Anda di halaman 1dari 12

Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn.

2010 1

Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI


TANAMAN PANGAN LOKAL DAN KETAHANAN PANGAN DI
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

NURSALAM
Dosen Jurusan Administrasi Negara Fisip Undana Kupang

ABSTRAK
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang sering mengalami
berbagai masalah yang berkaitan dengan ketahanan pangan seperti kelangkaan pangan,
gagal panen, dan busung lapar. Sementara itu, pada sisi lain luas panen yang
dioptimalkan baru mencapai 45 persen dari potensi luas panen tanaman pangan lokal
yang mencapai 210.000 ha., belum lagi dikaitkan dengan potensi lahan yang cukup
memadai. Kesenjangan dalam peningkatan produksi tanaman pangan lokal salah satu
determinannya adalah persoalan implementasi kebijakan yang belum optimal. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui teknik
dokumentasi yang berasal dari media massa yaitu Pos Kupang dan Kompas. Penelitian ini
menggunakan model model teori Jones (1994), yang memiliki tiga dimensi, yakni
organisasi, interpretasi dan aplikasi. Keseluruhan dimensinya dianggap relevan dengan
kondisi yang terjadi dalam implementasi kebijakan peningkatan produksi tanaman pangan
lokal di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
implementasi kebijakan peningkatan produksi tanaman lokal belum optimal sehingga
masih terdapat kesenjangan yang besar antara produksi dengan potensi tanaman pangan
lokal. Beberapa masalah mendasar yang perlu mendapat perhatian yaitu masalah
kurangnya pelibatan para implementor pada tataran operasional, masalah koordinasi
pelaksanaan antar unit yang terkait; dan masalah klasik yaitu anggaran yang memadai
untuk program peningkatan produksi tanaman pangan lokal.

Kata Kunci: Implementasi, Pangan Lokal, dan Ketahanan Pangan

PENDAHULUAN selama periode tahun 2002-2005, hal ini


dapat dilihat pada tabel 1.
Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) kerap kali dikategorikan sebagai Tabel 1. Perkembangan Produksi Tanam-
salah satu provinsi yang sering an Pangan Lokal NTT (Ton)
mengalami gangguan pangan yang
Produksi Tahun
disebabkan oleh kondisi wilayah ini Komoditas 2002 2003 2004 2005 Rerata
Jagung 527.000 553.298 580.900 566.123 556.830
berstruktur tanah berbatuan dan curah Singkong 836.058 778.423 870.157 808.004 823.160
hujan yang sedikit. Data yang dikutip Ubi Jalar
Kcg Tanah
156.394
15.009
147.056
11.304
133.066
13.615
85.165
13.509
130.420
13.359
dari Badan Ketahanan Pangan dan Rerata 383.614 372.520 399.434 368.200 380.942

Penyuluhan Provinsi NTT menunjukkan Sumber: Data Litbang Kompas, 2005


bahwa telah terjadi kemunduran dalam Ada berbagai implikasi yang
produksi pangan yang meliputi, jangung, muncul dari masalah pangan yang terjadi
ubi kayu, ubi Jalar dan kacang-kacangan provinsi NTT yaitu terjadinya kekurangan
gizi bagi balita, busung lapar, dan
Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 67

kelangkaan pangan, seperti di Kabupaten Ketahanan Pangan dan Penyuluhan NTT,


TTS, TTU, Belu dan Sikka (Pos Kupang, 2009). Pemerintah provinsi NTT berusaha
11 Maret 2009). Menyangkut konsumsi menanggulangi masalah gangguan
kalori per kapita, diketahui bahwa rata- ketahanan pangan dengan meluncurkan
rata konsumsi pangan penduduk NTT berbagai kebijakan yang berusaha
masih berada di bawah angka kecukupan meningkatkan produksi pertanian dan
energi yang diharapkan yaitu 2.065 kkl pendapatan masyarakat, yaitu melalui
per orang per hari (76,71 AKG) pada kebijakan-kebijakan antara lain Program
tahun 1998 dan menurun menjadi 1.849 Operasi Nusa Makmur (ONM), Program
kkl per orang per hari (66,40 AKG) pada Operasi Nusa Hijau (ONH), Program
periode 1999-2002), atau selama periode Meningkatkan Pendapatan Asli Rakyat
1998-2002 terjadi penurunan konsumsi (Gempar), Program Membanguan Desa
pangan sebesar 10,46 persen (Propeda (Gerbades). Namun, berbagai program ini
NTT, 2004-2008). belum memberikan hasil yang signifikan
Berdasarkan gambaran tentang bagi perbaikan kondisi ketahanan pangan
produksi pangan lokal NTT dan kondisi penduduk provinsi NTT, yang bisa
konsumsi pangan menunjukkan bahwa dibuktikan bahwa setiap tahun selalu
pangan lokal NTT belum diproduksi terjadi rawan pangan dan busung lapar di
secara optimal, yang seharusnya setiap daerah ini.
tahun mengalami perkembangan produksi Berdasarkan pengamatan penulis
yang meningkat. Propinsi NTT tentang fenomena rawan pangan dan
sebenarnya pernah mengalami surplus busung lapar di NTT, nampak bahwa
pangan yaitu pada tahun 2002, surplus persoalan implementasi kebijakan tentang
tersebut berasal dari pangan sumber ketahanan pangan perlu mendapat
karbohidrat seperti ubi kayu, ubi jalar, dan perhatian. Persoalan mendasar yang
jagung, yang bila diekuivalenkan menjadi dihadapi oleh NTT adalah ketahanan
beras mencapai 20 persen (Lassa, 2009:1). pangan yang berkelanjutan yang mampu
Fluktuasi pangan menjadikan menopang kecukupan pangan dalam
ketidakpastian dalam penyediaan pangan jangka panjang, sehingga tidak terjadi
yang menyebabkan lemahnya ketahanan fluktuasi pangan.
pangan di provinsi ini. Menurunnya Penekanan pada implementasi
produksi tanaman pangan juga dapat kebijakan karena kebijakan-kebijakan
dilihat dari aspek perkembangan luas yang bertujuan untuk meningkatkan
panen yang cenderung stagnan, hanya ada produktivitas pangan dan peningkatan
beberapa komoditas pangan lokal yang pendapatan petani belum dilaksanakan
luas panennya mengalami perkembangan secara optimal menurut kondisi wilayah
sedikit, hal itu dapat dilihat pada tabel 2. NTT yang spesifik baik dari segi
lingkungan sosial budaya maupun dari
Tabel 2. Perkembangan Luas segi fisik kewilayahan. Implementasi
PanenTanaman Pangan Lokal NTT (HA) kebijakan peningkatan produktivitas
Produksi Tahun
Komoditas 2002 2003 2004 2005 Rerata pangan lokal belum dioptimalkan, padahal
Jagung
Singkong
253.232
83.606
258.309
76.316
258.407
80.570
250.165
75.514
255.028
79.002
kalau pangan lokal seperti jagung,
Ubi Jalar 19.797 16.711 16.633 10.780 15.980 singkong, ubi jalar, dan berbagai jenis
Kcg 15.315 11.678 12.905 12.915 13.203
Tanah kacang-kacangan ditingkatkan
Rerata 92.987 90.753 92.128 87.343 90.802
produktivitasnya maka masyarakat di
Sumber: Data Litbang Kompas, 2005 daerah ini tidak mungkin mengalami
kerawanan pangan.
Sebenarnya, luas panen tanaman Berdasarkan data tentang
pangan lokal NTT baru tergarap 45 persen perkembangan produksi dan luas tanaman
dari potensi luas panen tanaman pangan pangan lokal NTT mengindikasikan
lokal yang mencapai 210.000 ha (Badan
Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 68

