SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
\
NAMA : ADE WIRA RIYANTIKA PUTRA
NIM : P03 2222 014
EMAIL : adewira220@gmail.com
MATA KULIAH : POLITIK LINGKUNGAN GLOBAL DAN NASIONAL (POLIGON)
DOSEN : Dr. Abigail Mary Moore, B. Sc. M. Sc
TUGAS : NASKAH CITES – PAUS SPERMA (Physeter macrocephalus)
ABSTRAK
Convention on International Trade of Endangered Species atau yang dikenal dengan
singkatan CITES merupakan satu-satunya konvesi atau perjanjian internasional tentang
perdagangan intenrasioal tentang Hewan dan Tumbuhan yang mana berfokus pada
perlindungan terhadap Hewan dan Tumbuhan terutama bagi yang keberadaannya terancam
punah. Paus sperma (Physeter macrocephalus) merupakan jenis paus yang masuk dalam
kelas Mamalia Ordo Cetacea. Merupakan kelompok mamalia laut yang seluruh hidupnya itu
menyesuaikan dengan kehidupan di air. Berdasarkan status konservasinya, Paus Sperma
merupakan salah satu hewan yang masuk dalam lampiran Convetion on International Trade
in Endangered Species (CITES), hewan ini masuk dalam lampiran CITES Appendices (1)
sebab keberadaannya yang terancam punah sehingga hewan ini dilarang dalam segala
bentuk perdagangan internasional.
Kata Kunci : CITES, Paus sperma, Appendix I
I. LATAR BELAKANG
Convention on International Trade of Endangered Species atau yang dikenal dengan
singkatan CITES merupakan satu-satunya konvesi atau perjanjian internasional tentang
perdagangan intenrasioal tentang Hewan dan Tumbuhan yang mana berfokus pada
perlindungan terhadap Hewan dan Tumbuhan terutama bagi yang keberadaannya terancam
punah. CITES terbentuk pada Tahun 1963 atas perhatian IUCN (international Union for
Conservation of Nature) perdagangan ilegang yang dapat mengancam keounahan bagi
Hewan maupun Tumbuhan. Setelah resmi terbentuk kemudian naskah konvensi tersebut
(CITES) disepakati pada 3 Maret 1973 di Washington D.C yang diwakili oleh 80 Negara.
Hingga Agustus 2006 tercatat jumlah Negara yang bergabung dalam CITES sebanyak 169
Negara.
Paus Sperma atau yang biasa dikenal paus kepala kotak merupakan salah dari beberapa
spesie paus yang masuk dalam lampiran CITES. Penurunan jumlah spesies pada Paus
sperma sehingga membuat spesies ini masuk dalam lampiran Appendix I yang mana berarti
status dari paus sperma ini sudah terancam punah. Salah satu alasan mengapa memilih
spesies tersebut (Paus Sperma) yaitu melihat statusnya terancam punah yang menunjukan
bahwa keberadaan dari spesies tersebut diperairan mulai sangat sedikit. Selain itu masih
terdapat juga negara yang kerap melakukan perburuan terhadap spesies tersebut sehingga
menjadi ancaman bagi spesies tersebut. Selain menjadi hewan buruan diperairan spesies ini
juga dijadikan sebagai hewan ritual dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi sehingga
pentingnya memberi pemahaman terkait status paus sperma agar dapat menjaga
kelestariannya dan terhindar dari kepunahan. Pentingnya merevisi undang-undang terkait
penangkapan paus baik skala besar (untuk mendapatkan keuntungan) maupun skala kecil
(kepentingan sehari-hari) agar mengurangi penururnan dari populasi Paus sperma.
2.1.2 Pemanfaatan
Pada awalnya pemburuan paus hanya bertujuan sebagai tradisi dan kemudian
berkembang untuk tujuan komersial. Pemburuan paus yang di manfaatkan yaitu daging,
tulang, lemak dan muntahannya yang kemudian digunakan sebagai cairan transmisi, lilin,
margarin, perhiasan atau souvenir dan upacara adat. Selain yang telah disebutkan
sebelumnya, Paus Sperma termasuk mamalia yang memiliki muntahan bernilai miliaran.
Bentuk dan tekstur muntahan paus atau ambergris seperti bongkahan lilin, yang keluar dari
saluran pembuangan kotoran paus yang terdapat pada kepala kotak ikan paus tersebut
(Physeter macrocephalus). Saat muntahan ini keluar, akan muncul bau busuk dan warna
hitam. Tepi, setelah didiamkan lama, bau busuk itu akan berubah menjadi bau harum seperti
kesturi.
Ada empat manfaat muntahan paus sperma, yaitu:
1. Bahan pembuat parfum : Ambergris paus ini sangat mahal dan biasanya digunakan
oleh industri parfum. Namun, lambat laun industri parfum tak lagi menggunakan
ambergris karena dilarang oleh International Fragrance Association (IFRA). Ambergris
juga pernah digunakan oleh bangsa Arab dan Tiongkok sebagai parfum atau dibakar
sebagai dupa.
2. Bahan untuk pengobatan : Ambergris paus ini dapat digunakan untuk obat herbal
dan sebagai afrodisiak, termasuk obat untuk menyembuhkan penyakit otak, jantung,
dan pengindraan.
3. Penambah rasa makanan : Ambergris paus tersebut juga dapat digunakan menjadi
bahan penambah rasa makanan maupun minuman seperti anggur. Beberapa restoran
menggunakan ambergris sebagai penambah rasa untuk koktail, kue khusus, maupun
coklat.
4. Sanitasi udara : Manfaat dari ambergis paus ini digunakan pertama kali oleh bangsa
Eropa pada abad ke-14. Saat itu, Eropa sedang mengalami wabah yang pencemaran
udara. Ambergrislah yang digunakan untuk mensanitasi udara.
2.1.3 Status
Berdasarkan status konservasinya, Paus Sperma merupakan salah satu hewan yang
masuk dalam lampiran Convetion on International Trade in Endangered Species (CITES),
hewan ini masuk dalam lampiran CITES Appendices (1) sebab keberadaannya yang
terancam punah sehingga hewan ini dilarang dalam segala bentuk perdagangan
internasional. Di Indonesia hewan dan tumbuhan yang keberadaannya mulai Langkah dan
hampir punah diatur dalam beberapa undang-undang diantaranya yaitu UU RI No.5 Tahun
1990 tentang Kosnervasi Sumbar Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, PP RI No. 7 Tahun
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, PP No. 8 Tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, dan Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978
tentang Pengesahan CITES, UU RI No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan, dan peratutar
terakhir yaitu perlindungan terhadap paus tertuang dalam PERMEN LHK No.20 Tahun 2018
tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi (Muhammad dan Fina, 2022).
6. Regenerasi Lambat
Kematangan fisik pada paus sperma dicapai pada usia ± 30 tahun untuk jantan dan
25 tahun untuk betina. Menurut Rice (1989) in Whitehead (1993), paus sperma betina
mencapai kematangan fisik pada ukuran ± 10,7 m biasanya ditemukan di lintang kurang
dari 40º dan yang paling umum di perairan tropis. Paus jantan dewasa mencapai
kematangan fisik pada ukuran ± 15,7 m umumnya ditemukan di perairan dingin (Rice 1989
in Whitehead 1993) dan akan bermigrasi ke perairan lintang rendah yang lebih hangat
untuk kawin (Whitehead 2003 in Gero et al. 2009). Masa kehamilan paus betina selama
14-16 bulan dengan bayi paus yang baru lahir berukuran panjang 4 m dan berat 1 ton.
Bayi paus dirawat dan disusui oleh induk betina selama 2 tahun. Rata-rata betina akan
melahirkan 7-10 bayi dengan jarak antara kelahiran 4-6 tahun (Best et al. 1984 in Carroll
et al. 2014).
III. REKOMENDASI
Melihat statusnya yang dimasukan dalam lampiran Appendix I CITES ini membuktikan
bahwa populasi paus sperma sangatlah sedikit sehingga masuk salah satu hewan yang
terancam punah. Hal ini tentunya berdampak buruk bagi biota tersebut sehingga perlunya
penanggulangan agar populasinya tidak makin berkurang. Berbagai upaya tentunya telah
dilakukan baik Negara Individual maupun Organisasi-organisasi (NGO) agar dapat
melestarikan kembali populasi dari paus sperma.
Menurut saya sendiri agar ikut serta dalam melindungi paus sperma dari penururnan
populasi sehingga populsin bisa terjaga yaitu ikut serta dan mendukung adanya konservasi
baik itu berskala nasional maupun internasional, selain itu dapat juga membantu dengan cara
memberi sosialisai dan pemahaman kepada masyarakat terkait populasi paus sperma yang
kini makin menurun sehingga menyebabkan hewan tersebut masuk dalam kategori terancam
puna, sosialisasi yang dimaksud selain memberikan pemaham mengenai populasi dari paus
sperma juga memberikan sosialisasi agar mengajak masyarakat untuk tidak melakukan
pemburuan serta penangkapan pada paus sperma serta bersama-sama menjaga
populasinya. Selain memberikan sosialisai perlunya memberi sanksi yang tegas terhadap
para pelaku yang masih melakukan pemburuan secara illegal terhadap paus sperma,
pemberian sanksi ini tentunya didukung dengan adanya aturan yang tegas terkait tentang
penangkapan atau pemburuan paus sperma yang mana ini sebagai acuan jika terdapat
pelaku yang masih melakukan pemburuan. Selain pendapat yang telah disebutkan dalam
Kerangka CITES sendiri untuk mendukung pelestarian jangka Panjang paus sperma dapat
dilakukan dengan cara memperkuat koordinasi antar negara yang tergabung dalam CITES
dalam hal ini yaitu perdagangan paus sperma secara internasional serta memperkuat lagi
hukum-hukum terkait pemburuan dan perdagangan paus sperma bagi para pelaku
pelanggaran.
DAFTAR PUSTAKA
Carroll G, Hedley S, Bannister J, Ensor P, Harcourt R. 2014. No evidence for recovery in the
population of sperm whale bulls off Western Australia, 30 years post-whaling.
Endangered Species Research. Vol. 24 : 33-43
Clarke M. 1978). Structure and proportions of the spermaceti organ in the sperm whale.
Journal of the Marine Biological Association of the United Kingdom. 58: 1–17
Dermawan, A. 2009.Upaya Menyelamatkan Perburuan Ikan Paus dalam Majalah Samudera,
Edisi April 2009
Encyclopedia of Life (EOL). 2014. Physeter macrocephalus.
Kahn, B. 2001. A Rapid Ecological Assessment of Cetacean Diversity, Abundant dan
Distribution. Interim Report – October 2001. TNC, KNP dan APEX Environmental.
Norris K.S, Harvey GW. 1972. A Theory For The Function of The Spermaceti Organ of The
Sperm Whale in Animal Orientation and Navigation. Washington DC (US) : NASA
Papastavrou V, Smith SC, Whitehead H. 1989. Diving behaviour of the sperm whale, Physeter
macrocephalus, off the Galapagos Islands. Can. J. Zool. 67: 839 -846
Whitehed H. 1993. The behaviour of mature male sperm whales on the Galapagos Islands
breeding grounds. Can. J. Zool. 71: 689-699
Yusron, Eddy. 2012. Biodiversitas Jenis Cetacean di Perairan Lamalera, Kupang, Nusa
Tenggara Timur. Jurnal Ilmu Kelautan. 17(2) : 59-62