Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR


PRAKTEK BUDAYA SUKU TOLAKI PROVINSI SULAWESI
TENGGARA

NAMA: Aninda Ayu Millenia Putri Jasman


NIM : P00324019003
DOSEN MATA KULIAH: Sitti Aisa, AM. Keb, M.Pd

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI


PRODI D-III KEBIDANAN
TINGKAT 1A
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
“PRAKTEK BUDAYA SUKU TOLAKI PROVINSI SULAWESI TENGGARA”

Dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Karena itu ucapan terima kasih saya sampaikan kepada keluarga tercinta atas
dukungannya, orang-orang terdekat atas pengertiannya, dan pihak-pihak lain yang
telah membantu saya dalam penyelesaian makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dimana sebagai
manusia biasa tidak pernah luput dari kekhilafan seperti pepatah yang mengatakan
“tiada gading yang tak retak, dan tak ada mawar yang tak berduri”, maka saran dan
kritik yang sifatnya membangun sangat saya harapkan. Dan saya berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Kendari, 31 Desember 2019

penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………….ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………….…………4
1.2 Tujuan ………………………………………………………….5
1.3 Manfaat…………………………………………………………5
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pra Pernikahan………………………………………………..…6
2.2 Pernikahan………………………………………………….…..10
2.3 Kehamilan………………………………………………….…..14
2.4 Persalinan………………………………………………….…...15
2.5 Bayi…………………………………………………………….16
2.6 Nifas……………………………………………………………18
2.7 KB………………………………………………………….…..20
2.8 Kesehatan Reproduksi…………………………………………21
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………..23
3.2 Saran……………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pra pernikahan yaitu perjanjian yang dibuat
sebelum pernikahan dilangsungkan dan mengikat kedua belah pihak
calon pengantin yang akan menikah
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan
perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma social.
Kehamilan adalah proses yang normal, alamiah yang diawali dengan
pertumbuhan dan perkembangan janin
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik, lahirnya
bayi dan plasenta dari rahim ibu.
Bayi merupakan suatu tahap perkembangan manusia setelah dilahirkan
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim yang disebabkan melahirkan
atau setelah melahirkan.
KB (Keluarga Berencana) adalah program untuk membentuk keluarga
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran
Kesehatan reproduksi adalah segala sesuatu yang menyangkut kesehatan
seksual dan pendidikan seksual yang bertujuan untuk mencegah,
menjaga, dan mengembalikan fungsi organ seksual dari gangguan
1.2 Tujuan

