83-91) ~
Zulela MS
ABSTRACT
The purpose of this classroom action research was to improve narration writing skills trough contextual
approach in the fifth grade elementary schools’ students. The classroom action conducted in two cycles.
The subjects were fifth grade elementary schools’ student of SD 04 Karet Setiabudi south Jakarta. Data
was collected using observation, and narration writing test. The analizet data was qualitative data,
enhanced with narration writing test evaluation, in the context of measuring effect of implemented action
to narration writing skills. Result found that application of contextual approach with variety method and
relevant complimentary instrument improved narrations writing skills of fifth grade elementary schools’
student. Keywords: writing, contextual approach, elementary school.
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi
siswa siswa kelas V SD. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru SD
untuk dapat menentukan pendekatan yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran menulis di
SD.Tindakan kelas dilakukan sebanyak dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 04 Karet
Setiabudi Jakarta Selatan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan tes menulis narasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dengan variasi metode dan alat
bantu yang tepat dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa kelas V SD.
menulis lanjutan yaitu menulis karangan. kegiatan tersebut sebagai sumber inspirasi dalam
Menulis karangan selama ini masih sering menulis karangan, melalui berbagai pendekatan.
dianggap beban yang berat bagi siswa, karena Sehubungan dengan hal tersebut di atas,
dianggap sulit. maka pendekatan yang memungkinkan untuk
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia anak memenuhi tuntutan persoalan di atas adalah
akan dapat menulis dengan baik jika ia telah pendekatan kontekstual. Melalui pendekatan
memiliki keterampilan membaca (Hayon, 2003). kontekstual guru dapat mengaitkan materi yang
Jika siswa belum memiliki keterampilan diajarkan dengan kehidupan nyata anak. Dalam
membaca, siswa belum mampu mengungkapkan pendekatan kontekstual, siswa dapat
isi pikiran secara tertulis. dikondisikan dalam kelompok kecil atau
Sejak masa balita anak sudah mulai pandai masyarakat belajar (learning community),
bercerita atau berbicara, seperti berbicara tentang sehingga mereka dapat berlatih berkomunikasi
peristiwa yang dialami sehari-hari. Hal itu apa-apa yang telah diketahuinya, tanpa merasa
mengindikasikan bahwa anak telah mempunyai terbebani.
kemampuan mengungkapkan isi pikirannya Dalam rangka meningkatkan kemampuan
dengan bahasa secara lisan. Jika siswa telah menulis siswa SD kelas tinggi khususnya, maka
mampu bercerita secara lisan maka untuk diperlukan kajian ilmiah, antara lain melalui
mengarang tidak sulit, karena tinggal penelitian tindakan. Penelitian ini diharapkan
menuangkan ke dalam bahasa tulisan. Karena dapat berdampak positif terhadap peningkatan
pada hakikatnya bahasa tulis merupakan suatu kemampuan siswa dalam menulis narasi. Salah
jenis perekaman bahasa lisan (Hayon, 2003:93). satu pendekatan yang penulis coba untuk
Namun pada kenyataan di lapangan dilaksanakan adalah pendekatan kontekstual
menunjukkan tingkat keberhasilan menulis dengan metode yang variatif dalam
karangan pada siswa SD masih rendah. Banyak pembelajaran menulis di kelas V SD.
ditemui di kelas V SD 04 Karet Setiabudi Jakarta Menulis di sini sama dengan mengarang.
Selatan, siswa pandai bercerita tetapi ketika Menulis merupakan keseluruhan rangkaian
ditugasi menulis, siswa tersebut belum dapat kegiatan seseorang dalam mengungkapkan
mengungkapkan cerita tersebut secara tertulis gagasan dan menyampaikan bahasa tulis kepada
atau menuangkan dalam bahasa tulis. Kalaupun pembaca untuk dipahami dan dimengerti oleh
ada beberapa siswa yang telah mampu orang lain (Gie,1992:17). Dalam konteks ini
mengungkapkan ide-ide dalam bentuk tulisan, menulis adalah kegiatan komunikasi yang
tetapi kalimat-kalimatnya masih kacau, belum dilakukan sendiri tanpa didukung oleh
tersusun secara efektif seperti pengulangan kata, tekananan suara, nada, nada, mimik dan gerak-
kalimat dan lainnya. gerik seperti komunikasi lisan.
