Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI BERBASIS


BUDAYA LOKAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

Gd. Suharianta1, H. Syahruddin2, Ndara. Tanggu. Renda3


1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: gedesuharianta@gmail.com1, p.syahrudin@yahoo.com2,


ndara.renda@yahoo.com3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial
antara kelas yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran simulasi berbasis budaya lokal
dengan kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional siswa kelas V
Sekolah Dasar Gugus VI Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Jenis penelitian ini
adalah penelitian eksperimen semu. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas V di
Sekolah Dasar No. 4 Kampung Baru sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V di
Sekolah Dasar No. 3 Kampung Baru sebagai kelas kontrol. Data hasil belajar ilmu
pengetahuan sosial dikumpulkan melalui tes hasil belajar yang kemudian dianalisis secara
statistik deskriptif dan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, rata-rata skor hasil belajar
ilmu pengetahuan sosial yang dicapai kelas eksperimen adalah 23,25 atau 77,5% dengan
kategori tinggi. Sementara rata-rata skor yang dicapai kelas kontrol yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran konvensional adalah 18,50 atau 61,7% dengan kategori cukup.
Berdasarkan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
ilmu pengetahuan sosial yang signifikan antara kelas yang dibelajarkan dengan metode
pembelajaran simulasi berbasis budaya lokal dengan kelas yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional.

Kata kunci : Metode Simulasi berbasis budaya lokal dan hasil belajar

Abstrack
The aim of the research is to know the difference of the learning result of social science
between the class which was given by simulation learning method based on the local culture
and the class which was given by conventional learning method of the fifth grade student of
elementary schools of fourth school group in Buleleng regency. The kind of this research are
the fifth grade students of SD No 4 Kampung Baru as experiment class and the fifth grade
student of SD No 3 Kampung Baru as a control class. The data of the learning research is
collected by test which analyzed through descriptive statistic and t-test. The result of this
research shown that the score of social science learning in experiment class is 23,25 or
77,5% with high category. However the average of the control class that given the
conventional learning is 18,50 or 61,7% with medium category. Based on the hypothesis
test, it can be concluded that there is a significant difference of social science learning result
between the class which given simulation learning method in local based and the class
which given conventional learning method.

Key words : simulation learning method with local culture based and results of
learning

PENDAHULUAN
Pada hakikatnya ”pembelajaran adalah dan dievaluasi secara sistematis oleh
proses membelajarkan pembelajar. seorang guru untuk mencapai tujuan
Pembelajaran direncanakan, dilaksanakan pembelajaran. Dalam pembelajaran guru
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

juga dituntut untuk aktif dan kreatif dalam dapat menghadapi tantangan
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
peserta didik sesuai dengan program yang Teknologi (IPTEK). Nursid Sumaatmaja
telah ditentukan. Untuk mencapai hasil (dalam Hidayati, 2008:1.24) juga
pembelajaran yang optimal, guru harus menekankan bahwa “tujuan utama dari
menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pembelajaran IPS adalah membina anak
pemilihan dan penggunaan pendekatan didik menjadi warga negara yang baik,
pembelajaran yang tepat” (Mulyasa, 2005). memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
Hasil pembelajaran yang optimal dapat kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya
tercermin dalam pencapaian hasil serta masyarakat”. Tujuan utama dari
pembelajaran siswa untuk semua mata pembelajaran IPS tersebut dapat dicapai
pelajaran yang diperoleh di sekolah karena apabila program-program pembelajaran
keterlibatan siswa secara menyeluruh IPS khususnya di SD dapat diaplikasikan
dalam proses pembelajaran. Paradigma dan diorganisasikan dengan baik. Berbagai
pembelajaran berpusat pada siswa upaya telah dilakukan pemerintah untuk
(Student centered), mewajibkan kepada meningkatkan kualitas pendidikan pada
guru sebagai salah satu komponen yang umumnya, khususnya IPS seperti (1)
sangat penting dan bertanggung jawab memperbaharui kurikulum, (2) berbagai
dalam merencanakan, melaksanakan dan program pelatihan dan pendidikan, (3)
menilai hasil pembelajaran dengan kelompok kerja guru (KKG) atau program
mengunakan berbagai strategi, musyawarah guru mata pelajaran (MGMP),
pendekatan, metode, media serta alat (4) program sertifikasi guru dan dosen, (5)
evaluasi yang tepat. perbaikan sarana dan prasarana
Pergeseran nilai budaya lokal telah pendidikan, dan (6) peningkatan anggaran
terjadi dikalangan kehidupan masyarakat pendidikan dalam anggaran pendapatan
sehari-hari saat ini, yang semestinya nilai belanja negara (APBN) sampai 20% (UUD
budaya lokal merupakan modal atau 1945 pasal 31 ayat 4). Upaya lain yang
pijakan dalam pembangunan. “Tergesernya dilakukan pemerintah adalah dengan
nilai-nilai budaya lokal diakibatkan penyempurnaan undang-undang
derasnya arus teknologi, informasi dan kependidikan, serta peraturan operasional
rentannya daya tahan masyarakat terhadap secara teknik yang salah satunya sedang
arus tersebut, sehingga terkesan bahwa diterapkan di sekolah saat ini adalah
budaya lokal dianggap kurang penting Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007
dalam kehidupan” (Kuntowijoyo,2006:42). tentang standar proses, meliputi
Hal ini pun terjadi pada proses perencanaan proses pembelajaran,
pembelajaran di sekolah dasar. Maka dari pelaksanaan proses pembelajaran,
itu, dalam proses pembelajaran perlu penilaian hasil pembelajaran, dan
dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa pengawasan proses pembelajaran untuk
dan kebudayaan lokal daerah setempat. terlaksananya proses pembelajaran yang
Di dalam UU no 20 tahun 2003 pada pasal efektif dan efisien. Upaya yang dilakukan
37 ayat (1) menyatakan kurikulum pemerintah belum menunjukkan hasil yang
pendidikan dasar dan menengah wajib memuaskan khususnya masuk perbaikan
memuat: Pendidikan agama, pendidikan kualitas pembelajaran IPS.
kewarganegaraan, bahasa, matematika, Berdasarkan hasil observasi yang
IPA, seni dan budaya, pendidikan jasmani dilakukan pada pembelajaran IPS di kelas
dan olah raga, keterampilan/kejujuran, V di enam sekolah dasar Gugus VI
muatan lokal tidak terkecuali IPS. Kampung Baru Kecamatan Buleleng
Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran
IPS merupakan salah satu mata 2012/2013 menunjukan guru tidak
pelajaran yang diberikan di pendidikan mencerminkan pembelajaran yang bersifat
dasar khususnya di SD. Mata pelajaran IPS konstruktivis sesuai dengan paradigma
di SD sebagai mata pelajaran yang yang dianut oleh kurikulum KTSP. Guru
merupakan pondasi untuk melanjutkan ke dalam melaksanakan pembelajaran yang
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan berpusat pada siswa, memaknai siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