1) Mengetahui adat dan kebiasaan pranikah pada masyarakat suku tolaki

2) Mengetahui adat dan kebiasaan pernikahan pada masyarakat suku tolaki

3) Mengetahui adat dan kebiasaan kehamilan pada masyarakat suku tolaki

4) Mengetahui adat dan kebiasaan persalinan pada masyarakat suku tolaki

5) Mengetahui adat dan kebiasaan nifas pada masyarakat suku tolaki

6) Mengetahui adat dan kebiasaan bayi pada masyarakat suku tolaki

7) Mengetahui adat dan kebiasaan kb pada masyarakat suku tolaki

8) Mengetahui adat dan kebiasaan kesehatan reproduksi pada masyarakat

suku tolaki

1.3 Manfaat

Memberikan informasi mengenai adat dan kebiasaan yang sering dilakukan

masyarakat suku tolaki.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pra Pernikahan
1) Apa yang dilakukan masyarakat suku tolaki pada saat pra pernikahan?
Jawabannya: Yang Pertama, rencana pengajuan lamaran. Sebelum
memasuki pengajuan lamaran ada proses yang harus dilalui, yaitu Metiro.
Metiro adalah mencari informasi tentang gadis yang akan menjadi bakal
calon mantu,
Yang kedua, melakukan lamaran. Dalam melakukan lamaran, yang perlu
dilakukan yaitu
- Persiapan
Orang tua laki-laki menghubungi atau mengundang juru bicara (Tolea
Pabitara) untuk mempersiapkan pelaksanaan pengajuan lamaran dan
menanyakan perlengkapan adat apa saja yang harus dipersiapkan
orang tua laki-laki. Perlengkapan yang perlu dipersiapkan adalah: juru
bicara pihak laki-laki yang terampil, Kalo sesuai status adat pihak
perempuan, wadahnya, satu biji pinang hijau/oranye, daun sirih segar
tulangnya bertemu ditengah-tengah kiri kanan satu lembar, tempat
sirih, pinang, kapur/gambir dan rokok. Selanjutnya pihak orang tua
laki-laki mengutus wakilnya untuk membicarakan waktu kedatangan
pihak keluarga laki-laki untuk melamar.
- Pelaksanaan
Proses pengajuan lamaran pihak laki-laki harus memahami status adat
pihak perempuan yang akan dilamar, agar dapat dengan mudah
menentukan mas kawin. Dalam melakukan pelamaran, maka pembicara
dari pihak pria terlebih dahulu menoleh kekiri dan kekanan sebagai
ungkapan memohon izin untuk memulai acara peminangan dan dijawab
juru bicara perempuan atau penghulu segera dimulai saja. Selanjutnya
pembicara memindahkan Kalonya dari samping kanan kedepan
berhadap-hadapan dengan Tolea dan bergeser kehadapan Puutabo atau
kepala pemerintahan setempat untuk memohon izin memulai acara
pelamaran. Setelah hal itu dilakukan, maka selanjutnya pembicara dari
pihak pria berbicara dengan untaian kata-kata yang halus dan spesifik
untuk menjelaskan maksud kehadiran pihak pria secara formal.
Pembicara dari pihak perempuan mendengarkan dengan seksama kalimat
demi kalimat yang dituturkan pembicara pehak pria dan membalasnya
dengan bahasa yang halus pula diiringi ungkapan yang isinya dapat
diterima pengaju lamaran tersebut. Setelah diterima, maka selanjutnya
menanyakan berapa beban adat yang akan dipikul serta ongkos pesta
perkawinan
- Pertunangan
Pertunangan dilaksanakan ketika lamaran diterima. Pertunangan
dilakukan jika perempuan yang dilamar belum cukup umur untuk
melakukan perkawinan sehingga harus menunggu sampai dewasa. Atau
pihak pria atau calon suami perlu melakukan proses pembelajaran untuk
memberikan nafkah kepada sang istri serta anaknya kelak, sehingga dia
terlebih dahulu harus mengabdi kepada orang tua perempuan.

2) Kapan lamaran tersebut dilaksanakan?


Jawabannya: Lamaran dilaksanakan ketika pengajuan lamaran diterima
oleh pihak wanita dan keluarga wanita.
3) “Pihak pria atau calon suami perlu melakukan proses pembelajaran untuk
memberikan nafkah kepada sang istri serta anaknya kelak”. Dimana pihak
pria bisa mempelajari itu?
Jawabannya: Pihak pria bisa mempelajarinya dari orang tuanya sendiri,
keluarga, saudara, atau dari kerabatnya yang sudah berkeluarga.

4) Mengapa perempuan harus menunggu sampai dewasa untuk melakukan


pernikahan?
Jawabannya: Karena perempuan dilihat kecakapannya dan kemampuannya
untuk mengatur dan mengurus rumah tangga dan keterampilan-keterampilan
lain yang seharusnya dapat dilakukan seorang wanita seperti memasak,
menjahit dan lain-lain. Juga dilihat apakah perempuan itu sudah haid, atau
belum.