Dari pihak guru, tampaknya sebagian besar Kemampuan menulis hakikatnya adalah
guru masih belum dapat menciptakan suasana mengembangkan keterampilan menulis kreatif.
belajar yang kondusif khususnya dalam Dikatakan demikian karena yang akan dijadikan
pembelajaran menulis. Pendekatan yang fokus dalam penelitian ini adalah menulis cerita
digunakan guru dirasakan kurang pas dalam (narasi), yakni cerita narasi atau yang lebih
pembelajaran menulis. Guru cenderung memberi populer dengan sebutan fiksi (cerita rekaan). Jenis
contoh dan instruksi, kemudian siswa mengikuti cerita fiksi dapat dikembangkan berdasarkan
contoh dan instruksi dari guru, yang terkadang dua sumber, yaitu imajinasi dan fakta. Menurut
contoh itu didapat hanya dari buku paket. Thahar (2008:2) ‚imajinasi adalah cerita yang
Berbagai cara dapat dilakukan untuk kegiatan ditulis berdasarkan hasil khayalan penulisnya.
menulis karangan, yang memacu kreativitas dan Fakta adalah cerita yang bersumber dari
motivasi siswa. Di antaranya menonton pengalaman nyata penulisnya.‛ Jadi,
pertunjukan, menikmati gambar/dokumentasi, kemampuan menulis memerlukan latihan terus
karya wisata, perayaan ulang tahun, kegiatan menerus, sehingga penulis memahami apa yang
lomba dan lain-lain. Dari aktivitas itu, guru akan ditulis, dan kemampuan menulis bukan
dapat mengondisikan siswa agar mengangkat bakat, bukan bawaan sejak lahir atau warisan,
tetapi kemampuan itu dimiliki seeorang melalui
belajar dan latihan yang terus-menerus mangaitkan materi yang diajarkan dengan situasi
dikembangkan (Lorch, 1984:7). Jadi kemampuan dunia nyata siswa dan mendorong siswa
menulis di sini merupakan kesanggupan siswa memembuat hubungan antara pengetahuan yang
dalam menulis sesuatu bersumber dari dimilikinya dengan penerapannya dalam
pengalaman nyata penulisnya. kehidupan mereka sehari-hari (Nurhadi, 2003:1).
Narasi merupakan menulis kreatif. Kreatif Pendekatan kontekstual berusaha menghadirkan
adalah kata sifat. Jadi menulis kreatif (creative dunia nyata ke dalam kelas. Karakteristik
writing) artinya tulisan yang berupa hasil ciptaan pembelajaran kontekstual adalah kerjasama,
seseorang yang sifatnya baru, atau yang belum saling menunjang, pembelajaran terintegrasi,
ada sebelumnya, karena kreatif adalah menggunakan berbagai sumber, siswa aktif,
kemampuan mencipta sesuatu yang baru. tukar pendapat dengan teman, siswa kritis, guru
Narasi merupakan tulisan yang bercerita, kreatif, di dinding kelas dan lorong-lorong
kejadian dirangkai secara runtut menurut alur penuh dengan hasil karya. Zahorik (Nurhadi,
waktu (kronologis). Marahimin (1994:8) 2003:3) mengatakan, pendekatan kontekstual
mengungkapkan bahwa narasi yaitu karangan (Contextual Teaching And Learning / CTL) adalah
yang didasarkan pada urutan/rangkaian kejadian Knowledge is constructed by humans. Knowledge is
/peristiwa secara berurutan. Keraf (Baharuddin not a set of facts, concepts, or low waiting tube
& Wahyuni, 2007) menyatakan bahwa narasi discovered. Its is not something that exists
adalah bentuk wacana yang berusaha independent of a knower. Humans create or construct
menggambarkan dengan jelas kepada pembaca knowledge or as they attempt to bring meaning go
suatu peristiwa yang telah terjadi yang dijalin their experience. Everything that we know, we have
dalam satu kesatuan waktu. Jadi menulis narasi made. Jadi dalam hal ini kontekstual dapat
merupakan kegiatan seseorang dalam dikatakan sebagai makna, bermakna, dan
menuangkan ide-idenya secara runtut yang dibermaknakan, maksudnya; guru berperan
bersumber dari pengalaman nyata penulisnya sebagai fasilitator (reinforcing), yakni membantu
serta diungkap sesuai dengan urutan atau siswa menemukan makna (pengetahuan). Makna
kejadian peristiwa. di sini adalah makna dari materi yang diajarkan.
