Rufa Hera
STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong Kec. Meureubo Kab. Aceh Barat
23615, E-mail: hrufa@ymail.com
Abstrak: Genetika merupakan salah satu materi dalam pembelajaran biologi yang selama ini diyakini
banyak siswa sebagai materi yang sulit untuk dipahami. Ruang lingkup materi yang luas, banyaknya
penggunaan istilah, serta konsep yang abstrak menjadikan siswa sulit mengingat konsep-konsep penting pada
materi Genetika. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kualitas belajar siswa. Faktor- faktor itulah yang
menentukan kesuksesan pembelajaran di suatu sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat permasalahan
permasalahan dalam proses pembelajaran konsep genetika di sma negeri 2 seulimum kabupaten Aceh Besar.
Penelitian studi kasus ini dilakukan di SMA Negeri 2 Seulimum bertempat di Jl. Krueng Raya-Ateuk
Lamteuba, Seulimum, Kabupaten Aceh Besar. Subjek Penelitian yaitu guru bidang studi Biologi dan Siswa
SMA Negeri 2 Seulimum kelas XII IPA. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif
dengan teknik pembagian angket, wawancara, dan observasi. Studi kasus dilakukan melalui studi lapangan
dengan proses kunjungan ke sekolah pada Bulan November 2013. Analisis data dilakukan secara kualitatif
dan ditampilkan dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat bebrapa faktor
pemasalahan dalam pembelajaran genetika yaitu berkaitan dengan model yang diterapkan, Sarana
pembelajaran yang digunakan, meliputi : media pembelajaran, bahan ajar, sumber belajar, dan pemanfaatan
laboratorium (Laboratorium IPA dan Komputer). Kesimpulan penelitian ini adalah Proses pembelajaran pada
konsep genetika di SMA Negeri 2 Seulimum belum berjalan dengan optimal. Siswa belum memahami
dengan baik konsep genetika berdasarkan sistem pembelajaran yang telah dilakukan.
PENDAHULUAN
Genetika merupakan salah satu materi Berbagai faktor dapat mempengaruhi
dalam pembelajaran biologi yang selama ini kualitas belajar siswa. Faktor- faktor itulah
diyakini banyak siswa sebagai materi yang yang menentukan kesuksesan pembelajaran di
sulit untuk dipahami. Bahar et al dalam suatu sekolah. Nurkolis (2011) menjelaskan
Herlanti (2007) mengemukakan bahwa bahwa,” Keberhasilan pendidikan di sekolah
genetika merupakan materi yang sulit ditentukan oleh bagaimana proses
dimengerti oleh sebagian besar siswa karena pembelajaran berlangsung di sekolah tersebut.
konsep genetika bersifat esoterik dan abstrak, Sekolah sebagai sistem penyelenggara
yang meliputi objek-objek mikroskopik dan pendidikan harus dapat memberdayakan
proses-proses di luar pengalaman siswa seluruh komponen yang ada di dalamnya
sehari-hari. Untuk memberikan pemahaman secara terpadu, saling berkaitan satu sama lain
secara optimal terhadap konsep-konsep yang untuk meningkatkan kualitas belajar peserta
bersifat abstrak diperlukan berbagai upaya didik sehingga mendorong tercapainya tujuan
pembelajaran. pendidikan. Atas dasar itu, penulis tertarik
untuk mengidentifikasi lebih lanjut
53
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671
hal ini peneliti memfokuskan kajian studi Penelitian studi kasus ini dilakukan di
kasus hanya pada proses belajar mengajar SMA Negeri 2 Seulimum bertempat di Jl.
A. Model yang diterapkan dalam proses Kabupaten Aceh Besar. Subjek Penelitian
pembelajaran konsep genetika. yaitu guru bidang studi Biologi dan Siswa
54
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671
dengan proses kunjungan ke sekolah pada model pembelajaran yang digunakan pada
Bulan November 2013. Teknik pengumpulan proses pembelajaran genetika di kelas XII IPA
data dilakukan melalui beberapa cara yaitu : bersifat semi konvensional artinya guru
1. Observasi langsung (field study), mengajar dengan menggunakan metode
mencakup proses observasi kondisi gedung ceramah namun tetap melibatkan siswa untuk
sekolah dan lingkungannya, observasi berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
proses belajar mengajar di kelas, dan Guru menyampaikan materi secara bertahap
observasi pemanfaatan sarana dan diiringi dengan mengajukan pertanyaan-
prasarana sekolah. Data yang dihasilkan pertanyaan kepada siswa sehingga
dikumpulkan melalui pencatatan dan pembelajaran tidak terlihat terlalu monotorn.
dokumentasi menggunakan kamera. Selain itu guru juga meminta siswa maju ke
2. Observasi tidak langsung, dengan meminta depan mengisi latihan persilangan secara
data profil sekolah dari pegawai tata usaha bergilir.
