Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan kehutanan pada masa lalu lebih bertumpu pada paradigma timber based
management dimana pengelolaan hutan cenderung berorientasi pada pengeksploitasian
hasil hutan berupa kayu yang berbasis pada upaya peningkatan atau pertumbuhan ekonomi.
Pengelolaan sumberdaya hutan sebagian diserahkan kepada swasta (pemilik modal besar)
dengan harapan terjadi produksi hutan (kayu) melalui mekanisme fragmentasi kawasan
hutan dan suntikan investasi oleh swasta. Pada tataran implementasi terjadi praktek
marginalisasi pada masyarakat sekitar hutan, peran masyarakat yang tinggal di sekitar hutan
lebih banyak dikesampingkan. Kenyataannya, terdapat jutaan masyarakat pedesaan yang
tinggal di sekitar hutan kehidupannya tergantung kepada produksi dan juga hasil hutan.
Masyarakat sekitar hutan yang aktivitas hidupnya sangat bergantung pada keberadaan hutan
pada umumnya hanya dijadikan penonton, tidak dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan
tersebut, bahkan sering keberadaan masyarakat sekitar hutan dianggap sebagai ancaman.
Penikmat utama dari keuntungan pengeksplotasian hutan hanya para pemilik modal besar
(capital) tersebut.
Program-program pembangunan pada masa lalu yang berkaitan dengan masyarakat desa
lebih banyak menempatkan masyarakat desa sebagai obyek pembangunan, bukan subyek
atau pelaku pembangunan. Masyarakat dianggap belum mampu, belum memiliki kapasitas
untuk turut dalam pembangunan, padahal pembangunan tersebut dimaksudkan untuk
kepentingan masyarakat. Kalaupun terdapat keterlibatan masyarakat desa posisinya lebih
ditekankan sebagai pekerja atau pelaksana, bukan sebagai perencana. Pada kondisi seperti
ini segala perencanaan program pembangunan ditentukan dari atas (top down). Impikasinya
seringkali program pembangunan bagi masyarakat tidak relevan dengan kebutuhan warga
desa, sehingga kurang berhasil dalam pencapaiannya, karena masyarakat desa kurang
merasa memiliki program tersebut. Oleh karena itu, seorang ahli Community Development,
Robert Chamber menyarankan perlunya warga masyarakat desa dilibatkan dalam
perencanaan dan perumusan kegiatan pembangunan. Chamber memperkenalkan
pendekatan pembangunan yang melibatkan masyarakat desa yang dikenal dengan PRA
(Participatory Rural Appraisal). Kata kunci atau penekanan dari pendekatan ini adalah
partisipasi dan pemberdayaan.
Pendekatan pembangunan masyarakat yang diperkenalkan oleh Chamber, selaras dengan
paradigm baru pembangunan kehutanan yang bertumpu pada pendekatan ekosistem yang
dikenal dengan resource based management yang berbasis pada forest community based
development. Paradigma baru ini merupakan model pembangunan yang berpusat pada
rakyat atau masyarakat sekitar hutan. Model pembangunan ini menghargai dan
mempertimbangkan prakarsa dan kekhasan masyarakat setempat. Keterlibatan atau
1

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan dianggap penting untuk dapat menjaga
eksistensi dan merehabilitasi hutan yang pada saat ini kondisinya parah. Dengan terlibatnya
masyarakat dalam pengelolaan hutan maka diharapkan akan kembali muncul rasa tanggung
jawab dan rasa memiliki terhadap hutan,
Penyuluh kehutanan merupakan aparat pemerintah yang menjadi ujung tombak
pembangunan kehutanan di lapangan. Penyuluh kehutanan diharapakan dapat menggali dan
mengembangkan potensi masyarakat sekitar hutan sehingga masyarakat mampu
berpartisipasi dalam pembangunan kehutanan dan mampu meningkatkan kesejahteraannya.
Salah satu teknik yang hendaknya dilakukan oleh penyuluh kehutanan dalam menggali dan
mengembangkan potensi masyarakat menjadi energi sosial yang kuat sehingga mampu
berpartisipasi dan mendorong tercapainya tujuan pembangunan kehutanan adalah
mengimplementasikan PRA dalam tugasnya sebagai penyuluh kehutanan

Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti mata diklat diharapkan terjadi peningkatan pemahaman peserta diklat
tentang PRA

Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti mata diklat ini perserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian PRA
2. Menjelaskan prinsip-prinsip PRA
3. Menjelasakn teknik-teknik PRA
4. Pengorganisasian Masalah-Identifikasi Kebutuhan Penyuluhan (IKP)

DASAR-DASAR PENYULUHAN PARTISIPATIF

Penyuluhan Partisipatif
Upaya menumbuhkan partisipasi masyarakat terkait dengan pembangunan pedesaan, pada
awalnya, bukan pekerjaan yang mudah karena menyangkut perubahan sikap mental dan
budaya yang kemungkinan sudah melembaga dalam masyarakat bersangkutan.
Menyangkut hal tersebut, agar masyarakat terdorong untuk berpartisipasi perlu diperhatikan
dan dipertimbangkan beberapa persyaratan (condition) berikut:

