannya. Perusahaan
tersebut menanggung iuran pensiun dari BPJS sebesar 1% dari jumlah gaji, yakni sekitar Rp
30.000 setiap bulan.
• Kemudian untuk Jaminan Hari Tua (JHT) para pegawainya setiap bulan dikenakan iuran
sebesar 3,70% dari jumlah gaji pegawai. Pegawai tersebut membayar iuran JHT setiap bulan
sebesar 2,00% dari jumlah gajinya.
• Untuk Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) sudah dibayar oleh
perusahaan yang besarnya masing-masing 1,00% dan 0,30% dari total gaji.
apabila pada bulan tersebut pegawai bersangkutan mendapatkan tambahan uang lembur sebesar
Rp 3.000.000, berapakah besaran PPh 21 nya?
JAWABAN
Total penghasilan kotor (Bruto) = Gaji pokok + Uang Lembur + JKK 0,24% + JK 0,3%
•Gaji pokok = Rp 6.000.000
•Lembur = Rp 3.000.000
•JKK 0,24% = (6.000.000 x 0.24% = 14.400
•JK 0,3% = (6.000.000 x 0.03) = 18.000
Total penghasilan Bruto = Rp 9.032.400
penghasilan bersih (Netto) = Bruto – Biaya Jabatan – Iuran JHT – Jaminan Pensiun
• Biaya jabatan (max 500.000) = (9.032.400x 5%) = 451.620
• Iuran JHT (max 200.000) = (6.000.0000 x 2%)= 120.000
• Jaminan pensiun= (6.000.000 x 1%= 60.000
PENGHASILAN BERSIH???
CONTOH 3
• Han Sohee seorang perempuan bekerja di PT Maju Sejahtera dengan gaji Rp15.000.000/bulan dengan biaya
jabatan 5%. Han Sohee sudah menikah namun belum memiliki anak, tapi ia menanggung biaya hidup adiknya
yang masih sekolah dan serumah dengannya. Jumlah PPh 21 yang harus dibayarkan Sohee dalam satu tahun
adalah?
• Jawab:
biaya jabatan maksimal adalah Rp500.000/bln atau Rp6.000.000/tahun.
Gaji bersih Sohee = Gaji Kotor – Biaya Jabatan
= Rp15.000.000 – Rp500.000 = Rp14.500.000/bulan
Gaji bersih Sohee per-tahun = Rp14.500.000 x 12 bulan = Rp174.000.000/tahun
• PTKP.
Gaji bersih Sohee per-tahun = Rp174.000.000/tahun (dikurangi)
Wajib Pajak untuk orang pribadi = Rp54.000.000/tahun. (adik tidak ditanggung)
PKP = Rp120.000.000
PPH PSL 21
60.000.000 x 5% =……
60.000.000 x 15% =…….
CONTOH 4 SOAL PPH PASAL 21
CONTOH 5 SOAL PPH PASAL 21
SOAL: HITUNG PPH PASAL 21 DARI KASUS BERIKUT
1. Bpk Hadori bekerja pada perusahaan PT Yaman dengan memperoleh gajisebulan Rp.
6.500.000pada tahun 2020 dan membayar pensiun sebesar Rp.250.000 per bulan. Tuan Hadori status
sudah beristri dan belum mempunyai anak.
2. Bpk Akhmad telah menikah mempunyai anak 3 bekerja pada perusahaan PT Bandung Permai sebagai
pegawai tetap sejak 1 Februari 2015. Gaji sebulan Rp.2.500.000 dan iuran pensiun yang dibayar tiap
bulan sebesar Rp. 25.000
3. Bpk Iman bekerja sebagai pegawai tetap pada suatu perusahaan swasta di Solo telah menikah dan
dikaruniai 3 orang anak. Pada awal bulan Mei 2015 Tuan Iman meninggal dunia. Selama tahun 2015
Tuan Iman menerima gaji per bulanRp. 6.000.000
4. Tuan Tatang status kawin mempunyai tiga orang anak, bekerja pada PT Madani dengan memperoleh
gaji sebulan Rp3.500.000. PPh ditanggung oleh pemberikerja. Tiap bulan ia membayar iuran pensiun
ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan menteri keuangan sebesar Rp.40.0000
5. Tuan Suwarno /tidak kawin adalah seorang karyawan PT Wanda dengan memperoleh gaji sebulan
Rp. 2.000.000. Dalam tahun yang bersangkutan Tuan Suwarno juga menerima bonus sebesar
Rp.5.000.000 Tiap bulan membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh menteri keuangan sebesar Rp. 6.000