PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kenyataan sampai hari ini kesehatan manusia semakin hari semakin dihadapkan
dengan berbagai permasalahan yang kompleks. Dizaman modern ini dengan teknologi yang
sudah canggih kesehatan manusia sangat diutamakan.namun untuk mewujudkan
masyarakat sehat tidak hanya terpaku pada kesehatan manusia saja, tapi juga terkait erat
dengan kesehatan hewan. Penyakit-penyakit hewan yang dapat menular ke manusia atau
sebaliknya (penyakit
(penyakit zoonosis) seperti Flu Burung, Rabies,
Rabies, Flu Babi,
Babi, Panyakit Sapi Gila,
Anthraks, Toksoplasmosis dan
dan zoonosis lainnya
lainnya adalah ancaman nyata bagi kesehatan
masyarakat. Di sinilah dibutuhkan peran dokter hewan sebagai profesi medis yang memiliki
kompetensi dan tanggung jawab untuk memberikan jaminan kesehatan hewan dalam
mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Sesuai dengan semboyannya ” Manusya Mriga Satwa Sewak a”
a” yang bermakna
mensejahterakan manusia melalui kesejahteraan hewan artinya adalah mengabdi untuk
kesejahteraan manusia melalui kesejahteraan hewan. Hewan yang ditangani dapat berupa
semua jenis hewan misalnya ternak (Farm Animal, Livestock, misalnya sapi, kambing,
domba, ayam, itik dan sebagainya), satwa liar, hewan kesayangan (Pet Animals) dan hewan-
hewan akuatik (ikan, mamalia air, dan sebagainya). Demikian luas tugas Dokter Hewan
sehingga Dokter Hewan bisa termasuk dalam konsep profesi medik(Medical Profesions)
yang tunduk pada International Medical Ethics, tetapi juga bisa dalam profesi pertanian
(Agriculturist).
Selain itu, seorang Dokter Hewan harus pula memahami Ilmu Kesehatan Masyarakat
Veteriner (Veterinary Public Health) guna ikut bertanggung jawab pada kesehatan
masyarakat yang berhubungan dengan hewan (Pemeriksaan susu, daging da n produk-produk
hewan yang lain), penyakit zoonosis, epidemiologi, karantina, dan sebagainya.
Dokter hewan adalah salah satu pondasi utama dalam mensejahterakan manusia. Jika
pondasi ini rapuh maka mewujudkan kesejahteraan manusia hanya angan belaka. Seperti
halnya suatu bangunan
bangunan jika pondasi terlalu lemah maka dengan guncangan kecil pun dapat
merobohkannya. Begitu pun dengan kesehatan manusia. Seperti yang pernah Virchow
katakan, “kedokteran hewan (Veterinarian) dan kedokteran manusia ( Physisian), merupakan
satu kesatuan, tidak ada pembatas diantara keduanya. Hal ini karena, peran keduanya dalam
mewujudkan kesehatan global, bersifat mendasar.
Dokter hewan mungkin tidak populer di Indonesia, tetapi bukan berarti tidak
diperlukan. Mungkin yang lebih populer anekdot tentang dokter hewan, yang katanya lebih
1
pintar dari dokter
do kter karena bisa mendiagnosa penyakit tanpa pernah bicara sekalipun dengan
pasiennya. Namun disisi lain dokter hewan juga merasa dikucilkan. Padahal peran dokter
hewan dengan manusia itu sebanding. Hanya saja dokter hewan melakukannya melalui
upaya penyehatan hewan dan lingkungannya, keamanan produk hewan dan pencegahan
penyakit-penyakit
penyakit-penyakit yang bersumber hewan yang dapat menular ke manusia. Dalam hal ini
masyarakat perlu diberi pemahaman mengenai peran profesi dokter hewan, karena hal itu
saya membuat makalah yang berjudul “Peran
“ Peran Dokter Hewan”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya
masalahnya pada makalah ini yaitu :