1. Anggota-anggota masyarakat akan berpartisipasi apabila isu atau kegiatan yang


ditawarkan dianggap penting oleh masyarakat atau sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
2. Kegiatan yang ditawarkan kepada masyarakat, oleh masyarakat dirasakan akan
memberikan perbedaan yang nyata bagi kehidupannya atau membawa perubahan yang
lebih baik.
3. Apapun bentuk partisipasi dari setiap anggota masyarakat harus dihargai dan diberi
nilai tinggi.
4. Tersedia peluang atau kesempatan bagi setiap angota masyarakat untuk berpartisipasi
dan apapun bentuk patisipasi tersebut harus didukung.
5. Struktur dan proses kegiatan bukan merupakan sesuatu yang asing bagi anggotaanggota masyarakat. Artinya harus kompatibilitas dengan sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat.
Oleh karenanya kegiatan penyuluhan kehutanan, yang pada hakekatnya adalah kegiatan
pengembangan masyarakat harus memperhatikan hal di atas. Kegiatan penyuluhan akan
terlaksana dengan efektif apabila, apabila hal-hal diatas terpenuhi yang dimulai dari upaya
mengenal kebutuhan masyarakat. Penyuluh kehutanan sebagai ujung tombak di lapangan
diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan masyarakat serta
menjadikannya sebagai materi penyuluhan.
PRA adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh penyuluh untuk menggali informasi
yang berkaitan dengan masalah, potensi, kebutuhan yang ada dalam masyarakat dengan
cara melibatkan masyarakat secara aktif atau berpartisipasi dalam kegiatan penggalian
informasi tersebut. Keterlibatan masyarakat sekaligus berfungsi sebagai instrument untuk
mengembangkan potensi masyarakat menjadi sebuah kekuatan sehingga masyarakat
mampu menentukan dan memutuskan apa yang terbaik untuk mereka.
Dengan PRA, yakni dengan partisipasi masyarakat keterampilan-keterampilan analitis dan
perencanaan yang sebelumnya didominasi dan hanya dimiliki oleh pihak luar atau pihak
pemerintah (top down) dapat dialihkan kepada masyarakat. Dengan demikian secara
bertahap ketergantungan pada pihak luar akan berkurang dan pengambilan prakarsa dan
perumusan program bisa berasal dari aspirasi masyarakat (bottom up).

Keuntungan Penyuluhan Partisipatif


1. Partisipatif sebagai usaha bersama petani menyebabkan petani dapat mengambil
keputusan yang bertanggung jawab.
2. Pendekatan partisipatif dapat menimbulkan pelayanan secara relevan dan responsif
pada kondisi lokal dan sesuai dengan kebutuhan nyata petani.
3

3. Masyarakat lebih punya komitmen terhadap anggotanya dalam memberikan pelayanan.


4. Dapat mengurangi resiko kesalahan perencanaan yang serius, karena masyarakat lebih
mengerti permasalahan yang dihadapi.
5. Masyarakat lebih terbuka dan kreatif
6. Masukan dari masyarakat melalui partisipasi dapat membantu memperluas pengetahuan
teknologi
7. Kepentingan partisipatif terbuka untuk seluruh petani, termasuk petani yang miskin dan
yang termarginalkan.
8. Adanya peran wanita dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
9. Jika nilai partisipasinya jelas maka petani akan rela berkorban.

Prinsip-Prinsip Penyuluhan Partisipatif


1. Sebagai proses pemberdayaan yang bermasud untuk perbaikan yang terus-menerus.
2. Terus-menerus dan berorientasi aksi, berdasarkan belajar dari pengalaman akan dapat
menghasilkan metode baru dalam pelaksanaan rencana kerja terhadap tindakan yang
diambil.
3. Berpusat pada manusia; penyuluhan partisipatif ditujukan kepada masyarakat, bukan
berorientasi pada komuditi tetapi pada pemberdayaan. Sehingga pemahaman tentang
sosial ekonomi, budaya, dan pemahaman gender perlu dipahami dan diperhatikan oleh
seorang penyuluh.
4. Solusi yang spesifik dan fleksibel; pengenalan dan pelembagaan penyuluh partisipatif
haruslah berdasarkan pada keadaan, pengalaman nyata, dan umpan balik dari
masyarakat.
5. Bottom-up; penyuluhan partisipatif betumpu pada pengetahuan, pengalaman dan
kebnutuhan petani. Hal ini berhubungan dengan pemberdayaan petani.
6. Pemerintahan yang baik; lembaga pemerintah harus dapat terbuka/membuka diri
menerima masukan dari orang lain apapun status sosialnya. Seorang penyuluh harus
mampu mendengar, melihat, merasakan apa yang diinginkan oleh sasaran suluhnya.
7. Desentralisasi; penyuluhan partisipatif merupakan bagian desentralisasi dan demokrasi
dapat memainkan peran penting dalam pemberdayaan masyarakat desa. Hal ini
berhubungan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata bersdasarkan sistem
perencanaan yang bottom-up

PARTICIPATORY RURAL APPRAISAl (PRA)

Pengertian PRA
PRA adalah sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat
pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai
hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan. PRA
merupakan sekumpulan pendekatan dan teknik-teknik pelibatan masyarakat dalam
rangkaian proses-proses pemikiran yang berlangsung selama kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi program pembangunan masyarakat.