bahwa implementasi kebijakan tanaman tetapi juga jaringan langsung dan tidak
pangan lokal NTT berjalan sebagaimana langsung dari kekuatan politik, ekonomi,
yang diharapkan. Keadaan ini sosial yang terlibat dalam pelaksanaan
memunculkan pertanyaan yang akan program. Pelaksanaan program
menggali upaya mencari penyebab dari dipengaruhi oleh tidak hanya mereka yang
keadaan kondisi peningkatan dimandatkan sesuai dengan peraturan
produktivitas tanaman pangan lokal NTT, perundangan, tetapi juga oleh tekanan
yaitu mengapa implementasi kebijakan kelompok kepentingan, oleh intervensi
peningkatan produksi pangan lokal tidak legislator, dan oleh berbagai faktor lain
dapat memenuhi harapan akan hal dalam lingkungan politik.
ketahanan pangan di Provinsi NTT? Hal Van Meter dan Van Horn (1974 :
inilah yang menjadi urgensi tulisan ini 447) mengemukakan, implementasi
yang ingin mengetahui bagaimana kebijakan adalah:
implementasi kebijakan peningkatan Policy implementation
produksi tanaman pangan lokal terhadap encompasses those actions by
ketahanan pangan dalam upaya ketahanan public and private individuals (or
pangan di daerah ini. groups) that are directed at the
achievement of objectives set forth
Konsep Implementasi Kebijakan in prior policy decisions. This
Publik includes both one time efforts to
Menurut Edwards III (1980: 1) transform decisions into
implementasi kebijakan publik merupakan operational terms as well as
suatu proses yang berada diantara tahap continuing efforts to achieve the
penyusunan/formulasi kebijakan dan large and small changes mandated
tahap evaluasi atau pengaruh kebijakan. by policy decisions.
Dengan demikian, memahami apa
sebenarnya yang terjadi setelah program Mengacu kepada pendapat Van
dirumuskan adalah merupakan persoalan Meter dan Van Horn dapat dipahami
implementasi. Implementasi kebijakan bahwa implementasi kebijakan
adalah proses penyatuan dari berbagai merupakan suatu kegiatan dalam proses
unsur untuk mendapatkan hasil dari kebijakan yang meliputi berbagai
program yang telah dibuat, proses ini tindakan, baik yang dilakukan oleh
berlangsung secara fleksibel untuk pemerintah maupun kelompok-kelompok
mencapai penyesuaian-penyesuian di masyarakat yang diarahkan untuk
antara unsur yang mendukung proses mencapai tujuan dan sasaran yang telah
implementasi dalam rangka mencapai ditetapkan. Intinya adalah bahwa
tujuan program. Implementasi adalah keputusan-keputusan yang telah
upaya dari beberapa pengambil kebijakan dirumuskan diubah menjadi tindakan-
untuk mempengaruhi perilaku para tindakan nyata untuk mencapai tujuan dan
birokrat pada level terdepan (street level sasaran yang telah ditetapkan oleh
bureaucrats) agar dapat memberikan pengambil keputusan.
pelayanan atau mengatur perilaku satu Berdasarkan beberapa definisi yang
atau beberapa target groups (Mazmanian telah dikemukakan di atas disimpulkan
dan Sabatier, 1983: 11). bahwa implementasi adalah suatu proses
Diharapkan dengan implementasi yang melibatkan sejumlah sumber-sumber
kebijakan memberikan dampak yang di dalamnya termasuk manusia,
sebenarnya kepada orang-orang, yaitu dana, dan kemampuan organisasional,
dampak tidak hanya kepada perilaku dari baik oleh pemerintah maupun swasta
badan-badan administratif yang (individu maupun kelompok), untuk
bertanggung jawab kepada pelaksanaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan
program dan kepatuhan target group,
Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 69