5) Siapa saja yang akan melakukan pencarian informasi tentang gadis yang
akan menjadi bakal calon mantu (metiro)?
Jawabannya: Yaitu Orang tua pria langsung mengutus seseorang secara
rahasia ke rumah orang tua perempuan yang akan dijadikan sasaran dengan
memperhatikan posisi yang tepat (Papasa dan Wowai meambo) terutama
anak gadis yang menjadi idaman
6) Bagaimana proses melakukan pencarian informasi tentang gadis yang akan
menjadi bakal calon mantu (metiro) tersebut?
Jawabannya:
- Cara yang Pertama, Orang tua pria langsung mengutus seseorang secara
rahasia ke rumah orang tua perempuan yang akan dijadikan sasaran
dengan memperhatikan posisi yang tepat (Papasa dan Wowai meambo)
terutama anak gadis yang menjadi idaman. Bila posisi atau wowai yang
diharapkan sudah sesuai maka ada tindakan utusan pihak laki-laki
melamar secara rahasia dengan Monggolupe, artinya meninggalkan alat
rias remaja putri secara rahasia, bila dalam waktu 4 kali 24 jam tidak
kembali sinyal tersebut menandakan lamaran rahasia diterima dan dapat
dilanjutkan proses pelamaran terbuka. Tetapi bilamana ditolak, maka
segera pula pengembalian seperangkat alat rias remaja putri kealamatnya
dalam dalam waktu 1 kali 24 jam dilakukan oleh pihak keluarga si gadis.
- Cara yang kedua, Dengan Mondutudu artinya mencoba mengajukan
lamaran terbatas dengan menggunakan Kalo dan satu bungkus sirih segar
Ikatan pembungkusnya hanya 1 kali dan 1 lembar kain sarung sebagai
pengikatnya. Setelah 8 kali 24 jam tidak kembali, maka dapat
mengajukan lamaran terbuka, dan bila tidak diterima dalam waktu 1 kali
24 jam harus dikembalikan satu bungkus sirih dan satu lembar kain
sarung serta ditambahkan satu lembar sarung sebagai imbalan
penolakannya. Maknanya adalah untuk menjaga rasa malu orang tua laki-
laki agar hubungan kekeluargaan tetap harmonis dan atas wujud ucapan
terima kasih orang tua perempuan atas perhatian kepada puterinya.
2.2 Pernikahan
1) Apakah ada syarat tertentu pada pernikahan masyarakat suku tolaki?
Jawabannya: Ada, yaitu
- Yang pertama itu, Umur (kedewasaan) Laki-laki dan perempuan yang
akan melangsungkan perkawinan adalah mereka yang sudah dewasa.
Bagi seorang laki-laki terutama dilihat kecakapan dan kemampuannya
dalam mengerjakan sawah/ladang, membuat rumah peralatan untuk
kebutuhan rumah tangga dan lain-lain. Bagi seorang perempuan dilihat
kecakapan dan kemampuannya untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga dan keterampilan-keterampilan lain yang seharusnya dapat
dilakukan seorang wanita seperti memasak, menjahit, menyulam,
menganyam tikar dan lain-lain.
- Yang kedua, Faktor kesehatan seseorang menjadi satu syarat untuk dapat
melangsungkan perkawinan, baik kesehatan jasmani maupun rohani.
- Yang ketiga, Pembayaran popolo (mas kawin). Popolo adalah pemberian
pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang berwujud benda atau uang,
sebagai salah satu syarat dapat dilangsungkannya perkawinan. Besarnya
popolo tergantung dari tingkatan atau derajat mereka yang
melangsungkan perkawinan. Popolo;berasal dari kata, polo= potong,
peluk. Maksudnya, harta benda yang dibayarkan oleh orang tua dan
keluarga pihak laki-laki kepada orang tua pihak perempuan berfungsi
sebagai pemutus hubungan tanggung jawab orang tua gadis terhadap
anaknya untuk beralih ke tangan calon suami dan orang tuanya, juga
berfungsi sebagai penghubung suami isteri dan penghubung antara
anggota keluarga si isteri dan anggota keluarga si suami. Wujud popolo
berupa; rumpun saga, gong, kain putih (dalam bentuk pis), kain sarung,
uang logam mas, alat-alat rumah tangga, perhiasan emas dan lain-lain.
Selain popolo ada pembayaran lain yang disebut sara peana. Sara = adat,
peana = beranak, pemeliharaan bayi. Sara peana yaitu suatu pembayaran
yang didasarkan pada alasan bahwa perempuan yang dipinang telah
dipelihara dengan susah payah oleh si ibu sejak kecil sampai ia dewasa.
Karena itu harus ada pembayaran khusus untuk itu dan pembayaran ini
diterima oleh pihak ibu.
- Yang keempat, Persetujuan kedua belah pihak dan ada izin dari orang tua.
Agar perkawinan dapat dilangsungkan maka harus ada persetujuan kedua
belah pihak. Persetujuan kedua belah pihak untuk mengikat tali
perkawinan sangat penting. Pemberian izin tersebut sangat penting untuk
menjaga dan menghindari perkawinan yang tidak dikehendaki oleh orang
tua, misalnya kawin dengan seseorang yang tidak sederajat, berlainan
agama, dan sebagainya.

