Anda di halaman 1dari 18

" ORGANISASI SOSIAL,SISTIM STATUS DAN PELAPISAN SOSIAL,

MASYARAKAT DESA DAN MASYARAKAT KOTA DAN PROBLEMATIKA NYA "

Dosen Pengampuh : Drs.Suud M.si

Nama : Jaelita pebriandi


Nim : E1S020030
Kelas/Semester : A/3
Mata Kuliah : Sosiologi Pedesaan Dan Perkotaan

PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
T.A 2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebuut asma ALLAH SWT Maha Rahman lagi Maha Rahim serta puji syukur
senantiasa terpanjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya , sehingga penulis bisa menyelesaikan Makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Sosial dan Politik mengenai
“Etika dalam Pembangunan Bangsa”.Disamping itu makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat dan dapat menambah wawasan terutama bagi penulis dan semua
kalangan pembaca.
Terimakasih penulis sampaikan atas bimbingan bapak Drs. Suud,M.Si. sebagai dosen
pengampuh Mata Kuliah sosiologi pedesaan dan perkotaan selaku pembimbing yang telah
sabar dan meluangkan waktu untuk memberi bimbingnan dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Berkenaan dengan hal itu penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Untuk itu kepada dosen pembimbing penulis
meminta masukannya demi perbaikan makalah ini dan penulis sangat mengharapkan kritik
beserta saran dari para pembaca sebagai bahan perbaikan makalah untuk kedepannya.

Disusun :

Mataram, 10 November 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Pendahuluan.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A. Organisasi Sosial.....................................................................................................
B. Kerja sama dan Struktur Masyarakat Desa..............................................................
C. Sistem Status dan Pelapisan Sosial Masyarakat......................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun dalam kehidupannya harus
berkelompok dan bermasyarakat. Manusia tidak dapat berdiri sendiri, namun bergantung
kepada orang lain. Manusia tanpa manusia lainnya tidak akan bisa bertahan hidup.
Dalam kehidupannya dengan manusia lain manusia berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya dan orang lain, karena manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan
orang lain. Dengan demikian manusia itu merupakan bagian dari suatu organisasi sosial,
karena hampir seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia berkaitan dengan
oranglain. Tentunya manusia memiliki tujuan dalam hidupnya. Untuk memenuhi tujuan
itu, manusia melakukan berbagai macam cara. Salah satunya adalah membentuk
organisasi-organisasi. Di sekitar kita terdapat banyak sekali organisasi, baik itu
organisasi resmi maupun organisasi sosial. Berbagai macam organisasi itu dibentuk
tentunya untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Keberadaan organisasi
sosial tidak lepas dari adanya nilai dan norma dalam masyarakat. Di mana nilai
merupakan sesuatu yang baik, dicita- citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat.
Oleh karenanya, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan
yang tegas yang disebut norma sosial. Nilai dan norma inilah yang membatasi setiap
perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu
sistem norma. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk.

Sekumpulan nilai dan norma yang telah mengalami proses menghasilkan lembaga
sosial. Organisasi sosial manusia mewujudkan diri dalam bentuk kelompok sosial.
Dalam hubungan antar manusia dengan manusia lain yang terpenting adalah reaksi yang
timbul akibat hubungan-hubungan timbal balik antara sesama manusia. Reaksi tersebut
menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas wawasannya. Manusia sejak
dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu Keinginan untuk
menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat, dan keinginan
untuk menyatu dengan alam yang ada disekelilingnya.untuk dapat menghadapi dan
menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut, manusia menggunakan akal,

4
pikiran dan perasaannya. Organisasi sosial atau social organization di dalam kehidupan
manusiaini, merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama.

