Anda di halaman 1dari 11

GENTA MULIA,

Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

STUDI KASUS PERMASALAHAN DALAM PROSES


PEMBELAJARAN KONSEP GENETIKA DI SMA NEGERI 2
SEULIMUM KABUPATEN ACEH BESAR

Rufa Hera

STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong Kec. Meureubo Kab. Aceh Barat
23615, E-mail: hrufa@ymail.com

Abstrak: Genetika merupakan salah satu materi dalam pembelajaran biologi yang selama ini diyakini
banyak siswa sebagai materi yang sulit untuk dipahami. Ruang lingkup materi yang luas, banyaknya
penggunaan istilah, serta konsep yang abstrak menjadikan siswa sulit mengingat konsep-konsep penting pada
materi Genetika. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kualitas belajar siswa. Faktor- faktor itulah yang
menentukan kesuksesan pembelajaran di suatu sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat permasalahan
permasalahan dalam proses pembelajaran konsep genetika di sma negeri 2 seulimum kabupaten Aceh Besar.
Penelitian studi kasus ini dilakukan di SMA Negeri 2 Seulimum bertempat di Jl. Krueng Raya-Ateuk
Lamteuba, Seulimum, Kabupaten Aceh Besar. Subjek Penelitian yaitu guru bidang studi Biologi dan Siswa
SMA Negeri 2 Seulimum kelas XII IPA. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif
dengan teknik pembagian angket, wawancara, dan observasi. Studi kasus dilakukan melalui studi lapangan
dengan proses kunjungan ke sekolah pada Bulan November 2013. Analisis data dilakukan secara kualitatif
dan ditampilkan dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat bebrapa faktor
pemasalahan dalam pembelajaran genetika yaitu berkaitan dengan model yang diterapkan, Sarana
pembelajaran yang digunakan, meliputi : media pembelajaran, bahan ajar, sumber belajar, dan pemanfaatan
laboratorium (Laboratorium IPA dan Komputer). Kesimpulan penelitian ini adalah Proses pembelajaran pada
konsep genetika di SMA Negeri 2 Seulimum belum berjalan dengan optimal. Siswa belum memahami
dengan baik konsep genetika berdasarkan sistem pembelajaran yang telah dilakukan.

Keywords: studi kasus, pembelajaran, konsep, genetika.

PENDAHULUAN
Genetika merupakan salah satu materi Berbagai faktor dapat mempengaruhi
dalam pembelajaran biologi yang selama ini kualitas belajar siswa. Faktor- faktor itulah
diyakini banyak siswa sebagai materi yang yang menentukan kesuksesan pembelajaran di
sulit untuk dipahami. Bahar et al dalam suatu sekolah. Nurkolis (2011) menjelaskan
Herlanti (2007) mengemukakan bahwa bahwa,” Keberhasilan pendidikan di sekolah
genetika merupakan materi yang sulit ditentukan oleh bagaimana proses
dimengerti oleh sebagian besar siswa karena pembelajaran berlangsung di sekolah tersebut.
konsep genetika bersifat esoterik dan abstrak, Sekolah sebagai sistem penyelenggara
yang meliputi objek-objek mikroskopik dan pendidikan harus dapat memberdayakan
proses-proses di luar pengalaman siswa seluruh komponen yang ada di dalamnya
sehari-hari. Untuk memberikan pemahaman secara terpadu, saling berkaitan satu sama lain
secara optimal terhadap konsep-konsep yang untuk meningkatkan kualitas belajar peserta
bersifat abstrak diperlukan berbagai upaya didik sehingga mendorong tercapainya tujuan
pembelajaran. pendidikan. Atas dasar itu, penulis tertarik
untuk mengidentifikasi lebih lanjut

