Anda di halaman 1dari 17

HUKUM KESEHATAN

HUKUM UU PERLINDUNGAN KONSUMEN

DISUSUN OLEH :

ZULIYANA

PEMBIMBING :

Dra. SRI SISWATI, S.H, Apt, M.Kes

PROGRAM STUDI S2 KEBIDANAN


UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pandangan Profesi Bidan Terhadap Antropologi (Teori
Foster dan Anderson)”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep
Kebidanan. Kami berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu referensi,
petunjuk maupun acuan bagi pembacanya.

Kami menyadari bahwa masih ada terdapat kekurangan pada pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran sekecil apapun yang sifatnya membangun, penulis terima
dengan tangan terbuka.

Besar harapan penulis semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan nilai tambah
bagi pembaca.

Wassalam

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Antropologi Kesehatan 3

2.2 Kajian Antropologi 4

2.3 Sumbangan Antropologi Terhadap Kesehatan 5

2.4 Tahap Menuju Pemanfaatan Pelayanan Medis 6

2.5 Contoh Antropologi Kesehatan 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 13

3.2 Saran 13

DAFTAR PUSTAKA

JURNAL PENDUKUNG
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antropologi kebidanan adalah studi non-dokter pembantu kelahiran primer dalamdan

lintas budaya. Petugas kelahiran tidak selalu spesialis, juga tidak semua budaya memiliki peran

khusus digambarkan untuk pembantu kelahiran. Jadi definisi kita tentang antropologi kebidanan

ekspansif cukup untuk mencakup berbagai macam pembantu kelahiran biomedis dan non-

biomedis, formal dan informal. Elemen penting dari penelitian di bidang ini mencakup definisi,

pendidikan, praktek, identitas, dan sistem pengetahuan bidan.

Ilmu antropologi sangat diperlukan di negara berkembang dimana para ahli antropologi

meneliti mengenai sikap penduduk desa tentang kesehatan, tentang penyakit, terhadap dukun,

terhadap obat – obatan tradisional, terhadap kebiasaan – kebiasaan dan pantangan – pantangan

makan yang dapat mengganggu kesehatan.Antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin

biobudaya yang memberi perhatian pada aspek – aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah

laku manusia, tentang cara – cara interaksi perpanjangan tangan profesi bidan untuk dapat

mensejahterakan ibu dan anak yaitu melalui bidan desa ( Bidan PTT ) oleh sebab itu pemberian

pelayanan kesehatan oleh bidan harus sesuai dengan adat istiadat setempat tanpa mengubah dan

tata kerja pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan yang dapat

menimbulkan penyakit. Objek dari antropologi adalah manusia dalam masyarakat dimana

meliputi suku bangsa, kebudayaan dan prilakunya. Ilmu pengetahuan antropologi memiliki

tujuan untuk mempelajari manusia dalam bermasyarakat, suku bangsa, berperilaku dan

berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.


1.2 Tujuan Penulisan

1. Agar membantu mengetahui masalah tentang antropologi budaya dalam lingkup

kesehatannya.

2. Agar dapat merubah perilaku– perilaku yang tidak merugikan kesehatan dan dapat

mengurangi angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak

3. Agar dapat menambah referensi wawasan.


BAB II

PEMBAHASAN

Profesi bidan merupakan wujud tanggung jawab bidan terhadap masa depan kesehatan

ibu dan anak serta kelangsungan bangsa pada umumnya. IBI telah merumuskan konsep

pengabdiannya yang dijadikan arus utama dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Faktor budaya dan lingkungan juga dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatanibu dan anak.

Perpanjangan tangan profesi bidan untuk dapat mensejahterakan ibu dan anak yaitu melalui

bidan desa ( Bidan PTT ) oleh sebab itu pemberian pelayanan kesehatan oleh bidan harus sesuai

dengan adat istiadat setempat tanpa mengubah dan tata kerja pelayanan kesehatan.