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komonitas yang terpisah sama
sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang wajar diantara keduanya terdapat
hubungan yang erat. Bersifat ketergantungan, karena diantara mereka saling
membutuhkan. Kota tergantung pada dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan
bahan pangan seperti beras sayur mayur , daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber
tenaga kasar bagi bagi jenis jenis pekerjaan tertentu dikota. Misalnya saja buruh
bangunan dalam proyek proyek perumahan. Proyek pembangunan atau perbaikan jalan
raya atau jembatan dan tukang becak. Mereka ini biasanya adalah pekerja pekerja
musiman. Pada saat musim tanam mereka, sibuk bekerja di sawah. Bila pekerjaan
dibidang pertanian mulai menyurut, sementara menunggu masa panen mereka merantau
ke kota terdekat untuk melakukan pekerjaan apa saja yang tersedia. “Interface”, dapat
diartikan adanya kawasan perkotaan yang tumpang-tindih dengan kawasan perdesaan,
nampaknya persoalan tersebut sederhana, bukankah telah ada alat transportasi,
pelayanan kesehatan, fasilitas pendidikan, pasar, dan rumah makan dan lain sebagainya,
yang mempertemukan kebutuhan serta sifat kedesaan dan kekotaan.
Hubungan kota-desa cenderung terjadi secara alami yaitu yang kuat akan menang,
karena itu dalam hubungan desa-kota, makin besar suatu kota makin berpengaruh dan
makin menentukan kehidupan perdesaan.
Di Indonesia, pertumbuhan penduduk semakin meningkat, terutama di daerah
perkotaan. Banyak masyarakat desa mencari kehidupan yang lebih baik di perkotaan.
Mereka berfikir bahwa di perkotaan adalah sumber mata pencaharian terbesar
dibandingkan di pedesaan. Mereka juga menganggap bahwa kehidupan di kota lebih
baik daripada di desa. Namun, pada kenyataannya kehidupan di kota tidak sebaik yang
mereka bayangkan. Dalam hal ini saya akan membahas dan menjelaskan tentang ruang
lingkup perbedaan masyarakat pedesaan dengan masyarakat kota.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka, masalah yang akan dibahas pada
makalah ini adalah
1) Apa yang dimaksud dengan Organisasi Sosial?
2) Apa itu Klasifikasi sosial Masyarakat desa, kelompok-kelompok dari orang
terkemuka?
3) Apa itu Kerja sama dan struktur masyarakat desa?
4) Apa itu Sistem status dan pelapisan masyarakat?
5) Apa yang di maksud dengan masyarakat desa dan problematikanya?
6) Apa yang di maksud dengan urbanisasi dan daya tarik kota ?
7) Apa yang dimaksud dengan Kota dan masyarakat industri?
8) Apa yang di maksud dengan perubahan masyarakat Analis (desa) ke industri?

C. Tujuan Penulisan

5
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi
Sosial, selain itu adalah untuk :
1) Untuk Mengetahui Pengertian Organisasi Sosial
2) Untuk mengetahui klasifikasi sosial Masyarakat desa, kelompok-kelompok dari
orang terkemuka
3) Utuk mengetahui kerja sama dan struktur masayarakat desa
4) Untuk mengetahui sistem status dan pelapisan masyarakat
5) Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan masyarakat desa dan
problematikanya
6) Untuk Mengetahui apa yang di maksud dengan urbanisasi dan daya tarik kota
7) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kota dan masyarakat industri
8) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perubahan masayarakat analis (desa)
ke industri

Organisasi Sosial
A Pengertian organisasi
Organisasi sosial adalah sekumpulan orang-orang yang jelas atau masyarakat yang
mempunyai suatu tujuan sehingga bisa membentuk Lembaga sosial /organisasi dengan tidak
melanggar peraturan-peraturan yang ada di negara tersebut baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum. Organisasi sosial berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.

Ciri-ciri organisasi sosial

1. Formalitas, merupakan organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan


tertulis daripada peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan,
tujuan, strategi, dan seterusnya.
2. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola
kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu
yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada
anggota biasa pada organisasi tersebut.
3. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki
banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung
(impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.

6
Lamanya (duration) menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama
daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.
Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain yang
berhubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya adalah:

1. Rumusan batas-batas operasionalnya (organisasi) jelas. Seperti yang telah


dibicarakan di atas, organisasi akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan
berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan
operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan
kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
2. Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat
sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan
informasi mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat
organisasi itu berdiri, dan lain sebagainya.
3. Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta
tugas masing-masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.