Prinsip-Prinsip PRA
1. Prinsip Mengutamakan Yang Terabaikan (Keberpihakan)
Prinsip Mengutamakan masyarakat yang terbaikan agar memperoleh kesempatan untuk
memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan.
Keberpihakan kepada masyarakat yang terabaikan ini bukan berarti bahwa golongan
masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran untuk diabaikan atau tidak
diikutsertakan, akan tetapi keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai
keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang terdapat dalam masyarakat,
dengan mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya meningkat.
2. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat (Penguatan)
Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat dalam proses
pengkajian keadaan, pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan, sampai penilaian
dan koreksi akses (peluang/kesempatan) dan kontrol (kemampuan memberikan
keputusan dan memilih) terhadap berbagai keadaan yang terjadi diseputar kehidupan.
Dengan demikian mereka bisa mengurangi ketergantungan terhadap bantuan orang
luar terutama bila bantuan itu bersifat merugikan (melemahkan posisi
masyarakat/petani).
3. Prinsip Masyarakat Sebagai Pelaku Utama, Orang Luar Sebagai Fasilitator
Metode PRA menempatkan masyarakat sabagai pusat dari kegiatan pembangunan
Orang luar harus menyadari perannya sebagai Fasilitator, penyuluh Hal seperti
ini mudah untuk diucapkan, tetapi tidak mudah untuk dilakukan karena adanya anggapan
bahwa masyarakat miskin itu bodoh. Bahkan terdapat anggapan bahwa kemiskinan
itu disebabkan oleh kebodohan. Untuk itu, perlu sikap rendah hati serta kesediaan untuk
belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai narasumber utama
dalam memahami keadaan masyarakat itu. Kalaupun pada awalnya peran orang luar

lebih besar, harus diusahakan agar secara bertahap peran itu biar berkurang dengan
mengalihkan prakarsa kegiatan-kegiatan PRA pada warga masyarakat itu sendiri.
4. Prinsip Saling Belajar dan Menghargai Perbedaan
Salah satu prinsip dasar adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan tradisional
masyarakat. Hal ini bukanlah berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus
dibiarkan tidak berubah. Kenyataan memperlihatkan bahwa dalam banyak hal
perkembangan pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat tidak sempat
mengejar perubahan-perubahan yang terjadi dan tidak lagi dapat memcahkan masalahmasalah yang berkembang. Namun, sebaliknya telah terbukti pula bahwa
pengetahuanmodern yang diperkenalkan oleh orang luar tidak juga dapat
memecahkan masalah mereka karena tidak cocok. Bahkan dalam banyak kasus, masalah
menciptakan masalah yang lebih besar lagi. Karenanya harus dilihat bahwa pengalaman
dan pengetahuan masyarakat dan pengetahuan orang luar saling melengkapi dan sama
baiknya dan bahwa Proses PRA adalah ajang komunikasi antara kedua sistem
pengetahuan itu untuk melahirkan yang lebih baik.
5. Prinsip Santai dan Informal
Kegiatan PRA dilaksanakan dalam suasana yang bersifat luwes, terbuka, tidak memaksa
dan informal. Situasi yang santai ini akan menimbulkan hubungan yang akrab, karena
orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat, bukan sebagai tamu
asing yang oleh masyarakat harus disambut dengan segala protokol. Terkadang
menjadi tradisi bagi masyarakat desa untuk menerima kedatangan orang di luar
komunitasnya dengan semacam penyambutan, seperti berkumpulnya para tokoh adat
dan pemerintah desa, jamuan dan tarian adat. Barangkali suasana santai dan informal ini
lebih cocok disebutkan sebagai salah satu tips untuk pemandu, tetapi hal ini menjadi
prinsipil karena sering dilanggar. Penerapan PRA diharapkan untuk sama sekali tidak
mengganggu kegiatan sehari-hari masyarakat. Orang luar harus memperhatikan jadwal
kegiatan masyarakat bukan sebaliknya masyarakat diharuskan mengikuti jadwal orang
luar dalam kegiatan PRA yang terpatok waktu.
6. Prinsip Triangulasi
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis data secara
sistimatis bersama masyarakat. Usaha itu akan memanfaatkan berbagai sumber
informasi yang ada. Namun kita tahu, tidak semua sumber informasi itu senantiasa bias
dipercaya ketepatannya. Untuk mendapatkan informasi yang kedalamannya bisa
diandalkan, kita bisa menggunakan triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan
dan pemeriksaan ulang (check and re-check) informasi.

Triangulasi dilakukan antara lain karena adanya penganekaeagaman tim (keragaman


disiplin ilmu atau pengalaman), penganekaragaman sumber informasi (keragaman latar
belakang golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin) dan variasi teknik.

Keragaman Teknik PRA


Setiap teknik PRA mempunyai kelebihan dan kelemahan, tidak semua informasi
yang diperlukan dapat diperoleh, dibahas dan dimanfaatkan dengan satu atau dua
teknik saja. Karenanya bersama masyarakat kita harus dapat melihat bagaimana
teknik-teknik PRA dapat saling melengkapi, sesuai dengan proses belajar yang
diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan pengembangan
program.

Keragaman sumber informasi


Masyarakat selalu memiliki bentuk hubungan yang kompleks (rumit) dan memiliki
berbagai kepentingan yang sering berbeda bahkan bertentangan. Informasi yang
berasal dari sumber tunggal atau terbatas tidak jarang diwarnai oleh kepentingan
pribadi atau kepentingan kelompok tertentu. Karena itu sangat perlu mengkaji silang
informasi dari sumber informasi yang berbeda asalkan relevan atau berhubungan.
Informasi dari kelompok elit masyarakat perlu dikaji silang dengan informasi dari
masyarakat biasa, demikian pula informasi dari kelompok laki-laki dikaji silang
dengan pendapat perempuan, juga informasi dari kelompok lainnya saling dikaji
silang, seperti dari kelompok kaya dan miskin dan kelompok tua dan muda dan lain
sebagainya.