(TU) di sekolah.
3. Pembagian Angket kepada siswa (Angket B. Bahan Ajar yang Digunakan
terbuka dan tertutup). Berdasarkan observasi diketahui bahwa
4. Wawancara formal dan non formal dengan bahan ajar yang digunakan guru dalam
guru bidang studi Biologi. mengajarkan konsep genetika terdiri dari 2
Analisis data dilakukan secara kualitatif buku paket. Buku paket pertama yaitu Buku
dan ditampilkan dalam bentuk deskriptif. Panduan Pendidik Biologi SMA Kelas XII
yang ditulis oleh Rohana Kusuma dan Gut
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN Windarsih, diterbitkan oleh penerbit Intan
Hasil Temuan Pariwara. Bahan ajar yang kedua sekaligus
Berdasarkan hasil observasi di SMA menjadi sumber belajar siswa adalah Buku
Negeri 2 Seulimum dan dilanjutkan dengan Biologi SMA Kelas XII yang ditulis oleh D.A
wawancara dengan guru dan siswa, peneliti Pratiwi dkk. Buku ini disusun berdasarkan
menemukan informasi lebih lanjut tentang: standar isi kurikulum KTSP 2006 yang
1. Proses Pembelajaran di Kelas. diterbitkan oleh penerbit Erlangga. Buku
Beberapa hal yang ditinjau berkaitan tersebut diperoleh dari perpustakaan sekolah
dengan proses pembelajaran konsep genetika SMA Negeri 2 Seulimum. Hasil angket
di kelas yaitu: menunjukkan bahwa 100% siswa tidak
A. Model Pembelajaran yang Digunakan menggunakan sumber belajar lain selain buku
Pada saat melakukan kunjungan ke paket yang diperoleh dari sekolah. Selain itu
sekolah (studi lapangan) penulis mendapat dari angket dan wawancara dengan guru juga
kesempatan mengikuti secara langsung proses diketahui bahwa dalam proses pembelajaran
pembelajaran genetika di kelas. Berdasarkan tidak disediakan bahan/ sumber belajar lain
hasil pengamatan, penulis menemukan bahwa seperti handout/modul.
55
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671
56
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671
57
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671
lebih mudah memahami bacaan dalam bentuk yang tersedia di sekolah seperti miroskop dan
uraian singkat atau materi yang diringkas oleh perlengkapan laboratorium lainnya. Dari hasil
guru (dalam bentuk hand out/ modul). Namun angket siswa, 21 siswa (100% siswa)
sejauh ini berdasarkan hasil wawancara, mengakui bahwa untuk proses pembelajaran
observasi dan angket kepada siswa diketahui genetika selama ini memang tidak pernah
bahwa belum pernah disediakan dilakukan kegiatan praktikum.
handout/modul untuk proses pembelajaran.
Siswa hanya menggunakan buku paket PEMBAHASAN
sekolah sebagai sumber belajar dan untuk Berdasarkan hasil temuan, peneliti
evaluasi siswa pernah mendapatkan modul mengetahui lebih jauh kondisi proses
kumpulan soal tapi tidak dilengkapi dengan pembelajaran genetika di SMA 2 Seulimum
pembahasan materi. Berbicara mengenai dan kendala-kendala yang dihadapi siswa dan
minat siswa terhadap sumber belajar lain guru dalam proses pembelajaran genetika
seperti handout dan modul penulis berhasil yang berlangsung selama ini. Beberapa
mengidentifikasi lewat angket bahwa 21 siswa permasalahan dan kendala yang dapat
(100% siswa) mengaku akan sangat tertarik diidentifikasi yaitu sebagai berikut :
untuk mempelajari konsep genetika bila 1. Berkaitan dengan siswa, genetika dianggap
disediakan modul berupa ringkasan materi sulit dipelajari karena banyaknya istilah-
(hand out) yang disertai gambar-gambar istilah penting dan materinya bersifat
berwarna. abstrak.