yang aktif belajar sehingga guru tidak perlu pengalaman mereka, sehingga bukan
membuat persiapan mengajar yang kepatuhan peserta didik dalam refleksi atas
memadai, yang dapat mencerminkan apa yang telah diperintahkan dan dilakukan
terjadinya proses belajar dengan oleh guru. Menurut Pusat Bahasa
paradigma konstruktivis. Sebagian besar Depdiknas (2005) simulasi adalah suatu
pembelajaran berorientasi materi, tidak metode pelatihan yang memperagakan
berorientasi kompetensi, guru lebih banyak sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang
menggunakan buku ajar atau LKS, tidak mirip dengan keadaan yang sesungguhnya;
beracuan pada program pembelajaran yang simulasi: penggambaran suatu sistem atau
telah dibuat. Paradigma pembelajaran proses dengan peragaan memakai model
tersebut berimbas pada hasil belajar siswa statistic atau pemeran. Udin Syaefudin
terhadap mata pelajaran IPS. Sa’ud (2005:129) simulasi adalah “sebuah
Berdasarkan hasil belajar IPS siswa replikasi atau visualisasi dari perilaku
kelas V yang diperoleh, maka dapat sebuah sistem, misalnya sebuah
diketahui bahwa hasil belajar IPS masih perencanaan pendidikan, yang berjalan
tergolong rendah karena sebagian besar pada kurun waktu yang tertentu”. Jadi
siswa mendapatkan nilai ulangan umum dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah
yang berada di bawah Kriteria Ketuntasan sebuah model yang berisi seperangkat
Minimal (KKM) sehingga guru harus variabel yang menampilkan ciri utama dari
memberikan remidi. Tetapi kenyataan sistem kehidupan yang sebenarnya.
selanjutnya, ketika guru sudah memberikan Simulasi memungkinkan keputusan-
remidi masih saja ada siswa yang belum keputusan yang menentukan bagaimana
mencapai KKM sebesar 65. Oleh karena ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara
itu, perlu dirancang pembelajaran IPS yang nyata. Sri Anitah, W. DKK (2007:5.22)
melibatkan siswa secara aktif dalam metode simulasi merupakan “salah satu
pembelajaran dan sekaligus menanamkan metode pembelajaran yang dapat
penggunaannya di lingkungan nyata siswa digunakan dalam pembelajaran kelompok”.
yang nantinya dapat berpengaruh pada Proses pembelajaran yang menggunakan
hasil belajar siswa. Memperhatikan metode simulasi cenderung objeknya
permasalahan di atas, sudah selayaknya bukan benda atau kegiatan yang
dalam pengajaran IPS dilakukan sebuah sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar
inovasi. Rasanya kurang efektif apabila yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi
diselesaikan secara teori saja (ceramah). dapat dilakukan oleh siswa pada kelas
Salah satu alternatif yang dapat tinggi di sekolah dasar.
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar Pada prinsipnya dalam proses belajar
IPS yaitu Metode Pembelajaran Simulasi mengajar, tidak ada satu pun metode
berbasis Budaya Lokal. Guru bisa pembelajaran yang terbaik, yang ada
mengaitkan materi pelajaran yang diajarkan adalah metode belajar yang tepat untuk
dengan situasi nyata dari daerah setempat proses belajar tersebut. Artinya metode
serta menanamkan pada siswa untuk pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
menjaga kebudayaan lokal daerah situasi dan kondisi yang terjadi saat proses
setempat. Metode Simulasi merupakan belajar. Dengan demikian metode simulasi
suatu metode pelatihan yang tidak selalu tepat setiap saat untuk
memperagakan sesuatu dalam bentuk digunakan, akan tergantung bagaimana
tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan karakteristik dari siswa, guru, materi
yang sesungguhnya (Pusat Bahasa pembelajaran dan faktor sumber daya yang
Depdiknas, 2005). Dengan metode simulasi ada. Metode pembelajaran simulasi bisa
ini siswa memiliki kemampuan untuk dilaksanakan secara efektif dengan syarat:
bekerja sama, komunikasi, dan interaksi a) Menurut Depdiknas (2005:134), bahwa
terhadap permasalahan. metode simulasi memerlukan ketersediaan
Pembelajaran yang mengacu pada “bahan dan alat yang memadai untuk
teori belajar konstruktivisme lebih melaksanakan simulasi tersebut”. (Syaiful
menekankan pada kesuksesan peserta Bahri Djamarah 2006:92), “kesiapan dari
didik dalam mengorganisasikan guru untuk mengarahkan siswa dalam
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