2) Dalam pernikahan suku tolaki, seseorang yang tidak “sederajat” tidak


Jawabannya: Dikehendaki/direstui oleh orang tua. Menurut masyarakat
suku tolaki, siapa kah seseorang yang tidak “sederajat” itu?
Yaitu mereka yang berpenghasilan dan berpendidikan rendah seperti petani,
buruh dan sebagainya.

3) Kapan sebaiknya upacara pernikahan adat tolaki dilaksanakan?


Jawabannya: Untuk pelaksanaan upacara pernikahan dipilih hari/waktu
yang baik dan menguntungkan. Biasanya dipilih bulan Syawal dan Zulhijjah
pada hari ke 14 atau ke 15 menurut perhitungan terbitnya bulan di langit
yang disebut molambu dan mata-omehe (bulan purnama). Pelaksanaannya
dilakukan pada siang hari sekitar pukul 09 .00 - 10.00.
4) Bagaimana proses upacara adat suku tolaki?
Jawabannya: Jalannya upacara; Pengantin laki-laki beserta rombongannya
pertama-tama disambut oleh keluarga pihak perempuan di pintu pagar,
kemudian di pintu rumah. Tiap tempat penyambutan ini dijaga oleh kaum
wanita yang menghalangi pintu masuk, sambil menghamburkan beras ketan
kepada rombongan pengantin lakilaki. Mereka baru diperbolehkan melewati
tempat penjagaan itu dengan syarat harus menyerahkan sejumlah barang
atau uang kepada wanita-wanita penjaga pintu. Dengan penyerahan itu
mereka dibebaskan untuk masuk ke tempat yang sudah disediakan.
Selanjutnya dilaksalan upacara powindahakoa, yaitu upacara penyerahan
popolo (mas kawin), sara-peana dan lainlain oleh orang tua pihak laki-laki
melalui juru bicaranya kepada orang tua pihak perempuan. Di samping
penyerahan popolo dan sara peana, masih ada pembayaran lain sebagai
sanksi dalam hal tertentu, misalnya pihak laki-laki tidak melaksanakan
kewajibannya pada waktu bertunangan, tertundanya hari perkawinan karena
kesalahan orang tua pihak laki-laki dan sebagainya. Bila perempuan yang
dikawini itu mempunyai kakak perempuan yang belum kawin (moliasako =
melewati), maka ada pembayaran khusus yang disebut poliasako
(pembayaran karena melewati) dalam bentuk satu kain sarung. Poliasako ini
adalah sebagai syarat dan bukan sanksi. Sesudah itu tolea pihak laki-laki
meletakkan lagi uang secukupnya (Rp. 100,- ) lalu menyampaikan kata-kata
penutup yang disebut mehue(pengukuhan). Mehue ini dilakukan oleh juru
bicara salah satu pihak. Alat yang dipakai adalah sepotong besi yang disebut
wisole, biasa juga diganti dengan pisau atau keris. Dipergunakan besi di
sini, mempunyai arti pelambang agar kedua mempelai kelak dikarunia
kekuatan untuk membina dan menegakkan rumah tangga mereka. Pada
waktu perangkat adat itu . diangkat diiringi dengan tulura pohue osara
artinya sumpah penutup adat yang pada intinya memohon kepada Tuhan
yang maha kuasa, agar mereka tidak kena laknat dan berbagai penyakit bila
ada kata-kata yang tidak senonoh dalam melaksanakan upacara itu.
Sebaliknya mereka akan dikarunia kesehatan, umur panjang, kedamaian dan
sebagainya. Perangkat adat tadi dan popolo yang telah diserahkan disimpan
di tempat yang agak tinggi dalam rumah itu. / Setelah upacara powindahako
selesai, maka dilangsungkanlah upacara peresmian perkawinan. Pengantin
laki-laki diantar ke tempat tidur pengantin, di mana mempelai perempuan
sudah menunggu. Biasanya mereka dihalangi lagi oleh kaum wanita,
sehingga mereka harus menyerahk.an uang dalam jumlah tertentu sebagai
pembuka jalan. Sebelum masuk, pengantin laki-laki menyisipkan parangnya
(ta'awu) di samping tempat tidur, kemudian ia masuk mengambil tempat di
sebelah kanan mempelai perempuan. Setelah duduk berdampingan yang
disaksikan oleh kedua orang tua mereka masing-masing dan hadirin, berarti
bahwa perkawinan sudah syah/resmi. Upacara ini disebut
mombokombedulu (dari kata medulu = bersatu).

