Anda di halaman 1dari 37

i

i
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL KSDAE

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah serta


memiliki keunikan dan kekhasan flora maupun fauna. Untuk
menjaga kelestariannya, pemerintah menetapkan suatu kawasan
yang disebut dengan kawasan konservasi dengan tujuan untuk
melindungi kekayaan ekosistem alam baik flora maupun
fauna dari kerusakan dan kepunahan. Indonesia memiliki 556
kawasan konservasi dengan luas 27,26 Juta Hektar yang terdiri
dari 219 unit Cagar Alam (CA), 72 unit Suaka Marga Satwa (SM), 54 unit Taman Nasional
(TN), 118 unit Taman Wisata Alam (TWA), 11 unit Taman Buru (TB), 28 unit Taman Hutan Raya
(TAHURA), dan 54 unit Kawasan Suaka Alam atau KawasanPelestarianAlam (KSA/KPA).

Kawasan TN terdiri dari 2 wilayah pengelolaan yaitu TN di wilayah daratan sebanyak


47 unit, dan wilayah perairan laut sebanyak 7 unit. Wakatobi merupakan salah satu dari 7 TN
Laut yang terletak di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kawasan TN
Wakatobi (TNW) berada di pusat jantung segitiga terumbu karang dunia yang memiliki
biodiversity yang tinggi, tercatat 406 spesies karang keras (Hard Coral), 31 spesies karang
fungi (mushroom), 28 genera karang lunak (Soft Coral), 590 species ikan, 11 species padang
lamun, 28 species mangrove, serta 10 species mamalia laut (cetacean), sehingga Kawasan
TNW ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan 10
Top Destinasi Pariwisata Nasional.

Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Kepala Balai TNW dalam rangka literasi
lingkungan kepada masyarakat khususnya generasi muda di Kabupaten Wakatobi melalui
penyusunan buku bahan ajar Pendidikan konservasi bagi pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD)
dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) merupakan arah kebijakan pemerintah pusat
(Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) untuk mewujudkan pengembangan bina
cinta alam serta penyuluhan konsewrvasi sumber daya alam dan ekosistemnya untuk menjaga
dan meningkatkan kualitas lingkungan.

1
Oleh karenanya, kami menyambut baik dan memberikan apresiasi atas gagasan
model pembelajaran Pendidikan konservasi ini dan saya berharap adanya dukungan dan
kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Wakatobi untuk dapat mengimplementasikan
Pendidikan konservasi ini melalui kurikulum sekolah bersama tim Balai Taman Nasional
Wakatobi.

Demikian sambutan ini, akhirnya penghargaan dan apresiasi kami berikan kepada
tim penyusun, Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi beserta jajarannya serta Pemerintah
Daerah Kabupaten Wakatobi.

Jakarta, April 2022


Plt. Direktur Jenderal KSDAE

Dr. Ir. Bambang Hendroyono, M.M.

2
SAMBUTAN
BUPATI WAKATOBI

Kabupaten Wakatobi merupakan salah satu kabupaten di


Indonesia yang memiliki potensi sumberdaya perairan yang tinggi
karena 97 persen wilayahnya terdiri dari perairan/laut dan sisanya
adalah daratan atau pulau-pulau kecil yang dihuni ± 111.402 jiwa.
Kabupaten Wakatobi memiliki luas wilayah ± 473,62 Km² yang
terdiri dari 8 wilayah kecamatan dan 100 wilayah
desa/kelurahan.

VisiPemerintah Kabupaten Wakatobi dalam Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wakatobi 2021-2026 adalah menjadikan Kabupaten
Wakatobi sebagai kabupaten konservasi maritim yang sentosa yakni konsep pembangunan
berkelanjutan yang menjadikan konservasi sebagai semesta luas pembangunan daerah.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan misi yang terdiri dari meningkatkan potensi
sumberdaya manusia, pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk pertumbuhan yang
berkualitas, peningkatan pelayanan publik, peningkatan infrastruktur dan peningkatan
sumberdaya alam berkelanjutan.

Status Kabupaten Wakatobi sebagai kawasan konservasi Taman Nasional, Cagar


Biosfer, Asean Heritage Park (AHP) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
merupakan modal dasar dan peluang bagi kami Pemerintah Daerah dan masyarakat Wakatobi
dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Untuk itu membangun kemitraan dengan berbagai pihak perguruan tinggi, antar pemerintah
daerah, pemerintah pusat dan dunia usaha sangatlah diperlukan.

Gagasan meningkatkan literasi lingkungan kepada masyarakat khususnya pelajar


tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Kabupaten
Wakatobi merupakan bagian dari arah kebijakan pemerintah daerah untuk mewujudkan
peningkatan peran serta masyarakat dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas
lingkungan.

3
Oleh karenanya, penysunan buku bahan ajar pendidikan konservasi yang telah
dilakukan oleh Balai Taman Nasional Wakatobi dapat dimplementasikan secara nyata
dilapangan melalui pembelajaran di sekolah (SD dan SLTP).

Akhirnya kepada semua tim yang terlibat dalam penyusunan buku bahan ajar
pendidikan konservasi ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi.
Demikian, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Wangi-Wangi, April 2022


Bupati Wakatobi

H. Haliana, S.E.

4
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI TNW

Taman Nasional Wakatobi saat ini telah ditetapkan


sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN),dan masuk dalam kategori 10 top destinasi pariwisata
nasional. Hal ini menunjukan bahwa kekayaan alam Wakatobi
utamanya bawah lautnya memiliki nilai lebih dan kekhasan serta
keunikan tersendiri, sehingga menjadikan TN Wakatobi menjadi
daya tarik bagi para pengunjung atau parawisatawan.

Dengan ditetapkannya TN Wakatobi sebagai KSPN dan 10 Top Destinasi Pariwisata


Nasional, kami selaku Pengelola yang ada di tingkat tapak terus berupaya dan berinovasi serta
berkolaborasi dengan para pihak (stakeholders) dalam rangka mewujudkan TN yang lestari,
dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar serta diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan negara dari sektor pariwisata.

Langkah atau upaya yang telah dilakukan untuk mendukung TN Wakatobi sebagai
kawasan strategis Pariwisata Nasional diantaranya menyiapkan kelembagaan masyarakat di
tingkat tapak melalui mekanisme Kemitraan Konservasi, meningkatkan upaya promosi wisata
melalui media sosial (IG, Faceboook, Website), membuat sistem informasi wisata alam
berbasis android yang diberi nama E- Tour Wakatobi (tersedia ini dalam Play Store),
serta membuat Guidence bagi para Pemandu Wisata/Dive Operator dan Wisatawan yang
diberi nama Etika Wisata. Dan saat ini, untuk memberikan peningkatan pelayanan kepada
wisatawan saat berwisata di Taman Nasional Wakatobi kami juga menyediakan informasi
lokasi dive site di masing- masing Pulau serta potensinya yang kami kemas dalam buku
Dive Site Wakatobi National Park Seri I.

Peningkatan peran serta generasi muda dalam upaya konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya salah satunya dapat dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah
dengan memberikan bahan ajar pendidikan konservasi melalui materi muatan lokal. Untuk itu
Balai Taman Nasional Wakatobi telah menyusun bahan ajar pendidikan konservasi khususnya
terkait 8 potensi sumber daya penting di Taman Nasional Wakatobi.