Menurut pengakuan siswa dari hasil 2. Model pembelajaran konvensional
angket diidentifikasi bahwa 17 dari 21 siswa menutup peluang siswa untuk berinteraksi
(80,9% siswa) merasa belum memahami sesama siswa. Kondisi ini dapat
dengan baik konsep genetika dalam proses menurunkan motivasi belajar dan
pembelajaran selama ini. Dan semua dari menimbulkan kejenuhan belajar siswa.
siswa tersebut juga menyimpulkan bahwa 3. Siswa sulit memahami materi genetika
pembelajaran genetika yang berlangsung dalam buku paket sekolah karena uraian
selama ini belum optimal. materi sangat kompleks sehingga siswa
menjadi tidak tertarik untuk membaca dan
4. Hasil Temuan Berkaitan dengan menelaah materi lebih lanjut.
Laboratorium IPA 4. Media video/animasi tidak pernah
Laboratorium adalah sarana yang diterapkan di SMA Negeri 2 Seulimum
sangat penting sebagai penunjang pemahan selama ini karena tidak tersedianya
siswa. Dari hasil observasi diketahui bahwa fasilitas untuk menampilkan media
laboratorium belum tersedia sama sekali di tersebut. Sedangkan media video, animasi,
sekolah SMA Negeri 2 Seulimum bahkan dan gambar mempunyai andil yang besar
tidak ada satupun perangkat laboratorium dalam memberikan pemahaman pada siswa
58
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671
59
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671
materi-materi yang bersifat abstrak. Siswa keterampilan dalam proses belajar mengajar.
cenderung merasa bosan dan apabila tidak ada Dari hasil angket 76,9% siswa mengaku sulit
interaksi maka kondisi pembelajaran akan memahami materi genetika pada buku paket
semakin menjenuhkan. Oleh karena itu model sekolah. hakikatnya buku paket berfungsi
pembelajaran yang mampu merangsang siswa untuk membantu siswa memahami materi
untuk saling berinteraksi sangat baik pelajaran namun tidak semua siswa
diterapkan dalam proses pembelajaran pada mempunyai kemampuan yang sama dalam
konsep-konsep abstrak seperti Genetika. Salah menelaah bacaan. Oleh karena itu upaya yang
satu model yang dianggap mampu perlu dilakukan adalah menyusun sumber
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar penunjang yang komunikatif,
berinteraksi adalah model pembelajaran sederhana namun komprehensif.
interaktif. Model pembelajaran interaktif Dari hasil pembagian angket kepada
sering dikenal dengan nama pendekatan siswa diketahui 71,4% siswa mengaku lebih
pertanyaan anak. Model ini dirancang agar mudah memahami bacaan dalam bentuk
siswa akan bertanya dan kemudian uraian singkat atau materi yang diringkas oleh
menemukan jawaban pertanyaan mereka guru (dalam bentuk hand out/ modul). Selain
sendiri (Harlendalam Suryani,2008). itu dari hasil angket penulis melihat siswa
Salah satu kelebihan dari model lebih cenderung menyukai bahan bacaan yang
pembelajaran interaktif adalah siswa inovatif. Semua siswa (100% siswa) mengaku
dirangsang untuk belajar secara aktif, belajar lebih tertarik mempelajari konsep genetika
mengajukan pertanyaan, mencoba dengan menggunakan modul berupa ringkasan
merumuskan pertanyaan, dan mencoba materi (hand out) yang disertai gambar-
menemukan jawaban terhadap pertanyaannya gambar berwarna.
sendiri dengan melakukan kegiatan diskusi Selain sumber belajar hal yang tidak
interaktif. Dengan cara seperti itu siswa atau kalah penting untuk diperhatikan adalah
anak menjadi kritis dan aktif belajar. Hal ini bahan ajar. Bahan ajar dapat dimaknai sebagai
tentunya menjadi harapan hasil belajar atau sesuatu yang mengandung pesan
prestasi belajar siswa menjadi lebih pembelajaran, baik yang dirancang secara
meningkat. khusus seperti film pendidikan, peta, grafik,
Permasalahan ketiga dari hasil buku, dan bahan lainnya yang bersifat umum
temuan penelitian studi kasus ini adalah namun dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
kendala siswa dalam memanfaatkan sumber belajar. Bahan ajar berperan penting dalam
belajar. Mulyasa (2002) menjelaskan bahwa proses pembelajaran. Belawati (2003)
sumber belajar merupakan segala sesuatu menjelaskan bahwa,” Dalam kegiatan
yang dapat memberikan kemudahan kepada pembelajaran bahan ajar sangat penting baik
peserta didik dalam memperoleh sejumlah bagi guru maupun siswa. Guru akan
informasi, pengetahuan, pengalaman, dan mengalami kesulitan dalam meningkatkan
60
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671
efektivitas pembelajarannya jika tanpa disertai hasil angket, wawancara dan observasi
bahan ajar yang tepat. Begitu pula bagi siswa, diketahui bahwa di SMA Negeri 2 Seulimum
tanpa adanya bahan ajar siswa akan tidak disediakan fasilitas elektronik untuk
mengalami kesulitan dalam memahami materi menampilkan media animasi atau video
pelajaran. Oleh karena itu memperkaya bahan sehingga pembelajaran berbasis media gerak
ajar merupakan suatu hal yang sangat perlu tidak pernah dilakukan. Namun demikian,
dilakukan oleh seorang guru. media berupa charta dan model menurut hasil
Bahan ajar tidak hanya buku hasil karya wawancara dengan guru telah pernah disusun
yang diterbitkan namun guru memiliki bersama siswa namun bukti fisiknya tidak
kesempatan untuk menyusun sendiri bahan dapat diperlihatkan karena charta dan model
ajar yang tentunya lebih sesuai dengan kondisi tersebut dalam kondisi rusak dan telah dibawa
siswanya masing- masing. Menurut paradigm pulang oleh siswa untuk dilakukan reparasi.