sebelumnya oleh pembuat kebijakan. Dari dijabarkan unsur-unsur pokok proses


beberapa pendapat tersebut dapat implementasi kebijakan sebagai berikut:
a. Proses implementasi kebijakan ialah feasible plans and directives; (3)
rangkaian kegiatan tindak lanjut Aplication: The routine provision of
(setelah sebuah program atau service, payments, or other agreed
kebijakan ditetapkan), yang terdiri atas upon objectives or instruments .
pengambilan keputusan, langkah-
langkah strategis dan operasional yang Organization, sebagai kegiatan
ditempuh guna mewujudkan suatu yang bertalian dengan pembentukan atau
program menjadi kenyataan. penataan kembali sumber daya, unit-unit
b. Proses implementasi dalam kenyataan serta metode untuk menjadikan program
yang sesungguhnya dapat berhasil atau berjalan. Untuk mencapai tujuan
gagal mencapai tujuan (outcomes), kebijakan pemerintah harus melakukan
karena dalam proses tersebut turut tindakan yang berupa penghimpunan
bermain atau terlibat berbagai unsur sumber daya dan pengelolaan sumber
yang mendukung atau menghambat daya tersebut.
pencapaian sasaran program. Interpretation, menafsirkan agar
c. Proses implementasi sekurang- program menjadi rencana yang kongkrit
kurangnya terdapat tiga unsur penting, dan jelas serta dapat dilaksanakan. Dalam
yaitu: proses implementasi, birokrasi pemerintah
Adanya program atau kebijakan yang berperan sebagai organisasi
yang dilaksanakan pelaksana perlu menginterpretasikan
Target group, yaitu kelompok program agar lebih operesional dan siap
masyarakat yang menjadi sasaran, dilaksanakan dalam hal ini program
dan diharapkan akan menerima dirumuskan sebagai proyek, sehingga para
manfaatdari program tersebut. pelaksana di lapangan dapat bertindak
Unsur pelaksana (implementor), sesuai dengan rencana proyek tersebut.
baik organisasi atau perorangan, Aplication, adalah ketentuan yang
yang bertanggung jawab dalam bersifat tetap dalam pelayanan untuk
pengelolaan, pelaksanaan dan mencapai sasaran program. Dengan
pengawasan dari proses pengerahan segala sumber daya melalui
implementasi tersebut. aplikasi ini, diharapkan akan muncul
Suatu model bagi implementasi respon dari kelompok sasaran atau
kebijakan telah dikembangkan oleh Jones lingkungan apakah menerima atau
(1994: 166) mengemukakan, menolak implementasi dan hasil kebijakan
Implementation is that set of activities tersebut.
directed toward putting a program into Menurut Jones (1994: 166) terdapat
effect. Implementasi merupakan suatu tantangan yang akan dihadapi oleh
kegiatan yang dimaksudkan untuk pelaksana kebijakan:
mengoperasikan sebuah program. Problems and demands are
Menurut Jones (1994: 166), untuk constantly being defined and
mengoperasikan program terdapat 3 redefined in the political process;
kegiatan yang perlu dilakukan yaitu: policy makers sometimes define
1) Organization: The problems for people who have not
establishment or rearrangement of defined problems for themselves;
resources, units, and methods for programs requiring
putting a program into effect; 2) intergovernmental and public
Interpretation: The translation of participation invite variable
program language (often contained interpretation of purpose;
in a statute) into acceptable and inconsistent interpretations of
program purpose are often not
Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 70

resolved; program may be biasa dimakan oleh manusia untuk


implemented without provisions for memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga
learning about failure; programs kini konsep tersebut telah mengalami
often reflect an attainable banyak perubahan, yaitu terjadi pada
consensus rather than a substantive level global, nasional, skala rumah tangga
conviction; many programs are dan individu, dari perspektif pangan
developed and implemented without sebagai kebutuhan dasar (food first
the problems ever having been perspective) hingga pada perspektif
clearly defined. penghidupan (livehood perspective) dan
dari indikator-indikator objektif ke
Sesungguhnya suatu kebijakan persepsi yang subjektif (Lassa, 2009: 10).
publik apabila ingin berhasil Menurut Badan Pangan PBB
dilaksanakan, maka kebijakan tersebut (FAO), yang dikutip dari Suryana (2008)
menghendaki agar kebijakan senantiasa ketahanan pangan digambarkan sebagai
dilakukan penilaian atau dirumuskan suatu kondisi di mana semua orang terus
kembali untuk mendapatkan masukan, menerus mempunyai akses secara aman
yang sering terjadi adalah para pengambil dan makan makanan bergizi untuk
kebijakan cenderung merumuskan memelihara suatu hidup aktip dan sehat.
masalah yang dihadapi oleh kelompok Ketahanan pangan memiliki tiga dimensi
sasaran, namun tidak mendefinisikan yaitu:
masalah itu sendiri. a. Ketersediaan sejumlah makanan yang
Program yang dibuat untuk cukup dalam mutu sesuai, dan
implementasi kebijakan memerlukan disediakan melalui produksi domestik
partisipasi publik dan antar lembaga atau import;
pemerintah agar dapat dilakukan b. Aksesibilitas rumah tangga dan
penafsiran secara benar dari tujuan yang Individu ke pangan sesuai untuk suatu
diharapkan oleh suatu kebijakan. makanan bergizi; dan
Kenyataan yang sering ditemui adalah c. Affordability Individu untuk
terjadinya inkonsistensi dalam mengkonsumsi makanan menurut
menginterpretasi sehingga menyebabkan kondisi-kondisi sosial ekonomi
masalah tidak bisa dipecahkan. berdasarkan latar belakang budaya, dan
Berbagai program yang telah pilihan mereka masing-masing
dilakukan dalam rangka Sedangkan Pakpahan dan
mengimplementasi suatu kebijakan, Pasandaran (1990: 62) mengemukakan
namun program-program tersebut persepsi tentang ketahanan pangan
mengalami kegagalan, karena para barangkali akan lebih jelas apabila
pelaksana tidak belajar dari pengalaman didekati dari sisi yang berlawanan yaitu
kegagalan program sebelumnya, sehingga dengan membayangkan situasi kerawanan
otomatis implementasi kebijakan juga pangan. Situasi pangan di suatu wilayah
mengalami kegagalan. Salah satu adalah rawan apabila terdapat sekelompok
penyebabnya adalah program tersebut masyarakat di wilayah tersebut mengalami
lebih mencerminkan suatu konsensus saja kesulitan dalam memperoleh kebutuhan
dan tidak mengindahkan keyakinan yang pangan pokok untuk keberlangungan
sesungguhnya akan keberhasilan program. hidupnya. Pangan dalam konsep
ketahanan pangan perlu diartikan sebagai
Konsep Ketahanan Pangan (Food pangan pokok dari suatu masyarakat yang
Security) dibicarakan, bukan seluruh alternatif
Ketahanan pangan merupakan bahan pangan. Pangan pokok adalah akan
persepsi mengenai situasi hubungan antara berbeda dari suatu masyarakat ke
manusia dengan kebutuhan terhadap masyarakat lainnya menurut perbedaan
pangan. Pangan adalah komoditas yang
Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 71