melaksanakan simulasi, artinya guru terdiri dari masyarakat yang bersifat


memahami betul apa yang harus dilakukan manajemuk dalam stuktur sosial, budaya
siswa dalam simulasi tersebut, guru (multikultural) maupun ekonomi. Jacobus
berperan sebagai sutradara yang memberi Ranjabar (2006) mengatakan bahwa dilihat
batasan dan arahan sehingga apa yang dari sifat majemuk masyarakat Indonesia,
disimulasikan tidak keluar dari koridor maka harus diterima bahwa adanya tiga
tujuan pembelajaran”. Guru harus membuat golongan kebudayaan yang masing-masing
perencanaan yang jelas. Dalam mempunyai coraknya sendiri, ketiga
perencanaan tersebut harus terdapat tujuan golongan tersebut adalah sebagai berikut
dan indikator yang diharapkan dari PBM a) Kebudayaan suku bangsa (yang lebih
yang terjadi, b) Kesiapan dari siswa untuk dikenal secara umum di Indonesia dengan
melaksanakan simulasi, artinya sebelum nama kebudayaan daerah), b) kebudayaan
melaksanakan simulasi siswa sudah umum lokal, dan c) kebudayaan nasional
memahami apa saja yang harus Sementara itu, penyelenggaraan
dilakukannya. Dengan demikian berarti pembelajaran konvensional lebih
metode simulasi ini harus dipadukan menekankan kepada tujuan pembelajaran
dengan metode lain misalnya metode berupa penambahan pengetahuan,
ceramah, fungsinya untuk membuat sehingga belajar dilihat sebagai proses
prekondisi yang kondusif untuk simulasi, c) “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat
Tersedianya waktu yang cukup untuk mengungkapkan kembali pengetahuan
melaksanakan simulasi. Kegiatan harus yang sudah dipelajari melaui tes. Model
utuh, tidak boleh terganggu karena waktu pembelajaran konvensional yang masih
yang tidak mencukupi. Metode ini tidak sering digunakan oleh seorang guru saat ini
cocok bila digunakan pada pelajaran yang khususnya dalam pembelajaran IPS adalah
memiliki waktu relatif pendek misalnya 2 model pembelajaran yang masih
jam pelajaran. didominasi oleh ceramah dan latihan soal.
Dalam wacana kebudayaan dan Dipandang sebagai suatu sistem
sosial, sulit untuk mendefinisikan dan maka dalam proses pembelajaran terdapat
memberikan batasan terhadap budaya lokal sejumlah komponen yaitu tujuan, metode,
atau kearifan lokal, mengingat ini akan strategi, materi atau bahan ajaran, evaluasi
terkait teks dan konteks, namun secara dan komponen penunjang. Budaya lokal
etimologi dan keilmuan, tampaknya para merupakan salah satu komponen
pakar sudah berupaya merumuskan penunjang dalam pembelajaran. Budaya
sebuah definisi terhadap local culture atau lokal itu merupakan perpaduan antara nilai-
local wisdom ini. berikut penjelasannya a) nilai suci sabda Tuhan dan berbagai nilai
Superculture, adalah kebudayaan yang yang ada di mana budaya lokal itu
berlaku bagi seluruh masyarakat. Contoh: terbentuk seperti keunggulan budaya
kebudayaan nasional, b) Culture, lebih masyarakat setempat, maupun kondisi
khusus, misalnya berdasarkan golongan geografis sumber daya alam setempat
etnik, profesi, wilayah atau daerah. Contoh dalam artian luas. Gobyah (2010)
: Budaya Bali, c) Subculture, merupakan mengemukakan kebenaran yang telah
kebudyaan khusus dalam sebuah culture, mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah
namun kebudyaan ini tidaklah bertentangan inilah yang disebut budaya lokal (local
dengan kebudayaan induknya. Contoh : culture).
budaya gotong royong, d) Counter-culture, Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
tingkatannya sama dengan sub-culture Pendidikan (KTSP), mata pelajaran IPS
yaitu merupakan bagian turunan dari bertujuan agar peserta didik memiliki
culture, namun counter-culture ini kemampuan sebagai berikut: (a) Mengenal
bertentangan dengan kebudayaan konsep-konsep yang berkaitan dengan
induknya. Contoh : budaya individualisme. kehidupan masyarakat dan lingkungannya,
Dilihat dari stuktur dan tingkatannya (b) Memiliki kemampuan dasar untuk
budaya lokal berada pada tingat culture. berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
Hal ini berdasarkan sebuah skema sosial inkuiri, memecahkan masalah, dan
budaya yang ada di Indonesia dimana keterampilan dalam kehidupan sosial, (c)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap bahwa “hasil belajar merupakan hasil yang