Kemampuan menulis narasi di sini Maksudnya menghubungkan materi ajar dengan
merupakan keterampilan siswa dalam lingkungan personal/sosial.
mengomunikasikan dengan baik tentang sesuatu Dari beberapa pendapat di atas bahwa
fakta yang pernah dialami yang baru dan pendekatan kontektual dalam penelitian ini
bersumber dari pengalaman nyata penulisnya, adalah proses belajar yang melibatkan siswa
dan disampaikan secara runtut menurut alur secara aktif dan guru sebagai fasilitator dengan
waktu (kronologis), dengan menggunakan menghubungkan materi ajar dengan konteks
tokoh, latar, dan ditulis dengan menggunakan kehidupan nyata dengan menggunakan berbagai
ejaan yang benar, kosa kata yang variatif dan metode yang mengoptimalkan pembimbingan
kalimat yang baik, bahasa yang jelas, sehingga baik individual, kelompok maupun klasikal yang
dapat dipahami oleh pembaca. sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
Pendekatan kontekstual adalah salah satu Dalam pembelajaran kontekstual pada
aliran filsafat yang mempunyai pandangan penelitian ini diimplementasikan langkah-
bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila langkah berikut: (1) membuat hubungan yang
mereka dapat menangkap makna dalam materi bermakna (making meaningfull onnections) antara
yang mereka terima dan dapat mengaitkan sekolah dengan konteks kehidupan nyata, (2)
informasi baru dengan pengetahuan dan melakukan pekerjaan yang signifikan (doing
pengalaman yang sudah mereka miliki (Johnson, significant), pekerjaan yang memiliki tujuan,
2006:14). Selanjutnya Johnson juga mengukap kepedulian terhadap orang lain dan meghasilkan
bahwa belajar secara kontekstual berarti produk, (3) pembelajaran mandiri (self regulated
mengeluarkan potensi penuh seorang siswa learning) yang membangun minat individu untuk
secara alamiah. bekerja dalam rangka menapai tujuan yang
Pendapat lain mengatakan bahwa pendekatan bermakna dengan mengaitkan materi ajar dan
kontekstual mempunyai tujuan membantu guru konteks kehidupan sehari-hari, (4) bekerjasama
(collaborating) untuk membantu siswa bekerja memperlancar jalannya penelitian ini, yaitu
secara efektif dalam kelompok, (5) berpikir kritis melakukan langkah sebagai berikut:
dan kreatif (critical anda creative thingking), siswa 1) Melakukan observasi awal dan sosialisasi
diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis rancangan penelitian dengan guru kelas V SD
dan kreatif, (6) pendewasaan individu (nurturing serta mahasiswa SI PGSD yang akan
individual) dengan mengenalnya, memberikan dilibatkan sebagai kolabulator/pengamat.
perhatian, mempunyai harapan yang tinggi 2) Menyusun perencanaan pembelajaran dan
terhadap siswa dan memotivasinya, (7) pembagian tugas antara peneliti dengan guru
pencapaian standar yang tinggi (reaching high kelas V dan guru kelas IV sebagai kolabolator
standards) melalui pengidentifikasian tujuan dan serta mahasisiswa SI PGSD.
motivasi siswa untuk mencapaianya, (8) 3) Menyosialisasikan tugas.
menggunakan penilaian autentik (using authentic 4) Menyusun skenario pembelajaran yang
assessment) yang menantang siswa agar menggunakan pendekatan kontekstual
menggunakan informasi akademis baru dan dengan metode dan media yang bervariasi.
keterampilannya ke dalam situasi nyata untuk 5) Mempersiapkan alat bantu pembelajaran.