53
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

permasalahan dalam proses pembelajaran 4. Pemanfaatan laboratorium, baik


genetika yang dilaksanakan di SMA Negeri 2 Laboratorium IPA maupun laboratorium
Seulimum Kabupaten Aceh Besar. Komputer.
Keberhasilan dalam proses Penelitian studi kasus ini bertujuan
pembelajaran di sekolah dapat disebabkan untuk:
oleh berbagai faktor sebagaimana Nurkolis a. Mengetahui model pembelajaran yang
(2011) menjelaskan bahwa,” keberhasilan
digunakan dalam proses pembelajaran
pendidikan di sekolah ditentukan oleh
konsep genetika di SMA Negeri 2
bagaimana proses pembelajaran berlangsung
Seulimum.
di sekolah tersebut. Sekolah sebagai sistem
b. Mengetahui kendala yang dihadapi
penyelenggara pendidikan harus mampu
memberdayakan seluruh komponen yang ada
siswa dalam memahami konsep

di dalamnya secara terpadu, saling berkaitan genetika berdasarkan proses


satu sama lain untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan
belajar peserta didik sehingga mendorong di SMA Negeri 2 Seulimum.
tercapainya tujuan pendidikan. Ada tiga aspek c. Mengetahui kendala yang dihadapi
pokok yang berkaitan erat dengan guru dalam mengajarkan konsep
keberhasilan pembelajaran di sekolah yaitu: genetika berdasarkan proses
proses belajar mengajar, kepemimpinan dan
pembelajaran yang telah dilaksanakan
managemen sekolah, serta kultur sekolah.
di SMA 2 Seulimum.
Atas dasar itu, penulis tertarik untuk
d. Mengetahui tingkat pemahaman siswa
mengidentifikasi lebih lanjut permasalahan
terhadap konsep genetika berdasarkan
dalam proses pembelajaran genetika yang
dilaksanakan di SMA Negeri 2 Seulimum
sistem pembelajaran yang telah

Kabupaten Aceh Besar. dilaksanakan.


Mengingat faktor yang mempengaruhi
proses pembelajaran sangat luas maka dalam METODE PENELITIAN

hal ini peneliti memfokuskan kajian studi Penelitian studi kasus ini dilakukan di

kasus hanya pada proses belajar mengajar SMA Negeri 2 Seulimum bertempat di Jl.

dengan fokus observasi mencakup: Krueng Raya – Ateuk Lamteuba, Seulimum,

A. Model yang diterapkan dalam proses Kabupaten Aceh Besar. Subjek Penelitian

pembelajaran konsep genetika. yaitu guru bidang studi Biologi dan Siswa

B. Sarana pembelajaran yang digunakan, SMA Negeri 2 Seulimum kelas XII

meliputi : IPA.Metode yang digunakan adalah metode

1. Media pembelajaran, deskriptif eksploratif dengan teknik

2. Bahan ajar, pembagian angket, wawancara, dan observasi.

3. Sumber belajar, Studi kasus dilakukan melalui studi lapangan

54
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

dengan proses kunjungan ke sekolah pada model pembelajaran yang digunakan pada
Bulan November 2013. Teknik pengumpulan proses pembelajaran genetika di kelas XII IPA
data dilakukan melalui beberapa cara yaitu : bersifat semi konvensional artinya guru
1. Observasi langsung (field study), mengajar dengan menggunakan metode
mencakup proses observasi kondisi gedung ceramah namun tetap melibatkan siswa untuk
sekolah dan lingkungannya, observasi berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
proses belajar mengajar di kelas, dan Guru menyampaikan materi secara bertahap
observasi pemanfaatan sarana dan diiringi dengan mengajukan pertanyaan-
prasarana sekolah. Data yang dihasilkan pertanyaan kepada siswa sehingga
dikumpulkan melalui pencatatan dan pembelajaran tidak terlihat terlalu monotorn.
dokumentasi menggunakan kamera. Selain itu guru juga meminta siswa maju ke
2. Observasi tidak langsung, dengan meminta depan mengisi latihan persilangan secara
data profil sekolah dari pegawai tata usaha bergilir.
(TU) di sekolah.
3. Pembagian Angket kepada siswa (Angket B. Bahan Ajar yang Digunakan
terbuka dan tertutup). Berdasarkan observasi diketahui bahwa
4. Wawancara formal dan non formal dengan bahan ajar yang digunakan guru dalam
guru bidang studi Biologi. mengajarkan konsep genetika terdiri dari 2
Analisis data dilakukan secara kualitatif buku paket. Buku paket pertama yaitu Buku
dan ditampilkan dalam bentuk deskriptif. Panduan Pendidik Biologi SMA Kelas XII
yang ditulis oleh Rohana Kusuma dan Gut
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN Windarsih, diterbitkan oleh penerbit Intan
Hasil Temuan Pariwara. Bahan ajar yang kedua sekaligus
Berdasarkan hasil observasi di SMA menjadi sumber belajar siswa adalah Buku
Negeri 2 Seulimum dan dilanjutkan dengan Biologi SMA Kelas XII yang ditulis oleh D.A
wawancara dengan guru dan siswa, peneliti Pratiwi dkk. Buku ini disusun berdasarkan
menemukan informasi lebih lanjut tentang: standar isi kurikulum KTSP 2006 yang
1. Proses Pembelajaran di Kelas. diterbitkan oleh penerbit Erlangga. Buku
Beberapa hal yang ditinjau berkaitan tersebut diperoleh dari perpustakaan sekolah
dengan proses pembelajaran konsep genetika SMA Negeri 2 Seulimum. Hasil angket
di kelas yaitu: menunjukkan bahwa 100% siswa tidak
A. Model Pembelajaran yang Digunakan menggunakan sumber belajar lain selain buku
Pada saat melakukan kunjungan ke paket yang diperoleh dari sekolah. Selain itu
sekolah (studi lapangan) penulis mendapat dari angket dan wawancara dengan guru juga
kesempatan mengikuti secara langsung proses diketahui bahwa dalam proses pembelajaran
pembelajaran genetika di kelas. Berdasarkan tidak disediakan bahan/ sumber belajar lain
hasil pengamatan, penulis menemukan bahwa seperti handout/modul.