Keragaman Latar Belakang Tim Pelaksana atau Pemandu PRA


Pelaksanaan kajian dengan teknik-teknik PRA bisa dilakukan oleh perorangan
(misal: oleh petugas lapangan atau penyuluh dalam menjalankan kegiatannya)
maupun secara khusus oleh sebuah Tim yang terdiri dari sejumlah orang (misal
dalam kegiatan kajian keadaan yang cukup luas untuk perencanaan kegiatan atau
evaluasi kegiatan yang sudah berlangsung sekian lama). Dalam hal penerapan PRA
dengan tim semacam ini dianjurkan keberagaman latar belakang tim, baik itu dari
segi pendidikan, pengalaman, keterampilan dan jenis kelamin. Keikut sertaan
masyarakat dalam tim inti PRA memerluka pertimbangan tersendiri. Persoalannya
adalah mereka memiliki budaya dan bahasa yang berbeda dengan anggota tim
lainnya, yang selain orang luar juga biasanya berpendidikan lebih tinggi.
Keuntungannya menyertakan masyarakat merupakan nilai yang tinggi, kegiatan ini
juga akan menampilkan sisi pengamatan dari orang dalam yang bersikap sebagai
orang luar (menjadi tim inti yang memfasilitasi kegiatan).

7. Prinsip Mengoptimalkan Hasil


Dalam upaya mengumpulkan informasi seringkali dilakukan pengumpulan informasi
sebanyak-banyaknya dan ternyata banyak dari informasi tersebut yang tidak diperlukan
atau tidak dapat dipergunakan. Walaupun sudah banyak teknik PRA yang dipergunakan
untuk mengkaji, tetapi seringkali terjadi bahwa informasi yang terkumpul belum lengkap
atau belum mendetail. Oleh karena itu pada saat persiapan perlu dirumuskan secara jelas
jenis-jenis dan tingkat kedalaman informasi yang dibutuhkan. Hanya, jangan lupa bahwa
kebutuhan informasi semestinya menyerap juga pendapat masyarakat tentang informasiinformasi yang menurut masyarakat itu lebih penting daripada yang dirumuskan oleh tim
pelaksana PRA (fleksibel).
8. Prinsip Orientasi Praktis
PRA berorientasi praktis, yaitu pengembangan kegiatan. Untuk itu dibutuhkan informasi
yang sesuai dan memadai, agar program yang dikembangkan dapat memecahkan
masalah dan meningkatkan kehidupan masyarakat. Karena itu PRA bukanlah kegiatan
yang dilakukan demi PRA itu sendiri. PRA hanya sebagai alat atau metode yang
dimanfaatkan untuk mengoptimalkan program-program yang dikembangkan bersama
masyarakat. Penerapan metode PRA tidak hanya sekedar untuk menggali informasi dari
mayarakat, akan tetapi menindak lanjuti ke dalam kegiatan bersama.
9. Prinsip Keberlanjutan dan Selang Waktu
Kepentingan-kepentingan dan masalah-masalah masyarakat tidaklah tetap, tetapi
berubah dan bergeser menurut waktu sesuai dengan berbagai perubahan dan
perkembangan baru dalam masyarakat itu sendiri. Karenanya pemahaman masyarakat
bukanlah suatu usaha yang sekali dilakukan kemudian selesai, namun merupakan
kegiatan berjanjut. Metode PRA bukanlah paket kegiatan PRA yang selesai setelah
kegiatan penggalian informasi dianggap cukup dan orang luar yang memfasilitasi
kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan metode yang harus dijiwai dan dihayati oleh
lembaga dan para pelaksana di lapangan agar program yang mereka kembangkan secara
terus menerus berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar PRA yang mencoba
menggerakkan potensi masyarakat.
10. Prinsip Terbuka
Prinsip ini menganggap PRA sebagai metode dan perangkat teknik yang belum selesai,
sempurna dan pasti benar, maka diharapkan teknik-teknik itu senantiasa dikembangkan
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Sumbangan-sumbangan dari mereka
yang langsung menerapkan dan menjalankannya dilapangan untuk memperbaiki
konsep, pemikiran maupun merancang teknik-teknik baru akan sangat berguna dalam
memperkaya metode ini
8

Unsur-Unsur Metode PRA


Terdapat 3 unsur utama metode PRA yaitu :

Penggunaan
berbagai
metode &
teknik sesuai
kebutuhan

Penyampaian
informasi
secara visual

Sikap mental
pelaksana yang
terbuka & mau
mendengarkan

1. Penyampaian informasi secara visual


Agar masyarakat desa dapat memahami apa yang sedang dibahas maka sebaiknya semua
informasi disajikan dalam bentuk gambar, grafik, peta / skets, diagram dan foto sehingga
setiap anggota masyarakat dapat ikut melihat, menunjuk dan diskusi serta memperbaiki
hasil
2. Sikap mental pelaksana yang terbuka dan mau mendengarkan
Pelaksana harus memiliki sikap mental yang terbuka dan mau mendengarkan pendapat
masyarakat. Sikap dan pandangan tersebut sangat diperlukan untuk menjalin hubungan
dengan masyarakat. Pelaksana harus bisa berlaku luwes, sabar, berdaya cipta
mengormati dan bersedia duduk bersama dengan masyarakat desa, tidak menyela dan
mau belajar dari masyarakat serta tidak menggurui .
3. Penggunaan berbagai metode dan teknik sesuai kebutuhan
Penggunaan metode dan teknik yang sesuai dengan tujuan dan keperluan, serta kondisi
pelaksanaannya. Dalam metode PRA dikenal dengan prinsip triangulasi untuk
validasi data dan informasi yang dikumpulkan