Dalam profesi bidan, seorang bidan mempunyai tugas penting yaitu

memberikan bimbingan, asuhan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan, nifas dan

menolong persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan pada bayi

baru lahir. Didalam memberikan pelayanan seorang hidan harus menjunjung kode etik kebidanan

dalam pengabdiaannya kepada masyarakat seperti setiap bidan dalam menjalankan

tugasnyamendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai – nilai

yang berlaku di masyarakat baik itu dilihat dari perilaku maupaun adat istiadat dan

kebudayaanmasyaraat itu sendiri.

TEORI FOSTER DAN ANDERSON

2.1. ANTROPOLOGI KESEHATAN

Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan Foster/Anderson merupakan konsep

yang tepat karena termaktub dalam pengertian ilmu antropologi. Menurut Foster/Anderson,
Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang

berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.

Penelitian oleh drg. Yulia Maria dari pascasarjana UI, misalnya yang di lakukan di daerah

manggala, kabupaten Tulang Bawang, provinsi lampung menunjukkan bahwa terdapat

konstribusi yang sangat menentukan antara seorang dukun beranak dan seorang petugas

puskesmas dalam menangani proses kelahiran seorang anak. Hal ini berkaitan dengan

kepercayaan masyarakat terhadap peran roh yang bersifat gaib di satu pihak yang masih melekat

dan telah di terimanya pemahaman penting kesehatan dan gizi di lain pihak .

Antropologi juga dapat memberi kepada para dokter kesehatan masyarakat yang akan

bekerja dan hidup di berbagai daerah dengan aneka warna kebudayaan, metode-metode, dan cara

untuk mengerti serta menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat istiadat setempat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang

memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkah laku manusia,

terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia,

yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).

2.2.KAJIAN ANTROPOLOGI

Menurut Foster dan Anderson lapangan kajian antropologi kesehatan dibagi menjadi dua:

a. Kutub biologis, perhatianya pada pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia, peranan

penyakit dalam evolusi manusia, adaptasi biologis terhadap perubahan lingkungan alam,

dan pola penyakit di kalangan manusia purba.

b. Kutub sosio-budaya perhatiannya pada sistem kesehatan tradisional yang mencakup

aspek-aspek etiologis, terapi, ide, dan praktik pencegahan penyakit, serta peranan praktisi
medis tradisional, masalah perawatan kesehatan biomedik, perilaku kesehatan, peranan

pasien, perilaku sakit, interaksi dokter dengan pasien, dan masalah inovasi kesehatan.

Foster menyebutkan faktor sosial budaya yang lain antara lain tradisi, sikap fatalism,

nilai, ethnocentrism, dan unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.

2.3. SUMBANGAN ANTROPOLOGI TERHADAP KESEHATAN

Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh

antropologi terhadap ilmu kesehatan yaitu,

a. Perspektif Antropologi

Terdapat dua konsep dalam perspektif antropologi bagi ilmu kesehatan : (a)

Pendekatan Holistik, pendekatan ini memahami gejala sebagai suatu sistem.

Pendekatan ini dimana suatu pranata tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri lepas dari

hubungannya dengan pranata lain dalam keseluruhan sistem. (b) Relativisme Budaya,

Standar penilaian budaya itu relative, suatu aktivitas budaya yang oleh pendukungnya

dinilai baik, pantas dilakukan mungkin saja nilainya tidak baik dan tidak pantas bagi

masyarakat lainnya.

b. Perubahan: Proses dan Persepsi (Perubahan Terencana)

Suatu perubahan terencana akan berhasil apabila perencanan program bertolak dari

konsep budaya. Bertolak dari itu, perencanaan program pembaharuan kesehatan dalam

upaya mengubah perilaku kesehatan tidak hanya memfokuskan diri pada hal yang

tampak, tetapi seharusnya pada aspek psiko-budaya.


c. Metodologi Penelitian

Ahli antropologi menawarkan suatu metose penelitian yang longgar tetapi efektif

untuk menggali serangkaian masalah teoretik dan praktis yang dihadapi dalam

berbagai program kesehatan.

d. Premis

Premis atau asumsi atau dalil yang mendasari atau dijadikan pedoman individu atau

kelompok dalam memilih alternatif tindakan. Premis-premis tersebut memainkan

peranan dalam menentukan tindakan individu dan kelompok.