budaya masing-masing, Selain itu persepsi produksi pertanian seperti kekeringan,


pangan pokok juga akan bervariasi banjir atau serangan hama; (c)
menurut tingkat pendapatan pada suatu ketidakstabilan politik; (d) perubahan-
masyarakat yang sama. perubahan lain di luar sistem pangan.
Dalam konteks hubungan antara Sejak tahun 80an wacana tentang
manusia dengan pangan, bentuk hubungan ketahanan pangan didominasi oleh hak
yang perlu diperhatikan dalam analisis atas pangan (food entitlements), risiko dan
ketahanan pangan sebenarnya adalah kerentanan (vulnerability). Menurut
hubungan antara manusia dengan manusia Maxwell (1996: 155) dan Lassa (2009:
terhadap pangan. Pangan yang dikonsumsi 11) sedikitnya terdapat empat elemen
X hari ini adalah pangan yang tidak dapat ketahanan pangan berkelanjutan
dikonsumsi oleh orang lain, dan demikian (Sustainable food security), yaitu: 1)
juga sebaliknya (Pakpahan dan kecukupan pangan yang didefinisikan
Pasandaran, 1990: 62). Oleh karena itu, sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan
ketahanan pangan merupakan produk untuk kehidupan aktif dan sehat; 2) akses
hubungan antara orang dengan orang, dan atas pangan, yang didefinisikan sebagai
bukan orang dengan pangan. Ketahanan hak entitlements) untuk berproduksi,
pangan selalu berkonteks sosial, hal ini membeli atau menukarkan (exchange)
didasarkan pada bahwa kondisi ketahanan pangan ataupun menerima sebagai
pangan perlu diraih karena alasan: pemberian (transfer); 3) ketahanan yang
1. Situasi ketahanan pangan dengan definisikan sebagai keseimbangan antara
sendirinya merupakan situasi yang kerentanan, risiko dan jaminan pengaman
aman sosial; 4) fungsi waktu manakala
2. Ketahanan pangan diperlukan ketahanan pangan dapat bersifat kronis,
khususnya dalam menghadapi unsur transisi dan siklus. Sedikit berbeda dengan
ketidakpastian produksi pangan dimasa Timmer (2005: 2) ketahanan pangan ada
datang. ketika semua orang pada semua waktu
Kaum Maltusian berargumentasi memiliki akses secara fisik dan ekonomi
bahwa ketidak-tahanan pangan dan untuk memenuhi dengan cukup kebutuhan
kelaparan (famine) adalah soal produksi makanannya dalam kehidupan untuk
dan ketersediaan semata, namun hal ini berproduksi dan kesehatan. Menurut
dibantah oleh beberapa pakar pangan Timmer (2005: 2), ketahanan pangan
diantara oleh Dreze dan Sen (1989: 9) mempunyai tiga dimensi yakni:
yang menyatakan bahwa ketidaktahanan 1. Ketersediaan pangan dengan cukup
pangan dan kelaparan terjadi karena dalam arti kualitasnya baik dan
ketiadaan akses atas pangan (entitlements disuplai melaui produksi domestik dan
failure). impor,
Pada Struktur ekonomi di mana 2. Akses oleh rumah tangga dan individu
proses transaksi (exchange) merupakan untuk memperoleh pangan dengan
media pengaliran arus pangan dari satu tepat,
pihak ke pihak lain, ketahanan pangan 3. Pemanfaatan pangan melalui makanan
dikondisikan oleh faktor- faktor yang yang cukup, air bersih, sanitasi, dan
menentukan saling hubungan antara orang perawatan kesehatan.
dengan orang melalui proses transaksi Pendapat yang dikemukakan oleh
Pakpahan dan Pasandaran (1990: 62). Timmer (2005), juga didukung oleh Hadar
Faktor-faktor tersebut antara lain: (a) (2008), yang mengemukakan bahwa
kepemilkan terhadap sesuatu termasuk persyaratan pengamanan pangan
tenaga kerja atau suatu barang (uang) masyarakat bukan hanya pada pengadaan
yang dapat ditukarkan dengan pangan; (b) bahan pangan, tetapi aksesibilitas pada
bencana alam yang dapat menghancurkan pangan bagi mereka yang lapar.
Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 72