Manfaat Penggunaan Pra


Teknik-teknik PRA adalah alat untuk melakukan kajian keadaan desa. Teknik-teknik ini
berupa visual (gambar atau bentuk yang bisa dilihat) yang dipergunakan sebagai media
9

diskusi masyarakat tentang keadaan diri mereka sendiri dan lingkungannya. Hal tersebut
memberikan manfaat yang sangat berarti, yaitu:
1) Manfaat untuk perencanaan, bagi masyarakat sebagai proses belajar dan
penyadaran tentang berbagai keadaan kehidupan dan lingkungan yang mereka
hadapi. Bagi lembaga pengembang program sebagai proses belajar dan penyadaran
dalam memahami keadaan masyarakat, cara pandang dan nilai-nilai masyarakat yang
mempengaruhi kehidupan mereka sendiri.
2) Manfaat untuk evaluasi kegiatan, bagi masyarakat sebagai Penyadaran tentang
berbagai hal yang mempengaruhi upaya mereka untuk meningkatkan taraf hidup
mereka. Bagi lembaga pengembang program, hasil kegiatan ini bisa dijadikan bahan
laporan pertanggung jawaban program kepada lembaga penyandang dana serta acuan
perluasan program baik di desa yang bersangkutan maupun di desa lain.

Teknik-Teknik PRA
1. Penelusuran Alur sejarah Desa
Penelusuran alur sejarah desa adalah teknik PRA yang dipergunakan untuk
mengungkapkan kembali sejarah di suatu lokasi tertentu berdasarkan penuturan
masyarakat.
Peristiwa-peristiwa dalam sejarah desa tersebut disusun berurutan menurut waktu
kejadiannya (secara kronologis), dimulai dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
waktu selampau mungkin yang masih dapat diingat, sampai dengan saat ini.
Jenis Informasi Yang Dikaji
Sejarah terbentuknya pemukiman, asal-usul penduduk yang merintis pemukiman itu,
perkembangan jumlah penduduk serta berbagai peristiwa yang berkenaan denganhal
itu.
Perubahan-perubahan dalam status pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan lahan
Pengenalan dan penanaman jenis-jenis tanaman baru dan penerapan teknologi baru
lainnya
Keberadaan pengelolaan sumber daya alam
Terjadinya wabah penyakit
Tanggapan masyarakat atas berbagai masukan dan kegiatan pembinaan yang telah
diterima masyarakat, masalah-masalah yang dihadapi dan berbagai alternati
pemecahannya serta pengalaman masyarakat dalam mengatasi permasalahan tersebut

10

Pembangunan sarana prasarana penunjang (jalan, sekolah, irigasi, Puskesmas dll)


Sejarah organisasi desa dan sistem pengorganisasiannya.
Topik-topik lainnya sesuai kebutuhan program atau tujuan pelaksanaan PRA yang
direncanakan
TAHUN
1970

KEJADIAN PENTING
Bencana hujan, panas panjang
Mata air mulai berkurang
Sudah ada SD dan SMP

1980

Penghijauan dengan tanaman perdagangan


Ada Pustu
Jalan belum diaspal

1990

Mata air jauh


Air bersih kurang

2000

Belum ada Penyuluh


Kayu bangunan makin kurang, dst.

Tujuan Kajian Sejarah Desa


Memfasilitasi masyarakat agar mengungkapkan pemahamannya tentang keadaan
mereka di masa kini, dengan mengkaji latar belakang atau peristiwa-peristiwa masa
lalu
Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji latar belakang adanya perubahanperubahan dan perkembangan di masyarakatnya

2. Pembuatan Peta Desa


Pemetaan adalah teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi diskusi mengenai
keadaan wilayah desa beserta lingkungnya
Keadaan-keadaan desa digambarkan ke dalam peta atau sketsa desa. Ada peta yang
menggambarkan keadaan sumber daya umum desa dan ada peta dengan tema tertentu
yang menggambarkan hal-hal yang sesuai dengan ruang lingkup tema tersebut (jenis
tanah, sumberdaya pertanian, penyebaran penduduk, pola pemukiman dsb.).

11

Jenis Informasi Kajian


Peta Sumber Daya Desa (umum)
Peta yang dibuat untuk melihat dan mengetahui keadaan umum desa dan
lingkungannya yang menyangkut sumber daya dan sarana prasarana yang ada di desa,
keadaan fisik lingkungan desa seperti kondisi topografi, luas, letak pemukiman,
kebun, hutan, lahan kritis, mata air, sungai, pasar, sekolah, Puskesmas, jalan raya dan
sebagainya
Peta Sumber Daya Alam
Peta ini dibuat untuk mengamati secara tajam potensi sumber daya alam serta
permasalahan yang ada, seperti pertanian, kehutanan, peternakan perikanan,
perkebunan dan lain-lain.
Tujuan
Memfasilitasi masyarakat mengungkapkan keadaan desa dan lingkungannya seperti :

Lokasi sumber daya dan batas-batas suatu wilayah


Jenis sumber daya yang ada, nasalah maupun potensinya

3. Penelusuran Lokasi (Transek)

Teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumber daya
masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan
yang sepakati.