2.4.TAHAP MENUJU PEMANFAATAN PELAYANAN MEDIS

Foster dan Anderson menyebutkan lima tahap di dalam proses menuju pemanfaatan

pelayanan medis yaitu :

1. Keputusan bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

2. Keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan perawatan profesional.

3. Keputusan untuk mencari perawatan medis.

4. Keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada dokter dan menerima serta

mengikuti pengobatan yang ditetapkan.

5. Keputusan untuk mengakhiri peranan pasien.

2.5. CONTOH ANTROPOLOGI KESEHATAN

Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan perilaku. Perilaku manusia

cenderung bersifat adaptif. Terdapat hubungan antara penyakit, obat-obatan, dan kebudayaan.
Berikut adalah contoh penelitian sosioantropologi :

- Orang Amungme, dimana bila terjadi ketidak seimbangann antara lingkungan dengan manusia

maka akan timbul perbagai penyakit. Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah yang

lebih berkaitan dengan tanah, karena tanah adalah “mama” yang memelihara, mendidik,

merawat dan memberikan makan kepada mereka. Untuk itu bila orang Amungme mau sehat,

janganlah merusak alam (tanah) dan harus terus dipelihara secara baik.

- Orang Moi di Kepala Burung Papua (Sorong) percaya bahwa sakit itu disebabkan adanya

kekuatan supernatural, seperti dewa-dewa, kekuatan bukan manusia seperti roh halus dan

kekuatan manusia dengan menggunakan black magic. Bagi ibu hamil dan suaminya itu harus

berpantangan terhadap beberapa makanan dan kegiatan atau tidak boleh melewati tempat-

tempat keramat karena bisa terkena roh jahat dan akan sakit.

- Orang Hatam yang berada di daerah Manokwari percaya bahwa sakit itudisebabkan oleh

gangguan kekuatan supranatural seperti dewa, roh jahat,dan buatan manusia. Orang Hatam

percaya bahwa bila ibu hamil sulitmelahirkan, berarti ibu tersebut terkena buatan orang

dengan obat racun(rumuep) yaitu suanggi, atau penyakit oleh orang lain yang disebut “priet”.

- Orang Kaureh di kecamatan Lereh percaya bahwa seorang ibu yangmandul adalah hasil

perbuatan orang lain yaitu dengan black magic ataujuga karena kutukan oleh keluarga yang

tidak menerima bagian harta maskawin.

- Hal yang serupa pula pada orang Walsa (Keerom), percaya bahwa sakitdisebabkan oleh

gangguan roh jahat, buatan orang, atau terkena gangguandewa-dewa. Bila seorang ibu hamil

meninggal tanpa sakit terlebih dahulu,berarti sakitnya dibuat orang dengan jampi-jampi

(sinas), ada puladisebabkan oleh roh-roh jahat (beuvwa). Di samping itu sakit jugadisebabkan
oleh melanggar pantangan-pantangan secara adat baik berupamakanan yang dilarang, dan

perkawinan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Menurut Foster dan Anderson Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi

perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama

tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang

mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (kesehatan berhubungan dengan perilaku.

Perilaku manusia cenderung bersifat adaptif.

Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya

merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang

dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang

lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya.

3.2.Saran

Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih mengetahui apa

sebenarnya antropologi itu dalam sistem budaya untuk meningkatkan cara penanganan kesehatan

menurut teori Foster dan Anderson. Hendaknya kita peduli akan pentingnya materi ini dalam

sistem budaya kita.