5) Mengapa upacara pernikahan adat suku tolaki harus dilaksanakan pada


bulan syawal atau zulhijah pada pukul 09.00-10.00?
Jawabannya: Karena masyarakat percaya bahwa pelaksanaan upacara
perkawinan pada waktu tersebut akan membawa keberuntungan bagi kedua
mempelai, dan terhindar dari segala malapetaka

6) Dimana sebaiknya acara pernikahan adat suku tolaki dilaksanakan?


Jawabannya: Tempat pelaksanaan upacara dan pesta perkawinan di rumah
orang tua pihak perempuan atau rumah paman si gadis. Resepsi perkawinan
diadakan di gedung pertemuan khusus yang disewa untuk itu. Akad nikah
bagi mereka yang beragama Islam dilakukan di rumah orang tua pihak
perempuan dan sering juga dilaksanakan di mesjid. Bagi yang beragama
Kristen pada umumnya pemberkatan nikah dilakukan di gedung gereja.

2.3 Kehamilan
1) Apa ada pantangan makanan atau aktivitas yang perlu dihindari pada masa
hamil menurut suku tolaki?
Jawabannya: Kalau makanan tidak ada pantangannya kecuali ibu hamil
diberitahu larangannya seperti jangan berada di depan pintu itu pamali
bagi suku tolaki

2) Kapan pemeriksaan sering dilakukan oleh ibu hamil pada suku tolaki?
Jawabannya: ibu hamil sering diperiksa didukun jika dia mengalami
melihat sakit di perutnya

3) Dimanakah ibu hamil sering memeriksakan dirinya jika bidan tidak ada?
Jawabannya: Pada jaman dulu disukai kita tolaki ibu hamil sering diperiksa
oleh dukun atau orang tua dulu sering memberitahukan kepada menantunya
bagaimana cara janin menjadi sehat dan ibu menjaga kesehatannya.

4) Siapa saja yang sering menganjurkan ibu untuk mengonsumsi atau aktivitas
lain di daerah suku tolaki?
Jawabanya: Ibu hamil disuku kita sering mengetahui menjaga pola makan
dan yang lain,biasa ibu hamil sering diberitahu larangan dan pantangan
oleh orang yang berpengalaman atau lebih tua dari kita apa saja yang
dilarang untuk ibu hamil.
5) Mengapa ibu hamil harus memakai Daria atau benda" disekitarnya?
Jawabannya: Karena Daria itu sering dipakai ibu hamil kaalu kepercayaan
suku tolaki Daria itu jimat untuk orang hamil agar tidak ada yang
menggangu seperti bahaya dan makhluk gaib.