55
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

C. Media yang Digunakan 2. Hasil Temuan Berkaitan dengan


Dari hasil observasi, wawancara dan Komponen Guru
angket diketahui bahwa dalam proses Dari hasil wawancara dan observasi
pembelajaran genetika guru SMA Negeri 2 diketahui bahwa guru yang bertugas sebagai
Seulimum menggunakan media berupa charta/ pengajar Bidang Studi Biologi di SMA Negeri
gambar dan alat peraga yang disusun oleh 2 Seulimum merupakan alumni fakultas
siswa dibawah bimbingan guru. Charta dan keguruan dan sedang dalam pendidikan pasca
alat peraga ini digunakan untuk menjelaskan sarjana simister III. Selain sebagai guru
beberapa konsep yang membutuhkan media bidang Studi Biologi saat ini beliau menjabat
sebagai penunjang pemahaman siswa. Namun sebagai wakil kepala sekolah bidang
charta dan alat peraga ini tidak dapat kesiswaan. Beliau merupakan satu-satunya
diperlihatkan secara fisik karena pada saat guru biologi di sekolah tersebut dan telah
peneliti melakukan studi kasus gambar mengajar selama kurun waktu 9 tahun.
dibawa pulang oleh siswa ke rumah dan Sekolah SMA Negeri 2 Selimum memiliki
dalam proses perbaikan disebabkan beberapa unit kelas yang tidak terlalu banyak yaitu
komponen dari alat peraga dan gambar hanya dua kelas untuk setiap jenjangnya
tersebut mengalami kerusakan. Media lain (Kelas X1 dan X2, Kelas XI1 dan XI2, dan Kelas
seperti video/ animasi tidak pernah digunakan XIIIPA dan XIIIPS).
karena sekolah tidak menyediakan sarana Dengan jumlah kelas yang sedikit
pembelajaran seperti infokus dan hakikatnya beban mengajar guru biologi
perlengkapannya sehingga tidak tersebut tidak terlalu banyak namun dengan
memungkinkan untuk menggunaan media bertambahnya amanah tugas sebagai wakil
tersebut. kepala sekolah dan kegiatan kuliahnya
tentunya menyita sedikit banyaknya fokus
D. Interaksi dalam Pembelajaran mengajar beliau. Dari hasil observasi dan
Berdasarkan hasil observasi di dalam wawancara non formal diketahui lebih lanjut
kelas pada saat proses pembelajaran genetika bahwa guru bidang studi biologi ini bertempat
peneliti mengamati bahwa interaksi antara tinggal di daerah Lhoknga Aceh Besar
guru dengan siswa telah terbangun dengan merupakan daerah yang cukup jauh dari
baik namun interaksi antara siswa dengan daerah Seulimum. Untuk kegiatan mengajar
siswa dapat dikatakan belum terjadi sama setiap harinya beliau menempuh perjalanan
sekali. Tidak ada kegiatan yang menimbulkan selama 2 jam dengan menggunakan angkutan
interaksi sesama siswa dalam proses umum. Keterbatasan waktu diikuti dengan
pembelajaran. jarak yang jauh ini menjadi kendala besar
beliau dalam mengajar.
Sebelum melakukan proses
pembelajaran tentunya seorang guru