Semoga makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan layanan pendidikan

bagai masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Foster, George M dan Barbara G. Anderson 1986 Antropologi Kesehatan, diterjemahkan oleh

Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI Press

Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah yang dihadapi

di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar " Wanita dan Kesehatan", Pusat

Kaajian Wanita FISIP UI, di Jakarta\

Alisyahbana A. Konsep kemitraan antara dukun bayi dan bidan di desa. Jakarta: MNH Mini

Mintarjo BS. 1997. Manusia dan nilai budaya. Jakarta: Universitas Trisakti;.

Joyomartono, Mulyono. 2011. Pengantar Antropologi Kesehatan. Semarang: UNNES PRESS.


JURNAL

Traditional practices, beliefs and uses of


medicinal plants in relation to maternal-baby
health of Criollo woman in central Argentina.
Martínez GJ.

Author information

Abstract

OBJECTIVE:

to present information on traditional practices and medicinal uses of plants for treating health
diseases related to the reproductive cycle of Criollo women living in the hills of the province of
Córdoba; and to interpret these uses in the context of this population's folk medicine.

DESIGN:

data were collected during several field trips to the study area based on the guidelines of a
research project that included ethnographic and ethnobotanical aspects of the study area.

SETTING:

a rural community of central Argentina.

PARTICIPANTS:

a total of 62 peasants were interviewed on the basis of a semi-structured system. Repeated open
and extensive interviews were also undertaken with seven women who had previously worked as
midwives in areas of difficult access.

FINDINGS:

this study found that 12 different female diseases and complaints are treated using a total of 48
plant species belonging to 27 botanical families, with 71 different medicinal uses. The traditional
beliefs and practices associated with maternal-baby health care in rural areas highlights the
existing combination of principles reformulated from humoral medicine, the use of analogical
reasoning, and ontological and functional interpretations of morbid processes. The principle of
Hypocratical opposition and hot-cold categorisation are significant criteria that rule over the
practices of mother and child health care during birth and puerperium.

IMPLICATIONS FOR PRACTICE:

consequences of traditional knowledge on the health care of peasant women are discussed, based
on the analysis of traditional practices from a peasant's point of view.

PMID:
17905491
[PubMed - indexed for MEDLINE]




Socioeconomic and emotional predictors of
decision making for timing motherhood
among Iranian women in 2013.
Kariman N1, Simbar M2, Ahmadi F3, Vedadhir AA4.

Author information

Abstract

BACKGROUND:

Decision making for timing motherhood is one of the vital aspects of reproductive health.
Separating sexual relationship from having a child has led to a different and unprecedented
lifestyle in human history.

OBJECTIVES:

The objective of this study was to determine the socioeconomic and emotional factors predicting
decision making for timing motherhood among Iranian women using the statistical softwares of
IBM SPSS 21 and LISREL 8.8.

PATIENTS AND METHODS:

This cross-sectional study enrolled 820 primiparous women from different hospitals across the
country using multistage random sampling method in 2013. The tools of the study were enrich
marital satisfaction, socioeconomic status, perceived social support, hopefulness, and life regard
index. The data was analyzed using SPSS 20 and LISREL 8.8.

RESULTS:

The results revealed that among direct pathways, marital age (β = 0.62) was the most effective
predictor of timing motherhood. The hopefulness had an inverse association with timing
motherhood through inverse effect of marital satisfaction. Moreover, marital satisfaction (β = -
0.09), perceived social support (β = -0.09), and life regard index (β = 0.01) had an inverse effect
on timing motherhood. Marital satisfaction had a non-causal effect of 0.024.

CONCLUSIONS:

Marital age, and socioeconomic status had a direct association, and hopefulness and marital
satisfaction had an indirect one with Iranian women's decision for timing motherhood. Therefore,
this is the responsibility of policy-makers and healthcare providers to advise women by
providing appropriate interventions and facilities.
KEYWORDS:

Hope; Marriage; Social Class; Social Support

Anda mungkin juga menyukai