Organisasi Formal Resmi


Organisasi formal/ Resmi adalah organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan
orang/masyarakat yang memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang
menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan tanggung
jawabnya, serta memiliki kekuatan hukum. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana
bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan tugas-
tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal
dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta persyaratan
lainya terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama dan
mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif
bersifat tidak fleksibel. Contoh organisasi formal adalah perusahaan besar, badan-badan
pemerintah, dan universitas-universitas (J Winardi, 2003:9).
Organisasi formal memiliki ciri-ciri khusus, yaitu terdapat:

1. Pola komunitas yang relatif mapan; dikarenakan organisasi yang formal, strukturnya


jelas dan terarah oleh sebab itu pola yang dilakukan oleh komunitas bisa jelas dan
terarah juga
2. Disiplin kerja yang diatur secara resmi; organisasi tipe ini terikat oleh peraturan dan
jabatan, oleh sebab itu anggotanya rata rata memiliki disiplin dan etos kerja yang
tinggi di samping itu hal ini diakibatkan oleh adanya profit oleh anggota sendiri
setelah mengikuti kegiatan organisasi ini
3. Pengorganisasian yang jelas; organisasi formal mempunyai dasar aturan yang jelas
yang tertuang dalam aturan dasar dan aturan rumah tangga, sehingga semua yang ada
dalam organisasi baik tujuan maupun aspek lain telah diatur dan jelas.
4. Kekhususan keahlian; organisasi ini didasarkan pada visi dan misi yang sama antar
anggotanya sehingga mempunyai tujuan tertentu dan fokus pada satu permasalahan

7
5. Tujuan yang terencana dengan jelas. kembali lagi organisasi informal mempunyai
aturan yang jelas yang tertuang dalam peraturan dasar organisasi sehingga tujuan
yang dicapai juga jelas dan terarah.

Organisasi informal
Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun
tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota
organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang
bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi
seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi
formal apabila hubungan di dalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan
dirumuskan.
Adapun ciri-ciri organisasi informal, yaitu:

1. Hubungannya bersifat informal; hubungan antar organisasi / lembaga


2. Anggotanya berjumlah relatif kecil; anggotanya terstruktur sehingga telah diatur
dalam tupoksi masing-masing anggota
3. Pembentukan organisasinya didasarkan atas kepentingan bersama; musyawarah dan
mufakat dikedepankan dalam organisasi tipe ini
4. Adanya kegemaran yang relatif sama di luar organisasi; adanya faktor external yang
mendasari pembentukan organisasi ini, adanya visi dan misi yang sama tersebut bisa
menjadi penguat organisasi dikarenakan anggotanya mempunyai pandangan yang
sama atas suatu hal
5. Disiplin kerjanya didasarkan atas kesadaran pribadi. dikarenakan organsasi yang
bersifat sukarelawan dan tidak dibayar oleh sebab itu kesadaran pribadi anggota
untuk memajukan organisasi ini menjadi hal yang kuat.
Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder
menurut Hicks:
Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi
dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada
kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah
keluarga-keluarga tertentu.
Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual,
rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan
batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji
ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama
antara majikan dengan calon karyawannya di mana harus saling setuju mengenai seberapa
besar pembayaran gajinya.

a. Klasifikasi sosial masyarakat desa, kelompok kelompok


Setiap desa pasti mencapai tingkatan tersendiri dalam proses pengembangan untuk
memajukan desa. Karena hal itu, desa dibedakan dalam Klasifikasi Desa Berdasarkan
Perkembangannya. Perkembangan desa bisa dilihat dari keadaan masyarakat yang
bertempat tinggal di desa tersebut. Pembangunan sarana dan prasarana serta taraf

8
ekonomi masyarakatnya juga bisa menggambarkan bagaimana kondisi dan tingkatan
perkembangan sebuah desa.
Desa memerlukan dukungan baik dari internal maupun eksternal untuk memajukan
desa. Karena itu, desa harus mampu bekerja sama dengan masyarakat dan pihak luar
untuk memanfaatkan segala sarana yang disediakan dengan baik. Jika desa mampu
memanfaatkan setiap fasilitas dengan baik, desa pasti akan berkembang dengan cepat.
Klasifikasi Desa Berdasarkan Perkembangannya dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Desa Swadaya
Desa swadaya adalah desa yang bisa dianggap sebagai desa yang tertinggal. Penduduk
desa yang cenderung masih primitif dan terisolir dari daerah luar. Di desa ini
masyarakatnya masih tetap menjalankan kebiasaan-kebiasaan nenek moyang seperti
menjalankan adat istiadat atau tradisi dan hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan
primer. Desa seperti ini biasanya merupakan desa yang ditinggali sebuah kelompok
dalam waktu yang sudah lama. Pola pemikiran yang mengikuti leluhur inilah yang
membuat masyarakat di desa swadaya belum mampu berkembang. Berikut ciri-ciri
desa swadaya yang bisa dilihat :