Sebenarnya, ketimpangan distribusi dan ketahanan panagan baik pada tingkat


bahayanya dalam sebuah pertumbuhan mikro maupun tingkat makro adalah tugas
ekonomi yang sering jauh dari harapan di yang rumit di dalam ekonomi yang
negara berkembang sudah jauh hari berorientasi pasar, namun demikian jenis
disadari. ekonomi yang demikian yang dapat
Pada konteks lokal ketahanan meningkatkan pertumbuhan dan
pangan memerlukan sistem tersendiri mengurangi tingkat kemiskinan.
yang lebih menitikberatkan pada kondisi
lokalitas. Menurut Bhuja (2010), sistem Kebijakan Peningkatan Produksi
ketahanan pangan yang diterapkan di NTT Tanaman Pangan Lokal
belum tanggap terhadap perubahan- Upaya untuk menghindari
perubahan yang terjadi, penyebabnya ada kerawanan pangan yang dialami oleh
dua yaitu: 1) komponen dasar yang daerah-daerah yang memiliki kondisi alam
digunakan untuk membangun sistem dan curah hujan yang relatif sedikit seperti
ketahanan pangan daerah sangat provinsi NTT, maka diperlukan suatu
sentralistik; 2) rendahnya komitmen kebijakan yang sesuai dengan kondisi
pemerintah daerah dan pusat untuk alam sehingga implementasinya lebih
membangun kelompok tani tanaman mudah. Menurut Pakpahan dan
pangan yang mandiri. Kedua masalah Pasandaran (1990: 68) ketahanan pangan
tersebut dinilai paling bertanggung jawab merupakan resultan dari interaksi antara
terhadap lemahnya sistem ketahanan teknologi, sumberdaya alam, modal, dan
pangan di NTT. Sistem ketahanan pangan sumberdaya manusia yang
yang dijalankan bersifat dependen, dikoordinasikan baik melalui mekanisme
tergantung pada pusat dan daerah lain; pasar ataupun mekanisme pengaturan
tidak mengakar ke/dari masyarakat. Oleh lainnya seperti kebijakan pemerintah yang
karena itu, pilihan yang strategis adalah mengatur program produksi pertanian.
membangun dan mengembangkan Dipandang dari segi ini, permasalahan dan
kekuatan sistem ketahanan pangan yang tantangan utama untuk mencapai derajat
mengandalkan sumber daya sendiri. ketahanan pangan yang lebih tinggi adalah
Materialnya dari sumber daya yang permasalahan dalam pengorganisasian
tersedia di lingkungan NTT, sedangkan seluruh subsistem dalam sistem pangan
teknologinya merupakan hasil ramuan yaitu pengorganisasian: 1) subsistem
iptek terkini (state of the art of sciences masukan, 2) subsistem produksi, 3)
and technologies) dengan kearifan dan subsistem pemasaran, dan 4) subsistem
kecerdasan lokal (indigienous wisdom and konsumsi.
knowledge) masyarakat. Selain memperhatikan
Untuk tujuan kebijakan pemerintah, pengorganisasian, permasalahan
ketahanan pangan dapat dipikirkan ketahanan pangan perlu dibedakan pada
sebagai spektrum yang terus-menerus dari berbagai situasi seperti:
perspektif mikro nutrisi yang baik bagi a. Permasalahan utama ketahanan pangan
semua orang ke perspektif makro yang di mana jumlah pangan yang tersedia
menjamin suplai pangan secara teratur tidak mencukupi kebutuhan pangan
pada level nasional, regional dan pasar penduduk.
lokal. Sasaran penting dari kebijakan b. Permasalahan ketahanan pangan pada
pangan adalah menciptakan suatu situasi di mana jumlah pangan yang
lingkungan di mana terdapat akses untuk tersedia secara statistik agregat
daya beli, pengetahuan nutrisi dan mencukupi kebutuhan pangan
perawatan kesehatan pada semua rumah penduduk, tetapi distribusinya kurang
tangga untuk menjamin permintaan baik.
pangan di pasaran. Menciptakan
Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 73

