Kata kunci : Metode Simulasi berbasis budaya lokal dan hasil belajar
Abstrack
The aim of the research is to know the difference of the learning result of social science
between the class which was given by simulation learning method based on the local culture
and the class which was given by conventional learning method of the fifth grade student of
elementary schools of fourth school group in Buleleng regency. The kind of this research are
the fifth grade students of SD No 4 Kampung Baru as experiment class and the fifth grade
student of SD No 3 Kampung Baru as a control class. The data of the learning research is
collected by test which analyzed through descriptive statistic and t-test. The result of this
research shown that the score of social science learning in experiment class is 23,25 or
77,5% with high category. However the average of the control class that given the
conventional learning is 18,50 or 61,7% with medium category. Based on the hypothesis
test, it can be concluded that there is a significant difference of social science learning result
between the class which given simulation learning method in local based and the class
which given conventional learning method.
Key words : simulation learning method with local culture based and results of
learning
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya ”pembelajaran adalah dan dievaluasi secara sistematis oleh
proses membelajarkan pembelajar. seorang guru untuk mencapai tujuan
Pembelajaran direncanakan, dilaksanakan pembelajaran. Dalam pembelajaran guru
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
juga dituntut untuk aktif dan kreatif dalam dapat menghadapi tantangan
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
peserta didik sesuai dengan program yang Teknologi (IPTEK). Nursid Sumaatmaja
telah ditentukan. Untuk mencapai hasil (dalam Hidayati, 2008:1.24) juga
pembelajaran yang optimal, guru harus menekankan bahwa “tujuan utama dari
menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pembelajaran IPS adalah membina anak
pemilihan dan penggunaan pendekatan didik menjadi warga negara yang baik,
pembelajaran yang tepat” (Mulyasa, 2005). memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
Hasil pembelajaran yang optimal dapat kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya
tercermin dalam pencapaian hasil serta masyarakat”. Tujuan utama dari
pembelajaran siswa untuk semua mata pembelajaran IPS tersebut dapat dicapai
pelajaran yang diperoleh di sekolah karena apabila program-program pembelajaran
keterlibatan siswa secara menyeluruh IPS khususnya di SD dapat diaplikasikan
dalam proses pembelajaran. Paradigma dan diorganisasikan dengan baik. Berbagai
pembelajaran berpusat pada siswa upaya telah dilakukan pemerintah untuk
(Student centered), mewajibkan kepada meningkatkan kualitas pendidikan pada
guru sebagai salah satu komponen yang umumnya, khususnya IPS seperti (1)
sangat penting dan bertanggung jawab memperbaharui kurikulum, (2) berbagai
dalam merencanakan, melaksanakan dan program pelatihan dan pendidikan, (3)
menilai hasil pembelajaran dengan kelompok kerja guru (KKG) atau program
mengunakan berbagai strategi, musyawarah guru mata pelajaran (MGMP),
pendekatan, metode, media serta alat (4) program sertifikasi guru dan dosen, (5)
evaluasi yang tepat. perbaikan sarana dan prasarana
Pergeseran nilai budaya lokal telah pendidikan, dan (6) peningkatan anggaran
terjadi dikalangan kehidupan masyarakat pendidikan dalam anggaran pendapatan
sehari-hari saat ini, yang semestinya nilai belanja negara (APBN) sampai 20% (UUD
budaya lokal merupakan modal atau 1945 pasal 31 ayat 4). Upaya lain yang
pijakan dalam pembangunan. “Tergesernya dilakukan pemerintah adalah dengan
nilai-nilai budaya lokal diakibatkan penyempurnaan undang-undang
derasnya arus teknologi, informasi dan kependidikan, serta peraturan operasional
rentannya daya tahan masyarakat terhadap secara teknik yang salah satunya sedang
arus tersebut, sehingga terkesan bahwa diterapkan di sekolah saat ini adalah
budaya lokal dianggap kurang penting Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007
dalam kehidupan” (Kuntowijoyo,2006:42). tentang standar proses, meliputi
Hal ini pun terjadi pada proses perencanaan proses pembelajaran,
pembelajaran di sekolah dasar. Maka dari pelaksanaan proses pembelajaran,
itu, dalam proses pembelajaran perlu penilaian hasil pembelajaran, dan
dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa pengawasan proses pembelajaran untuk
dan kebudayaan lokal daerah setempat. terlaksananya proses pembelajaran yang
Di dalam UU no 20 tahun 2003 pada pasal efektif dan efisien. Upaya yang dilakukan
37 ayat (1) menyatakan kurikulum pemerintah belum menunjukkan hasil yang
pendidikan dasar dan menengah wajib memuaskan khususnya masuk perbaikan
memuat: Pendidikan agama, pendidikan kualitas pembelajaran IPS.
