SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Budaya Pada Jurusan Tradisi Lisan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
Oleh
ARDILA PRADITA
C1C713038
dan hidayah-Nya sehingga skirpsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Jurusan Tradisi Lisan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo Kendari.
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, tidak lepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis berterima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak La Ode Syukur, S.Pd.,
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kritik serta saran
penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Melalui kesempatan ini
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F, S,Si., M.Si., M.Sc selaku Rektor
2. Ibu Dra. Wd Sitti Hafsah., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
3. Ibu Sitti Hermina, SST. Par., M.Hum selaku Ketua Jurusan Tradisi Lisan.
4. Ibu Ajeng Kusuma Wardani. S.S selaku Sekretaris Jurusan Tradisi Lisan.
iv
v
5. Para Dosen dan staf jurusan Tradisi Lisan Fakultas Ilmu Budaya atas
7. Kepada Bapak Ridwan M, Bapak Tahir, Bapak Arsad, Bapak Basir dan
Bapak Halim yang telah bersedia menjadi Informan dalam penelitian ini.
8. Terkhusus, penulis dengan rasa hormat, cinta dan terima kasih yang tidak
ternilai kepada Bapak La Muda dan Ibu Peni, yang tiada berhenti memberi
Halu Oleo.
finansial. Serta buat seluruh keluargaku yang tidak dapat penulis sebutkan
Aliya, Irnawati, Alpin Adam, Andi Achmad Yani, Asep Sunandar, Taufik
Canrezza, Clara Novelina, Artika A.P, Ary Lordwyc Sinay dan sabahat yang
bantuan dan memberi dukungan dikala susah dan senang serta terima kasih
Akhirnya atas segala bantuan dari semua pihak yang tidak sempat
disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat
ganda kepada semuanya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis serahkan
Penulis
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL..............................................................................................................
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................... 6
ix
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Sejarah Ritual Manggilo ....................................................................... 29
5.2 Deskripsi Ritual Manggilo.................................................................... 30
5.3 Proses Ritual Manggilo ........................................................................ 32
1. Nibaho atau Mebaho........................................................................ 33
2. Manggilo / mesuna ........................................................................... 36
3. Niso’u................................................................................................ 39
4. Nipaka atau Nipakai ......................................................................... 40
5.4 Fungsi Sosial Ritual Manggilo ............................................................. 41
5.5 Makna Ritual Manggilo ....................................................................... 42
1. Paedai Momea ................................................................................. 42
2. Paedai Mowila................................................................................. 43
3. Manu Kambo ................................................................................... 44
4. Kaluku.............................................................................................. 45
BAB IV PENUTUP
6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 47
6.2 Saran ..................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin ........................................ 26
Tabel 2. Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur.................................... 27
Tabel 3. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama ................................................... 28
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tahapan Nibaho / Mebahoi pada Anak laki-laki ................................ 35
Gambar 2. Tahapan Nibaho / Mebahoi pada Anak perempuan ............................ 35
Gambar 3. Ayam Kampung yang dilukai jenggernya........................................... 36
Gambar 4. Puncak Ritual Manggilo pada Anak laki-laki ..................................... 37