1. Apa itu profesi dokter hewan?
2. Bagaimana sejarah Profesi Dokter Hewan?
3. Apa Kode Etik Profesi Dokter Hewan ?
4. Bagaimanakah Peran Profesi Dokter Hewan ?
5. Apa Sajakah Tantangan Profeesi Dokter Hewan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang ada yaitu :
1. Untuk mengetahui arti dari Profesi Dokter Hewan?
2. Untuk mengetahui sejarah Profesi Dokter Hewan
3. Untuk mengetahui
mengetahui Kode Etik
Etik Profesi Dokter
Dokter Hewan
4. Untuk mengetahui Peran Profesi Dokter Hewan
5. Untuk mengetahui tantangan Profesi Dokter Hewan.
D. Manfaat
Masyarakat dapat mengerti dan memahami tentang peran profesi dokter hewan
sehingga profesi dokter hewan dapat berkembang di Indonesia dan dunia.
2
pintar dari dokter
do kter karena bisa mendiagnosa penyakit tanpa pernah bicara sekalipun dengan
pasiennya. Namun disisi lain dokter hewan juga merasa dikucilkan. Padahal peran dokter
hewan dengan manusia itu sebanding. Hanya saja dokter hewan melakukannya melalui
upaya penyehatan hewan dan lingkungannya, keamanan produk hewan dan pencegahan
penyakit-penyakit
penyakit-penyakit yang bersumber hewan yang dapat menular ke manusia. Dalam hal ini
masyarakat perlu diberi pemahaman mengenai peran profesi dokter hewan, karena hal itu
saya membuat makalah yang berjudul “Peran
“ Peran Dokter Hewan”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya
masalahnya pada makalah ini yaitu :
1. Apa itu profesi dokter hewan?
2. Bagaimana sejarah Profesi Dokter Hewan?
3. Apa Kode Etik Profesi Dokter Hewan ?
4. Bagaimanakah Peran Profesi Dokter Hewan ?
5. Apa Sajakah Tantangan Profeesi Dokter Hewan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang ada yaitu :
1. Untuk mengetahui arti dari Profesi Dokter Hewan?
2. Untuk mengetahui sejarah Profesi Dokter Hewan
3. Untuk mengetahui
mengetahui Kode Etik
Etik Profesi Dokter
Dokter Hewan
4. Untuk mengetahui Peran Profesi Dokter Hewan
5. Untuk mengetahui tantangan Profesi Dokter Hewan.
D. Manfaat
Masyarakat dapat mengerti dan memahami tentang peran profesi dokter hewan
sehingga profesi dokter hewan dapat berkembang di Indonesia dan dunia.
2
BAB II
ISI
5
Dua tahun kemudian, pada tanggal 1 September 1963 pemerintah membentuk Institut
Pertanian Bogor (IPB) dengan SK Menteri PTIP No. 91 tahun 1963. Jurusan Peternakan
ditingkatkan menjadi Fakultas Peternakan dan Jurusan Perikanan Laut bersama dengan
Jurusan Perikanan Darat Fakultas Pertanian ditingkatkan menjadi Fakultas Perikanan. Maka
nama FKH PPL kembali menjadi hanya FKH lagi.
Di UGM Fakultas Peternakan didirikan pada bulan November 1969.
Sementara itu pada Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh pada tahun 1961 didirikan
Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Namun pada perkembangannya aspek
peternakannya bergabung dengan Fakultas Pertanian.
Pada Tahun 1969 Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang membuka
Jurusan Kedokteran Hewan yang diasuh bersama oleh Universitas Airlangga Surabaya dan
Pemda Jawa Timur. Namun Jurusan ini tidak dilanjutkan dan Universitas Airlangga
mendirikan sendiri Fakultas Kedokteran Hewan pada t ahun 1972, dengan keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 055/0/1972 tertanggal 25 Maret 1972.