kewarganegaraan, bahasa, matematika, Berdasarkan hasil observasi yang
IPA, seni dan budaya, pendidikan jasmani dilakukan pada pembelajaran IPS di kelas
dan olah raga, keterampilan/kejujuran, V di enam sekolah dasar Gugus VI
muatan lokal tidak terkecuali IPS. Kampung Baru Kecamatan Buleleng
Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran
IPS merupakan salah satu mata 2012/2013 menunjukan guru tidak
pelajaran yang diberikan di pendidikan mencerminkan pembelajaran yang bersifat
dasar khususnya di SD. Mata pelajaran IPS konstruktivis sesuai dengan paradigma
di SD sebagai mata pelajaran yang yang dianut oleh kurikulum KTSP. Guru
merupakan pondasi untuk melanjutkan ke dalam melaksanakan pembelajaran yang
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan berpusat pada siswa, memaknai siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang aktif belajar sehingga guru tidak perlu pengalaman mereka, sehingga bukan
membuat persiapan mengajar yang kepatuhan peserta didik dalam refleksi atas
memadai, yang dapat mencerminkan apa yang telah diperintahkan dan dilakukan
terjadinya proses belajar dengan oleh guru. Menurut Pusat Bahasa
paradigma konstruktivis. Sebagian besar Depdiknas (2005) simulasi adalah suatu
pembelajaran berorientasi materi, tidak metode pelatihan yang memperagakan
berorientasi kompetensi, guru lebih banyak sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang
menggunakan buku ajar atau LKS, tidak mirip dengan keadaan yang sesungguhnya;
beracuan pada program pembelajaran yang simulasi: penggambaran suatu sistem atau
telah dibuat. Paradigma pembelajaran proses dengan peragaan memakai model
tersebut berimbas pada hasil belajar siswa statistic atau pemeran. Udin Syaefudin
terhadap mata pelajaran IPS. Sa’ud (2005:129) simulasi adalah “sebuah
Berdasarkan hasil belajar IPS siswa replikasi atau visualisasi dari perilaku
kelas V yang diperoleh, maka dapat sebuah sistem, misalnya sebuah
diketahui bahwa hasil belajar IPS masih perencanaan pendidikan, yang berjalan
tergolong rendah karena sebagian besar pada kurun waktu yang tertentu”. Jadi
siswa mendapatkan nilai ulangan umum dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah
yang berada di bawah Kriteria Ketuntasan sebuah model yang berisi seperangkat
Minimal (KKM) sehingga guru harus variabel yang menampilkan ciri utama dari
memberikan remidi. Tetapi kenyataan sistem kehidupan yang sebenarnya.
selanjutnya, ketika guru sudah memberikan Simulasi memungkinkan keputusan-
remidi masih saja ada siswa yang belum keputusan yang menentukan bagaimana
mencapai KKM sebesar 65. Oleh karena ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara
itu, perlu dirancang pembelajaran IPS yang nyata. Sri Anitah, W. DKK (2007:5.22)
melibatkan siswa secara aktif dalam metode simulasi merupakan “salah satu
pembelajaran dan sekaligus menanamkan metode pembelajaran yang dapat
penggunaannya di lingkungan nyata siswa digunakan dalam pembelajaran kelompok”.
yang nantinya dapat berpengaruh pada Proses pembelajaran yang menggunakan
hasil belajar siswa. Memperhatikan metode simulasi cenderung objeknya
permasalahan di atas, sudah selayaknya bukan benda atau kegiatan yang
dalam pengajaran IPS dilakukan sebuah sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar
inovasi. Rasanya kurang efektif apabila yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi
diselesaikan secara teori saja (ceramah). dapat dilakukan oleh siswa pada kelas
Salah satu alternatif yang dapat tinggi di sekolah dasar.