Gambar 5. Puncak Ritual Manggilo pada Anak perempuan................................. 37
Gambar 6. Dituntun membacakan Al-Fatihah, Shalawat, 2 kalimat Syahadat ..... 38
Gambar 7. Anak diletakkan dibahu orang dewasa yang akan dibawa diacara ..... 39
Gambar 8. Anak yang telah diManggilo duduk depan sajian makanan................ 40
Gambar 9. Paedae Momea / Beras Merah ............................................................ 42
Gambar 10. Paedae Mowila / Beras Putih ............................................................ 43
Gambar 11. Kaluku / Kelapa................................................................................. 45
xii
BAB I
PENDAHULUAN
dari ide-ide dalam lingkaran Kalosara. Kalosara merupakan lambang atau simbol
yang mengekpresikan konsepsi suku Tolaki, baik itu mengenai manusia, alam
semesta serta hubungan antara manusia dan manusia lainnya. Kalosara juga
Suku Tolaki. Ide-ide dalam lingkaran Kalo ini dinyatakan oleh orang Tolaki
kegiatan sehari-hari (Tarimana 1985). Salah satunya adalah ide kesucian yang
Tolaki meyakini bahwa ritual ini merupakan sebuah sunnah rasul sebagai ummat
kondisi seperti itu, maka sulit bagi seseorang untuk mampu mengatasi masalah-
masalah yang timbul dalam hidupnya. Kondisi ini adalah hubungan yang sifatnya
timbal balik antara unsur-unsur tubuh dengan unsur-unsur jiwa manusia, yang
1
2
Ritual Manggilo merupakan tradisi atau budaya lama suku Tolaki, yang
Manggilo pada masyarakat suku Tolaki merupakan salah satu ritual penting
pelaksanaannya. Ritual Manggilo telah menjadi tradisi dan menjadi bagian dari
kehidupan sebagian besar masyarakat suku Tolaki karena telah diwariskan secara
turun-temurun oleh nenek moyang mereka kepada generasi berikutnya dan masih
dilaksanakan hingga saat ini. Dalam hal ini, ritual Manggilo merupakan ritual
Tolaki, Manggilo adalah ritual yang dapat dilaksanakan oleh semua kalangan
ini dilakukan oleh anak-anak laki-laki maupun perempuan yang memasuki usia 6-
9 tahun, sebagai salah satu ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat suku tolaki
sebuah ritual yang diimplementasi dari ajaran, kepercayaan dan keyakinan kepada
Allah sebagai pencipta dan sunnah Nabi Muhammad yang terlihat pada tuntunan
oleh seorang Sando. Anak-anak yang akan diManggilo wajib mengenakan sarung
untuk menutupi tubuh sampai dada serta menggunakan penutup kepala, pada anak
dari salah satu sosialisasi ajaran Islam dengan mengeluarkan maklumat, yang
salah satu isi dari maklumat dari Raja Lakidende II adalah mengucapkan dua
selesai di Manggilo, anak tersebut dipikul oleh laki-laki dewasa untuk dibawa
ketempat acara. Akhir dari ritual Manggilo yaitu anak disuapi atau memakan
sajian yang telah disediakan oleh orang tua anak-anak tersebut yang menandakan
digunakan seperti pisau dan ayam. Ayam betina untuk anak perempuan,
sedangkan peserta laki-laki ada menggunakan ayam jantan. Setelah itu jengger
ayam dipotong atau hingga mengeluarkan darah, setelah jengger ayam dipotong
bacaan ayat-ayat Al-qur’an oleh Sando. Bahan-bahan lainnya yang tak kalah
pentingnya juga adalah bahan yang diyakini memiliki makna tersendiri yang harus
Paedai Mowila (beras ketan putih) dan Manu Kambo (ayam kampung).
suku Tolaki. Dalam prosesi intinya, anak-anak diberi tanda oleh Sando sebagai
bukti bahwa anak itu telah diManggilo / diislamkan seperti dilukai hingga
meneteskan darah, adapula hingga memar pada bagian alat kelamin/ kemaluan
4
(aurat). Beberapa tahapan-tahapan dalam ritual Manggilo yang dilakukan saat ini
dengan zaman dulu mengalami perubahan. Perubahan itu pula terjadi pada
tahapan Nisou atau dipikul yaitu tahapan ini terhitung sangat jarang dilakukan
lagi, perubahan lainnya bahwa musik gong sebagai penghantar anak sudah jarang
pula terdapat dalam pelaksanaan ritual-ritual Manggilo saat ini. Perubahan atau
dari pola pikir masyarakat suku Tolaki yang telah berkembang mengikuti zaman,
selain itu pengetahuan tentang fungsi dari ritual Manggilo serta makna-makna
berfungsi lagi, serta adanya makna-makna yang tersirat maupun tersurat dalam
leluhur. Demikian pula dengan kebudayaan Tolaki yang hingga saat ini, masih
fungsi serta makna tertentu pada setiap tata cara yang dilakukan serta dalam
tuturannya.
pada fungsi dan makna-makna dalam prosesi yang diyakini oleh suku Tolaki.