Hasil pengamatan dan lintsan tersebut, kemudaian dituangkan ke dalam bagan atau
gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut.

12

Tujuan
Untuk memfasilitasi masyarakat agar mendiskusikan keadaan sumber daya, dengan
mengamati langsung hal yang didiskusikan di lokasinya

4. Sketsa Kebun
Sketsa kebun merupakan teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian berbagai aspek
pengelolaan kebun di desa yang bersangkutan
Hasil kajian digambarkan dalam bentuk pola, yang memperlihatkan berbagai aspek
pengelolaan kebun terutama pola tanam dan teknologi yang diterapkan

13

Jenis Informasi Kajian


Informasi fisik: Pola tanam, luas lahan, jenis tanaman, teknik konservasinya, tata
letak bangunan (rumah, kandang, sumur, sumber air lain, saluran air, pembagian lahan
untuk tanaman keras dan tanaman pangan
Informasi non fisik: pendapatan dari penjual hasil kebun, pembinaan dan penyuluhan
yang diperlukan, teknologi yang khas (tradisional) di wilayah tersebut, hasil yang
diperoleh dari waktu lampau hingga sekarang, tenaga kerja dan pemasaran hasil serta
status tanah.
Tujuan
Memfasilitasi masyarakat agar dapat mengkaji keadaan dan pengelolaan kebun antara
lain :
Keadaan berbagai aspek kebun ( mis: kesuburan tanah, ketersediaan air, pola tanam,
teknologi pengelolaannya, dsb)
Masalah-masalah apa yang terjadi dalam pengelolaan kebun dan apa akibatnya
Bagaimana cara petani mencari jalan keluar.

5. Kalender Musim
Penyusunan kalender musim adalah teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian
kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan yang terjadi berulang dalam suatu kurun
waktu tertentu (musiman) dalam kehidupan masyarakat
Kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan itu dituangkan ke dalam kalender kegiatan
atau keadaan, biasanya dalam jangka waktu 1tahun (12 bulan).

14

Jenis Informasi Kajian


Penanggalan atau system kalender yang pakai oleh masyarakat; Iklim, curah hujan,
ketersedian air; Pola tanam/panen, biaya, hasil da tingkat produksi; Ketersediaan pangan
dan pakan ternakterutama pada masa paceklik; Ketersediaan tenaga kerja; Musim
bekerja ke kota pada masa paceklik; Hama dan penyakit tanaman/ternak; Kesehatan
(musim wabah penyakit) dan kebersihan lengkungan; Pola pengeluaran (konsumsi,
produksi, investasi); Kegiatan social (kemasyarakatan), adat, agama; dsb.
Tujuan
Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji :
Keadaan dan pola kegiatan masyarakat, sehingga diperoleh profil kegiatan utama
sepanjang tahun.
Profil kegiatan masyarakat, sehingga terlihat pola pemanfaatan waktu, yaitu saat
bekerja, kegiatan lain (social, agama, adat), dan saat mempunyai waktu luang.

6. Pembuatan Bagan Kecenderungan dan Perubahan


Teknik PRA yang menggambarkan perubahan-perubahan berbagai keadaan,
kejadian, serta kegiatan masyarakat dari waktu kewaktu.
Dari perubahan yang diamati bagaimana kecenderungan perubahan masyarakat
dalam hal tertentu, bertambah atau berkurang dari tahun ke tahun.
Bagan Kecenderungan dan Perubahan Mata Pencaharian Desa

15

Jenis informasi yang dikaji


Perubahan dan perkembangan keadaan berbagai sumberdaya seperti
produktivitas lahan dan tingkat kesuburan tanah, curah hujan, ketersediaan air,
ketersediaan kayu bakar, dll.
Perubahan dan perkembangan tataguna lahan, luas persawahan, ladang,
pemukiman, hutan, luas rata-rata kepemilikan lahan, dsb.)
Perubahan dan perkembangan usaha petani (jenis, hasil, dsb), mis: penanaman
pohon, peternakan
Perubahan dan perkembangan penduduk (kelahiran, kematian, perpindahan)
Perubahan dan perkembangan aspek sosial, ekonomi dan budaya, dan
sebagainya.
Tujuan
Memfasilitasi masyarakat untuk:
mengenali berbagai perubahan penting yang terjadi dalam bebagai bidang dalam
kehidupannya serta mengkaji hubungan antara berbagai perubahan tersebut.
membaca atau memperkirakan arah kecenderungan umum dalam jangka panjang
dengan cara menggambar bagan.

7. Pembuatan Bagan Hubungan Kelembagaan (Diagran Venn)


Merupakan teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi kajian hubungan antara
masyarakat dengan lembaga-lembaga yang terdapat di lingkungannya.
Hasil kajian dituangkan ke dalam diagram Venn yang akan menunjukkan besarnya
manfaat, pengaruh dan dekatnya hubungan suatu lembaga dengan masyarakat.