tujuan yang signifikan membentuk group belajar 6) Merencanakan jadwal pertemuan dan jadwal
yang saling bergantung (interdependent learning pelaksanaan tindakan secara priodik bersama
groups), dan (9) penerapan pembelajaran guru mitra untuk melakukan refleksi.
kontekstual untuk melaksanakan hal di atas Seluruh rencana kegiatan di atas ditetapkan
dalam pembelajaran menulis narasi. bersama secara musyawarah antara peneliti dan
Implikasi pendekatan kontektual seperti ini kolabulator, sesuai dengan prinsip penelitian
menjadi tugas guru untuk membantu siswa tindakan kelas, yaitu tidak mengganggu tugas
mencapai tujuannya, dengan maksud guru lebih pokok guru sebagai guru kelas.
banyak merancang strategi daripada pemberian Data yang digunakan dalam penelitian ini
informasi bahan pelajaran. adalah data yang menggambarkan keberhasilan
penelitian. Adapun data penelitian terdiri atas
METODE (a) data kuantitatif (data hasil), yakni data hasil
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan. tes menulis narasi dan data (b) kualitatif (data
Tujuannya (1) untuk meningkatkan kemampuan proses). Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes
menulis karangan narasi siswa kelas V SD. Dan menulis narasi yang terdiri atas tes pra-tindakan,
(2) memperoleh data kongkret apakah tes akhir siklus dan postes. Sedangkan data
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kualitatif adalah data yang mendeskripsikan
kemampuan menulis narasi siswa kelas V SD 04 proses pembelajaran yang dilakukan oleh para
Karet Setiabudi Jakarta Selatan. Pada penelitian observer. Instrumen pengumpul data yang
ini peran dan posisi peneliti adalah sebagai digunakan dalam penelitian ini adalah tes
guru/pengajar dan sekaligus sebagai peneliti. tertulis, observasi, diperkuat dengan catatan
Mengacu pada model penelitian tindakan lapangan hasil observasi yang dilakukan
yang dikembangkan oleh Kemmis dan observer. Kemmis dan McTaggart (1988:100)
McTaggart (1988:10), penelitian ini terdiri atas: menyatakan bahwa teknik pengumpulan data
penjajagan awal, perencanaan, tindakan dan yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan
pengamatan/refleksi pada siklus pertama, adalah catatan anekdot, catatan lapangan,
dilanjutkan ke siklus kedua. Kegiatan deskripsi perilaku ekologis, analisis dokumen,
perencanaan pada siklus pertama dan seterusnya portofolio, angket, wawancara, foto, slide dan tes
mencakup identifikasi masalah, rumusan kemampuan siswa. Berdasarkan pernyataan
masalah dan merancang program tindakan. Kemmis dan McTaggart ini maka peneliti
Pelaksanaan tindakan dan pengamatan, menggunakan tes, observasi (rekaman video)
dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran dan fortofolio. Data kemudian diorganisasikan
di kelas. secara sistematis dan rasional. Adapun tahapan
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan dalam analisis data antara lain (1)
ini, dipersiapkan hal-hal yang dapat penyederhanaan melalui seleksi, pemokusan,
dan pengabstraksian data mentah hingga jadi
menjiwai tulisan tersebut dapat dipahami oleh peneliti, berdampak pada motivasi siswa
pembaca. menjadi menurun dalam menyelesaikan
Kebahasaan dalam penelitian ini adalah tata tugas/karyanya.
bahasa yang sesuai dengan psikologis siswa
kelas V, kalimatnya masih sederhana (tidak Keterampilan Menggunakan Tata Tulis
berbelit-belit). Demikian pula dengan kosa kata, Hal yang perlu dikembangkan dalam
masih kosa kata dasar, kosa kata jadian yang keterampilan menggunakan ejaan meliputi
masih sederhana, belum kata kompleks, namun penulisan huruf, pemakaian huruf, dan
sesuai dengan konteksnya. Jadi ukuran penggunaan tanda baca. Hal ini perlu ditegaskan
kebahasaan masih belum begitu dalam dan luas. kepada siswa bahwa kesalahan satu huruf
Namun penekanan agar siswa tidak selalu (fonem) saja bisa bermakna lain. Misalnya, ketika
menggunakan kata yang sama yang berulang- siswa menuliskan ‚Gaji ayahku naik.‛ Kata gaji
ulang (klise). ditulis ‘gajih’. selain itu siswa masih banyak yang
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan belum bisa menggunakan tanda koma (,) di
siswa masih banyak menggunakan kata yang antara unsur-unsur atau perincian dan tanda
berulang-ulang, serta penulisan kata yang koma untuk memisah kata, seperti; O, begitu?