c. Permasalahan ketahanan pangan pada tanaman pangan lokal, program


situasi di mana jumlah pangan yang intensifikasi penanaman jagung, program
tersedia secara statistik agregat peta dan data kekeringan, program
mencukupi kebutuhan pangan perbanyakan benih lokal, program
penduduk, tetapi sebagian kelompok intesifikasi penanam pisang unggulan
masyarakat tidak dapat memperoleh lokal, program penanaman singkong
bahan pangan karena mereka tidak unggulan lokal.
memiliki daya beli yang cukup. Berbagai program ini belum
Masalah ketahanan pangan pada memberikan hasil yang signifikan bagi
situasi di mana jumlah pangan yang perbaikan kondisi peningkatan produksi
tersedia secara statistik agregat tidak pertanian dan pendapatan petani sehingga
mencukupi kebutuhan pangan penduduk ketahanan pangan penduduk provinsi NTT
dan masyarakat tidak memperoleh bahan sangat rapuh terbukti daerah ini senantiasa
pangan karena daya beli rendah, serta mengalami rawan pangan, busung lapar,
persoalan distribusi menuntut upaya keras gagal panen pada berbagai kabupaten.
dalam meningkatkan produksi pangan Menurut Kepala Bidang Ketersediaan dan
lokal, peningkatan pendapatan petani, dan Kerawanan Pangan, Badan Ketahanan
memperbaiki sarana dan prasarana serta Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT
kelembagaan. Hal inilah yang kemudian (Pos Kupang, 28 Juli 2010), bahwa
memicu pemerintah provinsi Nusa sampai dengan bulan Juni 2010 jumlah
Tenggara Timur mengeluarkan berbagai warga NTT yang mengalami ancaman
kebijakan dalam rangka menuntaskan kerawanan pangan mencapai 1.236.479
permasalahan kerawanan pangan tersebut. jiwa yang tersebar pada 1.481 desa.
Kebijakan peningkatan produksi Jumlah desa yang ada di NTT sebanyak
pangan lokal di provinsi Nusa Tenggara 2.836, dengan demikian terdapat 52,22
Timur telah dilaksanakan yang bertujuan persen desa di NTT mengalami ancaman
meningkatkan pendapatan petani pedesaan rawan pangan.
di NTT. Sejak dahulu para gubernur
ketika memulai masa jabatannya, yang Implementasi Kebijakan Peningkatan
pertama kali dicanangkan adalah Produksi Tanaman Lokal
kebijakan stategis yang membantu petani
agar dapat meningkatkan produksi 1. Dimensi Organisasi
pertanian dan pendapatannya. Di antara Dimensi organisasi dalam
program tersebut adalah Program Operasi implementasi kebijakan peningkatan
Nusa Makmur (ONM), Program Operasi produksi tanaman lokal belum
Nusa Hijau (ONH), Program dilaksanakan secara optimal. Sejumlah
Meningkatkan Pendapatan Asli Rakyat indikator dipakai untuk mengukurnya
(Gempar), Program Membanguan Desa adalah pembentukan panitia kerja,
(Gerbades), Program Tiga Batu Tungku, kewenangan yang cukup bagi
yang memadukan tiga program prioritas implementor kebijakan, kejelasan standar
yakni ekonomi, kesehatan, dan kebijakan dan prosedur dalam
pendidikan. Pangan terakhir adalah implementasi, dan ada tidaknya
program Anggur Merah yang merupakan overlapping tugas-tugas unit kerja yang
singkatan dari anggaran pembangunan terlibat dalam implementasi kebijakan.
untuk mensejahterakan rakyat. Berdasarkan dimensi organisasi
Di antara kebijakan operasional memperjelas bahwa organisasi pelaksana
peningkatan produksi tanaman pangan dari suatu kebijakan publik mempunyai
lokal yang telah dilaksanakan untuk peranan untuk keberhasilan pelaksanaan
mendukung ketahanan pangan provinsi program. Seperti halnya dengan organisasi
NTT, yaitu program statistik pertanian pelaksana kebijakan peningkatan produksi
Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 74

tanaman pangan lokal di NTT. kerja hanya dinyatakan secara umum,


Pembentukan panitia merupakan upaya tanpa lampiran deskripsi tugas masing-
untuk membentuk struktur organisasi masing unit yang terlibat.
pelaksana yang akan menangani program- 3. Mengingat mekanisme dan prosedur
program dan kegiatan dalam peningkatan kerja belum dibuat maka berimplikasi
produksi tanaman pangan lokal. pada tugas operasional dari aparatur.
Berdasarkan struktur tersebut maka akan Organisasi tersebut tidak memiliki
tergambar mengenai kewenangan dan SOP (standard Operational procedure)
tanggung jawab dari personil yang sebagai pedoman kerja sehingga
mengisi struktur tersebut, memperjelas kegiatan-kegiatan lapangan seringkali
standar prosedur pekerjaan yang berdasarkan pada keinginan/selera
dilakukan dalam pencapaian tujuan masing-masing personil yang
program, sehingga dengan sendirinya menangani bidang tugasnya.
akan kelihatan apakah ada overlapping 4. Koordinasi antar unit yang terlibat
pelaksanaan tugas ketika personil dalam pelaksanaan peningkatan
melaksanakan tugas dan tanggung produksi tanaman pangan lokal tidak
jawabnya. Menurut pendapat E.Wight berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini
Bakke yang dikutip oleh Henry (1980: disebabkan oleh forum komunikasi
62), organisasi adalah suatu kesatuan yang tidak berjalan baik. Rapat-rapat tidak
dikoordinasikan secara sadar, dengan berlangsung secara periodik,
sebuah batasan yang relatif dapat melainkan hanya bersifat insidental
diidentifikasi, bekerja atas dasar yang jika ada permintaan laporan dari kepala
relatif terus menerus untuk mencapai dinas tanaman pangan selaku
tujuan bersama. penanggung jawab kegiatan
Berdasarkan hasil temuan-temuan peningkatan produksi tanaman pangan
dalam artikel-artikel yang dimuat pada lokal.
pada Pos Kupang dan Kompas, diketahui
bebarapa hal yang menghambat dimensi b. Dimensi Interpretasi
organisasi dari implementasi kebijakan Hasil studi pustaka menunjukkan
peningkatan produksi tanaman pangan interpretasi dengan indikator: komitmen
lokal di NTT yaitu: mengenai keberhasilan program
1. Panitia kerja yang dibentuk sering peningkatan produksi tanaman pangan
bersifat Top-Down artinya panitia kerja lokal, kejelasan program, konsistensi
yang dibentuk tersebut sering kurang pelaksanaan program, dan penyusunan
melibatkan organisasi pelaksana pada prioritas program peningkatan produksi
level operasional misalnya tingkat tanaman pangan lokal. Hasil penelitian
kecamatan dan desa, padahal panitia dimensi interpretasi ini memperjelas
kerja adalah aparatur yang paling bahwa interpretasi suatu kebijakan
banyak berinteraksi dengan kelompok- berperanan terhadap implementasi
kelompok masyarakat (kelompok tani) kebijakan publik. Artinya, semakin baik
serta paling memahami kondisi interpretasi yang dilakukan oleh aparatur
sebenarnya dari permasalahan yang maka akan semakin efektif pula
dihadapi dalam peningkatan produksi peningkatan produksi tanaman pangan
tanaman pangan lokal. lokal di provinsi NTT.
2. Dari segi kewenangan panitia kerja Kebutuhan utama bagi efektivitas
yang sudah terbentuk, panitia tersebut pelaksanaan kebijakan adalah bahwa
tidak bisa bekerja secara efektif karena implementor harus mengetahui secara
hambatan deskripsi tugas unit yang ada jelas apa yang seharusnya dilakukan. Jika
belum dinyatakan secara eksplisit. kebijakan ingin dilaksanakan dengan
Surat keputusan pembentukan panitia tepat, arahan dan petunjuk pelaksanaan
Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 75