56
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

menyiapkan perangkat pembelajaran. tersebut hanya berisi soal-soal tanpa


Berdasarkan hasil wawancara, silabus dan penjabaran materi.
RPP yang digunakan guru biologi di SMA 2
Seulimum dalam proses pembelajaran disusun 3. Hasil Temuan Berkaitan dengan
setiap tahunnya. Untuk kegiatan pembelajaran Komponen Siswa
genetika, RPP yang digunakan adalah RPP Dari hasil observasi, pembagian angket,
baku yang telah disusun dalam jangka waktu dan dilanjutkan dengan wawancara diperoleh
yang sudah lama namun pada praktiknya beberapa informasi berkaitan dengan kondisi
pembelajaran dilaksankan tidak selamanya siswa SMA Negeri 2 Seulimum dalam proses
sesuai RPP, kegiatan pembelajaran pembelajaran genetika serta kendala dan
dimodifikasi sedemikian rupa disesuaikan minat belajar siswa berdasarkan proses
dengan waktu dan kondisi siswa. Mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dari
bahan ajar dari hasil wawancara diketahui hasil observasi diketahui bahwa siswa yang
bahan ajar yang digunakan adalah bahan ajar mengikuti pembelajaran genetika adalah siswa
yang disediakan di sekolah. bahan ajar yang kelas XII IPA yang terdiri dari 22 siswa. Pada
digunakan terdiri dari 2 buku yaitu : buku saat proses pembagian angket salah satu siswa
paket pertama merupakan Buku Panduan berhalangan hadir sehingga yang
Pendidik Biologi SMA Kelas XII yang ditulis teridentifikasi adalah 21 siswa. Berdasarkan
oleh Rohana Kusuma dan Gut Windarsih, hasil angket diketahui bahwa 90,5% siswa
diterbitkan oleh penerbit Intan Pariwara. mengakui bahwa genetika merupakan materi
Bahan ajar yang kedua sekaligus menjadi yang sulit untuk dipahami. Lebih lanjut dari
sumber belajar siswa adalah Buku Biologi hasil wawancara siswa menjelaskan alasan
SMA Kelas XII yang ditulis oleh D.A Pratiwi materi ini sulit dipelajari karena banyaknya
dkk. Buku ini disusun berdasarkan standar isi istilah-isilah dan materi yang sangat kompleks
kurikulum KTSP 2006 yang diterbitkan oleh sehingga sebagian siswa merasa kesulitan dan
penerbit Erlangga. Dari hasil wawancara juga kebingungan dalam memahami konsep ini. 16
diketahui bahwa bahan ajar lain seperti dari 21 siswa (76,9% siswa) juga menegaskan
modul/ handout sejauh ini belum pernah bahwa materi genetika pada buku teks biologi
dirancang oleh guru karena keterbatasan sulit untuk dipahami. Lebih lanjut dari hasil
waktu dan belum adanya keterampilan yang wawancara siswa memaparkan bahwa
memadai untuk menghasilkan sebuah kesulitan untuk memahami materi pada buku
handout. Namun demikian guru tersebut paket dikarenakan materi pada buku paket
menegaskan bahwa sejauh ini telah pernah sekolah terlalu banyak dan hal ini membuat
disusun sebuah modul berupa kumpulan soal- siswa merasa malas untuk membaca dan
soal ujian simisteran yang kemudian menelaahnya.
dibagikan kepada siswa sebagai bahan belajar Dari hasil pengisian angket 15 dari 21
untuk persiapan ujian Nasional. Modul siswa (71,4% siswa) mengakui bahwa mereka