kurang lengkap. Misalnya kata penghubung Dan lain-lain. Untuk mengatasi hal ini, guru
kalimat ‚dan-dan, dan, dari itu , terustu, maksudnya memberi contoh langsung, dengan cara
selanjutnya ‛ padahal banyak kata hubung lain menunjukkan penggunaannya dalam konteks,
yang dapat digunakan. Selanjutnya kata ‚rumah‛ atau menuliskannya di papan tulis, serta
banyak yang menulis ‚ruma”. menunjukkan contoh pengunaan tanda baca
Untuk mengatasi hal ini, peneliti memberi tersebut yang digantung di dinding.
contoh melalui membacakan contoh cerita, diberi Untuk melihat peningkatan keterampilan
penegasan ketika ditemukan kata hubung, kata- menulis siswa dalam setiap aspek tersebut,
kata yang sejenis dengan kesalahan siswa peneliti pun mengelompokkan data hasil
dipertegas untuk diperhatikan. Jangan sekali-kali menulis berdasarkan setiap aspek yang
mengatakan kata ‚ini salah‛ (menyalahkan mendukung katerampilan menulis, yang
siswa), karena hal ini menurut pengamatan dikemukakan dalam tabel berikut ini:
masalah kompleks untuk dipecahkan, kemudian dilaksanakan dalam satu kesempatan (pada
menggali keterampilan yang dibutuhkan; (2) waktu yang panjang), namun diiringi dengan
Cooperative learning; siswa diberi kesempatan instrument lagu, dan penataan kelas yang
untuk berdiskusi dengan siswa lain tentang variatif. Maka peneliti/tim kolabulator
suatu problem. Siswa belajar dalam kelompok menerapkan prinsif-prinsif pembelajaran
untuk saling membantu memecahkan masalah konstruktivisme dalam discovery learning,
yang dihadapi. Melalui kelompok sosial belajar contextual teaching and learning dan strategi
ini siswa mendapatkan pengetahuan, advance organizer.
mengeksplorasi pengetahuan; (3) Generative Strategi Advance Organization dan pemberian
Learning; menekankan pada integrasi yang aktif model serta bimbingan secara bertahap yang
antara materi atau pengetahuan yang baru dilaksanakan secara berkesinambungan
diperoleh dengan skemata, sehingga siswa memberikan dampak sangat positif, dekat
mampu beradaptasi ketika menghadapi stimulus dengan dunia anak. Dengan strategi ini
baru. Dalam strategi ini, siswa dilatih perhatian siswa menjadi terfokus, perhatian
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang siswa menjadi meningkat dan bergairah dalam
berguna, dan mengembangkan ide-ide. siswa mengikuti kegiatan menulis narasi.
dilatih mengonstruksi pengetahuan yang ada di Strategi dialog, penguatan spontan dan ikhlas
benaknya, dan mentransformasikan suatu dapat membangkitkan motivasi dan keberanian
informasi kompleks ke situasi lain. dan rasa percaya diri siswa untuk berkarya.