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (d) dicapai oleh pebelajar setelah mengalami
Memiliki kemampuan berkomunikasi, proses belajar dalam jangka waktu
bekerjasama dan berkompetisi dalam tertentu”. Pendapat ini menyatakan bahwa
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, hasil siswa juga berarti hasil guru. Dengan
nasional, dan global. Jadi pada hakikatnya dihasilkannya hasil belajar siswa yang baik
”IPS merupakan mata pelajaran yang maka hal itu menunjukkan keberhasilan
memadukan konsep-konsep dasar dari seorang guru dalam mengajar dan begitu
berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pula sebaliknya, jika hasil belajar siswa
pendekatan dan psikologis serta kelayakan kurang baik maka guru tersebut kurang
dan kebermaknaannya bagi siswa dan berhasil dalam melaksanakan tugasnya.
kehidupannya” (Hidayati, 2008:1.6). Hasil belajar menunjukkan adanya
Saidiharjo (dalam Hidayati, 2008:1.7) juga peningkatan dalam proses pembelajaran.
menyatakan bahwa “IPS merupakan hasil Nasution (1982:29) memberikan pengertian
kombinasi atau hasil pemfusian atau bahwa “hasil belajar adalah suatu kegiatan
perpaduan dari sejumlah mata pelajaran belajar pada siswa yang dilaksanakan
seperti: geografi, ekonomi, sejarah, melalui tes”. Hasil belajar biasanya
sosiologi, antropologi, politik”. Ditegaskan memuaskan maupun kurang memuaskan
pula oleh Mulyono (dalam Tjandra, 2005:5) tergantung dari ketekunan, kemampuan
bahwa ”IPS merupakan perwujudan dari dan kegigihan untuk mencapai nilai yang
pendekatan interdisipliner dari pengajaran tinggi. Jelaslah bahwa yang dimaksud
ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial tersebut, dengan hasil belajar adalah perubahan
mempunyai ciri-ciri yang sama, sehingga tingkah laku yang terjadi setelah seseorang
dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu melakukan kegiatan belajar.
IPS”. Ciri-ciri hasil belajar yang
Dalam melakukan suatu kegiatan dikemukakan oleh Dimyati dan Moedjiono
setiap orang ingin mengetahui hasil dari (1999:201) bahwa 1) hasil kognitif
kegiatan yang dilakukan. Begitu juga dalam merupakan kemajuan intelektual yang
proses pembelajaran hasil belajar sangat diperoleh siswa melalui kegiatan belajar
berpengaruh dengan kelulusan yang akan dengan ciri-ciri perubahan pengetahuan,
dihasilkan. Di antara para pakar pendidikan pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
dan psikologi tidak memiliki definisi dan evaluasi, 2) Sikap (afektif). Hasil belajar
perumusan yang sama mengenai efektif adalah perubahan sikap yang
pengertian hasil belajar, namun di antara dialami oleh siswa yang berupa penerima
mereka memiliki pemahaman yang sama atau perhatian, adanya tanggapan dan
mengenai makna hasil belajar. respon serta penghargaan, 3) Keterampilan
Sebagaimana yang dikemukakan Dimyati (psikomotor). Hasil belajar psikomotor
dan Mudjiono (2002:3) menjelaskan bahwa merupakan perubahan tingkah laku yang
hasil belajar merupakan “hasil dari suatu berupa keterampilan siswa, keberanian,
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar minat, kreativitas dan partisipasi di dalam
dari sisi guru tindak mengajar diakhiri kegiatan sebagai usaha tanpa tekanan dari
dengan proses evaluasi hasil belajar”. guru atau orang lain. Pendapat tersebut
Hasibuan dan Moedjiono (2000:5), didukung oleh Muhaimin, dkk (1999:45)
menjelaskan bahwa terdapat lima macam menyatakan bahwa ciri-ciri hasil belajar
kemampuan hasil belajar. Kelima macam adalah ”(1) Menghasilkan perubahan pada
kemampuan hasil belajar tersebut adalah: diri individu yang belajar, baik aktual
a) keterampilan intelektual, b) strategi maupun potensial, (2) Perubahan itu
kognitif, c) informasi verbal, pengetahuan pokoknya adalah didapatkannya
dalam arti informasi dan fakta, d) kemampuan baru yang berlaku dalam
Keterampilan motorik yang diperoleh di waktu relatif lama, dan (3) Perubahan itu
sekolah, e) sikap dan nilai yang terjadi karena usaha”.
berhubungan dengan arah serta intensitas Pada penelitian ini, hasil belajar yang
emosional yang dimiliki sesorang. Menurut diukur adalah kemampuan yang dimiliki
Nurkancana dan Sunartana (1992:12) oleh siswa pada aspek kognitif pada mata
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