Oleh karena itu, menjadi sangat menarik bagi penulis untuk mendeskripsikan
bagaimana proses pelaksanaan sebelum dan saat ritual Manggilo dilakukan serta
5
bagaimana fungsi ritual dan makna yang terkandung dalam ritual Manggilo/
3) Apa saja Makna yang terkandung dalam Ritual Manggilo pada Masyarakat
Setiap suatu kegiatan yang dilakukan jelas memiliki tujuan yang ingin
dicapai, begitu pula dengan kegiatan atau penelitian yang penulis lakukan di
dirinya sendiri, maupun bagi orang lain serta bagi masyarakat umum. Begitu pula
dengan penelitian yang penulis lakukan tentang Upacara Ritual Manggilo sebagai
6
1) Manfaat Teoritis
yang ingin peroleh diantarnya : Agar hasil dari penelitian atau temuan yang
didapat oleh penulis tentang Upacara Ritual Manggilo memiliki manfaat bagi
pentingnya tradisi Manggilo agar mampu dilestarikan dan dijaga tradisi yang unik
2) Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang ingin dicapai dalam penyusunan proposal ini
antara lain:
(1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis
Penelitian yang relevan pada penelitian yang akan dilakukan oleh Wa Ode
Narti (2016) E-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UHO,
Data yang digunakan adalah data lisan. Sumber data yaitu informan dari tokoh
pengumpulan data adalah teknik wawancara dan teknik simak catat. Teknik
semiotik.
(1) Kata daruana dinda yang memiliki arti orang tua perempuan (ibu)
yang memiliki arti orang tua laki-laki (Ayah) ibarat pengganti Allah
pengislaman (patoba) untuk tunduk, patuh, dan takut terhadap orang tua
perempuan (ibu) dan orang tua laki-laki (ayah) karena mereka telah
7
8
(2) Kata daruana malaika yang memiliki arti pengganti malaikat dan Kata
menjauhi segala larangan-Nya dan tidak ada yang lain disembah selain
dari ungkapan adat prosesi ritual pengislaman (Patoba) pada masyarakat suku
kualitatif yang dapat menunjang dan menjadi referensi untuk penyelesaian hasil
(1) Istinja atau tata cara membuang hajat, mulai dari awal hingga akhir
(2) Tata cara berwudu serta segala hal yang dapat membatalkannya
(4) Syahadat
dalam konteks ini berkaitan dengan lima filosofi kesucian rasa dan akhlak yang
tradisi Kangkilo (pengislaman) pada masyarakat Buton yaitu pada cakupan tradisi
Kangkilo dan serta apa saja filosofi masyarakat Buton yang didalamnya
data dilakukan dengan mencari responden dan wawancara oleh ahli agama, ahli
medis dan warga masyarakat mengenai tata cara, tujuan dan manfaat khitan bagi
perempuan.
10
bagi perempuan yaitu untuk menjalankan syariat Islam dan sunnah Rasul yang
persepsi terhadap hukum khitan anak perempuan yang sesuai dengan syariat
anak dan sudah menjadi tradisi di masyarakat yang susah untuk dihapuskan meski
Muhammad Syazwan Bin Abu Bakar tahun 2006. Dari penelitian ini, dapat
diketahui bahwa:
(1) Bentuk tradisi sunatan ini meliputi atribut yang digunakan dan prosesi
baju melayu dan anak khitan ini dibawa keliling kampung dan sewaktu
hendak melaksanakan tradisi sunatan ini, acara bacaan doa selamat bagi
sifat berani didalam diri anak-anak khitan, siraman air oleh tokoh
kini.
kampung Tian Matu. Kedua, pencapaian tujuan ini dimana tradisi sunatan
integrasi di kampung Tian ini dimana dapat memberi tahu keunikan unsur
dari tradisi sunatan yaitu atribut yang digunakan dan pada profesi sunatan serta
pengislaman.
5. Penelitian relevan yang ketiga memiliki persamaan pada tujuan yang akan
ritual pengislaman.
Perbedaan dari penelitian yang relevan di atas yaitu penelitian yang akan
dilakukan penulis adalah tentang fungsi dan makna dalam prosesi ritual Manggilo
ungkapan. Maka manfaat untuk penelitian yang akan dilakukan adalah menjadi
membantu penerapan metode penelitian yang akan dilakukan, serta menjadi acuan
dalam penentuan dan penerapan teori yang akan digunakan dalam penelitian.