57
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

lebih mudah memahami bacaan dalam bentuk yang tersedia di sekolah seperti miroskop dan
uraian singkat atau materi yang diringkas oleh perlengkapan laboratorium lainnya. Dari hasil
guru (dalam bentuk hand out/ modul). Namun angket siswa, 21 siswa (100% siswa)
sejauh ini berdasarkan hasil wawancara, mengakui bahwa untuk proses pembelajaran
observasi dan angket kepada siswa diketahui genetika selama ini memang tidak pernah
bahwa belum pernah disediakan dilakukan kegiatan praktikum.
handout/modul untuk proses pembelajaran.
Siswa hanya menggunakan buku paket PEMBAHASAN
sekolah sebagai sumber belajar dan untuk Berdasarkan hasil temuan, peneliti
evaluasi siswa pernah mendapatkan modul mengetahui lebih jauh kondisi proses
kumpulan soal tapi tidak dilengkapi dengan pembelajaran genetika di SMA 2 Seulimum
pembahasan materi. Berbicara mengenai dan kendala-kendala yang dihadapi siswa dan
minat siswa terhadap sumber belajar lain guru dalam proses pembelajaran genetika
seperti handout dan modul penulis berhasil yang berlangsung selama ini. Beberapa
mengidentifikasi lewat angket bahwa 21 siswa permasalahan dan kendala yang dapat
(100% siswa) mengaku akan sangat tertarik diidentifikasi yaitu sebagai berikut :
untuk mempelajari konsep genetika bila 1. Berkaitan dengan siswa, genetika dianggap
disediakan modul berupa ringkasan materi sulit dipelajari karena banyaknya istilah-
(hand out) yang disertai gambar-gambar istilah penting dan materinya bersifat
berwarna. abstrak.
Menurut pengakuan siswa dari hasil 2. Model pembelajaran konvensional
angket diidentifikasi bahwa 17 dari 21 siswa menutup peluang siswa untuk berinteraksi
(80,9% siswa) merasa belum memahami sesama siswa. Kondisi ini dapat
dengan baik konsep genetika dalam proses menurunkan motivasi belajar dan
pembelajaran selama ini. Dan semua dari menimbulkan kejenuhan belajar siswa.
siswa tersebut juga menyimpulkan bahwa 3. Siswa sulit memahami materi genetika
pembelajaran genetika yang berlangsung dalam buku paket sekolah karena uraian
selama ini belum optimal. materi sangat kompleks sehingga siswa
menjadi tidak tertarik untuk membaca dan
4. Hasil Temuan Berkaitan dengan menelaah materi lebih lanjut.
Laboratorium IPA 4. Media video/animasi tidak pernah
Laboratorium adalah sarana yang diterapkan di SMA Negeri 2 Seulimum
sangat penting sebagai penunjang pemahan selama ini karena tidak tersedianya
siswa. Dari hasil observasi diketahui bahwa fasilitas untuk menampilkan media
laboratorium belum tersedia sama sekali di tersebut. Sedangkan media video, animasi,
sekolah SMA Negeri 2 Seulimum bahkan dan gambar mempunyai andil yang besar
tidak ada satupun perangkat laboratorium dalam memberikan pemahaman pada siswa