pembelajaran behavioristik, guru dapat Permasalahan kelima adalah
menyediakan modul untuk mempermudah kebutuhan terhadap sarana pembelajaran yaitu
siswa dalam memahami suatu konsep. Guru laboratorium. Laboratorium mempunyai
dapat merancang modul yang sesuai dengan peranan yang besar untuk menunjang
kebutuhan peserta didiknya masing-masing keberhasilan proses pembelajaran. Sudaryanto
(Sadulloh, 2007). (1998) menerangkan bahwa,” Laboratorium
Permasalahan keempat adalah merupakan salah satu sarana sekolah yang
penggunaan media. Pengetian media secara berperan sebagai penunjang peningkatan hasil
terminology cukup beragam, sesuai dengan belajar dan pengembangan pengetahuan
sudut pandang pakar pendidikan. Seperti yang siswa. Laboratorium merupakan tempat
dinyatakan oleh Sutikno (2005) dalam peserta didik berlatih dan melakukan kontak
Musfiqon, HM (2012) bahwa Asosiasi langsung dengan objek yang dipelajari, baik
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan melalui pengamatan maupun percobaan.
(Association of Education and Keberadaan laboratorium sangat besar
Communication Technology/ AECT) perananannya untuk mengembangkan
membatasi media sebagai segala bentuk yang pengetahuan siswa.
diprogram dalam proses penyampaian Berdasarkan hasil observasi diketahui
informasi. Sedangkan Asosiasi Pendidikan bahwa di sekolah SMA Negeri 2 Seulimum
Nasional (National Education Associated/ belum memiliki sarana laboratorium dan
NEA) memiliki pengertian yang berbeda, perlengkapannya. Salah satu fasilitas
menurut mereka media merupakan benda laboratorium yang dianggap cukup penting
yang dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca dalam pembelajaran genetika adalah model-
atau dibicarakan dalam kegiatan model substansi genetik seperti kromosom. Di
pembelajaran, yang dapat mempengaruhi sebagian sekolah fasilitas model-model
efektifitas proses pembelajaran. Berdasarkan substansi genetik ini telah ada baik dalam
61
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671
62
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671
Gage. 1988. Educational Psychology. (4 th Soyibo, K. 1995. Effects of Concept and Vee
ed). Houston, TX: Houghton Mifflin. Mappings under Three Learning
Herlanti, Y. 2007. Kontribusi Wacana Mode on Student Cognitive
Multimedia Terhadap Pemahaman Achivement in Ecology and Genetics.
Dan Retensi Siswa. Jurnal pendidikan Journal of Research in Science
ipa metamorfosa. vol 2 no 1 hal 29- Teaching. 32 (9): 971 -994.
38. Sudaryanto (1998). Pengelolaan laboratorium
Mulyasa, E. 2002. Menjadi Guru Profesional : IPA dan Instalasi Listrik. Jakarta:
Menciptakan Pembelajaran Kreatif Depdikbud.
dan Menyenangkan. Artikel Remaja Suryani, L. 2008. Penerapan Model
RoMTs (Madrasah Tsanawiyah). Pembelajaran Interaktif pada Mata
Bandung. Pelajaran IPA pada Diklat Guru
Musfiqon. 2012. Pengembagan Media dan Bidang Studi IPA MTs (Madrasah
Sumber Belajar. Jakarta:Prestasi Tsanawiyah). Tesis. PPS Universitas
Pustaka. sriwijaya. Palembang.
Nurkolis. 2011. Managemen Berbasis Sutikno, S (2005). Model Pembelajaran
Sekolah. Jakarta Selatan: Grasindo. Interaksi Sosial, Pembelajaran Efektif
Sadulloh, U. Pengantar Filsafat Pendidikan. dan Retorika. Mataram: NTP Press.
Bandung: Alfabeta.
63