tidak hanya diterima tetapi juga harus tanaman pangan lokal bukan program
jelas. Ketidakjelasan mengenai apa yang prioritas bidang tanaman pangan masih
seharusnya dilakukan implementor ada yang lain yang lebih utama
menyebabkan kebingungan baginya, misalnya penanaman padi, padahal
sehingga pada akhirnya mereka bertindak tanaman padi bagi provinsi NTT tidak
berbeda dengan pandangan dari begitu cocok dengan kondisi pertanian
atasannya. Sejalan dengan pandangan ini lahan kering; 2) alokasi anggaran yang
Jones (1994: 323), menegaskan bahwa: disediakan untuk proyek peningkatan
Interpretasi terhadap kebijakan tanaman pangan lokal relatif sangat
publik sangat penting bagi sedikit.
implementor oleh karena mereka
menganggap bahwa hukum, c. Dimensi Aplikasi
perundang-undangan, keputusan- Hasil penelitian menunjukkan
keputusan, pedoman serta perintah aplikasi dengan indikator: ketersediaan
bersifat definitif (tetap), padahal personil, ketersediaan anggaran,
seringkali tidak demikian. Oleh ketersediaan sarana dan prasaraana,
sebab itu, perhatian yang besar pengidentifikasian penggunaan lahan, dan
harus diberikan kepada cara yang penilaian atas keberhasilan program. Hasil
digunakan oleh para pelaksana penelitian dimensi aplikasi ini memberi
dalam menafsirkan tanggung jawab kejelasan bahwa aplikasi sangat
mereka, kepada siapa para berperanan penting dalam implementasi
pelaksana itu berorientasi? siapa kebijakan. Artinya, semakin baik aplikasi,
yang memiliki otoritas? semua maka akan semakin efektif peningkatan
pertanyaan ini membawa kepada produksi tanaman pangan lokal.
eksplorasi sejumlah perluasan yang Pentingnya aplikasi dari suatu
dianggap dimiliki oleh para kebijakan publik sejalan dengan pendapat
pelaksana. Anderson (1976: 72) yang menyatakan:
Application of the policy by the
Berdasarkan hasil studi pustaka governments administrative machinery to
mengenai implementasi kebijakan problem. Applying the government policy
peningkatan produksi tanaman pangan to the problem. Implementasi sebagai
lokal di NTT, diketahui bebarapa hal yang aplikasi dari kebijakan dalam mesin
menghambat interpretasi pelaksana administrasi pemerintahan untuk
terhadap kebijakan yaitu: menangani problematika. Menurut
1. Interpretasi sulit dilakukan oleh Mazmanian dan Sabatier (1983: 8),
implementor oleh karena implementor aplikasi sangat menentukan keberhasilan
sudah terbiasa melaksanakan tugas pelaksanaan kebijakan, karena dengan
berdasarkan petunjuk-petunjuk yang aplikasi maka kebijakan ditransformasi
ada. Para pelaksana kurang mampu secara terus menerus dengan tindakan
mengambil tindakan di luar dari pelaksanaan yang mengubah sumber daya
petunjuk yang ada, padahal seringkali dan sasaran-sasaran sehingga sesuai
implementor dihadapkan pada dengan tujuan yang ditetapkan semula.
ketiadaan petunjuk-petunjuk tersebut. Dengan aplikasi maka implementasi
2. Umumnya para pengambil kebijakan terdiri dari perubahan sasaran sesuai
dan pelaksana kebijakan memiliki dengan ketersediaan sumber daya atau
komitmen yang relatif rendah terhadap mobilisasi sumber daya baru untuk
upaya peningkatan produksi tanaman mencapai tujuan awal dari kebijakan.
pangan lokal. Rendahnya komitmen Sehubungan dengan aplikasi ini,
mereka diidikasikan dari: 1) program- aparatur dituntut untuk menerapkan
program peningkatan produksi kebijakan dengan cara menyediakan
Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 76