untuk mengkaji tanda. Tugas pokok dari semiotika adalah mengidentifikasi dan
atau memiliki maksud tertentu yang sarat akan simbol-simbol. Menurut Brata
13
(2008:11) bahwa simbol adalah suatu (benda, gerak suara, cahaya) yang bisa
memiliki makna dengan terlebih dahulu harus dihubungkan dengan sesuatu yang
(1989: 12) berpendapat bahwa peranan upacara (baik ritual maupun ceremonial)
lingkungan mereka. Dengan adanya upacara atau ritual, warga suatu komunitas
pemikiran untuk berbagai kegiatan sosial yang nyata yang ada dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
tanda-tanda yang berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa
konsep itu, maka diciptakannya kata-kata baru (Kaelan 2009:166). Hal yang
terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah
tanda, ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Tanda adalah sesuatu
a) Ikon adalah tanda yang hubungan antara tanda dan objek atau acuan
c) Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol.
dimakud yaitu teori Brodbeck (dalam Sobur, 2004;262) yang menyajikan teori
makna dengan cara yang cukup sederhana makna dengan membagi makna
a) Makna yang pertama adalah makna inferensial, yakni makna satu kata
kata tersebut.
Pada penelitian ini, teori semiotika oleh Pierc akan menjadi teori yang
menjelaskan makna-makna dari tanda atau benda yang ada dalam pelaksanaan
ritual Manggilo memiliki hubungan dengan ritual tersebut. Pada penelitian yang
kaitannya.
bentuk kerangka teori untuk menganalisis fungsi dari kebudayaan manusia, yang
Culture”.
a) Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada
tingkah laku manusia dan pranata sosial yang lain dalam masyarakat
b) Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada
kebutuhan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai maksudnya, seperti
c) Fungsi sosial dari suatu adat, pranata sosial atau unsur kebudayaan pada
merupakan teori tentang proses kultural. Pada penelitian yang dilakukan, teori
Ritual Manggilo yang terdapat Prosesi pada Ritual Manggilo pada Masyarakat
dalam ritual Manggilo yaitu bahwa ritual memiliki fungsi pada adat pranata sosial
METODE PENELITIAN
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian secara holistik (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah, serta
karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan
pemilik tradisi.
17
18
dilokasi penelitian
Sumber data menurut Arikunto (2005:88) adalah benda, hal atau orang
tempat peneliti, mengamati, membaca atau bertanya tentang data. Penelitian ini
menggunakan data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya yaitu tokoh adat
atau pemilik tradisi yang menjadi objek penelitian berupa kata-kata. Sumber data
dalam penelitian ini meliputi sumber data lisan dan sumber data tertulis. Data
lisan diperoleh dari pelaku atau pemilik tradisi, baik yang terlibat langsung
sebagai warga masyarakat yang mengikuti tradisi tersebut, dan juga dari para
tokoh masyarakat yang mengetahui Upacara Ritual Manggilo secara lebih rinci.
yang berupa gambar dan video pelaksanaan pada tahun-tahun sebelumnya, juga
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari
tangan pertama). Data primer berupa informasi dari pihak-pihak yang terkait
dengan permasalahan atau objek penelitian mengenai prosesi, fungsi serta makna
makna yang ada didalam Ritual Manggilo dengan melakukan observasi dan
Alasan dari pemilihan data primer yaitu informan yang pada dasarnya
telah mengetahui lebih tentang proses, fungsi hingga makna yang terkandung
19
dalam ritual Manggilo, serta informan merupakan salah satu pemimpin upacara
ritual Manggilo atau sebagai orang memahami adat maupun ritual masyarakat
Suku Tolaki.
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah
ada. Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen. Dokumen yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah segala bentuk catatan tentang berbagai
macam peristiwa atau keadaan di masa lalu yang memiliki nilai atau arti penting
dan dapat berfungsi sebagai data penunjang dalam penelitian ini. Dokumen yang
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan informasi
tentang ritual manggilo. Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan
20
penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian yang digunakan dalam
melakukan penelitian.
Adapun tahap pra lapangan yang dilakukan peneliti selama bulan April
2017 adalah:
Achmadi (2013:70)). Peneliti hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
observasi yaitu place atau tempat interaksi situasi sosial , Actor atau siapa saja
pelaku dalam ritual manggilo dan Activity atau bagaimana kegiatan berlangusng
3.4.3 Wawancara
juga merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tententu
dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan
2) Menentukan narasumber/informan
(5W + 1H).
