Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA)


Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi
Pedesaan (PRA) adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara
bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan
dan kebijakan secara nyata.  Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui
kegunaannya ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai
landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang.  Dalam paradigma
pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti dalam proses
pembangunan.  Manusia dalam proses pembangunan tidak hanya sebagai penonton tetapi
mereka harus secara aktif ikut serta dalam perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan
menikmati hasil pembangunan.  Metode dan pendekatan yang tampaknya sesuai dengan
tuntutan paradigma itu adalah metode dan pendekatan yang partisipatif.
Metode PRA mulai menyebar dengan cepat pada tahun 1990-an yang merupakan
bentuk pengembangan dari metode Pemahaman Cepat Kondisi Pedesaan (PCKP)
atau Rapid Rural Appraisal (RPA) yang menyebar pada tahun 1980-an.  Kedua metode
tersebut saling berhubungan etar dan masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya dan bisa saling melengkapi.  Namun dalam perkembangannya, metode
PRA banyak digunakan dalam proses pelaksanaan program pembangunan secara
partisipatif, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.
B. Tujuan Penerapan Metode PRA
Pada intinya PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang
memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis
pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan
tindakan nyata (Chambers, 1996. Metode tersebut dipandang telah memiliki teknis-teknis
yang dijabarkan cukup operasional dengan konsep bahwa keterlibatan masyarakat sangat
diperlukan dalam seluruh kegiatan.  Pendekatan PRA memang bercita-cita menjadikan
masyarakat menjadi peneliti, perencana, dan pelaksana pembangunan dan bukan sekedar
obyek pembangunan. Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang
lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat.  Selain itu melalui pendekatan
PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program dengan kebutuhan
masyarakat sehingga keberlanjutan (sustainability) program dapat terjamin.
C. Teknik-Teknik Pra
Teknik-teknik PRA adalah alat-alat untuk melakukan kajian keadaan desa.  Teknik-
teknik ini berupa alat visual (gambar atau bentuk yang dapat dilihat) yang dipergunakan
sebagai media diskusi masyarakat tentang keadaan diri mereka sendiri dan lingkungannya. 
Alat-alat visual ini merupakan media belajar bersama yang dipergunakan baik untuk
masyarakat (petani) yang buta aksara ataupun melek aksara.  Kajian desa dapat dilakukan
sebagai penjajagan kebutuhan dan perencanaan kegiatan, atau dapat juga untuk
pemantauan dan evaluasi kegiatan.  Teknik-teknik kajian desa atau teknik-teknik PRA
selama ini lebih banyak dipergunakan untuk perencanaan kegiatan / program.  Hal ini
terjadi karena keterampilan untuk melakukan modifikasi (penyesuaian) teknik-teknik PRA
bagi kebutuhan lain, belum banyak dimiliki para pemandu.
D. Penelusuran Desa/Lokasi (Transect)
Teknik Penelusuran Desa/Lokasi (Transect), Hubungan antara manusia dengan
lingkungan alam bagi masyarakat pedesaan sangat erat.  Mata pencaharian mereka
umumnya mengolah alam secara langsung, sehingga keadaan alam dan sumberdaya akan
sangat menentukan keadaan mereka.  Tingkat kesuburan tanah, ketersediaan air dan curah
hujan sangat menentukan kegiatan pertanian masyarakat desa.  Eratnya hubungan timbal
balik antara kehidupan masyarakat dan lingkungan alam menyebabkan hal ini perlu
dipahami dalam mengembangkan program bersama masyarakat.  Dengan teknik pemetaan
diperoleh gambaran keadaan sumberdaya alam masyarakat beserta masalah-masalah,
perubahan-perubahan keadaan, potensi-potensi yang ada; sedangkan untuk mengamati
secara langsung keadaan lingkungan dan sumberdaya tersebut, dipergunakan teknik
penelusuran lokasi (transect). Pengertian Secara harfiah, transek berarti gambar irisan
muka bumi.  Pada awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk
mengenali dan mengamati wilayah-wilayah ekologi (pembagian wilayah lingkungan alam
berdasarkan sifat khusus keadaannya).  Dalam pendekatan partisipatif, teknik penelusuran
lokasi (transek) merupakan teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung
lingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa
mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati.  Hasil pengamatan dan lintasan tersebut,
kemudian dituangkan ke dalam bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan
lebih lanjut. Berdasarkan jenis informasi (topik kajian), jenis transek mirip dengan
pembuatan peta desa. transek menurut topik kajian terbagi menjadi:
a) Transek sumberdaya desa (umum)
Penelusuran desa adalah pengamatan sambil berjalan melalui daerah pemukiman
desa guna mengamati dan mendiskusikan berbagai keadaan.  Keadaan-keadaan
yang diamati yaitu pengaturan letak perumahan dan kondisinya, pengaturan
halaman rumah,  pengaturan air bersih untuk keluarga, keadaan sarana MCK,
sarana umum desa (sekolahan, toko, tiang listrik, gapura desa, puskesmas, lapangan
olah raga, dsb), juga lokasi kebun dan sumberdaya pertanian secara garis besar. 
Kajian transek ini terarah terutama pada aspek-aspek umum pemukiman desa
tersebut dan sarana-sarana yang dimiliki desa; sedangkan keadaan sumberdaya
alam dibahas secara garis besarnya saja.  Kajian ini akan sangat membantu dalam
mengenal desa secara umum dan beberapa aspek lainya dari wilayah pemukiman
yang kurang diperhatikan.
b) Transek sumberdaya alam
Transek ini dilakukan untuk mengenal dan mengamati secara lebih tajam mengenai
potensi sumberdaya alam serta permasalahan-permasalahan-nya, terutama
sumberdaya pertanian.  Seringkali, lokasi kebun dan lahan pertanian lainnya milik
masyarakat berada di batas dan luar desa, sehingga transek sumberdaya alam ini
bisa sampai ke luar desa. Informasi-informasi yang biasanya muncul antara lain:
 Bentuk dan keadaan permukaan alam (topografi), termasuk kedalamnya adalah
kemiringan lahan, jenis tanah dan kesuburannya, daerah tangkapan air dan
sumber-sumber air (sungai, mata air, sumur).
 Pemanfaatan sumberdaya tanah (tataguna lahan), yaitu untuk wilayah
pemukiman, kebun, sawah, ladang, hutan, bangunan, jalan, padang
penggembalaan, dan sebagainya.
 Pola usahatani, mencakup jenis-jenis tanaman penting dan kegunaannya
(tanaman pangan, tanaman obat, pakan ternak, dsb), produktivitas lahan dan
hasilnya, dan sebagainya.
 Teknologi setempat dan cara pengelolaan sumberdaya alam termasuk teknologi
tradisional misalnya teknologi penahan erosi dari batu, kayu; pemeliharaan
ternak, budidaya tanaman, sistem pengelolaan air, dan sebagainya.
 Pemilikan sumberdaya alam, biasanya terdiri dari milik perorangan, milik adat,
milik desa, milik pemerintah/negara.
c) Transek  topik-topik lain
Transek juga bisa dilakukan untuk mengamati dan membahas topik-topik khusus,
seperti halnya dengan pembuatan peta desa.  Misalnya, transek yang dilakukan
khusus untuk mengamati sarana kesehatan dan kondisi kesehatan lingkungan desa,
transek wilayah persebaran hama penyakit, atau transek khusus untuk mengamati
sumber air dan sistem pengelolaan aliran air irigasi, dan sebagainya.
E. Diagram Pohon Masalah
Pohon masalah (problem tree) merupakan sebuah pendekatan/ metode yang
digunakan untuk identifikasi penyebab suatu masalah. Analisis pohon masalah dilakukan
dengan membentuk pola pikir yang lebih terstruktur mengenai komponen sebab akibat
yang berkaitan dengan masalah yang telah diprioritaskan.Metode ini dapat diterapkan
apabila sudah dilakukan identifikasi dan penentuan prioritas masalah.Pohon masalah
memiliki tiga bagian, yakni batang, akar, dan cabang. Batang pohon menggambarkan
masalah utama, akar merupakan penyebab masalah inti, sedangkan cabang pohon
mewakili dampak. Penggunaan pohon masalah ini berkaitan dengan perencanaan proyek.
Hal ini terjadi karena komponen sebab akibat dalam pohon masalah akan mempengaruhi
desain intervensi yang mungkin dilakukan. Silverman (1994) menggunakan istilahTree
Diagramdan menyatakan diagram sistematik atau diagram pohon dirancang untuk
mengurutkan hubungan sebab-akibat. Dan Modul Pola Kerja Terpadu (2008)
menggunakan istilah pohon masalah yang merupakan bagian dari analisis pohon. Analisis
pohon adalah suatu langkah pemecahan masalah dengan mencari sebab dari suatu akibat.
F. Tujuan Pembuatan Pohon Masalah
Pembuatan pohon masalah memiliki tujuan yakni:
1. Membantu tim kerja organisasi melakukan analisis secara rinci dalam
mengeksplorasi penyebab munculnya permasalahan utama yang telah
ditetapkan sebelumnya. Eksplorasi penyebab masalah dapat dilakukan
dengan menggunakan metode five whys yakni metode menggali
penyebab persoalan dengan cara bertanya “mengapa” sampai lima level
atau tingkat.