● Daerahnya terisolir atau tertutup


● Penduduknya sedikit
● Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris
● Masyarakatnya memegang teguh adat atau tradisi
● Hubungan personal sangat erat
● Sarana dan prasarana yang tersedia masih kurang
● Teknologi yang ada masih rendah atau bahkan belum ada

2. Desa Swakarya
Desa dalam klasifikasi ini satu tingkat lebih maju dibandingkan desa swadaya. Masyarakat
mulai berubah mengikuti aliran jaman dan berpikiran lebih terbuka. Adat istiadat masyarakat
mulai mengalami transisi sesuai dengan perubahan yang terjadi di sosial masyarakatnya.
Mata pencaharian masyarakat lebih beragam dengan bertambahnya lapangan pekerjaan. Serta
berkembangnya pembangunan desa dengan didirikannya sarana dan infrastruktur untuk desa.
Ciri-ciri desa Swakarya antara lain :

● Tidak terikat dengan adat secara penuh


● Terbuka dengan pengaruh dari luar daerah
● Adanya sarana pendidikan, kesehatan, perekonomian dan prasarana penunjang
lainnya
● Teknologi sudah mulai digunakan masyarakat
● Akses menuju daerah lain lebih mudah
● Lapangan pekerjaan yang tersedia mulai beragam
3. Desa Swasembada

9
Desa swasembada biasa disebut sebagai desa maju atau desa berkembang. Masyarakat desa
ini sudah mampu memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya yang ada untuk kegiatan
pembangunan desa. Tingkat pendidikan dan perekonomian masyarakat lebih maju
dibandingkan tingakatan desa lain dan sudah bisa mengembangkan ide yang dimiliki. Mau
berpartisipasi dan memiliki pola pemikiran yang lebih modern. Ciri-ciri desa Swasembada
antara lain sebagai berikut :

● Biasanya berlokasi tidak jauh dari kota atau kecamatan


● Penduduknya mulai padat
● Masyarakat sudah tidak terikat oleh adat
● Memiliki fasilitas yang memadai dan lebih maju
● Masyarakat yang lebih kreatif dan kritis
● Aktifnya masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan

B.kerjasama dan struktur masyarkat desa


Kerjasama masyarakat desa
Salah satu isu dan tantangan pembangunan desa saat ini adalah mewujudkan kemandirian
desa sebagai entitas yang berdaulat dan berdaya saing. Sebagai desa yang berdaulat, dengan
kewenangan dan potensi wilayahnya, seharusnya masyarakat desa mampu merencanakan dan
melaksanakan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan. Dalam mewujudkan
pembangunan desa yang berkelanjutan, desa membutuhkan kerja sama dalam berbagai
bidang pembangunan desa yang menjadi kewenangan desa baik kerja sama antardesa maupun
kerja sama dengan pihak ketiga. Undang-Undang No. 6/2014 tentang Desa telah mengatur
mengenai kerja sama desa disingkat KSD. KSD dapat dilakukan antardesa ataupun desa
dengan pihak ketiga. Dalam konteks KSD, beberapa desa telah melakukan kerja sama dengan
berbagai tujuan kerja sama. Sebagai ilustrasi, untuk pengurangan resiko bencana, beberapa
desa di lereng Merapi bagian atas telah menjalin kerja sama dengan desa di bagian bawah
sebagai tempat pengungsian dan tempat anak-anak belajar sementara. Dalam rangka
pelestarian sumber daya hutan dan air, desadesa di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS)
bekerja sama melakukan pengelolaan menjaga keletarian ekosistem DAS sebagai bagian
kehidupan mereka. Demikian juga untuk meningkatkan usaha ekonomi, beberapa desa telah
melakukan kerja sama dengan membentuk unit usaha simpan pinjam. Beberapa kasus di atas
menunjukkan bahwa KSD merupakan salah satu alternatif atau pilihan untuk
mengoptimalkan potensi sumber daya desa menjadi efisien, efektif, dan aman. Melalui kerja
sama juga menjadi salah satu upaya untuk mencegah terjadinya degradasi lingkungan
maupun mencegah terjadinya konflik kepentingan antardesa. KSD merupakan hak setiap
masyarakat desa dan pemerintah desa, sesuai dengan kewenangannya, untuk melakukan kerja
sama dalam rangka mewujudkan kesejahteraannya dalam bidang pembangunan,
pemberdayaan masyarakat, pembangunan ekonomi sesuai dengan potensi dan
kemampuannya. Modul kerja sama desa ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang makna dan arti pentingnya kerja sama desa, termasuk di dalamnya memuat tentang
tata cara kerja sama desa, jenis-jenis kerja sama desa, aturan yang berlaku dalam kerja sama
desa, serta manfaat kerja sama desa. Untuk memperkaya wawasan kerja sama desa, pada
bagian akhir modul memuat contoh praktik baik menginisasi kerja sama desa.