3.4.4 Dokumentasi
pengumpuan data yang digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data
biografi, peraturan dan kebijakan. Menurut Bungin (2008.122) bahan dokumen itu
pelaksanaan ritual serta apa saja yang ada dalam ritual Manggilo, serta rekaman
wawancara.
permasalahan dan tujuan penelitian. Informan dalam penelitian adalah orang atau
Dalam penelitian yang akan dilakukan informan sangat erat kaitannya. Pemilihan
informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas
informasi lengkap dan akurat. Informan yang bertindak sebagai sumber data dan
informasi harus memenuhi syarat, yang akan menjadi informan narasumber (key
informan).
sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sample (Sugiyono, 2011 :
84). Peneliti menentukan sample atau informan yang mula-mula jumlahnya kecil,
memenuhi karakteristik.
23
bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain,
orang lain.
yang dirumuskan dalam penelitian. Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif
ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dengan
kata lain bahwa reduksi data memberikan gambaran yang lebih jelas dan
hal-hal yang pokok pada data-data yang dimiliki dan mereduksi data
bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat. Penarikan kesimpulan pada penelitian ini, berdasarkan hasil dari dari
GAMBARAN PENELITIAN
setiap desa atau keluarahan terdiri dari 3 sampai 5 dusun. Ibu kota kecamatan
yaitu:
25
26
4.2 Demografi
1.02 persen dari Kabupaten Konawe. Dengan luas wilayah 6768 Ha, presentasi
67.68 km² dengan kepadatan jiwa/km persegi sebesar 322 jiwa/km persegi.
1 Laki-laki 11.373
2 Perempuan 10.752
Total 22.125
22.125 jiwa, mengalami kenaikan kebesar 360 jiwa atau sebesar 1.65 persen dari
28
Kelompok umur terbanyak kedua adalah 05-09 tahun dengan jumlah 2.676
penduduk. Dalam hal ini, pelaksanaan ritual manggilo pada masyarakat Suku
Tolaki masih dapat ditemukan, karena kelompok umur ini merupakan sasaran dari
Wawotobi.
4.3 Sosial
a) Agama
masyarakatnya beragama islam, dengan presentase 99,1 adalah muslim dan 0,9
No Agama Jumlah
1 Islam 21918
2 Protestan 203
3 Katholik 3
4 Hindu 1
5 Budha -
Jumlah 22.125
tentang Ilmu agama Islam dipulau Wawonii. Pada masa pemerintahan Raja
Lakidende inilah Agama Islam berkembang secara resmi yang ditandai dengan
seorang Moji keturunan Tiworo-buton yang bernama La Ode Teke yang diundang
Raja Lakidende melalui Sultan Buton. Mereka inilah yang menyiarkan Islam di
Islam masuk pada kerajaan Konawe pada akhir abad XVI. Pada masa
sebagai Raja Konawe pada tahun 1641 M, barulah kerajaan Konawe menganut
Agama Islam secara resmi. Karena Lakidende mendalami Al-Qur’an maka beliau
sangat patuh dan menjalankan Syariat Islam. Dalam usaha kedudukannya sebagai
29
30
(Pengislaman)
Salah satu syarat seorang anak yang beragama Islam haruslah melalui
sunatan. Sunatan, bagi orang Tolaki selain merupakan suatu peristiwa ritus juga
adalah suatu fase yang harus dilalui oleh anak-anak untuk memasuki masa
atau Mesuna. Ritual ini diiringi dengan pukulan gong, mulai dari rumah tempat
sunatan menuju ke rumah tempat pesta sunatan untuk diajarkan membaca kalimat
Rasulullah”.
Hal ini terlihat dari upacara, sikap, ajaran-ajaran seperti pembacaan Al-
Qur’an Syahadat, taubat dan tingkah laku keluarga serta setiap orang yang
rumah selama empat hari empat malam. Selama dalam pingitan, mereka melatih
31
diri untuk kurang tidur, sedikit makan dan minum, tidak banyak bicara,
(mengecet kuku dengan tirangga, ialah sejenis daun yang dapat memerahkan
kuku). Pada keesokan harinya di pagi buta orang tua datang menyunatnya yaitu
dengan mngeluarkan darah dari bagian kemaluan (aurat) anak itu. Setelah
demikian, barulah mereka disunat dengan cara melukai bagian kulit dari alat
kelamin oleh seorang Ibu yang disebut o sando bagi anak perempuan dan oleh
seorang pegawai masjid bagi anak laki-laki. Selanjutnya merela diberi pakaian
berkain sarung yang dililitkan sampai bawah ketiak dan kalunggalu bagi
perempuan, dan kopiah bagi anak laki-laki. Maka mereka diberi hiasan berupa
bedak dari tepung beras bercampur kunyit serta bau wangi sanggula.
mereka menaiki tangga rumah pesta mereka telah disambut oleh banyak orang
yang menghamburkan beras kuning dan taburan bunga yang semerbak baunya
kehadapan mereka.