pelajaran IPS setelah melalui proses pembelajaran simulasi berbasis budaya


pembelajaran dalam metode tertentu yang lokal di kelas V SD Gugus VI Kecamatan
diukur dengan metode hasil belajar atau Buleleng Kabupaten Buleleng, 2) untuk
tes. Hasil belajar yang dicapai siswa mendeskripsikan hasil belajar siswa pada
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni mata pelajaran IPS setelah menggunakan
“faktor dalam diri siswa itu dan faktor yang metode pembelajaran konvensional di kelas
datang dari luar diri siswa atau lingkungan” V SD Gugus VI Kecamatan Buleleng
(Sudjana, 2005:39). Disamping Kabupaten Buleleng dan 3) untuk
kemampuan yang dimiliki siswa, ada juga mengetahui perbedaan hasil belajar siswa
faktor lain, seperti motivasi belajar, minat pada mata pelajaran IPS antara siswa yang
dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, telah mengikuti metode pembelajaran
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan simulasi berbasis budaya lokal dengan
psikis. Bloom (dalam Sudjana, 2005:38) siswa yang telah mengikuti metode
mengatakan bahwa “hasil belajar siswa di pembelajaran konvensional pada mata
sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan pelajaran IPS di kelas V Gugus VI
siswa dan 30% dipengaruhi oleh Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.
lingkungan”. Sementara Caroll (dalam Sementara dalam penelitian ini, dapat
Sudjana, 2005:40) berpendapat bahwa dirumuskan hipotesis yaitu terdapat
“hasil belajar yang dicapai siswa perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan
dipengaruhi oleh lima faktor, yakni a) bakat antara kelas yang dibelajarkan dengan
pelajar, b) waktu yang tersedia untuk metode pembelajaran simulasi berbasis
pelajar, c) waktu yang diperlukan siswa budaya lokal dengan kelas yang
untuk menjelaskan pelajaran, d) kualitas dibelajarkan dengan model pembelajaran
pengajaran, e) kemampuan individu”. konvensional siswa kelas V Sekolah Dasar
Keefektifan metode pembelajaran Gugus VI Kecamatan Buleleng, Kabupaten
simulasi telah dibuktikan oleh hasil Buleleng.
penelitian dari peneliti lain. Suarta Wijaya
(2011) membuktikan bahwa penerapan METODE
metode pembelajaran simulasi dapat Jenis penelitian yang dilakukan
meningkatkan hasil belajar PKN siswa adalah penelitian eksperimen, unit
kelas V SD No 4 Kampung Baru. eksperimennya berupa kelas, sehingga
Berdasarkan uraian tentang metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
pembelajaran simulasi dan metode eksperimen semu (quasi eksperiment).
pembelajaran konvensional yang telah Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah
dipaparkan, maka dalam penelitian di SD Gugus VI Kecamatan Buleleng pada
eksperimen ini ingin diketahui apakah rentang waktu semester I (ganjil) tahun
terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara pelajaran 2013/2014.
kelas yang dibelajarkan dengan metode Populasi yang digunakan adalah
pembelajaran simulasi berbasis budaya keseluruhan siswa kelas V semester ganjil
lokal dengan kelas yang dibelajarkan di SD Gugus VI Kecamatan Buleleng tahun
dengan metode pembelajaran konvensional pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 191
siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus VI orang. Teknik yang digunakan dalam
Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng? pengambilan sampel adalah simple random
Untuk memecahkan masalah tersebut, sampling. Pengambilan sampel yang
diperlukan dua sampel kelas yang dibagi dilakukan secara acak atau random dari
menjadi kelas eksperimen yang populasi, yang mungkin setiap individu
dibelajarkan dengan metode pembelajaran berpeluang untuk menjadi sampel
simulasi berbasis budaya lokal dan kelas penelitian, dengan cara rendomisasi atau
kontrol yang dibelajarkan dengan model dengan cara melalui undian. Dari hasil
pembelajaran konvensional. undian diperoleh SD No. 4 Kampung Baru
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai kelas eksperimen sebanyak 28
adalah 1) untuk mendeskripsikan hasil siswa dan SD No. 3 Kampung Baru
belajar siswa pada mata pelajaran IPS sebagai kelas kontrol sebanyak 34 siswa.
setelah menggunakan metode
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Desain penelitian yang digunakan dengan metode pembelajaran simulasi