10
Kerja sama dan dan struktur masyarakat desa

A. Pengertian kerja sama masyarakat desa


Kerja sama desa sebagaimana dimaksud dalam undang-undang desa adalah suatu rangkaian
Kegiatan bersama antardesa atau desa dengan pihak ketiga dalam bidang: 1) pemerintahan
desa; 2) Pembangunan desa; 3) pembinaan kemasyarakatan desa; dan 4) pemberdayaan
masyarakat. Kerja Sama desa dimaksudkan untuk kepentingan desa dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan Masyarakat. Kerja sama desa bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan bersama dan mencegah Ketimpangan antardesa, dengan berorientasi pada
kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam Masyarakat. Jadi menurut undang-undang desa
tersebut, kerja sama desa merupakan suatu Rangkaian kegiatan yang terjadi karena ikatan
formal antardesa atau desa dengan pihak ketiga Untuk bersama-sama melakukan kegiatan
usaha guna mencapai tujuan tertentu. Dalam kerja sama desa, masing-masing pihak dapat
memberi dan mendapatkan keuntungan dari pihak lain, dengan tujuan utama memberikan
pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.
Sedangkan kerjasama desa adalah suatu rangkaian kegiatan yang terjadi karena ikatan formal
antar desa atau desa dengan pihak ketiga untuk bersama-sama melakukan kegiatan usaha
guna mencapai tujuan tertentu.
Dari pengertian kerjasama di atas, maka ada beberapa aspek yang terkandung dalam kerja
sama, yaitu:
Dua orang/lembaga/desa atau lebih, artinya kerja sama akan ada kalau ada minimal dua pihak
yang melakukan kesepakatan. Oleh karena itu, sukses tidaknya kerjasama tersebut ditentukan
oleh peran dari kedua pihak atau lebih yang bekerja sama tersebut.
Aktivitas, menunjukkan bahwa kerja sama tersebut terjadi karena adanya aktivitas yang
dikehendaki bersama, sebagai alat untuk mencapai tujuan dan ini membutuhkan strategi
(bisnis/usaha).

C. Sistem status dan pelapisan sosial masyarakat

Pengertian Sistem Status Dan Pelapisan Masyarakat


Menurut P.J. Bouman, pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan
suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu.Oleh karena itu,
mereka menuntut gengsi kemasyarakatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan
anggota masyarakatyang berada di kelas tinggi. Seseorang yang berada di kelas tinggi
mempunyai hak-hak istimewa dibanding yang berada di kelas rendah.

11
Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat
ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Hal tersebut dapat kita ketahui adanya
kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Theodorson dkk, didalam Dictionary of Sociology, bahwa “Pelapisan
Masyarakat berarti jenjang status dan peranan yang relatif permanent yang terdapat didalam
sistem sosial (dari kelompok kecil sampai ke masyarakat) di dalam pembedaan hak,
pengaruh, dan kekuasaan. Masyarakat yang berstratifikasi sering dilukiskan sebagai suatu
kerucut atau piramida, dimana lapisan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit
ke atas.

Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan di dalam
masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu ada. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
menyebut bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan
sendirinya pelapisan sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta
kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan antar warga
dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat
lapisan-lapisan di dalam masyarakat diantaranya ada kelas sosial tinggi, sedang dan rendah.

Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi seseorang
dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok lainnya.
Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorang itu disebabkan oleh bermacam-macam
perbedaan, seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan
wewenang.

Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri dari berbagai


latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial. Dengan terjadinya kelompok sosial itu maka terbentuklah suatu
pelapisan masyarakat atau masyarakat yang berstrata.

Sifat sistem pelapisan


Didalam suatu masyarakat menurut Soekanto (1990) dapat bersifat tertutup (close social
stratification) dan terbuka (open social stratification).

Sistem tertutup
Membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dalam suatu lapisan ke lapisan yang lain, baik
yang merupakan gerak ke atas maupun ke bawah. Didalam sistem yang demikian, satu-
satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran
(mobilitas yang demikian sangat terbatas atau bahkan mungkin tidak ada).