6) Jika ibu akan melahirkan Bagaimana seorang dukun melakukan


persalinan?
Jawabannya: Dukun sering melakukan persalinan dengan alat-alat
sederhana tidak seperti alat canggih yang digunakan oleh bidan
profesional.

2.4 Persalinan
1) Apa saja kebudayaan suku tolaki yang dilakukan ibu pasca persalinan?
Jawabannya: Menurut suku tolaki, perawatan pospartum disebut dengan
Mewoinahu yaitu perawatan dengan mandi air panas dengan rangkaian
kegiatan pijat rahim.

2) Dimanakah letak yang cocok untuk budaya Mewoinahu pada suku tolaki?
Jawabannya: yaitu ibu diwajibkan mandi air hangat dan mengompres perut
dengan botol yang diisi dengan air panas

3) Kapan waktu yang baik bagi ibu pasca persalinan dalam kebudayaan tolaki?
Jawabannya: Waktu yang cocok pada ibu pospartum yaitu slesai pasca
persalinan agar peredaran darah lancar

4) Siapa saja yang boleh memandikan ibu atau mengompres perut pasca
persalinan?
Jawabannya: Yaitu keluarga perempuan si ibu yang bersangkutan dan yang
ahli dalam memandikan dan mengompres perut menggunakan air panas.

5) Mengapa dalam tradisi Mewoinahu dianjurkan pada ibu yang selesai pasca
persalinan dalam kebudayaan tolaki?
Jawabannya: Menurut kebudayaan suku tolaki,setelah pasca persalinan ibu
diwajibkan dengan mandi air hangat,alasanya yaitu karena dengan mandi air
hangat sambil mengompres perut dapat mengobati luka dalam pasca
melahirkan serta dapat memperlancar peredaran darah ibu.

6) Bagaimana pengaruh kebudayaan tolaki terhadap persalinan?


Jawabanya: Meskipun banyak pengaruh budaya lain yang masuk dan
kecanggihan teknologi pada zaman sekarang,tetapi menurut suku tolaki,hal
itu tidak terpengaruh bagi mereka karena seluruh atau sebagian masih
memakai kebudayaan ini.orang orang dulu dalam suku tolaki menganjurkan
pada anak cucu mereka selalu melakukan tradisi Mewoinahu pada pasca
melahirkan yang menurut mereka baik dan itu terbukti secara turun temurun
pada suku tolaki

2.5 Bayi
1) Apa saja kebudayaan tolaki terhadap bayi?
Jawabannya:
- Ketika proses melahirkan yang dibantu oleh dukun dalam suku tolaki
yaitu Mosehe (pensucian diri) perlu dilakukan saat bayi baru lahir,dukun
langsung memandikanya dan mempersiapkan tradisi seperti bakar api
dibawah jendela luar rumah bagian kamar guna untuk mengusir makhluk
ghaib atau setan.
- Kelahiran sang bayi dalam keluarga senantiasa dilakukan suatu upacara
seremonial yang disebut Mesambekei. Hal tersebut dilakukan pada saat
bayi berusia 4 hari,atau dapat ditunda sampai berusia 7 hari . Hal ini
sesuai dengan ajaran agama islam yang dianut masyarakat suku tolaki
yaitu Aqiqah bayi pada saat usia 7 hari pasca melahirkan. Pelaksanaan
upacara dilakukan pada siang hari saat matahari menjelang naik ke ufuk
timur .upacara tersebut bermakna agar bayi tersebut bernasib baik,panjan
umur,serta kuat dan sehat.