dalam penelitian ini adalah post-test only berbasis budaya lokal berada pada kategori
control group design. Pengumpulan data sangat baik.
dalam penelitian ini menggunakan metode Sedangkan data hasil belajar IPS
tes. Instrumen yang digunakan berupa tes kelompok kontrol yang terdiri dari 34 siswa
objektif pilihan ganda terdiri dari 40 (empat diperoleh mean (M) = 18,50, median (Md) =
puluh) butir soal yang akan diujicobakan di 18,38, modus (Mo) = 18,36, standar deviasi
lapangan. (s) = 3,449, varians (s2) = 11,894,
Sebelum tes digunakan, maka rentangan (R) = 15, skor maksimal = 26
dilakukan uji coba instrumen yaitu uji dan skor minimal 11. Data hasil belajar IPS
validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hasil kelompok kontrol dapat disajikan dalam
analisis dari 40 butir soal yang diujicobakan kurve poligon seperti gambar di bawah ini.
di lapangan, 30 soal terbaik dipilih sehingga
dapat dipakai untuk penelitian dan 10 soal 10
tidak dipakai untuk penelitian. Teknik
analisis data yang digunakan dalam 8

Frekuensi
penelitian ini ada dua yaitu teknik analisis 6
statistik deskriptif dan statistik inferensial. 4
Sebelum melakukan uji hipotesis, maka
harus dilakukan uji prasyarat yaitu uji 2
normalitas dan uji homogenitas. 0
37.5 43.5 49.5 55.5 61.5 67.5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil belajar IPS Titik Tengah
kelompok eksperimen yang berjumlah 28
siswa diperoleh mean (M) = 23,25, median Gambar 2. Kurve Poligon Data Kelompok
(Md) = 23,37, modus (Mo) = 23,51, standar Kontrol
deviasi (s) = 4,061, varians (s2) = 16,491,
rentangan (R) = 17, skor maksimal = 30 Berdasarkan gambar kurve poligon
dan skor minimal = 13. Data hasil belajar di atas diketahui Mo < Md < M. Dengan
IPS kelompok eksperimen dapat disajikan demikian kurve poligon di atas membentuk
dalam bentuk kurve poligon seperti gambar kurve poligon juling positif. Artinya,
di bawah ini. sebagian besar skor hasil belajar IPS
10 kelompok kontrol cenderung rendah. Jika
Frekuensi

dikonversikan ke dalam PAN skala lima,


5 maka skor rata-rata hasil belajar IPS
kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan
pendekatan konvensional berada pada
0
kategori kurang.
53.5 61.5 69.5 77.5 85.5 93.5 Sebelum melakukan uji hipotesis
Titik Tengah maka harus dilakukan beberapa uji
prasyarat. Terhadap sebaran data yang
Gambar 1. Kurve Poligon Data Kelompok meliputi uji normalitas terhadap data skor
Eksperimen hasil belajar IPS siswa. Uji normalitas ini
dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua
Berdasarkan gambar kurve di atas sampel tersebut berdistribusi normal. Uji
maka diketahui Mo > Md > M. Dengan normalitas data hasil belajar IPS dianalisa
demikian, kurve poligon di atas membentuk
menggunakan uji Chi-Square (X 2 )
kurve poligon juling negatif. Artinya,
sebagian besar skor hasil belajar IPS dengan kriteria apabila
2 2
kelompok eksperimen cendrung tinggi. Jika X hitung X tabel maka data hasil
dikonversikan ke dalam PAN skala lima, belajar IPS siswa berdistribusi normal. Uji
maka skor rata-rata hasil belajar IPS normalitas dilakukan untuk menguji apakah
kelompok ekspermen yang dibelajarkan suatu distribusi empirik mengikuti cirri-ciri
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