Contoh masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial tertutup adalah masyarakat berkasta,
sebagian masyarakat feodal atau masyarakat yang dasar stratifikasinya tergantung pada

12
perbedaan rasial. Sistem pelapisan tertutup kita temui misalnya di India yang masyarakatnya
mengenal sistem kasta yakni:

2. Sistem terbuka

Masyarakat di dalamnya memiliki kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri


untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas
ke lapisan yang dibawahnya (kemungkinan mobilitas sangat besar). Di dalam sistem yang
demikian ini setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke lapisan yang ada
di bawahnya atau naiknya ke lapisan yang di atasnya.

Sistem yang demikian ini dapat kita temukan misalnya di dalam masyarakat di Indonesia
sekarang ini . Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala jabatan bila ada
kesempatan dan kemampuan untuk itu. Tetapi disamping itu orang juga dapat turun dari
jabatannya bila dia tidak mampu mempertahankannya. Status (kedudukan) yang diperoleh
berdasarkan atas usaha sendiri disebut “Achieve status”. Dalam hubungannya dengan
pembangunan masyarakat , sistem pelapisan masyarakat yang terbuka sangat
menguntungkan.

Sebab setiap warga masyarakat diberi kesempatan untuk bersaing dengan yang lain. Dengan
demikian orang berusaha untuk mengembangkan segala kecakapannya agar dapat meraih
kedudukan yang dicita – citakan . Demikian sebaliknya bagi mereka yang tidak bermutu akan
semakin didesak oleh mereka yang cakap , sehingga yang bersangkutan bisa jatuh ke tangga
sosial uang lebih rendah.
Perbedaan Sistem Pelapisan Dalam Masyarakat
Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri dari berbagai
latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial.
Masyarakat dan individu adalah komplementer dapat dilihat dalam kenyataan bahwa:
Manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya
Individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan menyebabkan perubahan
Ada beberapa pendapat menurut para ahli mengenai strafukasi sosial diantaranya menurut
Pitirin
Sorikin berpendapat bahwa “pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas – kelas yang tersusun secara bertingkat”
Theodorson dkk berpendapat bahwa “pelapisan masyarakat adalah jenjang status dan peranan
yang relative permanen yang terdapat dalam sistem sosial didalam hal perbedaan hak,
pengaruh dan kekuasaan”.
Masyarakat yang berstatifikasi sering dilukiskan sebagai suatu kerucut atau piramida, dimana
lapiasan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit keatas.

Pelapisan sosial ciri tetap kelompok sosial

13
Pembagian dan pemberian kedudukan yang berhubungan dengan jenis kelamin nampaknya
menjadi dasar dari seluruh sistem sosial masyarakat kuno.
Di dalam organisasi masyarakat primitifpun dimana belum mengenai tulisan. Pelapisan
masyarakat itu sudah ada. Hal itu terwujud berbagai bentuk sebagai berikut:
● Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan-
pembedaan hak dan kewajiban
● Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak
istimewa
● Adanya pemimpin yang saling berpengaruh
● Adanya orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar perlindungan
hukum
● Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri
● Adanya pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidaksamaan ekonomi itu secara
umum pendapat tradisional tentang masyarakat primitif sebagai masyarakat yang
komunistis yang tanpa hak milik pribadi dan perdagangan adalah tidak benar.
Ekonomi primitive bukanlah ekonomi dari individu-individu yang terisolir produktif
kolektif.

2. Masyarakat kota dan Problematikanya


a. Urbanisasi dan daya tarik kota
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari luar kota/desa ke kota. Biasanya orang
yang melakukan urbanisasi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Urbanisasi merupakan salah satu jenis interaksi wilayah yang paling sering dijumpai.
Interaksi wilayah sendiri merupakan hubungan timbal balik yang saling berpengaruh
antara dua wilayah atau lebih. Interaksi wilayah dapat memicu gejala, kenampakan,
atau permasalahan baru. Interaksi tidak hanya terbatas pada pergerakan manusia tetapi
juga menyangkut pada barang dan informasi yang menyertai tingkah laku manusia.
Faktor penyebab terjadinya urbanisasi adalah terbagi menjadi dua yaitu faktor penarik
dan faktor pendorong. Berikut adalah penjelasannya yang dikutip dari buku Pocket
Shortcut SMA Soshum yang ditulis Tim Solusi Cerdas:
Faktor Penarik (Pull Factors)
Faktor penarik urbanisasi adalah

1. Penduduk desa yang menganggap bahwa di kota memiliki banyak pekerjaan dan
mudah mendapatkan penghasilan.
2. Kota memiliki fasilitas yang lengkap terutama pada bidang pendidikan,rekreasi,
dan kesehatan.
3. Kota dianggap memiliki tingkat kebudayaan yang lebih tinggi.
4. Kota dianggap sebagai tempat untuk menggantungkan keahlian.
5. Kota memiliki tingkat upah yang lebih tinggi.