2. Membantu tim kerja organisasi menganalisis pengaruh persoalan utama


terhadap kinerja/hasil/dampak bagi organisasi atau stakeholder lainnya.

3. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan hubungan


antara masalah utama, penyebab masalah, dan dampak dari masalah
utama dalam suatu gambar atau grafik.

4. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas persoalan


utama dengan melihat komponen sebab akibat dari suatu permasalahan.

G. Model Pembuatan Pohon Masalah


Terdapat dua model dalam membuat pohon masalah. Model pertama, pohon
masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada sebelah kiri dari
gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan tersebut ditempatkan pada
sebelah kanannya (arah alur proses dari kiri ke kanan).

Gambar 2.2 Pohon Masalah model 1


Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada
titik sentral atau di tengah gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan tersebut
ditempatkan di bagian bawahnya (alur ke bawah) dan akibat dari masalah utama ditempatkan
di bagian atasnya (alur ke atas).
Gambar 2.3. Pohon masalah model kedua

H. Kelebihan dan Kekurangan Pohon Masalah

1. Kelebihan Pohon Masalah


Pohon masalah membantu proses analisis dan penentuan penyebab
masalah semakin jelas dan komprehensif. Berikut merupakan rincian
mengenai kelebihan pohon masalah bagi organisasi:

a. Membantu kelompok/tim kerja organisasi untuk merumuskan


persoalan utama atau masalah prioritas organisasi.

b. Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis secara rinci


dalam mengeksplorasi penyebab munculnya persoalan dengan
menggunakan metode five whys. Metode five whys adalah suatu
metode menggali penyebab persoalan dengan cara bertanya
“mengapa” sampai lima level atau tingkat.

c. Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis pengaruh


persoalan utama terhadap kinerja/hasil/dampak bagi organisasi
atau stakeholder lainnya.

d. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan


hubungan antara masalah utama, penyebab masalah, dan dampak
dari masalah utama dalam suatu gambar atau grafik.
e. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas
persoalan utama yang ada.
2. Kekurangan Pohon Masalah
Telah diketahui bahwa pohon masalah sangat membantu dalam proses
pengambilan keputusan, tetapi ada beberapa kekurangan bila
menggunakan pohon masalah, antara lain:
a. Membutuhkan waktu yang lama. Jika masalah yang terjadi semakin
kompleks akan lebih sulit dan lama dalam menentukan penyebab
utama masalah.
b. Dapat terjadi overlap terutama ketika kriteria yang digunakan
jumlahnya sangat banyak. Hal tersebut juga dapat menyebabkan
waktu pengambilan keputusan menjadi lebih lama.
c. Hasil kualitas keputusan yang didapatkan dari metode pohon
masalah sangat bergantung pada bagaimana pohon tersebut
didesain. Sehingga jika pohon masalah yang dibuat kurang optimal,
maka akan berpengaruh pada kualitas dari keputusan yang didapat.
d. Setiap kriteria pengambilan keputusan dapat menghasilkan hasil
keputusan yang berbeda. Sehingga perlu kecermatan untuk
menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan dalam menentukan penyebab
utama masalah.
e. Pengakumulasian jumlah eror dari setiap tingkat dalam sebuah
pohon keputusan yang besar.

Anda mungkin juga menyukai