Setelah anak tadi tiba ditemapt didepannya tersedia talam yang penuh dengan nasi
dari beras ketan. Setelah selesai, gong dipukul orang lalu anak itu mengikut
semenatar makan, bertelanjang bulat atau makan minum habis buang air besar.
32
acara, dan anak-anak usia 6-9 tahun sebagai yaang akan melaksanakan manggilo.
bahan yang memiliki makna-makna seperti kelapa, beras ketan merah dan putih
Tolaki, yang sering disebut pengislaman. Ritual ini dilakukan oleh usia anak dini
adalah anak-anak telah sah secara adat suku Tolaki bahwa anak yang kelak di
Manggilo beragama Islam. Pada dasarnya istilah pengislaman dalam hal ini
adalah adanya unsur-unsur atau akulturasi antara Islam dan kebudayaan Suku
Tolaki. Akulturasi adalah adanya perpaduan satu budaya ke budaya yang lain,
sama dengan itu ritual Manggilo milik suku Tolaki dalam pelaksanaannya
(mantra-mantra) karena ritual ini lebih dekat dengan agama Islam yang dianut,
yang pada ajaran agama Islam, mantra-mantra dekat dengan menduakan Tuhan
atau dalam hal ini disebut syirik, sesuai dengan penyataan oleh Informan sebagai
“Tidak pake mantra dia itu, karena menjurus kepada Islam. Islam
itu tidak tahu mantra, karena kapan dia diselipkan mantra disitu,
dengan sendirinya kita menjurus kepada syirik” (Basir, 58 tahun
Wawancara 12 Mei 2017)
33
telah jelas bahwa ritual Manggilo pada komunitas suku Tolaki mengandung unsur
Islam yang sangat dijunjung tinggi dengan tidak yang menjadi sebuah keyakinan
lainnya yang berhubungan dengan agama dan ritual ini sebagai pembuka dan
selanjutnya potong rambut, sunatan, khatam qur’an. Setiap ritual memiliki sebuah
Mebaho atau Nibaho adalah tahap mandi atau dimandikan yang merupakan
tahap yang paling utama. Sebelum ritual Manggilo dimulai, setiap anak yang akan
yang sering disebut Sando atau orang yang dituakan sebagai pemimpin acara.
merupakan salah satu ritual pengislaman, yang dapat kita lihat dari tuturan
didalamnya dengan naitnya yang diawali dengan kata Nawaitu. Pada tahap
34
dimandikan, ada tuturan oleh Sando yang dituturkan sebelum anak yang akan
Prosesi dimandikan anak yang akan di Manggilo oleh Sando atau orang
tua yang dipercayakan dalam pelaksanaan ritual diawali dengan niat, lalu disiram
tradisi masyarakat suku Tolaki yaitu Manggilo merupakan tradisi yang sangat
2) Manggilo / Mesuna
Tahapan ini adalah puncak dari ritual Manggilo, anak ditempatkan didalam
kamar yang telah ditentukan untuk menjalankan ritual ini. Anak-anak yang
Kemudian Sando membawa masuk ayam kampung yang disiapkan sebagai bahan
untuk penanda bahwa ritual inti Manggilo akan dilaksanakan. Ayam kampung
dilukai jenggernya hingga keluar darahnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
informan berikut.
Penjelasan oleh informan diatas bahwa, jengger ayam dilukai oleh Sando
pemimpin ritual Manggilo hingga mengeluarkan darah, kemudian darah itu diseka
Manggilo dan telah beragama Islam yang dianggap sah oleh Suku Tolaki. Pada
tahapan puncak ritual Manggilo biasanya, anak dituntun oleh Sando untuk
Gambar 4. Puncak Ritual Manggilo anak laki-laki yang dipimpin oleh Sando.