14
Faktor Pendorong (Push Factors)
Berikut adalah faktor pendorong urbanisasi:

1. Kemiskinan yang terjadi di desa. Hal ini diakibatkan dari pembagian tanah warisan
yang makin menyempit.
2. Lapangan pekerjaan yang terbatas. Orang desa terkenal memiliki sifat yang ulet,
sabar, dan suka bekerja keras, tetapi memiliki jumlah penduduk yang tinggi sehingga
lapangan pekerjaan kurang.
3. Desa memiliki upah buruh yang lebih rendah daripada di kota.
4. Desa memiliki adat istiadat yang ketat bagi yang mereka berpendidikan. Hal ini
menghambat kemajuannya terhambat. Sehingga memunculkan pemikiran lebih baik
mencari pekerjaan di kota.
5. Di desa fasilitas pendidikan yang tersedia minim, hal ini mengakibatkan banyak
penduduk desa yang pindah ke kota.

Perubahan Sosial Masyarakat (Desa) ke Industri (kota)

Perubahan sosial merupakan suatu perubahan pada struktur dan juga fungsi yang ada didalam
sistem sosial pada masyarakat yang berlangsung secara terus-menerus, termasuk aspek
kebudayaan, seperti nilai-nilai, norma-norma, tradisi, kebiasaan, kepercayaan, dan pola
perilaku masyarakat. Proses perubahan sosial meliputi, Proses Reproduction dan Proses
Transformation.
Proses Reproduction adalah proses mengulang-ulang serta menghasilkan kembali semua hal
yang diterima sebagi warisan budaya dari nenek moyang kita di masa lalu. Sedangkan, Proses
Transformation adalah suatu proses penciptaan hal / sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berubah yakni aspek budaya yang bersifat material
serta bersifat norma dan nilai yang sulit untuk diadakan perubahan (Agus Salim, 2014).
Setiap individu memilki peranan yang cukup penting terhadap perubahan yang terjadi pada
masyarakat. Perubahan yang terjadi ini sesuai dengan sifat dasar dari individu itu sendiri
yakni selalu ingin mengalami perubahan. Karena dalam diri individu terdapat sifat tidak
pernah merasa puas terhadap apa-apa yang telah didapatkannya serta selalu saja berkeinginan
untuk mencari sesuatu yang baru yang belum ada di kehidupannya itu.
Adapun masyarakat pedesaan itu bersifat statis, maksudnya di dalam masyarakat hanya ada
sedikit saja perubahan dan itupun berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Ada juga
perubahan yang sengaja direncanakan ataupun begitu saja terjadi tanpa ada perencanaan.
Perubahan yang terjadi pada masyarakat pedesaan terkadang mencakup nilai-nilai sosial,
norma-norma sosial, pola-pola organisasi, susunan lembaga dalam masyarakat pedesaan,

15
lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan, serta hubungan kemasyarakatan lainnya.
Sehingga, hal tersebut pasti akan mempengaruhi tatanan di dalam kehidupan masyarakat.
Dalam teori perubahan sosial (Agus Salim, 2014), masyarakat tergambar seperti piramida
yang terdiri dari tiga lapisan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
Pada lapisan pertama yakni infrastuktur yang meliputi kondisi ekologi, demografi, dan
teknologi yang dimiliki oleh suatu daerah. Infrastruktur di dalam suatu daerah sangat
mempengaruhi struktur sosial di daerah itu sendiri.
Struktur sosial di dalam piramida tersebut menempati lapisan kedua. Struktur sosial meliputi
ras, etnik, strtifikasi sosial, pendidikan serta kesetaraan gender. Adapun lapisan ketiga yakni