2) Mengapa budaya Aqiqah dalam suku tolaki salah satunya harus memotong
kambing?
Jawabannya: Nilai budaya tolaki yang sejalan dengan nilai islam salah
satunya adalah upacara barasandi,yaitu suatu upacara potong rambut bagi
masyarakat tolaki.dalam hukum islam disebut Aqiqah,kegiatan barasandi ini
didahului dengan penyembelihan hewan kurban atau hewan Aqiqah yang
berupa kambing (Owembe),dengan tetap mengikuti syariat islam.adapun
jumlah hewan yang disembelih yaitu anak laki-laki sebanyak 2 ekor
kambing.untuk anak perempuan atau wanita sebanyak satu ekor kambing
Aqiqah

3) Bagaimana tujuan budaya upacara barasandi pada suku tolaki?


Jawabannya: Tujuanya agar nanti anak ini bisa panjang umur,bernasib baik
kelak,serta kuat dan sehat
4) Kapan sebaiknya waktu yang tepat untuk melakukan upacara barasandi
tersebut?
Jawabannya: Barasandi dilakukan pada acara Aqiqah (mepokui) pada anak
yang minimal berusia tujuh hari.

5) Siapa yg berperan dalam upacara adat barasandi pada tradisi budaya suku
tolaki?
Jawabannya: Yaitu kedua orang tua bayi, tokoh agama, dan tokoh adat.

6) Dimana tempat berlangsungnya barasandi pada tradisi adat suku tolaki?


Jawabannya: Barasandi biasanya dilakukan dirumah

2.6 Nifas
1) Apa saja tradisi kebudayaan tolaki pada ibu nifas?
Jawabannya:
- Ibu dilarang makan terong,alasanya karena terong dapat membuat tubuh
si ibu dan bayi menjadi gatal
- ibu nifas tidak boleh makan makanan yang pedas
- ibu diwajibkan menggunakan gurita diperut,alasanya karena gurita dapat
mengembalikan bentuk tubuh melar pasca melahirkan.

2) Dimana letak yang tepat dalam melakukan terapi uap menggunakan bara api
pada ibu nifas menurut suku tolaki?
Jawabannya: Menurut suku tolaki, ibu dianjurkan kencing diatas bara
api,alasanya agar luka divagina pasca melahirkan cepat sembuh,bara api
yang dimaksud yaitu yang menghasilkan uap panas,dalam hal ini budaya
kencing diatas bara api dapat dikatakan terapi uap,tujuanya yaitu
mengeluarkan racun-racun yang menumpuk didalam tubuh.

3) Kapan waktu yang cocok bagi ibu nifas dalam melalukan terapi uap dalam
budaya suku tolaki?
Jawabannya: Yaitu pada ibu yang baru sja melahirkan.dengan cara
melakukan terapi uap,yang dipercaya suku tolaki dapat menyembuhkan luka
diVagina pasca melahirkan.

4) Mengapa salah satu budaya suku tolaki dilarang memakan makanan yg


pedas?
Jawabannya: Menurut suku tolaki,ibu nifas yang baru saja melahirkan
dilarang dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung pedas karena
dapat Menyebabkan ASI ibu menjadi pedas.

5) Bagaimana Dampak/pengaruh budaya ibu nifas jika tidak diikuti pada suku
tolaki?
Jawabannya: Menurut suku tolaki,jika budaya tidak diikuti sesuai tradisi
dalam suku tolaki,maka ibu berpeluang mendapat penyakit,sehingga sangat
dianjurkan bagi ibu nifas melakukan budaya yang dianjurkan pada orang tua
dulu yang menurut mereka baik bagi kesehatan ibu dan bayi.

6) Siapa saja yang ditujukan budaya tolaki ini pada masa nifas?
Jawabannya: Pada ibu yang baru saja melahirkan atau berada pada masa
nifas,budaya tersebut mempunyai dampak yang positif bagi si ibu dan bayi.
2.7 KB
a. Apakah ada alat kontrasepsi jaman dulu di daerah suku tolaki
sebelum ada pil KB dan KB suntik?
Jawabannya: Ada. Kita sering sebut dengan KB alam atau kami sering
mengatur waktu/posisi saat berhubungan suami istri

2) kapan waktu yang tepat menggunakan KB alam pada suku tolaki?