Kedua: Penerapan strategi pembelajaran Temuan yang paling menarik, adalah strategi
dengan memberi feedback langsung dan dalam mengatasi kebosanan siswa, yakni
menantang yang mengacu pada pendekatan dilakukan dengan cara memperdengarkan lagu
kontekstual yang berupa pernyataan positif dan instrumental, ketika siswa sedang bekerja/
komunikatif yang diberikan kepada siswa yang mengembangkan tulisan narasi dan dilanjutkan
memerlukannya, misalnya siswa yang tampak dengan siswa mencoba memersiapkan tulisan
masih kesulitan dalam mengembangkan isi untuk dipublikasikan. Tampak tidak ada satu
tulisannya, maka guru mengajukan pertanyaan ‛ pun siswa yang mengantuk, lemas, atau
Coba lihat, baca pelan-pelan, sudah itu apa lagi yang bermain-main dengan kawannya. Khusus untuk
terjadi ?.” Cara ini, dapat meningkatkan motivasi memperbaiki bentuk tulisan siswa, tampaknya
dan kreativitas siswa dalam mengembangkan tidak dapat dilakukan dalam waktu cepat, tetapi
tulisan. menurut pengamatan peneliti, bentuk tulisan
Ketiga: Mencermati hasil menulis narasi pada siswa, dapat diperbaiki melalui pembinaan yang
siklus kedua, yakni katerampilan siswa dalam berkesinambungan sejak kelas awal sekolah
aspek pengembangan gagasan masih belum dasar dan dilanjutkan sampai kelas tinggi ( kelas
mencapai target yang diharapkan. Kondisi ini IV, V dan VI). Guru kelas tinggi sekolah dasar
disebabkan siswa kurang konsentrasi dan perlu ikut peduli terhadap perbaikan bentuk
kurang terfokus dengan apa yang telah mereka tulisan siswa SD.
tulis pada pertemuan sebelumnya. Konsentrasi Simpulan bagian kedua, akan dikemukakan
para siswa menjadi terputus, ide-ide seolah-olah hasil temuan yang berhubungan dengan masalah
bercerai –berai sehingga memerlukan waktu dan penelitian kedua yakni: ‛Apakah pendekatan
strategi untuk menjadikan siswa dapat konstruktivisme dapat meningkatkan
melanjutkan tulisannya pada pertemuan keterampilan menulis narasi siswa kelas V
lanjutan. Karena itu, maka strategi yang tepat sekolah Dasar?‛
untuk memberi kesempatan kepada siswa Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada
menulis dalam waktu yang berkesinambungan bab IV, diketahui bahwa ‛Melalui pendekatan
tanpa terputus. Guru harus menciptakan situasi kontekstual, terbukti bahwa keterampilan siswa
yang menyenangkan, yang menggiring siswa dalam menulis narasi meningkat.‛ Peningkatan
untuk menuangkan ide-ide / tulisan narasi secara itu terjadi pada setiap siklus. Persentase
utuh. Karena dikhawatirkan dengan waktu yang peningkatan keterampilan menulis yang
panjang akan memunculkan rasa bosan. Untuk diperoleh siswa dalam setiap siklus (siklus
itu, maka strategi pembelajaran menulis
pertama ke siklus kedua), dapat dilihat pada Johnson, Elaine B. (2006). Contxtual Teaching &
tabel hasil penelitian. Learning. Bandung: Mizan Learning Center
Dengan demikian, maka dugaan awal (MLC).
(hipotesis) penelitian yakni: ‛Jika pembelajaran Kemmis, and Robin, McTaggart. (1988). The
menulis narasi di kelas V SD diberikan dengan Action Research Planner. Deakin: University
pendekatan kontekstual dengan metode, strategi Press.
dan alat bantu yang bervariasi, maka Lorch, Sue. (1984). Basic Writing: Practical
keterampilan menulis narasi siswa kelas V SDN Approach, Second Edition. Boston: Brown and
04 Karet Setiabudi akan meningkat‛. Company.
Marahimin, Ismail. (1994). Menulis Secara Populer,
REFERENSI Jakarta: Pustaka Jaya.
Baharuddin & Wahyuni, Esa Nur. (2007). Teori Nurhadi. (2003). Pendekatan Kontekstual
Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Arr- (Contekstual Teaching and Learning). Jakarta:
Ruzz Media. Departemen Pendidikan Nasional,
Gie, Liang. (1992). Pengantar Dunia karang Dirjendikdasmen.
Mengarang. Jogyakarta: Liberty. Thahar, Harris Effendi. (2008). Menulis Kreatif.
Hayon, Yosep. (2003) Membaca dan Menulis Padang: UNP Press.
Wacana. Jakarta: Storia Grafika.