ideologi super struktur yang mana ideologi tersebut dipengaruhi juga oleh struktur sosial
yang meliputi agama, ilmu pengetahuan, seni, dan sebagainya.
Masyarakat pedesaan tradisional mulai mengalami perubahan akibat adanya benturan antar
sendi masyarakat pedesaan yakni ketika masuknya pengaruh kebudayaan barat sekitar abad
ke- 19 dengan berbagai jenis peraturan untuk kepentingan para penjajah, misalnya peraturan
tanam paksa, kerja rodi, dan sebagainya.
Modernisasi di pedesaan sangat dibutuhkan, hal itu disebabkan karena sebagian besar
penduduk di Indonesia terutama yang tinggal di pedesaan membutuhkan peningkatan kualitas
dalam hidup mereka. Dengan menggunakan teknologi modern, maka produktivitas pertanian
akan meningkat serta dapat juga meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan.
Perubahan sosial yang terjadi di pedesaan tidak hanya pada pola relasi sosial, akan tetapi juga
perubahan struktur bahasa. Orang-orang Jawa yang dulunya menerapkan selalu bahasa Jawa
secara konsisten yakni ngoko, krama madya, dan krama inggil sesuai dengan usia orang yang
diajak berbicara, akan tetapi sekarang penggunaan bahasa-bahasa tersebut sudah mulai luntur.
Seorang anak bebas berbahasa Jawa kepada orang tuanya seperti ketika si anak tersebut
berbahasa dengan teman sebayanya. Penggunaan bahasa krama seiring dengan berjalannya
waktu sudah mulai memudar.
Perubahan Sosial Masyarakat agraris (Desa) ke Industri (kota)

Perubahan masyarakat agraris ke masyarakat indutri atau modern akibat dari derasnya proses
modernisasi dengan berbagai nilai dan teknologi yangb ditawarkan (Munandar Soelaiman,
1998:93) hal ini karena modernisasi melibatkan perubahan pada hampir segala aspek tingkah
laku sosial, termasuk didalamnya industrialisasi, urbanisasi, diferensiasi, sekularisasi,
sentralisasi dan sebagainya (Suwarsono, 2006:23). Dampak perubahan dari daerah agraris
menjadi industri yang signifikan meliputi perubahan mata pencaharian, yaitu terjadi
pergeseran orientasi dari sektor pertanian menjadi sektor industri, jasa dan perdagangan.
Proses industrialisasi diyakini mampu mengubah pola hungan kerja tradisional (butuh, petani
dan tani) menjadi modern rasional ( buruh, pabrik dan karyawan). Begitupun dengan pola
pikir masyarakat yang mulai mengenal ilmu ppengetahuan, teknologi dari pergaulan atau
interaksi dengan dunia luar.

16
Bab III
PENUTUP

Kesimpulan

Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana
partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu
hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Lembaga sosial merupakan tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar
manusia dalam sebuah wadah yang disebut dengan Asosiasi. Lembaga dengan Asosiasi
memiliki hubungan yang sangat erat. Namun memiliki pengartian yang berbeda. Lembaga
yangg tidak mempunyai anggota tetap mempunyai pengikut dalam suatu kelompok yang
disebut asosiasi. Asosiasi merupakan perwujudan dari lembaga sosial. Asosiasi memiliki
seperangkat aturan, tatatertib, anggota dan tujuan yang jelas. Dengan kata lain Asosiasi
memiliki wujud kongkret, sementara Lembaga berwujud abstrak.

Saran
Dalam sebuah prespektif nya sebuah organisasi sosial merupakan bentuk dari sekumpulan
masyarakat yang dalam kontekstualnya Memiliki tujuan yang pada dasarnya,dapat
diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat ,dalam hal ini sebuah persepektif, harus

17
berlandaskan hal hal yang positif untuk mencapai tujuan yang inginkan Dalam suatu lembaga
sosial dan kehidupan masyarakat itu sendiri.

Daftar pustaka

https://csws.fisip.unair.ac.id/2018/03/strategi-pembangunan-berbasis-partisipasi-dan-
pemberdayaan-masyarakat-di-jawa-timur-ahmad-daroini/
https://www.google.com/amp/s/compaleko.wordpress.com/2016/11/07/makalah-masyarakat-
pedesaan-dan-masyarakat-perkotaan/amp/
https://www.google.com/amp/s/galihrema.wordpress.com/2016/12/23/makalah-masyarakat-
pedesaan-dan-masyarakat-perkotaan/amp/
https://makalahuniq.blogspot.com/2015/10/makalah-masyarakat-desa-dan-
masyarakat_26.html?m=1

18

Anda mungkin juga menyukai