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar Pada prinsipnya dalam proses belajar
IPS yaitu Metode Pembelajaran Simulasi mengajar, tidak ada satu pun metode
berbasis Budaya Lokal. Guru bisa pembelajaran yang terbaik, yang ada
mengaitkan materi pelajaran yang diajarkan adalah metode belajar yang tepat untuk
dengan situasi nyata dari daerah setempat proses belajar tersebut. Artinya metode
serta menanamkan pada siswa untuk pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
menjaga kebudayaan lokal daerah situasi dan kondisi yang terjadi saat proses
setempat. Metode Simulasi merupakan belajar. Dengan demikian metode simulasi
suatu metode pelatihan yang tidak selalu tepat setiap saat untuk
memperagakan sesuatu dalam bentuk digunakan, akan tergantung bagaimana
tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan karakteristik dari siswa, guru, materi
yang sesungguhnya (Pusat Bahasa pembelajaran dan faktor sumber daya yang
Depdiknas, 2005). Dengan metode simulasi ada. Metode pembelajaran simulasi bisa
ini siswa memiliki kemampuan untuk dilaksanakan secara efektif dengan syarat:
bekerja sama, komunikasi, dan interaksi a) Menurut Depdiknas (2005:134), bahwa
terhadap permasalahan. metode simulasi memerlukan ketersediaan
Pembelajaran yang mengacu pada “bahan dan alat yang memadai untuk
teori belajar konstruktivisme lebih melaksanakan simulasi tersebut”. (Syaiful
menekankan pada kesuksesan peserta Bahri Djamarah 2006:92), “kesiapan dari
didik dalam mengorganisasikan guru untuk mengarahkan siswa dalam
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap bahwa “hasil belajar merupakan hasil yang
nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (d) dicapai oleh pebelajar setelah mengalami
Memiliki kemampuan berkomunikasi, proses belajar dalam jangka waktu
bekerjasama dan berkompetisi dalam tertentu”. Pendapat ini menyatakan bahwa
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, hasil siswa juga berarti hasil guru. Dengan
nasional, dan global. Jadi pada hakikatnya dihasilkannya hasil belajar siswa yang baik
”IPS merupakan mata pelajaran yang maka hal itu menunjukkan keberhasilan
memadukan konsep-konsep dasar dari seorang guru dalam mengajar dan begitu
berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pula sebaliknya, jika hasil belajar siswa
pendekatan dan psikologis serta kelayakan kurang baik maka guru tersebut kurang
dan kebermaknaannya bagi siswa dan berhasil dalam melaksanakan tugasnya.
kehidupannya” (Hidayati, 2008:1.6). Hasil belajar menunjukkan adanya
Saidiharjo (dalam Hidayati, 2008:1.7) juga peningkatan dalam proses pembelajaran.
menyatakan bahwa “IPS merupakan hasil Nasution (1982:29) memberikan pengertian
kombinasi atau hasil pemfusian atau bahwa “hasil belajar adalah suatu kegiatan
perpaduan dari sejumlah mata pelajaran belajar pada siswa yang dilaksanakan
seperti: geografi, ekonomi, sejarah, melalui tes”. Hasil belajar biasanya
sosiologi, antropologi, politik”. Ditegaskan memuaskan maupun kurang memuaskan
pula oleh Mulyono (dalam Tjandra, 2005:5) tergantung dari ketekunan, kemampuan
bahwa ”IPS merupakan perwujudan dari dan kegigihan untuk mencapai nilai yang
pendekatan interdisipliner dari pengajaran tinggi. Jelaslah bahwa yang dimaksud
ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial tersebut, dengan hasil belajar adalah perubahan
mempunyai ciri-ciri yang sama, sehingga tingkah laku yang terjadi setelah seseorang
dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu melakukan kegiatan belajar.