KUD

Pengumpul
Masyarakat

Bank
Kop.Sim-pinjam

PKL

Pedagangpestisida

KIPPK
LSM

Madrasah

16

Jenis informasi yang dikaji


Lembaga secara umum, yaitu informasi mengenai semua lembaga yang
berhubungan dengan masyarakat desa, baik yang berada di dalam desa maupun
di luar desa tetapi berhubungan dengan desa. Jenis lembaga yang dikaji: 1)
lembaga-lembaga local, 2) lembaga-lembaga pemerintah, 2) lembaga-lembaga
swasta.
Lembaga khusus, yaitu lembaga yang berhubungan dengan pertanian.
Tujuannya
Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai:
keberadaan, manfaat, dan peranan berbagai lembaga di desa.
hubungan antara lembaga-lembaga tersebut.
keterlibatan berbagai kelompok masyarakat di dalam kelembagaan tersebut.

8. Kalender Rutin Harian


Teknik PRA yang memperlihatkan kajian gender, di mana terjadi pemilahan peran
atau tugas di dalam keluarga tani maupun masyarakat dalam siklus harian (mulai dari
bagun pagi sampai dengan malam hari menjelang tidur)
Melalui kajian ini akan terpantau waktu-waktu luang yang merupakan profil keluarga
juga dapat diketahui gambaran peluang anggota keluarga memanfaatkan waktu dan
sumberdaya keluarga

17

Jenis informasi yang dikaji


Waktu kerja produktif bapak, ibu dan anak
Waktu luang yang biasa dimanfaatkan untuk hal-hal produktif dan non
produktif.
Kontrol dan akses keluarga terhadap sumberdaya
Tujuannya
Memfasilitasi masyarakat agar dapat memahami waktu-waktu luang yang dapat
dimanfaatkan untuk hal-hal produktif.

9. Bagan Arus Masukan dan Keluaran (Input dan Output)


Teknik PRA untuk mengkaji sistem-sistem yang ada di masyarakat (desa)
Sistem tersebut digambarkan ke dalam bagan yang memperlihatkan bagian-bagian
sistem, yaitu input dan output serta hubungan anatara bagian-bagaian sistem tersebut

18

Jenis Informasi Kajian


Sistem pengelolaan perekonomian desa; sistem pengelolaan air desa; sistem pengelolaan
usaha rumah tangga/keluarga tani; sistem pengelolaan kebun pemasaran hasil kebun;
sistem pengelolaan usaha kecil dan pemasarannya; dsb
Tujuan
Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji :
Suatu sistem, fungsi masing-masing bagian dalam sistem itu, serta bagaimana
hubungan antara bagaian-bagaian dalam sistem itu
Kelayakan suatu sistem usaha-apakah usaha masyarakat layak atau tidak layak,
apakah biaya pengelolaan lebih besar dibandingkan manfaat/hasil, dsb..

PENGORGANISASIAN MASALAH (IDENTIFIKASI KEBUTUHAN


PENYULUHAN)

Masalah-masalah yang ada dimasyarakat sangat beragam topiknya, sekalipun kajian


menekankan pada masalah kehutanan dan pertanian, tetapi tetapi masalah-masalah
pertanian yang muncul akan banyak berkaitan dengan masalah dari bidang lain (lingkungan
alam, sosial, budaya, agama, kesehatan dll.). Karena tidak mungkin untuk menangani
semua masalah yang dihadapi sekaligus pada saat yang bersamaan, maka perlu dilakukan
seleksi dengan proses pengorganisasian masalah, langkah-langkah dalam
pengorganisaian masalah, adalah penyajian masalah, pengumpulan masalah,
pengelompokan masalah serta pengkajian hubungan sebab-akibat masalah.

19

1.

Penyajian Masalah
Setelah melakukan kajian keadaaan masyarakat menggunakan beberapa teknik PRA
yang ditujukan untuk mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan potensi yang ada dalam
masyakat, selanjutnya diadakan pertemuan desa dengan masyarakat desa untuk
menyusun rencana kegiatan penyuluhan.
Peserta yang hadir dalam pertemuan desa, sebaiknya berasal dari berbagai pihak yang
akan terlibat dalam pelaksanaan program meliputi perwakilan tokoh adat, tokoh
masyarakat, perwakilan kelompok tani, pendamping, dan pihak lain yang akan
membantu dalam mengelola program.
Pada sesi ini, disampaikan selurtuh hasil kajian kepada peserta pertemuan. Apabila
kajian dilakukan oleh tim PRA besrta masyarakat per dusun, penyampaian hasil
dilakukan oleh masing-masing dusun tersebut. Seorang anggota masyarakat, mewakili
masing-masing dusun menyampaikan dalam bentuk rangkuman, menyampiakan
masalah-masalah utama yang ditemnukan di dusunnya, serta potensi yang ada. Setiap
penyajian didiskusikan bersama oleh pesrta pertemuan.

2.