58
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

tentang atribut atribut dalam materi (1995) menerangkan bahwa,” Kebanyakan


genetika. siswa lemah dalam pemahaman materi
5. Praktikum tidak pernah dilakukan selama genetika”. Lebih lanjut Cavallo (1996)
ini karena di SMA Negeri 2 Seulimum mengatakan bahwa,” materi genetika
tidak tersedia laboratorium dan kebanyakan memiliki konsep yang abstrak
perlengkapannya. sehingga sulit bagi siswa memahami materi
Berdasarkan identifikasi permasalahan- ini dengan baik”. Konsep-konsep yang
permasalahan yang ditemukan, penulis bersifat abstrak tidak memungkinkan untu
mengamati banyak hal yang perlu dibenahi dapat ditampilkan secara nyata, hal ini akan
berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar menyebabkan timbulnya kejenuhan siswa
pada konsep genetika di SMA Negeri 2 dalam proses pembelajaran. Bahar et al dalam
Seulimum Kabupaten Aceh Besar. Dari sekian Herlanti (2007) juga mengemukakan bahwa
banyak kendala-kendala yang ada terdapat genetika merupakan materi yang sulit
beberapa kendala yang dapat diupayakan dimengerti oleh sebagian besar siswa sekolah
solusinya dalam waktu yang cepat yaitu menengah. Kesulitan ini disebabkan karena
pengadaan bahan ajar dan penerapan model- konsep genetika bersifat esoterik dan abstrak,
model pembelajaran yang lebih tepat. yang meliputi objek-objek mikroskopik dan
Sedangkan sebagiannya lagi adalah kendala- proses-proses di luar pengalaman siswa
kendala yang memang memungkinkan untuk sehari-hari. Oleh karena itu dibutuhkan
dicarikan solusi namun membutuhkan waktu rancangan proses pembelajaran yang tepat
yang sedikit lebih lama seperti pengadaan untuk membantu siswa meningkatkan
laboratorium serta perlengkapannya dan pemahaman pada konsep ini. Pada dasarnya
pengadaan infokus. materi yang sulit tidak menjadi masalah besar
Permasalahan pertama adalah selama diadakan solusi yang tepat yaitu
konsep genetika sebagai materi yang sulit upaya-upaya pembelajaran yang sesuai
dimengerti. Dari hasil angket seluruh siswa sehingga materi tersebut dapat tersampaikan
(21 siswa/100% siswa) mengakui materi ini dan diterima dengan baik oleh peserta didik.
adalah materi yang sulit dimengerti. Genetika Upaya pertama adalah menyesuaikan model
memang merupakan materi yang sulit pembelajaran.
dipahami oleh sebagian besar peserta didik Model pembelajaran sangat
baik jenjang sekolah SMP, SMA, maupun berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa.
perguruan tinggi. Sebagian besar peserta didik Permasalahan kedua yang ditemukan dari
meyakini materi ini adalah materi yang rumit. hasil temuan penelitian studi kasus adalah
Hal ini dibuktikan dari berbagai sumber yang penerapan model pembelajaran yang dianggap
menyebutkan bahwa genetika merupakan masih kurang tepat. Model pembelajaran
salah satu materi biologi yang memerlukan semikonvensional tidak dapat secara optimal
upaya lebih dalam pembelajarannya. Soyibo memberikan pemahaman yang baik terhadap

59
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

materi-materi yang bersifat abstrak. Siswa keterampilan dalam proses belajar mengajar.
cenderung merasa bosan dan apabila tidak ada Dari hasil angket 76,9% siswa mengaku sulit
interaksi maka kondisi pembelajaran akan memahami materi genetika pada buku paket
semakin menjenuhkan. Oleh karena itu model sekolah. hakikatnya buku paket berfungsi
pembelajaran yang mampu merangsang siswa untuk membantu siswa memahami materi
untuk saling berinteraksi sangat baik pelajaran namun tidak semua siswa
diterapkan dalam proses pembelajaran pada mempunyai kemampuan yang sama dalam
konsep-konsep abstrak seperti Genetika. Salah menelaah bacaan. Oleh karena itu upaya yang
satu model yang dianggap mampu perlu dilakukan adalah menyusun sumber
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar penunjang yang komunikatif,
berinteraksi adalah model pembelajaran sederhana namun komprehensif.
interaktif. Model pembelajaran interaktif Dari hasil pembagian angket kepada
sering dikenal dengan nama pendekatan siswa diketahui 71,4% siswa mengaku lebih
pertanyaan anak. Model ini dirancang agar mudah memahami bacaan dalam bentuk
siswa akan bertanya dan kemudian uraian singkat atau materi yang diringkas oleh
menemukan jawaban pertanyaan mereka guru (dalam bentuk hand out/ modul). Selain
sendiri (Harlendalam Suryani,2008). itu dari hasil angket penulis melihat siswa
Salah satu kelebihan dari model lebih cenderung menyukai bahan bacaan yang
pembelajaran interaktif adalah siswa inovatif. Semua siswa (100% siswa) mengaku
dirangsang untuk belajar secara aktif, belajar lebih tertarik mempelajari konsep genetika
mengajukan pertanyaan, mencoba dengan menggunakan modul berupa ringkasan
merumuskan pertanyaan, dan mencoba materi (hand out) yang disertai gambar-
menemukan jawaban terhadap pertanyaannya gambar berwarna.
sendiri dengan melakukan kegiatan diskusi Selain sumber belajar hal yang tidak
interaktif. Dengan cara seperti itu siswa atau kalah penting untuk diperhatikan adalah
anak menjadi kritis dan aktif belajar. Hal ini bahan ajar. Bahan ajar dapat dimaknai sebagai
tentunya menjadi harapan hasil belajar atau sesuatu yang mengandung pesan
prestasi belajar siswa menjadi lebih pembelajaran, baik yang dirancang secara
meningkat. khusus seperti film pendidikan, peta, grafik,
Permasalahan ketiga dari hasil buku, dan bahan lainnya yang bersifat umum
temuan penelitian studi kasus ini adalah namun dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
kendala siswa dalam memanfaatkan sumber belajar. Bahan ajar berperan penting dalam
belajar. Mulyasa (2002) menjelaskan bahwa proses pembelajaran. Belawati (2003)
sumber belajar merupakan segala sesuatu menjelaskan bahwa,” Dalam kegiatan
yang dapat memberikan kemudahan kepada pembelajaran bahan ajar sangat penting baik
peserta didik dalam memperoleh sejumlah bagi guru maupun siswa. Guru akan
informasi, pengetahuan, pengalaman, dan mengalami kesulitan dalam meningkatkan