Jawabannya: Penggunaannya itu kami sering mendiskusikan terlebih dulu
kapan kita gunakan

3) Dimanakah mereka sering mendapat anjuran memakai KB alam tersebut?


Jawabannya: Dari orang tua dulu atau biasa mereka bertanya di dukun
terdekat,biasanya istri sering diberitahu oleh mertuanya bagaimana
mencegah agar tidak hamil dulu.

4) Siapakah yang berperan penting dalam KB alam pada suku tolaki?


Jawabannya: Suami dan istri karena mereka yang menentukan kapan
memiliki anak dan tidak

5) mengapa KB alam sangat penting dalam hubungan suami istri?


Jawabannya: Supaya mencegah kehamilan sementara itu,agar mereka
dapat membesarkan anak yang baru lahir dulu.

6) Bagaimana cara memakai KB alam?


Jawabannya: Dengan mengatur waktu/posisi saat berhubungan suami istri
atau biasa mereka jarang berhubungan
2.8 Kesehatan Reproduksi
a. Apa saja yang sering mereka gunakan untuk menjaga kesehatan
reproduksi pada suku tolaki?
Jawabannya: Pada wanita,kami sering menggunakan bahan alami untuk
menjaga alat reproduksi kami seperti daun sirih yang telah direbus,bawang
putih,kunyit dll.Untuk mencegah keputihan yang berlebihan.

2) Kapan anda sering menggunakan bahan tersebut?


Jawabannya: Saat sesudah atau sebelum haid,tiap bulan sekali kami
menggunakannya

3) Dimanakah orang suku tolaki mendapatkan daun sirih untuk


menghilangkan keputihan?
Jawabannya: Biasa orang tua dulu sering menanam daun sirih tersendiri
karena bahan ini sangat langkah dan daun sirih sering dipakai saat
pernikahan atau meminang.

4) Siapa yang sering anda kunjungi untuk memeriksa jika ada kelainan pada
kesehatan reproduksi?
Jawabannya: Dulu saat memeriksa jika ada kelainan atau penyakit,kami
sering periksa kedokter jika ada penyakit pada alat reproduksi tetapi jika
tidak ada dokter kami sering memeriksa sendiri dengan mengetahui tanda-
tanda apabila ada kelainan atau penyakit yang timbul.
5) Mengapa harus menjaga kesehatan reproduksi menurut suku tolaki?
Jawabannya: karena itu penting suapay hubungan suami istri lebih dekat
dan intim itulah penting menjaga kesehatan reproduksi,Bukan hanya itu kita
jga dapat mengetahui penyakit HIV/AIDS yang menular.

6) Bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi menurut suku tolaki?


Jawabannya: memakai handuk kering dan bersih setelah membersihkan
alat reproduksi dan memakai celana dalam dengan bahan yang mudah
menyerap keringat
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Seorang bidan perlu mempelajari sosial budaya masyarakat tersebut yang

meliputi pengetahuan penduduk, tradisi dan kebiasaan sehari-hari. Budaya

tersebut baik dipandang melalui norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian

dan lain-lain.  Melalui kegiatan tersebutlah bidan bisa melakukan promosi

kesehatan kepada masyarakat dan melakukan berbagai penyuluhan agar

tercipta masyarakat yang sehat dan sejahtera.

3.2 Saran

Sebagai tenaga medis yang dekat dengan masyarakat, bidan haruslah

memahami adat istiadat dan tradisi setempat yang berhubungan dengan

pelayanan kebidanan. Kemudian dengan mempelajari hal tersebut bidan

akan lebih mudah masuk ke masyarakat dan melakukan berbagai promosi

kesehatan dan penyuluhan.


DAFTAR PUSTAKA

Informan Kunci:

1. Misiswati Silondae, S.E

2. Siti Asia Silondae

3. Hj. Andi Yuniar Agu

4. Naela

Anda mungkin juga menyukai