Pengumpulan Masalah
Setelah penyajian seluruh hasil kajian, masalah-masalah yang muncul kemudian
ditampilkan seluruhnya diatas kertas lebar yang ditempelkan di dinding. Masalahmasalah dapat saja dikurangi apabila peserta (masyarakat) mengusulkan agar sejumlah
masalah-masalah di drop karena tidak layak dibahas (tidak dimasukkan dalam daftar
masalah) sebab bukan hal yang benar-benar perlu/penting. Biasanya pada saat
pengkajian hubungan sebab-akibat masalah, muncul tampilan masalah-masalah baru.
Hujan merusak saluran:

Air hujan merusak kebun:

air bersih kurang

kesuburan tanah menurun

air untuk sawah kurang

tanaman rusak

Tenaga kerja keluarga kurang


Penyuluhan kurang
Ternak dilepas:

tanaman dirusak ternak

Kandang ternak dekat rumah:


lingkungan kotor, bau

kebutuhan pupuk meningkat


Sarana transport rusak
biaya transport mahal
usaha tani rugi
pupuk mahal
sulit mendapat bibit

20

3. Pengelompokkan Masalah
Tujuan pengelompokkan masalah :

Menyederhanakan tampilan seluruh permasalahan

Mendiskusikan pembidangan pembangunan desa

Mendiskusikan bidang/aspek kehidupan desa yang paling banyak masalah

Langkah Pelaksanaan
Pengelompokan masalah dilakukan dengan cara masalah-masalah yang dianggap berada
dalam satu topik. Tuliskan masing-masing masalah di atas kartu-kartu, sehingga
proses pengelompokan lebih mudah dilakukan. Tempelkan kartu-kartu satu peratu saling
berdekatan bila dianggap satu kelompok masalah (tempelkan dangan selotip kecil agar
mudah dipindah (dikoreksi). Sepakati bersama setiap penempelan kartu masalah
tersebut, jamham sampai ditentukan oleh pendapat seorang yang dominan. Apabila
pengelompokan sudah dianggap baik dan benar baru kartu-kartu dilem dengan kuat.
Tuliskan di atas kartu berwarna lain, nama topik untuk setiap kumpulan masalah.
4.

Kajian Hubungan Sebab Akibat


Tujuan kajian sebab akibat :

Mengkaji masalah mana penyebab dari masalah yang lain

Mengkaji masalah yang paling banyak menyebabkan masalah lainnya, disebut


AKAR MASALAH

Mengkaji masalah-masalah mana yang menjadi akibat dari masalah yang lain

Manfaat kajian hubungan sebab-akibat :

Masyarakat melihat permasalahan yang mereka hadapi secara menyeluruh dalam


bentuk visual (bagan hubungan sebab akibat masalah)

Masyarakat menilai permasalahan itu sebagai suatu keadaan yang tidak dapat
dipisah-pisah sehingga perlu dipecahkan bersama.

21

Langkah Pelaksanaan
Tempelkan kartu-kartu satu persatu saling berdekatan bila dianggap memiliki sebabakibat. Untuk meudahkan mulailah dengan masalah-masalah yang berada dalam satu
kelompok (satu topik). Tempelah dengan selotip kecil agar mudah dipindahkan
(dikoreksi). Sepakati bersama hubungan sebab-akibat tersebut, jangan hanya ditentukan
oleh satu orang yang dominan.

5.

Pengurutan Prioritas Masalah


Penyepakatan prioritas yang dirasakan paling penting dan memiliki sumber daya
(potensi) untuk merancang kegiatan yang benar-benar dapat dilaksanakan.
Langkah pelaksanaan
Dari hasil analisis pohon masalah, pilihlah sejumlah masalah yang paling penting untuk
dicantumkan didalam tabel prioritas masalah; Diskusikan alasan-alasannya dan sepakati
pilihan tersebut, mintalah pendapat dari banyak pihak; Setelah sejumlah masalah utama
22

terpilih, lakukan penilaian untuk mengurutkan masalah utama tersebut (prioritas


masalah)
Untuk menyepakati pemilihan masalah maupun untuk menentukan prioritas masalah
hasil seleksi tersebut, diperlukan kriteria-kriteria yang disepakati bersama. Kriteriakriteria yang biasanya dipergunakan antara lain :

Gawat :
Faktor penyebab masalah yang akibatnya akan lebih parah dalam waktu singkat dan
akan menyebabkan kerugian besar terhadap masyarakat

Mendesak:
Faktor penyebab yang apabila terlambat diatasi aakan ber-akibat fatal, disini terdapat
tekanan waktu yang tidak dapat ditunda

Penyebaran:
Faktor penyebab masalah yang potensial untuk bertumbuh dan berkembang. Akibat
buruknya akan tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang

Menetapkan skoring/pembobotan untuk setiap kriteria sesuai dengan kesepakatan,


kemudian melakukan penilaian terhadap setiap masalah berdasarkan skoring. Berdasarkan
nilai skoring ditetapkanlah prioritas masalah. Masalah prioritas ini kemudian dijadikan
kebutuhan/materi penyuluhan.
Menetapkan Prioritas Masalah Berdasarkan Skoring GMP
No.

Jenis Masalah

Gawat (G)

Nilai Skoring
Mendesak (M)

Penyebaran (P)

Jumlah
Skor

Catatan :
Gawat
Agak Gawat
Tidak gawat

:3
:2
:1

Mendesak
Agak mendesak
Tidak mendesak

:3
:2
:1

Menyebar
Agak menyebar
Tidak menyebar

:3
:2
:1

23

IDENTIFIKASI IMPACT POINT PRA/RRA

24

OLEH:
Dr. Adi Riyanto Suprayitno, S.Pd, M.Si
(Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Makassar)

BADAN KOORDINASI PENYULUHAN


PROVINSI SULAWESI TENGGARA
NOVEMBER 2013

25

Anda mungkin juga menyukai