Universitas Udayana di Denpasar, membuka Program Studi Kedokteran Hewan pada
tahun 1983, yang sebelumnya merupakan Jurusan Kedokteran Hewan, Fakultas Peternakan
semenjak 1979. Program ini menginduk langsung kepada Rektor sambil menunggu
memperoleh status sebagai fakultas. Status sebagai fakultas baru tercapai pada tahun 1997.
Secara garis besarnya perkembangan Pendidikan Kedokteran Hewan setelah
penyerahan kedaulatan RI yaitu :
1950 : Facultet Kedokteran Hewan, Universitet Indonesia (FKH - UI).
1955 :Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia (FKHP-UI).
1961 :Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan dan Perikanan Laut, UI (FKHPPI-UI)
1961 :Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Syahkuala (FKHP-UI)
1963 : Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH – IPB)
1972 : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga – Surabaya.(FKH-UNAIR) yang
Merupakan pecahan dari Fakultas Peternakan dan Kedokteran Hewan Universitas
Brawijaya. Fakultas Peternakan di UB dan FKH di UNAIR
1981 : Program Studi Kedokteran Hewan Universitas Udayana – Bali (PSKH –
UNUD)
Sampai saat ini ada 10 Universitas yang ada FKH/PSKHnya yaitu, Universitas
Syahkuala Aceh, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM)
Jogjakarta, Universitas Airlangga (UNAIR) Sby, Universitas Udayana Bali, Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), Universitas Brawijaya (UB) Malang, Universitas Nusa
Tenggara Barat (UNTB), dan yang baru dibuka tahun 2010 adalah Universitas Hasanuddin
6
Makassar dan Universitas Cendana (UNDANA) NTT. 4 Oktober 2010, dibuka Program
Studi Kedokteran Hewan di UNHAS dibawah Fakulatas Kedokteran
Kata veteriner berasal dari tiga versi:
Versi 1, Di zaman Romawi Kuno dikenal bangsa Etruscans yang sangat menyukai
kuda dan sapi. Hal ini tampak dari gambar-gambar yang merupakan peninggalan kuno.
Hewan pada masa itu mempunyai nilai sakral ataupun nilai martabat dan pada ritual-ritual
khusus digunakan sebagai hewan kurban. Setiap keberhasilan atau kemenangan,dilakukan
perayaan dengan hewan kur ban yang diberi nama-nama khusus. Kumpulan beberapa hewan
kurban yang terdiri dari kombinasi beberapa jenis hewan antara lain babi (sus) ,biri-biri
(ovis) , sapi jantan (bull) disebut “souvetaurilia” .Sedangkan orang -orang yang mengurus
hewan-hewan sakral yang akan dijadikan kurban tadi disebut “sou-vetaurinarii” yang
kemudian diyakini sebagai lahirnya istilah “veterinarius”
Versi 2, Kemungkinan dari terminology lain yaitu masih di masa Romawi,dikenal
hewan beban sebagai “veterina” dan suatu kamp penyimpanan hewan -hewan tersebut
disebut “veterinarium”. Term “veterinarii” juga digunakan pada dukumen kuno sebagai
“orang yang memiliki kekebalan khusus” karena memiliki “kompetensi khusus”.
Versi 3, Dari berbagai literature lain yang juga membahas istilah “Veterinarius“
diartikan sebagai orang-orang yang mengurus hewan beban/hewan pekerja. Ada pula orang-
orang ahli memasang ladam besi bagi hewan-hewan beban yang dikenal sebagai Ferrarius
(Ferrum=besi). Karena terampil menangani kaki-kaki hewan, ada masa dimana para
Ferrarius melakukan praktek mengobati hewan sakit. Dalam jurnal American Veterinary
Medical Association 1972, diuraikan sejarah bagaimana para “ilmuwan kedokteran” jaman
dahulu memerlukan hewan coba untuk pengembangan ilmu kedokteran manusia,namun
mereka memerlukan veterinarius untuk menangani hewan-hewan tersebut dan bukan
Ferrarius. Untuk itu ternyata diperlukan veterinarius yang berpendidikan agar memahami
apa yang diperlukan. Kemudian timbulah gelar-gelar Ph.D(Doctor of Philosophy) yang
merupakan awal dari para Veterinarius menjadi “medical doctor” atau “Doctor of Veterinary
Medicine”.