IPS”. Ciri-ciri hasil belajar yang
Dalam melakukan suatu kegiatan dikemukakan oleh Dimyati dan Moedjiono
setiap orang ingin mengetahui hasil dari (1999:201) bahwa 1) hasil kognitif
kegiatan yang dilakukan. Begitu juga dalam merupakan kemajuan intelektual yang
proses pembelajaran hasil belajar sangat diperoleh siswa melalui kegiatan belajar
berpengaruh dengan kelulusan yang akan dengan ciri-ciri perubahan pengetahuan,
dihasilkan. Di antara para pakar pendidikan pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
dan psikologi tidak memiliki definisi dan evaluasi, 2) Sikap (afektif). Hasil belajar
perumusan yang sama mengenai efektif adalah perubahan sikap yang
pengertian hasil belajar, namun di antara dialami oleh siswa yang berupa penerima
mereka memiliki pemahaman yang sama atau perhatian, adanya tanggapan dan
mengenai makna hasil belajar. respon serta penghargaan, 3) Keterampilan
Sebagaimana yang dikemukakan Dimyati (psikomotor). Hasil belajar psikomotor
dan Mudjiono (2002:3) menjelaskan bahwa merupakan perubahan tingkah laku yang
hasil belajar merupakan “hasil dari suatu berupa keterampilan siswa, keberanian,
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar minat, kreativitas dan partisipasi di dalam
dari sisi guru tindak mengajar diakhiri kegiatan sebagai usaha tanpa tekanan dari
dengan proses evaluasi hasil belajar”. guru atau orang lain. Pendapat tersebut
Hasibuan dan Moedjiono (2000:5), didukung oleh Muhaimin, dkk (1999:45)
menjelaskan bahwa terdapat lima macam menyatakan bahwa ciri-ciri hasil belajar
kemampuan hasil belajar. Kelima macam adalah ”(1) Menghasilkan perubahan pada
kemampuan hasil belajar tersebut adalah: diri individu yang belajar, baik aktual
a) keterampilan intelektual, b) strategi maupun potensial, (2) Perubahan itu
kognitif, c) informasi verbal, pengetahuan pokoknya adalah didapatkannya
dalam arti informasi dan fakta, d) kemampuan baru yang berlaku dalam
Keterampilan motorik yang diperoleh di waktu relatif lama, dan (3) Perubahan itu
sekolah, e) sikap dan nilai yang terjadi karena usaha”.
berhubungan dengan arah serta intensitas Pada penelitian ini, hasil belajar yang
emosional yang dimiliki sesorang. Menurut diukur adalah kemampuan yang dimiliki
Nurkancana dan Sunartana (1992:12) oleh siswa pada aspek kognitif pada mata
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Frekuensi
penelitian ini ada dua yaitu teknik analisis 6
statistik deskriptif dan statistik inferensial. 4
Sebelum melakukan uji hipotesis, maka
harus dilakukan uji prasyarat yaitu uji 2
normalitas dan uji homogenitas. 0
37.5 43.5 49.5 55.5 61.5 67.5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data hasil belajar IPS Titik Tengah
kelompok eksperimen yang berjumlah 28
siswa diperoleh mean (M) = 23,25, median Gambar 2. Kurve Poligon Data Kelompok
(Md) = 23,37, modus (Mo) = 23,51, standar Kontrol
deviasi (s) = 4,061, varians (s2) = 16,491,
rentangan (R) = 17, skor maksimal = 30 Berdasarkan gambar kurve poligon
dan skor minimal = 13. Data hasil belajar di atas diketahui Mo < Md < M. Dengan
IPS kelompok eksperimen dapat disajikan demikian kurve poligon di atas membentuk
dalam bentuk kurve poligon seperti gambar kurve poligon juling positif. Artinya,
di bawah ini. sebagian besar skor hasil belajar IPS
10 kelompok kontrol cenderung rendah. Jika
Frekuensi
metode konvensional. Dilihat dari nilai yang berperan aktif dalam pembelajaran
rerata hitung, ternyata rerata skor hasil dan siswa akan menjawab pertanyaan jika
belajar IPS siswa yang mengikuti diminta oleh guru serta siswa hanya
pembelajaran dengan menggunakan mencatat dan mengerjakan berbagai soal
metode pembelajaran simulasi berbasis latihan, sehingga siswa menjadi pasif dan
budaya lokal lebih tinggi dibandingkan cenderung membosankan.