Darah disekakan oleh kelamin (aurat)
Sumber : Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun 2017
38
Gambar 5. Puncak Ritual Manggilo pada anak perempuan yang dipimpin oleh
Sando Darah disekakan oleh kelamin (aurat)
Sumber : Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun 2017
Gambar 6. Dituntun oleh Sando untuk membaca al-fatihah, shalawat hidup dan
dua kalimat syahadat dengan menjabat tangan sando.
Sumber : Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun 2017
39
3) Niso’u
menutupi dada dan menggunakan seledang. Tahap selanjutnya yaitu niso’u atau
dipikul, yaitu Anak yang akan melaksanakan Manggilo dipikul atau diletakkan di
Manggilo digendong menuju rumah pesta dari rumah tetangga atau keluarga
sebuah gong dalam ritual ini menandakan bahwa Anak yang sedang dipikul atau
Gambar 7. Anak diletakkan dibahu orang dewasa yang akan dibawa ketempat
acara.
4) Nipaka’i / disuap
Tahapan akhir dari ritual Manggilo adalah Nipaka’i atau disuapi. Setelah
anak yang telah selesai melaksanakan manggilo masuk pada tepat acara dan
duduk ditempat yang telah disediakan, selajutnya anak disuapi dengan makanan
Anak-anak yang di Manggilo disuapi oleh orang tua dengan makanan yang
telah disajikan seperti ayam kampung, beras merah dan beras ketan putih.
Tahapan ini juga biasanya anak-anak yang sedang disuapi diberikan uang oleh
orang tua maupun keluarga atau kerabat sebagai tanda telah berhasil
Fungsi sosial pada abstraksi pertama teori malinowski yang dicapai dalam
penelitian ini yaitu menunjukkan perubahan tingkah laku kepada anak yang telah
shalawat serta larang-larangan dari sando bahwa anak dilarang untuk kencing
berdiri, berbicara sementara makan, bertelanjang bulat atau makan minum sehabis
buang air besar. Sedangkan fungsi sosial ritual Manggilo pada masyarakat suku
kesabarannya melalui pingitan empat hari empat malam dengan maksud mereka
melatih diri untuk kurang tidur, sedikit makan, dan minum, tidak banyak bicara,
(mengecat kuku dengan tirangga, ialah jenis daun yang dapat memerahkan kuku).
42
Dalam sebuah ritual, makna merupakan hal yang sangat penting untuk
diketahui. Makna ritual atau tradisi merupakan suatu pesan tersirat, nilai dan
maksud yang terdapat di dalam setiap ritual-ritual hasil warisan dari nenek
yang terdapat dalam ritual Manggilo memungkinkan untuk berpikir bahwa adanya
Bahan ataupun alat dalam sebuah ritual adalah suatu yang wajib diadakan
dalam ritual Manggilo dengan disajikan untuk dimakan oleh anak-anak yang
didalam tubuh manusia terdapat darah yang berwarna merah, maka beras
bahwa ritual Manggilo menjadi sebuah ritual suku Tolaki yang melekat
pada diri manusia itu sendiri, menjadi bagian dari tubuh seperi keberadaan
Gambar 9. Paedai Momea atau ketan merah yang disajikan akan dimakan oleh
anak yang telah manggilo
Beras putih atau ketan putih sebagai bahan dalam ritual memiliki
makna yang hampir sama seperti beras merah. Pada dasarnya, alam tubuh
manusia terdapat darah merah dan darah putih yang sangat dibutuhkan
manusia.
Makna beras putih pun seperti darah putih bagi tubuh manusia, yang
Gambar 10. Paedai Mowila atau beras ketan putih yang disajikan
Sumber: Dokumentasi oleh Ardila Pradita tahun 2017
sangat penting keberadaannya. Dalam ritual ini ayam jantan untuk anak
laki-laki dan ayam betina untuk anak perempuan yang digunakan untuk
Kampung yeng telah diambil isi dalamnya dalam ritual Manggilo ini,
bukan hanya sekedar diluar atau sekedar diucapkan saja, melainkan menjadi
bukti untuk yakin dari dalam diri manusia itu sendiri (dalam hati) kepada
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dengan selalu beriman serta selalu
tulus dan ikhlas. Berkaitan dengan keimanan dan keikhlasan, seperti kutipan
berikut:
“Kalau saya tidak salah itu diambil dari pada isi dalam
daripada ayam, menunjukkan keimanan dan keikhlasan itu
kepada Allah SWT, percaya kepada Nabi Muhammad
salah satu rasul itu yang menandakan dari dalam hati, isi
hati makanya itu ayam dipotong dan isi hatinya diambil
untuk digunakan sebagai bahan Manggilo “(Ridwan M, 48
tahun. Wawancara 15 Mei 2017)
keimanan kepada Allah dan Nabi Muhammad sebagai rasul Allah. Isi dalam
Bukan hanya sekedar keimanan diluar, melainkan tertanam dalam diri kita.