Lambang Profesi Veteriner
Profesi Veteriner berlambangkan sebuah tongkat dengan 3 mahkota yang dililit ular
menghadap ke kanan dan dibawahnya terdapat huruf “V” .Ketiga komponen ditampung
dalam lingkaran berwarna ungu. Makna masing-masing bagian adalah
1. Tongkat : Tongkat Aesculapius (As : ular, clepios : melilit),adalah symbol umum yang
melambangkan kedokteran.Filosofi tongkat adalah bahwa tongkat ini dulunya selalu
dibawa oleh Cypress yang melambangkan kekuatan dan solidaritas para dokter hewan.
7
Tongkat tiga mahkota yang mencirikan profesi medik yaitu mengangkat sumpah profesi,
berkode etik dan kompetensi layananannya dijamin dengan perizinan
2. Ular : melambangkan alat penyembuh karena ular meneluarkan suatu zat yamh dapat
menyembunkan.Sifat ular selau berganti kulit berfilosofi bahwa setiap dokter hewan
harus selalu meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya
3. Huruf “V” : berarti Veteriner , yaitu profesi dokter hewan
4. Warna ungu : melambangkan keagungan.
5. Lingkaran : melambangkan perhimpunan atau perkumpulan
8
4. Etika Veteriner Normatif adalah norma-norma etika yang benar dan tepat yang dalam
berperilaku sebagai profesi veteriner termasuk terhadap hewan atau disepakati sebagai
norma-norma Kesejahteraan Hewan.
Kode Etik Profesi Dokter Hewan terbagi dalam 7 bab, dengan 29 pasal. Didalamnya
tercantum kewajiban-kewajiban seorang dokter hewan. Dibawan ini akan dijelaskan maksud
setiap pasaal dari kode etik Profesi Dokter Hewan.
BAB I KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Dokter Hewan merupakan Warga Negara yang baik yang memanifestasikan dirinya dalam
cara berpikir, bertindak dan menampilkan diri dalam sikap dan budi pekerti luhur dan penuh
sopan santun.
[ Dokter Hewan tidak dimaksudkan menjadi masyarakat eksklusif, tetapi tampil sebagai
bagian dari masyarakat profesi yang sepatutnya terpercaya , intelektual dapat diandalkan ,
tidak mudah berkonflik dan dapat menjadi suri tauladan dalam banyak aspek bagi
lingkungannya dalam hal cara berpikir, cara bertindak dan memiliki integritas budi pekerti
luhur dan penuh sopan santun ]
Pasal 2
Dokter Hewan diharapkan menjujung tinggi Sumpah/Janji Kode Etik Dokter Hewan.
[ Dokter Hewan diamanatkan dalam UU no.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan untuk memegang teguh Sumpah/Janji dan Kode Etik Dokter Hewan,
menghayatinya dan mengimplementasikannya dalam pelayanannya sebagai dokter hewan
kepada masyarakat, kepada bangsa dan negara serta dalam memperlakukan hewan sebagai
obyek profesinya].
Pasal 3
Dokter Hewan tidak akan menggunakan profesinya bertentangan dengan perikemanusiaan
dan usaha pelestarian sumber daya alam.
[Sebagai Dokter Hewan dengan kewenangan khusus profesi medis wajib bersifat luhur yaitu
mengutamakan kemanusian di atas kepentingan pribadi serta berhati-hati dalam tindakan
dan keputusannya yang berdasarkan pertimbangan ilmiah medis veteriner untuk resiko-
resiko yang bahkan dapat memusnahkan sumberdaya alam hewani kita yang justru menjadi
kekayaan bangsa]
Pasal 4
Dokter Hewan tidak mencantumkan gelar yang tidak ada relevansinya dengan profesi yang
dijalankannya.