rerata skor hasil belajar IPS siswa yang Berbeda dengan SD No. 4 Kampung
memperoleh pembelajaran dengan metode Baru, di SD No. 3 Kampung Baru yaitu di
konvensional. Ini berarti pembelajaran kelas V diterapkan model pembelajaran
dengan menggunakan metode konvensional yang dalam kegiatan
pembelajaran simulasi berbasis budaya belajarnya lebih banyak mengarah pada
lokal berpengaruh terhadap hasil belajar metode ceramah, tanya jawab, dan
IPS siswa. pemberian tugas. Pada saat pembelajaran
Hasil belajar IPS dengan penerapan siswa cenderung pasif dan terkesan bosan
metode pembelajaran simulasi berbasis dengan situasi belajar seperti itu, sehingga
budaya lokal lebih baik daripada hasil membuat beberapa siswa menunjukkan
belajar IPS pada siswa yang menerapkan ekspresi mengantuk saat belajar.
model pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran simulasi
Keadaan yang diperoleh tersebut juga berbasis budaya lokal juga memiliki
didukung oleh hasil penelitian dari peneliti sejumlah hambatan dalam
lain. Suarta Wijaya (2011) telah pelaksanaannya. Hambatan-hambatan
menerapkan metode pembelajaran simulasi yang terlihat yaitu pertama sulitnya
pada mata pelajaran PKN di sekolah dasar. membagi siswa menjadi beberapa
Hasil penelitian tersebut memberikan kelompok yang heterogen. Kedua, banyak
kesimpulan bahwa penerapan metode siswa yang ingin mendapatkan bimbingan
pembelajaran simulasi memperlihatkan dari guru. Ketiga, adanya siswa yang masih
adanya peningkatan hasil belajar pada malu bertanya kepada guru. Hambatan-
siswa. hambatan itu muncul karena siswa perlu
Saat pelaksanaan pembelajaran di beradaptasi dengan cara belajar yang baru
kelas eksperimen, siswa menjadi lebih aktif pada pertemuan pertama. Hambatan-
dan cenderung untuk melakukan hambatan tersebut berkurang pada setiap
komunikasi dengan siswa lain. Hal tersebut pertemuan dan mengalami peningkatan ke
disebabkan karena siswa dilibatkan arah yang lebih baik.
langsung dalam menentukan keputusan Strategi-strategi yang dilakukan untuk
terhadap permasalahan yang diberikan mengatasi hambatan-hambatan tersebut
dalam kelompok belajarnya. Secara umum adalah (1) melakukan pendekatan persuasif
siswa juga tidak memiliki waktu untuk diam kepada siswa agar membentuk kelompok
saja dan tidak terkesan membosankan secara heterogen, (2) memberikan
yang dapat menyebabkan siswa pernyataan-pernyataan yang dapat
mengantuk. Penerapan metode simulasi memotivasi siswa mengeluarkan
berbasis budaya lokal dapat membina gagasannya, (3) memberikan beberapa
hubungan komunikatif dan bekerjasama pertanyaan yang dapat mendiagnosa
dalam kelompok dalam melakukan interaksi kesulitan belajar yang dihadapi siswa,
sosial. (4) membiasakan siswa belajar dalam
Siswa kelas V di SD No. 4 Kampung kelompok, (5) memberikan petunjuk yang
Baru sangat antusias dalam memerima mudah diikuti siswa, (6) membantu siswa
pembelajaran yang menggunakan metode yang mengalami kesulitan dalam proses
pembelajaran simulasi berbasis budaya pembelajaran.
lokal karena siswa menginginkan suasana Hasil penelitian ini menunjukkan
baru dalam belajar khususnya IPS. Selain bahwa metode pembelajaran simulasi
itu siswa terlibat secara langsung dalam berbasis budaya lokal dapat diterapkan
proses pembelajaran. Berbeda halnya dalam pembelajaran IPS di jenjang sekolah
dengan model pembelajaran konvensional dasar sebagai upaya untuk meningkatkan
yang biasa mereka lakukan dimana guru hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
DAFTAR RUJUKAN