5
Kami mendukung dan mendorong Pemerintah Kabupaten Wakatobi agar buku ini
dapat diiplementasikan dalam kurikulum pendidikan sekolah di Kabupaten Wakatobi. Kepada
penulis dan para pihak yang telah ikut berkontribusi dalam penyusunan buku ini, kami
sampaikan selamat atas karya yang berharga ini. Semoga buku ini dapat meningkatkan literasi
lingkungan masyarakat wakatobi dan pengunjung/wisatawan yang datang ke TNW.

Baubau, April 2022


Kepala Balai,

Darman, S.Hut., M.Sc.

6
DAFTAR ISI

SAMBUTAN ......................................................................................................................................... 1
SAMBUTAN ......................................................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 5
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 7
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. 8
PETUNJUK BELAJAR ........................................................................................................................ 9
PETUNJUK EVALUASI .................................................................................................................... 11
GAMBARAN UMUM ......................................................................................................................... 12
SILABUS PENYU DAN UPAYA KONSERVASINYA ................................................................... 13
1. PENGENALAN PENYU ........................................................................................................ 18
a. Jenis-Jenis Penyu.............................................................................................................. 18
b. Bio Ekologi Penyu.............................................................................................................. 22
c. Tes Formatif 1 .................................................................................................................... 25
2. PERAN/FUNGSI PENYU DI EKOSISTEM ........................................................................ 26
a. Tes Formatif 2 .................................................................................................................... 26
3. ANCAMAN YANG MENUNGGU PENYU DI EKOSISTEM ............................................. 27
a. Penyebab berkurangnya populasi penyu ....................................................................... 27
b. Bahaya Mengonsumsi Penyu .......................................................................................... 28
c. Tes Formatif 3 .................................................................................................................... 28
4. KONSERVASI PENYU ......................................................................................................... 29
a. Patroli .................................................................................................................................. 29
b. Monitoring ........................................................................................................................... 30
c. Demplot penetasan semi alami........................................................................................ 31
d. Tes Formatif 4 .................................................................................................................... 32
KUNCI JAWABAN ............................................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 33

7
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Penyu lekang (sumber: id.wikipedia.org) ............................................................... 19
Gambar 2. Penyu hijau (sumber: dokumentasi BTNW) .......................................................... 19
Gambar 3. Penyu belimbing (sumber: en.wikipedia.org)......................................................... 20
Gambar 4. Penyu pipih (sumber: p2k.unkris.ac.id).................................................................. 20
Gambar 5. Penyu tempayan (sumber: www.nausicaa.fr) ........................................................ 20
Gambar 6. Penyu sisik (sumber: dokumentasi BTNW) ........................................................... 21
Gambar 7. Sebaran perjumpaan dengan penyu di Resor Tomia, SPTN Wilalyah III, TN
Wakatobi ................................................................................................................................... 22
Gambar 8. Sebaran perjumpaan dengan penyu di Resor Tomia Timur, SPTN Wilalyah III, TN
Wakatobi ................................................................................................................................... 22
Gambar 9. Siklus hidup penyu hijau secara umum (sumber: Lanyon et al., 1989 dalam
Samanya R., 2015)................................................................................................................... 24
Gambar 10. Dampak eksploitasi penyu betina yang berlebih terhadap populasi mereka
(sumber: Mortimer, 1984) ......................................................................................................... 27
Gambar 11. Kehancuran populasi penyu karena pengambilan telur ...................................... 27
Gambar 12. Patroli MMP (Masyarakat Mitra Polhut) mengamankan telur penyu yang
terancam air pasang ................................................................................................................. 29
Gambar 13. Kegiatan monitoring penyu di Taman Nasional Wakatobi .................................. 30
Gambar 14. Langkah-langkah monitoring penyu..................................................................... 31
Gambar 15. Demplot Penetasan Semi Alami SPTN Wilayah III ............................................. 32

8
PETUNJUK BELAJAR

Sebelum menggunakan Modul ini terlebih dahulu baca petunjuk mempelajari modul berikut ini:

1. Pelajarilah modul ini dengan baik. Mulailah mempelajari materi pelajaran yang ada dalam
Modul di setiap kegiatan pembelajaran hingga dapat menguasainya dengan baik;
2. Lengkapilah setiap bagian aktivitas dan tugas yang terdapat dalam modul ini dengan
semangat. Jika mengalami kesulitan dalam melakukannya, catatlah kesulitan tersebut
pada buku catatan untuk dapat mendiskusikannya bersama teman, menceritakannya
kepada orang tua, atau dapat menanyakannya langsung kepada Bapak/Ibu Guru pada
saat jadwal kegiatan pembelajaran berlangsung;
3. Lengkapi dan pahamilah setiap bagian dalam rangkuman sebagai bagian dari tahapan
penguasaan materi modul ini;
4. Kerjakan bagian Tes pada setiap bagian Kegiatan Belajar sebagai indikator penguasaan
materi dan refleksi proses belajar pada setiap kegiatan belajar. Ikuti petunjuk pegerjaan
dan evaluasi hasil pengerjaannya dengan seksama;
5. Gunakan Daftar Pustaka yang disiapkan dalam modul ini untuk membantu mempermudah
proses belajar.

9
PETUNJUK BELAJAR

Teruntuk Bapak/Ibu Orang Tua peserta didik, berkenan Bapak/Ibu dapat meluangkan
waktunya untuk mendengarkan dan menampung serta membantu memecahkan
permasalahan belajar yang dialami oleh peserta didik. Jika permasalahan belajar tersebut
belum dapat diselesaikan, arahkanlah peserta didik untuk mencatatkannya dalam buku
catatan mereka untuk didiskusikan bersama teman maupun Bapak/Ibu Guru mereka saat
jadwal kegiatan pembelajaran berlangsung.

Teruntuk Bapak/Ibu Guru, modul ini disusun dengan orientasi teks dan setiap modul
dirancang untuk dapat mencakup kompetensi-kompetensi dasar. Setiap peserta didik
diarahkan untuk dapat mempelajari modul ini secara mandiri, namun demikian mereka juga
diharapkan dapat menuliskan setiap permasalahan pembelajaran yang ditemuinya saat
mempelajari modul ini dalam buku catatan mereka. Berkenaan dengan permasalahan-
permasalahan tersebut, diharapkan Bapak/Ibu Guru dapat membahasnya dalam jadwal
kegiatan pembelajaran yang telah dirancang sehingga peserta didik dapat memahami
kompetensi-kompetensi yang disiapkan dengan tuntas.

10
PETUNJUK EVALUASI

PETUNJUK EVALUASI
Pada bagian akhir sub-bab, siswa diminta mengisi serangkaian tes formatif. Setelah selesai
mengerjakan Tes Formatif , silahkan cocokkan jawaban dengan kunci jawaban yang telah
disediakan pada bagian lampiran Modul ini. Kemudian hitung tingkat penguasaan yang dapat
dicapai dengan menggunakan rumus berikut ini:

Jika Nilai Capaian yang diperoleh kurang dari 75 (disesuaikan dengan KKM yang ditetapkan),
masih perlu mempelajari kembali materi yang belum dikuasai. Jika masih mengalami
kesulitan, dapat menanyakannya langsung kepada Bapak/Ibu Guru pada saat jadwal kegiatan
pembelajaran berlangsung. Jika tingkat penguasaan yang peroleh lebih dari atau sama
dengan 75%, dapat melanjutkan ke kegiatan belajar selanjutnya.

11
GAMBARAN UMUM
TAMAN NASIONAL WAKATOBI

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi (UU Nomor 5 Tahun 1990).

Taman Nasional Wakatobi (TNW) merupakan salah satu dari 54 Taman Nasional di
Indonesia yang terletak di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kawasan TNW
ditunjuk sebagai Kawasan Taman Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No. 393/KPTS-VI/1996 tanggal 30 Juli 1996 dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 7651/Kpts-II/2002 tanggal 19 Agustus 2002 yang meliputi kawasan
seluas ± 1.390.000 hektar termasuk kawasan perairan dan seluruh kawasan daratan pulau-
pulau yang ada di wilayah ini. Namun pada Tahun 2020 Kawasan TNW mengalami perubahan
luas kawasan menjadi 1.320.987 hektar berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.425/MENLHK/SETJEN/LA.2/11/2020
tanggal 12 November 2020.

Di dalam Kawasan Taman Nasional Wakatobi terdapat 8 (delapan) potensi sumber


daya penting yang telah ditetapkan sebagai target konservasi yaitu ekosistem terumbu karang
(karang tepi, karang penghalang, gosong karang dan atol), ekosistem padang lamun,
ekosistem mangrove, habitat burung (aves) pantai, jalur migrasi cetacean, daerah
pemijahan ikan (SPAGs), habitat penyu dan ikan ekonomis penting. Potensi ini sangat penting
untuk dilestarikan karena pada dasarnya merupakan ekosistem yang saling tergantung atau
saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya sehingga kerusakan salah satu potensi
akan berakibat tergangguya ekosistem. Selain itu juga sebagai pendukung kehidupan manusia
serta diperuntukkan untuk generasi mendatang.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Balai Taman Nasional Wakatobi dalam
melestarikan ke 8 (delapan) potensi sumber daya penting dimaksud diantaranya melalui
kegiatan (1) perlindungan sistem penyangga kehidupan (kegiatan patroli pengamanan
kawasan, penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat,dll), (2) pengawetan keanekaragaman
hayati beserta ekosistemnya (kegiatan rehabilitasi/pemulihan ekosistem, penangkaran jenis
satwa/tumbuhan yang terancam punah, pembinaan habitat, dll), (3) pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya (pemberian izin usaha, kerjasama dan
kemitraan konservasi, dll).

12
SILABUS PENYU DAN UPAYA KONSERVASINYA

Alokasi
Kelas Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Waktu
IV 1. Memahami 1. Berperilaku ramah 1. Menjelaskan jenis- 1. Mengenali jenis-jenis 1. Tanya jawab 2 x 45 menit
(Empat) pengetahuan lingkungan jenis penyu penyu 2. Jawaban
faktual dengan 2. Mengenali jenis 2. Menjelaskan habitat 2. Memahami habitat singkat
cara mengamati jenis sumber daya penyu penyu
dan bertanya penting Taman 3. Menjelaskan 3. Memahami
berdasarkan rasa Nasional Wakatobi peran/fungsi penyu di peran/fungsi penyu di
ingin tahu tentang 3. Menghubungkan ekosistem ekosistem
konservasi kegiatan sehari hari 4. Menjelaskan 4. Memahami ancaman
sumber daya dengan upaya ancaman yang yang menunggu
penting Taman konservasi taman menunggu penyu di penyu di ekosistem
Nasional nasional wakatobi ekosistem 5. Mehamami cara
Wakatobi 4. Menghubungkan 5. Menjelaskan cara konservasi penyu
2. Menjadi agen kegiatan sehari hari konservasi penyu 6. Mengetahui kegiatan
konservasi di dengan upaya 6. Mengunjungi demplot yang dilakukan di
lingkungan konservasi taman penetasan semi alami demplot penetasan
sekolah, keluarga, nasional wakatobi semi alami
dan masyarakat
V 1. Memahami 1. Berperilaku ramah 1. Menjelaskan jenis- 1. Mengenali jenis-jenis 1. Tanya jawab 2 x 45 menit
(Lima) pengetahuan lingkungan jenis penyu yang ada penyu yang ada di 2. Jawaban
faktual dan 2. Mengenalis jenis di Indonesia Indonesia singkat
konseptual jenis sumber daya 2. Menjelaskan habitat 2. Memahami habitat
dengan cara penting Taman penyu penyu
mengamati dan Nasional Wakatobi 3. Menjelaskan 3. Memahami
bertanya 3. Mengetahui peran peran/fungsi penyu di peran/fungsi penyu di
berdasarkan rasa sumber daya ekosistem ekosistem

13
Alokasi
Kelas Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Waktu
ingin tahu tentang penting di Taman 4. Mendiskusikan 4. Mampu melihat
konservasi Nasional Wakatobi berbagai ancaman ancaman yang
sumber daya 4. Menghubungkan yang menunggu menunggu penyu di
penting Taman kegiatan sehari hari penyu di ekosistem ekosistem
Nasional dengan upaya 5. Mempelajari cara 5. Memahami cara
Wakatobi konservasi taman konservasi penyu konservasi penyu
2. Menjadi agen nasional wakatobi 6. Mengunjungi demplot 6. Mengetahui kegiatan
konservasi di penetasan semi alami yang dilakukan di
lingkungan demplot penetasan
sekolah, keluarga, semi alami
dan masyarakat
VI 1. Memahami 1. Berperilaku ramah 1. Menjelaskan dan 1. Mampu mengenali 1. Tanya jawab 2 x 45 menit
(Enam) pengetahuan lingkungan mengidentifikasi jenis-jenis penyu 2. Jawaban
faktual dan 2. Mengenali jenis jenis-jenis penyu, yang ada di TNW singkat
konseptual jenis sumber daya khususnya yang ada 2. Memahami habitat
dengan cara penting Taman di TNW penyu
mengamati dan Nasional Wakatobi 2. Menjelaskan habitat 3. Memahami
bertanya 3. Mengetahui peran penyu peran/fungsi penyu di
berdasarkan rasa sumber daya 3. Menjelaskan ekosistem
ingin tahu tentang penting di Taman peran/fungsi penyu di 4. Mampu melihat
konservasi Nasional Wakatobi ekosistem berbagai ancaman
sumber daya 4. Menganalisa isu 4. Mendiskusikan yang menunggu
penting Taman konservasi sumber berbagai ancaman penyu di ekosistem
Nasional daya penting, yang menunggu 5. Memahami cara
Wakatobi penyebab, dan penyu di ekosistem konservasi penyu di
2. Menjadi agen dampaknya bagi 5. Mempelajari cara TNW
konservasi di kehidupan sehari- konservasi penyu di 6. Mengetahui kegiatan
lingkungan hari TNW yang dilakukan di

14
Alokasi
Kelas Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Waktu
sekolah, keluarga, 5. Merumuskan 6. Mengunjungi demplot demplot penetasan
dan masyarakat gagasan penetasan semi alami semi alami
pemecahan
masalah
konservasi sumber
daya penting
VII 1. Memahami 1. Berperilaku ramah 1. Mempelajari jenis- 1. Mampu mengenali 1. Tanya jawab 2 x 45 menit
(Tujuh) pengetahuan lingkungan jenis penyu dan jenis-jenis penyu dan 2. Jawaban
(faktual, 2. Mengidentifikasi status konservasinya status konservasinya singkat
konseptual, dan jenis jenis sumber 2. Menjelaskan bio 2. Memahami bio
prosedural) daya penting ekologi penyu secara ekologi penyu secara
dengan cara Taman Nasional umum umum
mengamati dan Wakatobi 3. Menjelaskan 3. Memahami
bertanya 3. Memahami peran peran/fungsi penyu di peran/fungsi penyu di
berdasarkan rasa sumber daya ekosistem laut ekosistem laut
ingin tahu tentang penting dalam 4. Menjelaskan 4. Memahami ancaman
konservasi kehidupan sehari- ancaman yang yang menunggu
sumber daya hari menunggu penyu di penyu di ekosistem
penting Taman 4. Menganalisa isu ekosistem 5. Memahami cara
Nasional konservasi sumber 5. Menjelaskan cara monitoring dan
Wakatobi daya penting, monitoring dan konservasi penyu
2. Menjadi agen penyebab, dan konservasi penyu 6. Mengetahui kegiatan
konservasi di dampaknya bagi 6. Mengunjungi demplot yang dilakukan di
lingkungan kehidupan sehari- penetasan semi alami demplot penetasan
sekolah, keluarga, hari semi alami
dan masyarakat 5. Merumuskan
gagasan
pemecahan

15
Alokasi
Kelas Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Waktu
masalah
konservasi sumber
daya penting
VIII 1. Memahami 1. Berperilaku ramah 1. Mempelajari jenis- 1. Mengenali jenis-jenis 1. Tanya 2 x 45 menit
(Delapan) pengetahuan lingkungan jenis penyu, status penyu, status jawab
(faktual, 2. Mengidentifikasi konservasi, dan konservasi, dan 2. Jawaban
konseptual, dan jenis jenis sumber sebaran jenisnya sebaran jenisnya singkat
prosedural) daya penting 2. Menjelaskan bio 2. Memahami bio
dengan cara Taman Nasional ekologi penyu di ekologi penyu di
mengamati dan Wakatobi TNW TNW
bertanya 3. Memahami peran 3. Menjelaskan 3. Memahami
berdasarkan rasa sumber daya peran/fungsi penyu di peran/fungsi penyu di
ingin tahu tentang penting dalam ekosistem laut dan ekosistem laut dan
konservasi kehidupan sehari- pantai pantai
sumber daya hari 4. Mendiskusikan 4. Memahami ancaman
penting Taman 4. Menganalisa isu ancaman yang yang menunggu
Nasional konservasi sumber menunggu penyu di penyu di ekosistem
Wakatobi daya penting, ekosistem 5. Memahami cara
2. Menjadi agen penyebab, dan 5. Menjelaskan cara monitoring penyu
konservasi di dampaknya bagi monitoring dan dan konservasinya
lingkungan kehidupan sehari- konservasi penyu 6. Mengetahui kegiatan
sekolah, keluarga, hari 6. Mengunjungi demplot yang dilakukan di
dan masyarakat 5. Merumuskan penetasan semi alami demplot penetasan
gagasan semi alami
pemecahan
masalah
konservasi sumber
daya penting

16
Alokasi
Kelas Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Waktu
IX 1. Memahami 1. Berperilaku ramah 1. Mempelajari dan 1. Mampu memahami 1. Tanya jawab 2 x 45 menit
(Sembilan) pengetahuan lingkungan mengidentifikasi dan mengidentifikasi 2. Jawaban
(faktual, 2. Mengidentifikasi jenis-jenis penyu, jenis-jenis penyu, singkat
konseptual, dan jenis jenis sumber sebaran jenis, status sebaran jenis, status
prosedural) daya penting konservasi dan konservasi dan
dengan cara Taman Nasional populasinya saat ini populasinya saat ini
mengamati dan Wakatobi 2. Menjelaskan bio 2. Memahami bio
bertanya 3. Memahami peran ekologi penyu dan ekologi penyu dan
berdasarkan rasa sumber daya kaitannya dengan kaitannya dengan
ingin tahu tentang penting dalam fungsi penyu di fungsi penyu di
konservasi kehidupan sehari- ekosistem TNW ekosistem TNW
sumber daya hari 3. Mendiskusikan 3. Mempu melihat
penting Taman 4. Menganalisa isu berbagai ancaman berbagai ancaman
Nasional konservasi sumber baik oleh alam baik oleh alam
Wakatobi daya penting, ataupun manusia ataupun manusia
2. Menjadi agen penyebab, dan terhadap terhadap
konservasi di dampaknya bagi kelangsungan hidup kelangsungan hidup
lingkungan kehidupan sehari- penyu penyu
sekolah, keluarga, hari 4. Menjelaskan cara 4. Memahami cara
dan masyarakat 5. Merumuskan monitoring dan monitoring dan
gagasan konservasi penyu di konservasi penyu di
pemecahan TNW TNW
masalah 5. Mendiskusikan 5. Memahami bahaya
konservasi sumber bahaya mengonsumsi penyu
daya penting mengonsumsi penyu 6. Mengetahui kegiatan
6. Mengunjungi demplot yang dilakukan di
penetasan semi alami demplot penetasan
semi alami

17
Penyu dan Upaya Konservasinya

1. PENGENALAN PENYU
a. Jenis-Jenis Penyu
Penyu adalah kura-kura laut yang ditemukan di seluruh samudra di dunia.
Penyu merupakan organisme ikonik hidup di perairan laut. Menurut data
para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang
lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa itu Archelon, yang berukuran
panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti
penyu masa kini. Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki
pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur
hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata,
kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas.
Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru. Penyu pada umumnya
bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak
3.000 kilometer dapat ditempuh 58 - 73 hari. Jenis-jenis penyu yang dapat ditemui di
Perairan Indonesia antara lain:

Tabel 1. Jenis-jenis penyu dan status konservasinya

Status Konservasi
No Jenis Penyu Nama Ilmiah
(IUCN)

1 Penyu lekang Lepidochelys olivacea Vulnerable (rentan)


2 Penyu hijau Chelonia mydas Endangered (genting)
3 Penyu belimbing Dermochelys coriacea Vulnerable (rentan)
Data deficient (kurang
4 Penyu pipih Natator depressus
data)
5 Penyu tempayan Caretta caretta Vulnerable (rentan)
Critically Endangered
6 Penyu sisik Eretmochelys imbricata
(kritis)
Keterangan:
a. Punah (extinct): suatu jenis dikatakan punah jika dengan tidak ada keraguan lagi
bahwa individu terakhir telah mati.
b. Punah di alam (extinct in the wild): suatu jenis dikatakan punah dialam jika
dengan pasti diketahui bahwa jenis tersebut hanya hidup di penangkaran atau
hidup di alam sebagai hasil pelepasan kembali di luar daerah sebaran aslinya.
c. Kritis (critically endangered): jenis penyu yang menghadapi resiko kepunahan
yang tinggi di alam.
d. Genting (endangered): jenis penyu yang belum termasuk kategori kritis namun
menghadapi resiko kepunahan sangat tinggi di alam dalam waktu dekat.
e. Rentan (vulnerable): jenis penyu yang menghadapi resiko kepunahan sangat
tinggi di alam.
f. Keberadaanya tergantung aksi konservasi (near threatened) : jenis yang
merupakan fokus suatu program konservasi jenis atau habitat yang berakibat
langsung terhadap kelestarianya.

18
Penyu dan Upaya Konservasinya

g. Resiko rendah (least concern): jenis yang di kategorikan tidak terancam punah.
Kategori ini dapat di bedakan menjadi 3, yaitu :
• Jenis yang nyaris memenuhi syarat menjadi kategori yang terancam punah.
• Jenis yang tidak begitu menjadi perhatian, dan
• Jenis yang jumlahnya besar dan memiliki peluang yang sangat kecil untuk
punah di masa depan.
h. Kurang data (data deficient): jenis ini masuk kedalam kelompok tidak terancam
punah.
i. Tidak dievaluasi (not evaluated): jenis yang tidak dievaluasi seperti kriteria diatas.

Ke 6 jenis penyu tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


a. Penyu lekang

Gambar 1. Penyu lekang (sumber: id.wikipedia.org)

1) Penyu lekang masuk di antara jenis penyu terkecil, dengan berat 31 – 43 kg


2) Warna karapasnya abu-abu kehijauan
3) Bersifat vegetarian atau pemakan lamun
b. Penyu hijau

Gambar 2. Penyu hijau (sumber: dokumentasi BTNW)

1) Memiliki warna kuning kehijauan atau coklat hitam gelap


2) Cangkangnya bulat telur apabila dilihat dari atas dan kepalanya relatif kecil
dan tumpul
3) Ukuran panjang antara 80 hingga 150 cm dan beratnya dapat mencapai 132
kg

c. Penyu belimbing

19
Penyu dan Upaya Konservasinya

Gambar 3. Penyu belimbing (sumber: en.wikipedia.org)

1) Memiliki karapas yang berbentuk seperti garis-garis pada buah belimbing


berwarna gelap
2) Memiliki karapas yang tidak tertutup oleh tulang, namun hanya ditutup oleh
kulit dan daging berminyak
3) Berat dapat mencapai 700 kg dengan panjang dapat mencapai lebih dari 305
cm
d. Penyu pipih

Gambar 4. Penyu pipih (sumber: p2k.unkris.ac.id)

1) Karapas dewasa memiliki panjang rata-rata 90 cm


2) Bentuk tempurung rendah berkubah, tepi yang terbalik
3) Penyu pipih merupakan omnivora
e. Penyu tempayan

Gambar 5. Penyu tempayan (sumber: www.nausicaa.fr)

1) Warna karapasnya coklat kemerahan, kepalanya besar dan paruhnya yang


bertumpuk
20
Penyu dan Upaya Konservasinya

2) Memiliki panjang 70 – 210 cm dengan berat 135 – 400 kg


3) Memiliki 5 buah sisik di kepala bagian depan, umumnya terdapat 4 pasang
sisik coastal dan 5 buah sisik vertebral
f. Penyu sisik

Gambar 6. Penyu sisik (sumber: dokumentasi BTNW)

1) Bentuk kepalanya memanjang dan meruncing serta memiliki sebuah paruh


yang tajam
2) Memiliki karapas berwarna hitam dan bintik coklat
3) Rata-rata penyu sisik dewasa diketahui dapat tumbuh sepanjang 1 meter
dan berat sekitar 80 kg
4) Lengan penyu sisik memiliki dua cakar yang terlihat pada setiap sirip

21
Penyu dan Upaya Konservasinya

b. Bio Ekologi Penyu


a. Habitat dan sebaran
Penyu hampir tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia baik pesisir
barat atau timur Sumatra, pesisir selatan Pulau Jawa dan di bagian utara Pulau
Jawa, Pesisir Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali, Lombok, NTT, NTB, Maluku
dan pulau-pulau kecil berpasir lainnya.

Gambar 7. Sebaran perjumpaan dengan penyu di Resor Tomia, SPTN Wilalyah III,
TN Wakatobi

Gambar 8. Sebaran perjumpaan dengan penyu di Resor Tomia Timur, SPTN


Wilalyah III, TN Wakatobi

22
Penyu dan Upaya Konservasinya

Penyu mengalami siklus bertelur yang beragam, dari 2 - 8 tahun sekali.


Sementara penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, betina sesekali
mampir ke daratan untuk bertelur. Penyu betina menyukai pantai berpasir yang
sepi dari manusia dan sumber bising dan cahaya sebagai tempat bertelur yang
berjumlah ratusan itu, dalam lubang yang digali dengan sepasang tungkai
belakangnya. Pada saat mendarat untuk bertelur, gangguan berupa cahaya
ataupun suara dapat membuat penyu mengurungkan niatnya dan kembali ke
laut, juga penyu menggunakan magnet bumi sebagai bantuan untuk kembali ke
kampung halamannya ketika saat masih menjadi tukik, dan kembali saat sudah
dewasa untuk bertelur.
Di Taman Nasional Wakatobi, apabila beruntung, penyu dapat dijumpai di
semua kawasan. Jenis penyu yang dapat dijumpai di Taman Nasional Wakatobi
adalah penyu hijau dan penyu sisik. Penyu hijau merupakan reptil herbivora yang
dapat ditemukan baik di perairan tropi maupun di daerah subtropis. Penyu hijau
muncul untuk memakan alga hanya pada beberapa habitat, yaitu pada daerah
terumbu karang, sedangkan pada daerah pesisir baik di teluk maupun di estuaria
makanan penyu hijau adalah lamun. Penyu hijau menghabiskan beberapa tahun
kehidupannya di habitat laut dalam dan tidak menghuni habitat lamun sampai
mereka dewasa. Habitat lamun berfungsi sebagai daerah makanan utama untuk
penyu hijau dewasa. Penyu hijau dalam hidupnya tidak bergerombol. Biasanya
berenang sendiri-sendiri kecuali saat musim kawin. Mereka berkumpul pada
suatu area bila terdapat makanan yang melimpah.
Di beberapa pantai di Taman Nasional Wakatobi, diketahui penyu naik
untuk bertelur. Khususnya pada pantai-pantai yang masih sepi tidak banyak
aktivitas manusia dan memiliki pasir yang tebal dan tidak terlalu curam untuk
pembuatan sarangnya. Pantai-pantai tersebut yaitu pantai di Pulau Anano, Pulau
Kentiole, Pulau Ndaa, Pulau Cowo-Cowo, dan Pulau Runduma. Pulau-pulau
tersebut adalah pulau terluar di Taman Nasional Wakatobi dan tak berpenghuni,
kecuali Pulau Runduma. Selain itu, di Pulau Tomia yang relatif banyak penduduk
dan banyak aktivitas perikanan, juga menjadi tempat peneluran penyu yaitu
terdapat di Pantai Huntete yang masih sering ditemukan jejak penyu naik. Lalu,
di Pulau Binongko juga masih juga dapat ditemukan jejak/sarang penyu di Pantai
Mbara-Mbara, Pantai Yoro, dan Pantai One Melangka.

23
Penyu dan Upaya Konservasinya

b. Siklus reproduksi penyu

Gambar 9. Siklus hidup penyu hijau secara umum (sumber: Lanyon et al., 1989
dalam Samanya R., 2015)

Secara umum, penyu bermigrasi dari ruaya pakan ke daerah bertelur dan kawin
selama 1 – 2 bulan. Setelah 2 – 4 minggu, penyu betina akan naik ke pantai dan
bertelur. Telur-telur akan menetas saat suhu permukaan pasir tidak terlalu panas di
malam hari.
Tukik yang menetas akan menggali selama 2 – 3 hari sebelum muncul di
permukaan. Mereka akan langsung menuju air dengan menggunakan cahaya, arah
gelombang, dan medan magnet bumi sebagai panduan. Tukik akan berenang selama
1 – 2 hari untuk pergi sejauh mungkin ke daerah lepas pantai, kemudian mengapung
selama beberapa tahun mengikuti arus sampai mereka bermigrasi dari perairan
dalam ke ruaya pakan yang dangkal.
Setelah 5 – 10 tahun, tukik akan berkembang menjadi penyu remaja dengan
kisaran panjang tubuh antara 20 – 40 cm. Mereka menetap di daerah mencari makan
selama 5 – 10 tahun atau sampai mereka mencapai kematangan seksual, dan
melakukan migrasi pertamanya untuk kawin.

24
Penyu dan Upaya Konservasinya

c. Tes Formatif 1
Tes Formatif Pengenalan Penyu

1. Di dunia ada … jenis penyu, yang dapat ditemukan di Indonesia ada … jenis penyu,
sdangkan di Taman Nasional Wakatobi dapat dijumpai … jenis penyu. Jenis penyu yang
dapat dijumpai di Taman Nasional Wakatobi yaitu …………………. dan …………………
2. Penyu yang memiliki ukuran tubuh paling besar adalah ………….
3. ……………….. menghabiskan seluruh hidupnya di laut, sedangkan …………………
sesekali naik ke daratan untuk bertelur.
4. Sebutkan pulau-pulau di TN Wakatobi yang menjadi tempat naik penyu untuk bertelur!
5. Tukik yang menetas di alam menggunakan ………………., …………………., dan
…………………. sebagai panduan untuk menuju air laut.

25
Penyu dan Upaya Konservasinya

2. PERAN/FUNGSI PENYU DI EKOSISTEM


a. Memelihara ekosistem habitat

Padang lamun Terumbu karang Pesisir pantai

b. Keseimbangan rantai makanan

Mengontrol populasi Pemasok makanan bagi


ubur-ubur ikan
c. Memperbaiki siklus nutrisi di laut
Saat penyu tempayan mencari mangsa di dasar laut, mereka meninggalkan jejak di
sedimen saat menyapu pasir dengan siripnya. Perilaku ini memengaruhi aerasi dan
distribusi sedimen, serta keragaman spesies dan dinamika ekosistem di dasar laut.
d. Pengadaan habitat
Penyu tempayan diketahui memiliki lebih dari 100 spesies epibiont pada karapas
mereka. Selain itu, karapas penyu merupakan tempat tinggal yang lebih aman bagi
epibiont dibandingkan substratum lain dan memungkinkan sebaran spasial spesies-
spesies epibiont yang sangat luas.

a. Tes Formatif 2
Sebutkan peran/fungsi penyu di ekosistem!
1. Salah satu peran penyu yaitu memelihara ekosistem habitat di ……………., ………………,
dan ………………
2. Jenis penyu ………… memakan ubur-ubur untuk mengontrol populasinya di laut.
3. Sebutkan peran penyu di padang lamun!
4. Sebutkan peran penyu di pantai!

26
Penyu dan Upaya Konservasinya

3. ANCAMAN YANG MENUNGGU PENYU DI EKOSISTEM


a. Penyebab berkurangnya populasi penyu

Gambar 10. Dampak eksploitasi penyu betina yang berlebih terhadap populasi
mereka (sumber: Mortimer, 1984)

Tidak seperti burung yang selalu menjaga dan mengerami telur-telurnya, penyu
tidak memiliki kebiasaan ini. Penyu betina akan segera meninggalkan telur-telurnya
setelah ditelurkan, dan sepenuhnya menyerahkan nasib telur-telur yang berada di
dalam sarang kepada alam. Selama jutaan tahun, alam sudah bekerja dengan
sempurna untuk menjaga telur-telur itu sehingga ribuan atau bahkan jutaan tukik bisa
menetas dan kembali ke lautan untuk melanjutkan hidupnya, sehingga populasi
penyu tetap lestari. Namun, pada masa sekarang ini penyu tak lagi aman untuk
melakukan aktivitas bertelur di pantai, saat berenang di ruaya pakan, maupun saat
bermigrasi antara ruaya bertelur dan ruaya pakan. Seperti pada Gambar 4, dapat
dilihat pengaruh populasi penyu betina apabila penyu betina diambil sebelum
bertelur. Misalnya, dibutuhkan waktu 25 tahun untuk tukik menjadi dewasa, jika pada
tahun 1975 penyu betina yang naik ke pantai dibunuh sebelum bertelur, maka
pengaruh populasinya baru dapat dilihat pada tahun 2000.

Gambar 11. Kehancuran populasi penyu karena pengambilan telur


(sumber: Mortimer, 1995)

Pada Gambar 10, dapat dilihat bahwa pengaruh pengambilan telur penyu
terhadap populasi penyu yang menyebabkan kepunahan populasi karena tidak ada

27
Penyu dan Upaya Konservasinya

tukik baru yang menetas. Selain itu, berbagai ancaman lain dapat dicermati sebagai
berikut:
a. Penyu sering ditangkap untuk disembelih dan diambil telurnya untuk dimakan.
b. Aktivitas nelayan yang memakai jaring insang (gill net), rawai panjang (longline),
maupun pukat (trawl) di laut dapat menyebabkan penyu mati karena tertangkap
dan terjerat.
c. Pembuangan sampah plastik, styrofoam, dan sampah lainnya. Sampah-sampah
tersebut akan dimakan penyu karena dikira makanan, masuk ke saluran
pernafasan mereka, atau menjerat mereka hingga mati. Penyu akan mati bila
memakan sampah plastik yang dikira sebagai ubur-ubur.
d. Erosi, penambangan pasir, dan pembangunan di wilayah pantai yang dapat
merusak habitat bertelur penyu.
e. Predator alami seperti babi hutan, biawak, burung, dan anjing-anjing liar yang
dapat memakan telur dan tukik yang baru menetas.
f. Perubahan iklim yang menyebabkan naiknya permukaan air laut dan
menyebabkan berubahnya daya tetas maupun keseimbangan rasio jenis kelamin
tukik.

b. Bahaya Mengonsumsi Penyu


Saat ini, masih banyak masyarakat yang mengonsumsi daging dan telur penyu.
Mitosnya, daging penyu dapat menjadi obat kuat bagi manusia. Justru sebaliknya,
mengonsumsi daging penyu dapat menimbulkan berbagai penyakit kronis bagi tubuh
manusia karena kandungan logam berat pada daging penyu tersebut. Selain itu,
kandungan kolesterol pada 1 butir telur penyu setara dengan 20 butir telur ayam.
Kandungan kolesterol tinggi dapat menyumbat pembuluh darah. Telur penyu juga
mengandung senyawa beracun yang disebut PCB (polychlorinated biphenyl).
Senyawa ini dapat menyebabkan kanker, mengganggu sistem kekebalan tubuh,
sistem saraf dan menyebabkan penebalan kulit. Jadi, konsumsi daging dan telur
penyu yang bemanfaat bagi kesehatan hanyalah mitos, ditambah lagi fungsi penyu
sebagai penyeimbang ekosistem, sehingga kita harus bijak untuk berhenti berburu
dan mengonsumsi daging maupun telur penyu.

c. Tes Formatif 3

1. Tidak seperti burung, penyu tidak memiliki kebiasaan untuk ……………….


2. Apa pengaruh pengambilan telur penyu terhadap populasi penyu?
3. Hal-hal yang dapat merusak habitat bertelur penyu di pantai yaitu ………….
4. Penyu dapat memakan ……………. yang dikiranya sebagai ubur-ubur dan penyu
akan mati apabila memakan benda itu.
5. Kandungan kolesterol pada …. butir telur ayam setara dengan …. butir telur
penyu. Kandungan kolesterol yang tinggi dapat menyumbat ………………..

28
Penyu dan Upaya Konservasinya

4. KONSERVASI PENYU
Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Konservasi pertama kali
dikemukakan oleh Theodore Roosevelt pada tahun 1902. Konservasi berasal dari kata
“conservation”, yang bersumber dari kata con (together) dan servare (to keep, to save
what we have). Dari kata tersebut dapat disimpulkan bahwa konservasi merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk memelihara milik kita (to keep, to save what we have) dan
kita harus memanfaatkannya secara bijaksana (wise use). Dalam konteks yang luas,
konservasi tidak hanya diartikan sebagai menjaga atau memelihara lingkungan alam
(pengertian konservasi fisik), tetapi juga bagaimana nilai-nilai dan hasil budaya dirawat,
dipelihara, dijunjung tinggi, dan dikembangkan demi kesempurnaan hidup manusia.
Berbagai kegiatan di Taman Nasional Wakatobi telah dilakukan untuk melestarikan
keberadaan penyu seperti kegiatan patroli, monitoring, dan demplot penetasan semi alami
a. Patroli

Gambar 12. Patroli MMP (Masyarakat Mitra Polhut)


mengamankan telur penyu yang terancam air pasang

Kegiatan patroli dimaksudkan untuk pengamanan kawasan dan penindakan


terhadap pelanggaran. Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 dan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 Tahun 2018, semua jenis penyu
termasuk di dalam satwa liar yang dilindungi. Oleh karena itu, harus dilakukan
tindakan apabila terdapat penangkapan penyu, pembunuhan penyu, maupun
pengambilan telur penyu untuk konsumsi atau perdagangan. Pelanggaran yang
dilakukan dapat dikenakan penjara selama 5 tahun dan denda sebanyak 100 juta
rupiah.

29
Penyu dan Upaya Konservasinya

b. Monitoring

Penyu hijau Mengukur jejak


bertelur penyu

Mengamankan
Mengukur
telur dari
kedalaman
sarang yang
sarang
terancam

Gambar 13. Kegiatan monitoring penyu di Taman Nasional Wakatobi

Kegiatan monitoring dilakukan untuk mengetahui kondisi penyu terkini di Taman


Nasional Wakatobi. Monitoring penyu dilakukan di pantai-pantai peneluran dan
dilakukan pada saat gelap (malam hingga subuh) karena penyu naik ke pantai pada
saat malam hari. Saat melakukan monitoring, hal-hal yang perlu dicatat yaitu: jenis
penyu, koordinat ditemukan penyu, sarang, posisi sarang jenis vegetasi dekat sarang,
kedalanab sarang, koordinat ditemukan sarang, jejak penyu, koordinat ditemukan
jejak, lebar jejak, waktu naik ke pantai, waktu bertelur, waktu selesai bertelur, tanggal,
dan lokasi monitoring. Apabila ketika monitoring didapatkan sarang penyu dengan
kondisi yang rusak atau lokasi sarang berada di batas air pasang, maka telur penyu
di dalam sarang tersebut perlu untuk dipindahkan dan diamankan. Langkah-langkah
monitoring dilakukan sebagai berikut:

30
Penyu dan Upaya Konservasinya

Gambar 14. Langkah-langkah monitoring penyu

c. Demplot penetasan semi alami


Demplot penetasan semi alami dibuat untuk membesarkan tukik sehingga
diyakini dapat meningkatkan persentase hidup mereka di alam ketika sudah tiba
waktunya dilepas nanti. Lokasi demplot penetasan semi alami di Taman Nasional
Wakatobi terletak di SPTN Wilayah III Tomia – Binongko. Di dalam demplot, telur-
telur penyu hasil dari pengamanan di pantai peneluran ditanam di dalam bak pasir
dengan membuat sarang buatan sesuai dengan kedalaman sarang yang ditemukan
di lapangan. Telur-telur tersebut dipelihara selama kurang lebih 55 hari dan akhirnya
tukik akan menetas dan muncul ke permukaan pasir. Setelah itu, tukik dipindahkan
ke bak pembesaran yang berisi air laut hingga berumur 1 sampai 2 bulan. Selama
dipelihara di bak pembesaran, tukik diberi makan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore
serta air di bak diganti sebanyak 2 kali juga pada pagi dan sore, karena air di bak
tidak mengalir sehingga harus diganti untuk mencegah bakteri dan jamur yang bisa
menyerang tukik.

31
Penyu dan Upaya Konservasinya

Gambar 15. Demplot Penetasan Semi Alami SPTN Wilayah III

Setelah mencapai usia 1 – 2 bulan, tukik sudah siap untuk dilepasliarkan. Kegiatan
melepas tukik ke habitatnya sebaiknya dilakukan pada saat gelap. Hal itu dikarenakan
untuk menghindari aktivitas predator seperti burung yang dapat memangsa tukik dan
aktivitas nelayan. Cara melepas tukik yaitu tukik diangkat dan ditaruh di pasir pantai
menghadap ke daratan, membiarkan tukik untuk berdiam sejenak merekam lingkungan
sekelilingnya dan jangan lupa berdoa supaya tukik dapat hidup dengan baik. Kemudian,
tukik akan berbalik badan dan berjalan perlahan menuju laut. Setelah menyentuh air laut,
tukik akan berenang bebas di lautan.
Praktik pemeliharaan tukik di demplot penetasan semi alami sebelum dilepas
diketahui berpengaruh terhadap orientasi tukik dan naluri untuk bertahan hidup. Di
samping itu, karena variasi arus lintas Indonesia setiap musim, melepas tukik setelah
dipelihara di demplot penetasan semi alami mungkin merubah pola spasial mereka

d. Tes Formatif 4
1. Kegiatan untuk memelihara dan menjaga alam serta melestarikannya disebut ………
2. Upaya yang telah dilakukan Taman Nasional Wakatobi untuk melestarikan penyu yaitu
………..….., ………….….., dan ……………..
3. Sebutkan apa saja kegiatan yang dilakukan di demplot penetasan semi alami?
4. Bagaimana cara untuk melepas tukik?
5. Apa upaya kamu untuk menjaga penyu supaya tidak punah?

32
Penyu dan Upaya Konservasinya
KUNCI JAWABAN

MODUL PENYU
Tes Formatif 1
1. Di dunia ada 7 jenis penyu, yang dapat ditemukan di Indonesia ada 6 jenis penyu,
sedangkan di Taman Nasional Wakatobi dapat dijumpai 2 jenis penyu. Jenis
penyu yang dapat dijumpai di Taman Nasional Wakatobi yaitu penyu hijau dan
penyu sisik
2. Penyu yang memiliki ukuran tubuh paling besar adalah penyu belimbing
3. Penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, sedangkan penyu betina
sesekali naik ke daratan untuk bertelur.
4. Sebutkan pulau-pulau di TN Wakatobi yang menjadi tempat naik penyu untuk
bertelur! Pulau Cowo-Cowo, Pulau Ndaa, Pulau Kentiole, Pulau Anano, Pulau
Runduma, Pulau Tomia (Pantai Huntete), Pulau Binongko (Pantai Yoro, Pantai
Mbara-Mbara)
5. Tukik yang menetas di alam menggunakan cahaya, arah gelombang, dan medan
magnet bumi sebagai panduan untuk menuju air laut.

Tes Formatif 2
1. Sebutkan peran/fungsi penyu di ekosistem!
• Memelihara ekosistem habitat padang lamun, terumbu karang, dan pesisir
pantai
• Keseimbangan rantai makanan
• Memperbaiki siklus nutrisi di laut
• Pengadaan habitat
2. Salah satu peran penyu yaitu memelihara ekosistem habitat di padang lamun,
terumbu karang, dan pesisir pantai
3. Jenis penyu sisik memakan ubur-ubur untuk mengontrol populasinya di laut.
4. Sebutkan peran penyu di padang lamun!
Memakan daun-daun lamun, memangkas padang lamun yang terlalu rimbun
sehingga sinar matahari dapat masuk dan melancarkan alur nutrisi. Kotoran penyu
dapat berfungsi untuk menyuburkan lamun.
5. Sebutkan peran penyu di pantai!
Telur penyu secara langsung dan tidak langsung memperbaiki kualitas habitat
bertelur mereka. Telur yang tidak menetas akan menambah konsentrasi nutrisi di
pasir pantai, terutama unsur nitrogen, fosfor, dan kalium (unsur makro). Nutrisi
tersebut membantu vegetasi tumbuh dan menjaga stabilitas daerah tersebut.
Vegetasi itu akan menjadi makanan hewan herbivora. Telur penyu yang masih
utuh di sarangnya merupakan makanan predator. Predator mendistribusikan
kembali nutrient melalui feses mereka.

33
Penyu dan Upaya Konservasinya

Tes Formatif 3
1. Tidak seperti burung, penyu tidak memiliki kebiasaan untuk menjaga dan
mengerami telur-telurnya.
2. Apa pengaruh pengambilan telur penyu terhadap populasi penyu?
Menyebabkan kepunahan populasi karena tidak ada tukik baru yang menetas.
3. Hal-hal yang dapat merusak habitat bertelur penyu di pantai yaitu erosi,
penambangan pasir, dan pembangunan di wilayah pantai.
4. Penyu dapat memakan sampah plastik yang dikiranya sebagai ubur-ubur dan
penyu akan mati apabila memakan benda itu.

Kandungan kolesterol pada 20 butir telur ayam setara dengan 1 butir telur penyu.
Kandungan kolesterol yang tinggi dapat menyumbat pembuluh darah

Tes Formatif 4
1. Kegiatan untuk memelihara dan menjaga alam serta melestarikannya disebut
konservasi
2. Upaya yang telah dilakukan Taman Nasional Wakatobi untuk melestarikan penyu
yaitu patroli, monitoring, dan demplot penetasan semi alami
3. Sebutkan apa saja kegiatan yang dilakukan di demplot penetasan semi alami?
• Membuat sarang buatan
• Menanam telur penyu
• Memindahkan tukik yang baru menetas ke bak
• Membersihkan bak
• Memberi makan tukik
• Pelepasliaran tukik
4. Bagaimana cara untuk melepas tukik?
Cara melepas tukik yaitu tukik diangkat dan ditaruh di pasir pantai menghadap ke
daratan, membiarkan tukik untuk berdiam sejenak merekam lingkungan
sekelilingnya dan jangan lupa berdoa supaya tukik dapat hidup dengan baik.
Kemudian, tukik akan berbalik badan dan berjalan perlahan menuju laut. Setelah
menyentuh air laut, tukik akan berenang bebas di lautan.
5. Apa upaya kamu untuk menjaga penyu supaya tidak punah?
• Tidak membuang sampah plastik di laut
• Tidak memakan telur penyu
• Membersihkan sampah di pantai
• Tidak menambang pasir di pantai
• Tidak membunuh penyu
• Belajar tentang penyu
• Membuat ajakan untuk melestarikan penyu

34
DAFTAR PUSTAKA

Abreu-Grobois, A. dan Plotkin, P. 2008. Lepidochelys olivacea. The IUCN Red List of
Threatened Species 2008: e.T11534A3292503.
https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2008.RLTS.T11534A3292503.en (diakses pada
9 April 2022).
Adnyana, I. B. W. dan C. Hitipeuw. 2009. Panduan Melakukan Pemantauan Populasi Penyu
di Pantai Peneluran di Indonesia. Jakarta: WWF Indonesia.
Azkab, M. H. 1999. Penyu Hijau, Chelonia mydas L. yang Senang Melahap Penyu Hijau yang
Segar. Oseana, 24(2):13-20.
Casale, P. dan Tucker, A.D. 2017. Caretta caretta (amended version of 2015 assessment).
The IUCN Red List of Threatened Species 2017: e.T3897A119333622.
https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2017-2.RLTS.T3897A119333622.en (diakses
pada 9 April 2022).
Mortimer, J.A. dan Donnelly, M. 2008. Eretmochelys imbricata. The IUCN Red List of
Threatened Species 2008: e.T8005A12881238.
https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2008.RLTS.T8005A12881238.en (diakses pada
9 April 2022).
Red List Standards dan Petitions Subcommittee. 1996. Natator depressus. The IUCN Red List
of Threatened Species 1996: e.T14363A4435952.
https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.1996.RLTS.T14363A4435952.en (diakses pada
9 April 2022).
Samanya, R. 2015. Biologi Konservasi Penyu Laut.
https://www.researchgate.net/publication/283642935 (diakses pada 6 April 2022).
Semedi, B. 2020. Pengembangan Wisata Edukasi dan Konservasi Penyu Berbasis
Masyarakat di Pantai Serang, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya.
Seminoff, J.A. 2004. Chelonia mydas. The IUCN Red List of Threatened Species 2004:
e.T4615A11037468.
https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2004.RLTS.T4615A11037468.en (diakses pada
9 April 2022).
SOP Monitoring Sumber Daya Penting BTNW
Wallace, B.P., Tiwari, M., dan Girondot, M. 2013. Dermochelys coriacea. The IUCN Red List
of Threatened Species 2013: e.T6494A43526147.
https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2013-2.RLTS.T6494A43526147.en (diakses
pada 9 April 2022).

35

Anda mungkin juga menyukai