4) Kaluku
Kaluku atau Kelapa sebagai bahan yang penting pula dalam ritual
kepala merupakan pohon yang serbaguna mulai dari akar, batang, daun dan
46
sebagai berikut:
seperti kelapa yang menjulang tinggi , dan anak yang akan melaksanakan
manggilo dapat berguna seperti halnya pohon kelapa yang buah, batang,
akar dan daunya berguna bagi manusia serta dapat berguna dimana saja
seperti pohon kelapa yg dapat tumbuh dimana saja, begitu pula dengan
Gambar 11.. Kaluku atau kelapa sebagai salah satu bahan yang ada dalam ritual
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Tolaki yang terdiri dari 4 tahap yaitu Nibaho atau Mebaho , Manggilo
2. Fungsi sosial dalam ritual Manggilo , adalah Fungsi sosial dalam ritual
tingkah laku kepada anak yang telah diManggilo , dimana tergambar dalam
makan, bertelanjang bulat atau makan minum sehabis buang air besar.
memiliki makna yang tersirat seperti beras merah dan beraas putih yang
bermakna sebagai darah merah dan darah putih yang ada dalam tubuh
bahwa anak yangdi Manggilo mengadopsi sifat kelapa yang sangat berguna
47
48
6.2 Saran
Manggilo
suku Tolaki karena ritual ini, kaya akan kearifan lokal didalamnya.
49
50
H
Hatamu : Khatam Al-Qur’an
K
Kaluku : Kelapa
Kalunggalu : Ikat kepala
Kambo : Kampung
L
Lariangi : Tari tradisional suku Tolaki
M
Masigi : Masjid
Mangadi : Mengaji (membaca ayat suci Al-Qur’an)
Medulu : Bergotong royong
Mepoko’aso : Bersatu padu
Mesuna : Sunat
Metirangga : Mengecet kuku dengan tirangga, ialah sejenis daun yang
dapat memerahkan kuku
Mokole : Penguasa Kerajaan/ negeri
Momea : Merah
Mowila : Putih
N
Nibaho : Dimandikan
Niso’u : Dipikul
Nipaka’i : Disuap
O
Omanu : Ayam
Oima : Imam atau Tokoh Agama
P
Pabitara : Juru Bicara dalam urusan pernikahan suku Tolaki
(mempelai wanita)
Paedai : Ketan
Pepokui’a : Pemotongan rambut bayi atau aqiqah
Puutobu : Pemangku Adat
S
Sando : Imam atau orang yang mengetahui tentang ritual tertentu
Sanggula : Bahan wangi khusus bagi orang Tolaki).
51
52
T
Tolea : Juru Bicara dalam urusan pernikahan masyarakat suku
Tolaki (mempelai laki-laki)
Tonomotuo : Orang Tua atau orang yang dituakan oleh suatu kolektif
masyarakat
U
Umo’ara : Tarian tradisional perang
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
Pertanyaan:
Tolaki?
53
DATA INFORMAN
1. Nama : Ridwan M
Umur : 48 tahun
Pekerjaan : Petani dan Puutobu (Ketua Adat)
Alamat : Kecamatan Wawotobi
2. Nama : Arsad
Umur : 65 tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Kecamatan Wawotobi
3. Nama : Tahir
Umur : 56 tahun
Pekerjaan : Petani, Imam Mesjid dan Puutobu (Ketua Adat)
Alamat : Kecamatan Wawotobi
4. Nama : Basir
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Petani dan Imam Desa
Alamat : Kecamatan Wawotobi
5. Nama : Halim
Umur : 47 tahun
Pekerjaan : Tukang Kayu
Alamat : Kecamatan Wawotobi
54
DOKUMENTASI
55
56
57