60
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

efektivitas pembelajarannya jika tanpa disertai hasil angket, wawancara dan observasi
bahan ajar yang tepat. Begitu pula bagi siswa, diketahui bahwa di SMA Negeri 2 Seulimum
tanpa adanya bahan ajar siswa akan tidak disediakan fasilitas elektronik untuk
mengalami kesulitan dalam memahami materi menampilkan media animasi atau video
pelajaran. Oleh karena itu memperkaya bahan sehingga pembelajaran berbasis media gerak
ajar merupakan suatu hal yang sangat perlu tidak pernah dilakukan. Namun demikian,
dilakukan oleh seorang guru. media berupa charta dan model menurut hasil
Bahan ajar tidak hanya buku hasil karya wawancara dengan guru telah pernah disusun
yang diterbitkan namun guru memiliki bersama siswa namun bukti fisiknya tidak
kesempatan untuk menyusun sendiri bahan dapat diperlihatkan karena charta dan model
ajar yang tentunya lebih sesuai dengan kondisi tersebut dalam kondisi rusak dan telah dibawa
siswanya masing- masing. Menurut paradigm pulang oleh siswa untuk dilakukan reparasi.
pembelajaran behavioristik, guru dapat Permasalahan kelima adalah
menyediakan modul untuk mempermudah kebutuhan terhadap sarana pembelajaran yaitu
siswa dalam memahami suatu konsep. Guru laboratorium. Laboratorium mempunyai
dapat merancang modul yang sesuai dengan peranan yang besar untuk menunjang
kebutuhan peserta didiknya masing-masing keberhasilan proses pembelajaran. Sudaryanto
(Sadulloh, 2007). (1998) menerangkan bahwa,” Laboratorium
Permasalahan keempat adalah merupakan salah satu sarana sekolah yang
penggunaan media. Pengetian media secara berperan sebagai penunjang peningkatan hasil
terminology cukup beragam, sesuai dengan belajar dan pengembangan pengetahuan
sudut pandang pakar pendidikan. Seperti yang siswa. Laboratorium merupakan tempat
dinyatakan oleh Sutikno (2005) dalam peserta didik berlatih dan melakukan kontak
Musfiqon, HM (2012) bahwa Asosiasi langsung dengan objek yang dipelajari, baik
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan melalui pengamatan maupun percobaan.
(Association of Education and Keberadaan laboratorium sangat besar
Communication Technology/ AECT) perananannya untuk mengembangkan
membatasi media sebagai segala bentuk yang pengetahuan siswa.
diprogram dalam proses penyampaian Berdasarkan hasil observasi diketahui
informasi. Sedangkan Asosiasi Pendidikan bahwa di sekolah SMA Negeri 2 Seulimum
Nasional (National Education Associated/ belum memiliki sarana laboratorium dan
NEA) memiliki pengertian yang berbeda, perlengkapannya. Salah satu fasilitas
menurut mereka media merupakan benda laboratorium yang dianggap cukup penting
yang dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca dalam pembelajaran genetika adalah model-
atau dibicarakan dalam kegiatan model substansi genetik seperti kromosom. Di
pembelajaran, yang dapat mempengaruhi sebagian sekolah fasilitas model-model
efektifitas proses pembelajaran. Berdasarkan substansi genetik ini telah ada baik dalam