distribusi normal atau menyelidiki bahwa Hipotesis penelitian yang diuji


f 0 (frekuensi yang diperoleh dari sampel) adalah terdapat perbedaan hasil belajar
IPS siswa yang signifikan antara siswa
dari gejala-gejala yang diselidiki tidak
yang mengikuti metode pembelajaran
menyimpang secara signifikan dari f h simulasi berbasis budaya lokal dengan
(frekuensi yang diharapkan) dalam hasil belajar siswa yang mengikuti
distribusi normal teoritik. Uji normalitas data pembelajaran dengan metode
dilakukan terhadap data hasil post-test hasil pembelajaran konvensional. Pada uji
belajar IPS kelompok eksperimen maupun hipotesis ini menggunakan uji-t
kelompok kontrol. independent (sampel tak berkolerasi). Dari
Berdasarkan dari hasil perhitungan hasil uji normalitas yang menunjukan
menggunakan rumus Chi-Square, hasil bahwa data hasil belajar kelompok
post-test kelompok eksperimen diperoleh eksperimen dan kelompok control adalah
X 2 adalah 0,5779 pada taraf signifikasi 5% normal, dan data hasil uji homogenitas
dan dk = 3 diketahui X 2 tabel 7,815. Ini yang menunjukan bahwa varians kelompok
2 eksperimen dan kelompok kontrol adalah
berarti bahwa X hitung X 2 tabel (0,5779 < homogeny serta jumlah siswa pada tiap
7,815), maka data hasil post-test kelompok kelas yang berbeda maka pada uji-t sampel
eksperimen berdistribusi normal. tak berkolerasi ini digunakan uji-t.
Sedangkan hasil post-test kelompok kontrol Berdasarkan uji prasayarat analisis
2
diperoleh X hitung adalah 6,7418 pada taraf data, yaitu uji normalitas dan homogenitas
signifikasi 5% dan dk = 3 diketahui X 2 tabel varians, diperoleh bahwa sebaran data
2 hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol
7,815. Ini berarti bahwa X hitung X 2 tabel dan kelompok eksperimen berdistribusi
(6,7418 < 7,815), maka data hasil post-test normal dan memiliki varians yang
kelompok control berdistribusi normal. homogen. Sehingga dapat dilanjutkan
Setelah melakukan uji prasyarat dengan pengujian hipotesis penelitian ( H 1 )
yang pertama yaitu uji normalitas,
selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang dan hipotesis nol ( H 0 ) . Pengujian
kedua yaitu uji homogenitas varians. Uji hipotesis tersebut dilakukan dengan
homoginitas varians data hasil belajar IPS menggunakan uji-t sampel independent
dianalisis menggunakan uji F dengan (tidak berkolerasi). Karena ukuran sampel
kriteria kedua kelompok memiliki varians berbeda (n1 n2 ) maka dipergunakan
homogen jika Fhitung Ftabel dengan derajat analisis uji-t (t-test) dengan rumus polled
kebebasan untuk pembilang n1 1 dan varians dengan kriteria H 0 ditolak jika
derajat kebebasan untuk penyebut n 2 1 . t hit t tab dan H 0 diterima jika t hit t tab
Homogenitas varians data hasil dengan taraf signifikasi 5% dan
belajar IPS siswa dianalisis dengan uju db n1 n2 2 . Hasil analisis uji-t untuk
Fisher (F) dengan kriteria dua kelompok hasil belajar IPS siswa diperoleh t hitung =
memiliki varians yang homogen jika
Fhitung Ftabel . Berdasarkan hasil 5,026. Sedangkan t tabel = untuk db = 60
perhitungan yang telah dilakukan diperoleh dengan taraf signifikasi 5% menunjukan
Fhitung = 1,386. Pada tabel nilai distribusi F t tabel = 2,000. Hal ini berarti t hitung t tabel .
pada taraf signifikasi 5% dengan db Berdasarkan kriteria pengujian, maka H 0
pembilang 27 dan db penyebut = 33 ditolak dan H 1 diterima artinya terdapat
diperoleh Ftabel 1,84. Sehingga dapat perbedaan hasil belajar yang signifikan
disimpulkan bahwa data hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti antara siswa
siswa pada kelompok eksperimen dan yang mengikuti pembelajaran dengan
kelompok kontrol mempunyai varians yang menggunakan metode pembelajaran
homogen. simulasi berbasis budaya lokal dan siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