barang dan jasa. Dengan adanya daerah Nusa Tenggara Timur, yang sudah
pengerahan segala sumber daya dikenal sebagai suatu daerah yang
diharapkan akan muncul respon dari memiliki kondisi alam yang kering karena
kelompok sasaran, apakah menerima atau curah hujannya sedikit. Daerah ini paling
menolak implementasi dan hasil kebijakan sering mengalami rawan pangan dengan
tersebut. Oleh karena itu, implementasi berbagai implikasinya seperti busung
kebijakan mempunyai output yang dapat lapar, kekurangan gizi bagi balita, dan
memberikan outcomes kepada kelompok kelangkaan pangan.
sasaran, sebagaimana Dunn (1994: 338) Dilihat dari luas panen dan potensi
menyatakan, tanaman pangan lokal, yang tergarap baru
The goods, service, or resources sekitar 45 persen, mengidikasikan bahwa
received by target group and jika potensi tersebut dioptimalkan maka
beneficiaries. Segi aplikasi dalam proses kemungkinan dapat memberikan
implementasi kebijakan juga diperlukan kontribusi yang lebih besar terhadap
dalam rangka mengeliminasi berbagai produksi, yang tentu saja ketahanan
hambatan pelaksanaan kegiatan. pangan di daerah ini dapat tercapai.
Berdasarkan hasil penelitian berbagai Kebijakan yang diambil oleh
laporan dan artikel pada Pos Kupang dan pemerintah daerah dalam mengatasi
Kompas mengenai implementasi persoalan ketahanan pangan tentu saja
kebijakan peningkatan produksi tanaman tidak akan memberikan faedah berarti jika
pangan lokal, diketahui bebarapa hal yang kebijakan tersebut tidak
menghambat aplikai kebijakan yaitu: diimplementasikan dengan baik.
1. Anggaran yang dialokasikan untuk Kebijakan hanya sekedar menjadi
peningkatan produksi tanaman pangan dokumen yang telah menguras pemikiran
lokal sangat sedikit. Alokasi anggaran para pakar dan praktisi, juga sumber daya
kecil juga berkaitan dengan usulan menjadi terbuang tanpa mencapai hasil
program untuk peningkatan tanaman yang diharapkan.
pangan lokal juga relatif sedikit. Belum optimalnya implementasi
Program yang diusulkan yakni kebijakan produksi tanaman pangan lokal
program statistik pertanian tanaman di Provinsi NTT karena masih terdapat
pangan lokal, program intensifikasi beberapa masalah antara lain: Pada
penanaman jagung, program peta dan dimensi organisasi yaitu menyangkut
data kekeringan, program perbanyakan pelibatan implementor pada tataran
benih lokal, program intesifikasi operasional, implementor yang berada di
penanaman pisang unggulan lokal, tingkat kecamatan dan desa kurang
program penanaman singkong dilibatkan dalam implementasi program;
unggulan lokal (Pos Kupang, 12 Mei belum jelasnya deskripsi tugas para
2010). implementor kebijakan; koordinasi antar
2. Data dasar (date base) yang unit belum mantap dalam pelaksanaan
menyangkut luas areal lahan, potensi kebijakan. Dimensi interpretasi juga
areal, jumlah produksi tanaman pangan mempunyai beberapa kekurangan yakni
lokal belum memiliki data yang pasti. pemahaman para implementor kebijakan
Masing-masing instansi yang terkait peningkatan produksi tanaman pangan
memiliki data yang berbeda. lokal masih kurang; dan komitmen untuk
keberhasilan program rendah. Sedangkan
Kesimpulan untuk dimensi aplikasi, kekurangan yang
Kebijakan peningkatan produksi menonjol adalah anggaran yang
tanaman pangan lokal merupakan salah dialokasikan untuk kebijakan peningkatan
satu sisi dari upaya mengatasi berbagai produksi tanaman pangan lokal sangat
masalah kerawanan pangan yang terjadi di sedikit, karena program di bidang
Nursalam / Jurnal Administrasi Publik, Volume 1 No. 1 Thn. 2010 77

peningkatan tanaman pangan lokal tidak Mazmanian, D. A & Paul A. Sabatier.


menjadi prioritas bagi pengambil 1983. Implementation and Public
kebijakan. Policy, London: Scott, Foresman
Daftar Pustaka and Company.
Anderson, James E. 1976. Public Policy Maxwell, Daniel G. 1996. Measuring food
Making, Chicago: Holt, Renehart insecurity: the Frequency and
and Winston. Severity of Coping Strategies, Food
Budja, Paulus. 2010. Tantangan Policy, 21 (2):291-304.
Perubahan Sistem Ketahanan Pakpahan, Agus dan Effendi Pasandaran.
Pangan Masa Depan, Pos Kupang, 1990. Keamanan Pangan:
06 Mei 2010. Tantangan dan Peluangnya, Dalam
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Prisma No. 2 Tahun XIX, Jakarta:
Provinsi NTT. 2009. Laporan LP3ES.
Tahunan. Program Pembangunan Daerah NTT,
Dunn, William N. 1981. An Introduction Tahun 2004-2008.
to Public Policy Analysis, Pos Kupang 11 Maret 2009.
Englewood Cliff, Prentice-Hall. Pos Kupang, 12 Mei 2010.
Dreze, Jean and Amartya Sen. 1989. Pos Kupang 28 Juli 2010.
Hunger and Public Action, Oxford: Suryana, Achmad. 2008. Sustainable
Clarendon Press. Food Security Development in
Edward III, George. 1980. Implementing Indonesia: Policies and Its
Public Policy, Washinton DC: Implementation, Makalah yang
Congresional Quartely Press. diketengahkan pada High-Level
Hadar, Ivan A. 2008. Anjloknya Regional Policy Dialogue, Bali:
Ketahanan Pangan, Kompas 05 Un-Escap and Government of
September 2008. Indonesia.
Henry, Nicholas. 1980. Public Timmer, C Peter. 2005. Food Security and
Administration and Public Affairs, Economic Growth: an Asian
Englewood-Cliffs, Prentice-Hall. Perspective, dalam Asian Pacific
Jones, Charles O. 1984. An Introduction Economic Literature, 19 (1): 2-3.
to the Study of Public Policy, Third Van Meter, D. S and C.E. Van Horn.
Edition, California: Wadsworth, 1974. The Policy Implementation
Inc. Process: A Conceptual Framework
Kompas Tanggal 19 Maret 2005. Administration and Society 6.
Lassa, Jonatan. 2009. Diskursus
Kelaparan dan Ketahanan Pangan
Indonesia 1958-2008: Studi Kasus
Nusa Tenggara Timur, dalam 50
Tahun Ziarah Pangan Nusa
Tenggara Timur Jonatan Lassa,
Dion DB Putra, Tony Kleden
(Editor), Kupang: PT Timor Media
Grafika.

Anda mungkin juga menyukai