61
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

bentuk charta maupun torso sehingga 5. Media video/animasi tidak pernah


memudahkan siswa mengenal secara lebih digunakan dalam proses pembelajaran di
dekat bagian-bagian dari kromosom dan SMA Negeri 2 Seulimum.
macam-macam bentuk kromosom. Namun 6. Praktikum tidak pernah dilakukan di SMA
demikian, sarana laboratorium ini tidak Negeri 2 Seulimum karena di sekolah
menjadi hambatan besar karena pada dasarnya tersebut tidak tersedia laboratorium dan
model-model tersebut dapat dirancang oleh perlengkapannya.
siswa dalam bimbingan guru. Guru dapat 7. Proses pembelajaran pada konsep genetika
membimbing siswa membuat charta di SMA Negeri 2 Seulimum belum
permodelan dari komponen-komponen berjalan dengan optimal, siswa belum
substansi genetika seperti kromosom, DNA, memahami dengan baik konsep genetika
RNA, dan lainnya. berdasarkan sistem pembelajaran yang
telah dilakukan selama ini.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Saran
Berdasarkan hasil temuan dan Demikianlah paparan kegiatan
pengembangan teori maka dapat disimpulkan: penelitian studi kasus pembelajaran genetika
1. Model pembelajaran yang digunakan di SMAN 2 Seulimum Aceh Besar. Peneliti
dalam proses pembelajaran konsep berharap hasil penelitian ini dapat menjadi
genetika di SMA Negeri 2 Seulimum acuan dalam meningkatkan kualitas
bersifat semikonvensional. pembelajaran pada konsep Genetika. Selain
2. Siswa SMA Negeri 2 Seulimum sulit itu, peneliti menyadari laporan ini tentunya
memahami konsep genetika karena pada masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
materi genetika terdapat banyak istilah- karena itu peneliti mengharapkan kritik dan
istilah yang sulit untuk diingat. saran membangun untuk pembaharuan
3. Siswa sulit memahami konsep genetika penulisan supaya ke depan menjadi lebih baik.
yang terdapat pada buku paket sekolah
karena uraian materi dalam buku paket DAFTAR RUJUKAN
sekolah sangat kompleks dan luas sehingga Belawati, T. 2003. Pengembangan Bahan
siswa menjadi tidak tertarik untuk Ajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
membaca dan menelaah materi lebih Universitas Terbuka
lanjut. Cavallo. 1996. Meaningful Learning,
4. Siswa SMA Negeri 2 Seulimum hanya Reasoning Ability, and Students’s
menggunakan buku paket sekolah sebagai Understanding and Problem Solving
sumber belajar dalam proses pembelajaran of Topics in Genetics. Journal of
konsep genetika. Research in Science Teaching. 33 (6):
625 -656

62
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

Gage. 1988. Educational Psychology. (4 th Soyibo, K. 1995. Effects of Concept and Vee
ed). Houston, TX: Houghton Mifflin. Mappings under Three Learning
Herlanti, Y. 2007. Kontribusi Wacana Mode on Student Cognitive
Multimedia Terhadap Pemahaman Achivement in Ecology and Genetics.
Dan Retensi Siswa. Jurnal pendidikan Journal of Research in Science
ipa metamorfosa. vol 2 no 1 hal 29- Teaching. 32 (9): 971 -994.
38. Sudaryanto (1998). Pengelolaan laboratorium
Mulyasa, E. 2002. Menjadi Guru Profesional : IPA dan Instalasi Listrik. Jakarta:
Menciptakan Pembelajaran Kreatif Depdikbud.
dan Menyenangkan. Artikel Remaja Suryani, L. 2008. Penerapan Model
RoMTs (Madrasah Tsanawiyah). Pembelajaran Interaktif pada Mata
Bandung. Pelajaran IPA pada Diklat Guru
Musfiqon. 2012. Pengembagan Media dan Bidang Studi IPA MTs (Madrasah
Sumber Belajar. Jakarta:Prestasi Tsanawiyah). Tesis. PPS Universitas
Pustaka. sriwijaya. Palembang.
Nurkolis. 2011. Managemen Berbasis Sutikno, S (2005). Model Pembelajaran
Sekolah. Jakarta Selatan: Grasindo. Interaksi Sosial, Pembelajaran Efektif
Sadulloh, U. Pengantar Filsafat Pendidikan. dan Retorika. Mataram: NTP Press.
Bandung: Alfabeta.

63

Anda mungkin juga menyukai