metode konvensional. Dilihat dari nilai yang berperan aktif dalam pembelajaran
rerata hitung, ternyata rerata skor hasil dan siswa akan menjawab pertanyaan jika
belajar IPS siswa yang mengikuti diminta oleh guru serta siswa hanya
pembelajaran dengan menggunakan mencatat dan mengerjakan berbagai soal
metode pembelajaran simulasi berbasis latihan, sehingga siswa menjadi pasif dan
budaya lokal lebih tinggi dibandingkan cenderung membosankan.
rerata skor hasil belajar IPS siswa yang Berbeda dengan SD No. 4 Kampung
memperoleh pembelajaran dengan metode Baru, di SD No. 3 Kampung Baru yaitu di
konvensional. Ini berarti pembelajaran kelas V diterapkan model pembelajaran
dengan menggunakan metode konvensional yang dalam kegiatan
pembelajaran simulasi berbasis budaya belajarnya lebih banyak mengarah pada
lokal berpengaruh terhadap hasil belajar metode ceramah, tanya jawab, dan
IPS siswa. pemberian tugas. Pada saat pembelajaran
Hasil belajar IPS dengan penerapan siswa cenderung pasif dan terkesan bosan
metode pembelajaran simulasi berbasis dengan situasi belajar seperti itu, sehingga
budaya lokal lebih baik daripada hasil membuat beberapa siswa menunjukkan
belajar IPS pada siswa yang menerapkan ekspresi mengantuk saat belajar.
model pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran simulasi
Keadaan yang diperoleh tersebut juga berbasis budaya lokal juga memiliki
didukung oleh hasil penelitian dari peneliti sejumlah hambatan dalam
lain. Suarta Wijaya (2011) telah pelaksanaannya. Hambatan-hambatan
menerapkan metode pembelajaran simulasi yang terlihat yaitu pertama sulitnya
pada mata pelajaran PKN di sekolah dasar. membagi siswa menjadi beberapa
Hasil penelitian tersebut memberikan kelompok yang heterogen. Kedua, banyak
kesimpulan bahwa penerapan metode siswa yang ingin mendapatkan bimbingan
pembelajaran simulasi memperlihatkan dari guru. Ketiga, adanya siswa yang masih
adanya peningkatan hasil belajar pada malu bertanya kepada guru. Hambatan-
siswa. hambatan itu muncul karena siswa perlu
Saat pelaksanaan pembelajaran di beradaptasi dengan cara belajar yang baru
kelas eksperimen, siswa menjadi lebih aktif pada pertemuan pertama. Hambatan-
dan cenderung untuk melakukan hambatan tersebut berkurang pada setiap
komunikasi dengan siswa lain. Hal tersebut pertemuan dan mengalami peningkatan ke
disebabkan karena siswa dilibatkan arah yang lebih baik.
langsung dalam menentukan keputusan Strategi-strategi yang dilakukan untuk
terhadap permasalahan yang diberikan mengatasi hambatan-hambatan tersebut
dalam kelompok belajarnya. Secara umum adalah (1) melakukan pendekatan persuasif
siswa juga tidak memiliki waktu untuk diam kepada siswa agar membentuk kelompok
saja dan tidak terkesan membosankan secara heterogen, (2) memberikan
yang dapat menyebabkan siswa pernyataan-pernyataan yang dapat
mengantuk. Penerapan metode simulasi memotivasi siswa mengeluarkan
berbasis budaya lokal dapat membina gagasannya, (3) memberikan beberapa
hubungan komunikatif dan bekerjasama pertanyaan yang dapat mendiagnosa
dalam kelompok dalam melakukan interaksi kesulitan belajar yang dihadapi siswa,
sosial. (4) membiasakan siswa belajar dalam
Siswa kelas V di SD No. 4 Kampung kelompok, (5) memberikan petunjuk yang
Baru sangat antusias dalam memerima mudah diikuti siswa, (6) membantu siswa
pembelajaran yang menggunakan metode yang mengalami kesulitan dalam proses
pembelajaran simulasi berbasis budaya pembelajaran.
lokal karena siswa menginginkan suasana Hasil penelitian ini menunjukkan
baru dalam belajar khususnya IPS. Selain bahwa metode pembelajaran simulasi
itu siswa terlibat secara langsung dalam berbasis budaya lokal dapat diterapkan
proses pembelajaran. Berbeda halnya dalam pembelajaran IPS di jenjang sekolah
dengan model pembelajaran konvensional dasar sebagai upaya untuk meningkatkan
yang biasa mereka lakukan dimana guru hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENUTUP Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan


Berdasarkan hasil analisis data dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka
pembahasan yang telah dipaparkan, maka Cipta.
dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan Gobyah, I Ketut. 2010. Berpijak Pada
antara kelas yang dibelajarkan dengan Kearifan Lokal. Tesedia pada
metode pembelajaran simulasi berbasis http://www.iloveblue.com/bali_gaul_f
budaya lokal dengan kelas yang unky/artikel_bali/detail/2750.htm
dibelajarkan dengan model pembelajaran (diakses pada tanggal 14 Februari
konvensional. Hal tersebut menunjukkan 2013)
bahwa metode pembelajaran simulasi
berbasis budaya lokal berpengaruh Hidayati. 2008. Pengembangan Pendidikan
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V IPS SD. Jakarta. Dirjendikti
Sekolah Dasar Gugus VI di Kelurahan Depdiknas - Hopkins
Kampung Baru Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng tahun pelajaran Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam
2013/2014. Pendidikan. Singaraja: Undiksha.
Adapun beberapa saran yang dapat
diajukan yaitu kepada guru sekolah dasar Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:
diharapkan untuk dapat menerapkan Ghalia Indonesia.
metode pembelajaran simulasi berbasis
budaya lokal dalam pembelajaran IPS, Suarta Wijaya Nyoman. 2011. Penerapan
karena metode ini terbukti berpengaruh Metode Simulasi Sebagai Upaya
terhadap hasil belajar IPS siswa. Kepada Meningkatkan Hasil Belajar PKn
kepala sekolah, hendaknya memberikan Siswa Kelas V Semester II Sekolah
kesempatan kepada guru-guru untuk Dasar Negri 4 Kampung Baru
mengembangkan/meningkatkan karier dan Kabupaten Buleleng Tahun
keprofesionalan guru agar muncul cara Pelajaran 2010/2011. Laporan PTK
yang kreatif dan inovatif dalam kegiatan (Tidak diterbitkan). Jurusan S1
mengajar di sekolah. Kemudian kepada PGSD, Undiksha Singaraja.
peneliti lain diharapkan untuk mendalami
berbagai situasi dan kondisi serta berbagai
metode pembelajaran, sehingga nantinya
kekurangan yang terdapat dalam penelitian
ini dapat diperbaiki dalam penelitian
selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Departeman Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai